Anda di halaman 1dari 90

PT.

WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


DISTRIBUSI & PENERAPAN INSTRUKSI KERJA
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-01 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Kadiv / Kabag Pengendalian (Kabag Dal) Divisi wajib Kadiv/Kabag
mendistribusikan dokumen Instruksi Kerja (selengkapnya) kepada Dal
Kepala Proyek.

2. Kepala Proyek wajib mendistribusikan dokumen Instruksi Kerja Kepala Proyek


kepada Kalap, Pelaksana, Sub Kontraktor, Mandor dan Kepala
Tukang (jika ada) menurut keperluan (tidak perlu selengkapnya),
diberi cap 'Terkendali', nomor kopi dan dilengkapi dengan Daftar
Distribusi Dokumen Eksternal/Internal (PW-K3LMP-03-02) dan
Tanda Terima Dokumen (PW-K3LMP-03-03). Khusus untuk
Pelaksana Waskita diberi kopi tambahan untuk digunakan sebagai
daftar simak (cap'Terkendali' asli).

3. Penerima dokumen Instruksi Kerja di Proyek (Katek, Kalap,


Pelaksana, Sub Kontraktor, Mandor dan Kepala Tukang) wajib Pengguna
menempel Dokumen Instruksi Kerja tersebut didekat lokasi
pekerjaan yang sesuai, sejauh memungkinkan. (diberi tanda
'Terkendali', dilaminasi atau sampul plastik sehingga terjaga
keutuhannya).

4. Pelaksana wajib menggunakan dokumen Instruksi Kerja sebagai


daftar simak / check list untuk pengawasan pekerjaan sehari - hari Pengguna
atau sebagai alat verifikasi hasil pekerjaan di lapangan.
Verifikasi dilakukan dengan mengisi tanda 'cawang' pada kolom
STATUS yang sasuai (BAIK/TIDAK).
Selanjutnya mencatat lokasi pekerjaan, tanggal pemeriksaan serta
mencantumkan nama dan tanda tangannya pada kolom LOKASI
PEKERJAAN.

5. Apabila ditemukan kondisi yang tidak sesuai (kolom TIDAK diberi


Pengguna
tanda cawang) maka sebagai tindak lanjut dapat ditempuh salah
satu yang berikut :
1. apabila perbaikannya merupakan penyempurnaan /
penyelesaian pekerjaan, maka Pelaksana harus
mengimformasikan temuan dan tindak lanjutnya kepada Sub
Kontraktor atau Mandor. Apabila hasil tindak lanjut telah usai,
maka pada tanda 'cawang' dikolom TIDAK harus diberi paraf
dan tanggal, selanjutnya pada kolom BAIK terkait diisikan tanda
'cawang'.
2. apabila ditemukan ketidaksesuaian yang 'serius' maka
Pelaksana melaporkan kepada Katek untuk mendapat
keputusan tindak lanjutnya, apakah menempuh penyelesaian
dengan cara pertama tersebut diatas, atau menempuh
penyelesaian dengan ketidaksesuaian, tindakan perbaikan,
pencegahan dan perbaikan berkelanjutan (PW-K3LMP-07).

6. Pelaksana akan menerima sejumlah kopi dokumen Instruksi Kerja


dengan judul yang sama dan diberi cap TERKENDALI (semua asli)
Pengguna
sesuai dengan kebutuhan. Apabila dokumen Instruksi Kerja
tersebut telah habis digunakan sebagai daftar simak, maka
Pelaksana wajib meminta kopi tambahan kepada Kapro, cukup
dengan menunjukan semua lembar Instruksi Kerja yang sudah
terpakai daftar simak. Kapro akan memeriksa dari Daftar Distribusi
Dokumen Eksternal/Internal (PW-K3LMP-03-02).
Pelaksana harus menyimpan / mengarsipkan lembar Instruksi
Kerja yang sudah digunakan sebagai daftar simak per tanggal
kejadian. Kapro wajib memastikan pengarsipan lembar Instruksi
Kerja yang sudah 'digunakan' tersebut.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PEMBERIAN NOMOR KOPI DOKUMEN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-02 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
Dokumen yang dimaksud dalam Instruksi Kerja ini adalah seluruh
dokumen internal maupun dokumen eksternal Perusahaan, seperti
yang diatur didalam Sistem Manajemen Waskita Gambar 1.14
Pengendali Dokumen Waskita. Masing-masing dokumen
didistribusikan menurut kepentingan dan pertimbangan Petugas
Pengendali.
1. Prosedur-prosedur Waskita di bidang K3LMP, Instruksi Kerja
K3LMP.
a. Dokumen ini didistribusikan oleh Departemen SDM & Sistem Dep. SDM &
diatur sesuai nomor kopi sebagai berikut : Sistem
- Nomor kopi dokumen untuk Direksi adalah nomor 1,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang / Kabag Dal
Divisi Gedung: no. 2,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Sipil: nomor 3,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Regional I: nomor 4,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Regional II: no. 5,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Regional III: no. 6,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Regional IV: no 7,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi EPC: no. 8,

b. Dokumen berikutnya yang didistribusikan kepada fungsional lain


di Pusat diberi nomor kopi mulai dari 9 dst. Sedangkan
dokumen asli dipegang oleh Kepala Departemen SDM & Sistem
serta di beri kode “ Dokumen Induk”.

c. Dokumen yang didistribusi oleh Kepala Kadiv / Kabag Ang /


Kabag Dal diberi nomor kopi diawali dengan angka sesuai
nomor kopi Kepala Kadiv / Kabag Ang / Kabag Dal dan angka
belakang yang menunjukkan urutan distribusi.
d. Sebagai contoh cara pemberian nomor kopi Prosedur Waskita di
bidang K3LMP untuk Divisi adalah sebagai berikut :

Divisi Gedung
Unit Kerja Jabatan No. Kopi
Divisi Kadiv 2
Wakadiv 2 1
Kabag Ang 2 2
Kabag Dal 2 3
Kabag PK 2 4
Kepala Proyek I 2 8
Kepala Proyek II 2 9
Kepala Proyek III 2 10
Dst

Divisi Sipil
Unit Kerja Jabatan No. Kopi
Divisi Kadiv 3
Wakadiv 3 1
Kabag Ang 3 2
Kabag Dal 3 3
Kabag PK 3 4
Kepala Proyek I 3 8
Kepala Proyek II 3 9
Kepala Proyek III 3 10
Dst

Divisi Regional I
Unit Kerja Jabatan No. Kopi
Divisi Regional I -
Pekanbaru Kadiv 4
Wakadiv 4 1
Kabag Ang 4 2
Kabag Dal 4 3
Kabag PK 4 4
Kepala Proyek I 4 8
Kepala Proyek II 4 9
Kepala Proyek III 4 10
Dst
Divisi Regional II
Unit Kerja Jabatan No. Kopi
Divisi Regional II -
Balikpapan Kadiv 5
Kabag Ang 5 1
Kabag Dal 5 2
Kabag PK 5 3
Kepala Cabang 1 5 4
Kepala Cabang 2, dst 5 5
Kepala Proyek I 5 10
Kepala Proyek II 5 11
Kepala Proyek III 5 12
Dst

Divisi Regional III


Unit Kerja Jabatan No. Kopi
Divisi Regional III -
Denpasar Kadiv 6
Kabag Ang 6 1
Kabag Dal 6 2
Kabag PK 6 3
Kepala Cabang 1 6 4
Kepala Cabang 2, dst 6 5
Kepala Proyek I 6 20
Kepala Proyek II 6 21
Kepala Proyek III 6 22
Dst

Divisi Regional IV
Unit Kerja Jabatan No. Kopi
Divisi Regional IV -
Makassar Kadiv 7
Kabag Ang 7 1
Kabag Dal 7 2
Kabag PK 7 3
Kepala Cabang 1 7 4
Kepala Cabang 2, dst 7 5
Kepala Proyek I 7 20
Kepala Proyek II 7 21
Kepala Proyek III 7 22
Dst

Divisi EPC
Unit Kerja Jabatan No. Kopi
Divisi EPC - Jakarta Kadiv 8
Kabag Ang 8 1
Kabag Dal 8 2
Kabag PK 8 3
Kepala Cabang 1 8 4
Kepala Cabang 2, dst 8 5
Kepala Proyek I 8 20
Kepala Proyek II 8 21
Kepala Proyek III 8 22
Dst

Sebelum diperbanyak untuk didistribusi dokumen induk harus


diberi cap “DOKUMEN INDUK”, kopi dokumen induk yang akan
didistribusi termasuk kopi milik Kepala Departemen SDM & Sistem,
Kadiv / Kabag Ang / Kabag Dal harus diberi cap "TERKENDALI"
dan nomor kopi pada setiap halamannya (kecuali lampiran).
Dokumen terkendali milik Kepala Departemen SDM & Sistem, Kadiv
/ Kabag Ang / Kabag Dal juga harus tercatat pada Daftar Distribusi
Dokumen (PK3LMP-WK-06).

2. Dokumen Waskita yang lain


a. Secara umum dokumen yang berupa Prosedur Waskita diberi
penomoran sebagai berikut:
- Pengendali Dokumen memegang dokumen asli yang diberi
kode “Dokumen Induk”.
- Nomor kopi dokumen untuk Direksi adalah nomor 1,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Gedung : no. 2,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Sipil : nomor 3,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Regional I: nomor 4,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Regional II: no. 5,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Regional III : no. 6,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi Regional IV : nomor 7,
- Nomor kopi dokumen untuk Kadiv / Kabag Ang/ Kabag Dal
Divisi EPC : nomor 8,

Dokumen berikutnya yang didistribusikan kepada fungsional lain


di Pusat diberi nomor kopi mulai dari 9 dst.
b. Dokumen diluar Prosedur Waskita didistribusikan oleh
Pengendali Dokumen kepada pihak-pihak yang memerlukan
dengan penomoran disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya
dokumen eksternal yang bersifat lokal (AMDAL Proyek, PERDA),
dokumen kontrak, Gambar kerja, dst.
c. Dokumen induk harus diberi cap “DOKUMEN INDUK” dan cap
“TERKENDALI”, sedangkan dokumen yang didistribusikan diberi
cap “TERKENDALI” dan nomor kopi pada judulnya saja.

3. Buku Rencana Pelaksanaan Proyek


a. Pengendali Dokumen ini di Proyek diberikan nomor kopi 1.
b. Dokumen terkendali yang didistribusikan oleh masing-masing
pengendali di Proyek kepada penerima Dokumen, diberi nomor
kopi mulai nomor 2 dan seterusnya.
c. Untuk distribusi ke Divisi pemberian nomor kopi dilakukan
dengan meneruskan urutan nomor kopi setelah distribusi di
Proyek.
d. Contoh nomor kopi Buku Rencana Pelaksanaan Proyek.
Unit Kerja Jabatan No. Kopi
Proyek Kapro 1
Teknik 1 1
Kalap 1 2
Pelaksana 1 3
Sub Kontraktor 1 4
Pengguna Jasa 1 5
Dst
Divisi Kadiv 2
WaKadiv 2 1
Kabag Ang 2 2
Kabag Dal 2 3
Kabag PK 2 4
Dst
Departemen Kadep Operasi 3
Kabag Dal 1 3 1
Kabag Dal 2 3 2
Dst
Penerima dokumen lainnya disesuaiakan dengan
keterkaitan terhadap dokumen

PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PEMBUATAN DAN DISTRIBUSI
INSTRUKSI KERJA SPESIFIK
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-03 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Katek/Teknik wajib membuat Instruksi Kerja Spesifik untuk Katek/Teknik


keperluan pelaksanaan pekerjaan di Proyek terkait, yang belum
ada dalam perbendaharaan Instruksi Kerja Prosedur Waskita
Bidang Produksi. Instruksi Kerja Spesifik ini harus disahkan oleh
Kapro terkait.

2. Pembuatan Instruksi Kerja Spesifik dilakukan Katek/Teknik, Katek/Teknik


dengan memanfaatkan masukan dari Kalap/Pelaksana dan
Kaloglat sebagai nara sumber, sesuai dengan sifat atau
karekteristik Instruksi Kerja Spesifik yang akan dibuat, contoh :
Instruksi Kerja Pengaturan dan Identifikasi Bahan / Produk
digudang, Pembuatannya memerlukan masukan dari Kaloglat.

3. Bentuk Instruksi Kerja Spesifik sama dengan Instruksi Kerja


PW=Produksi. Pemberian Kode Dokumen untuk Instruksi Kerja
Spesifik adalah berikut :
IKP-PW-PROD - XX - yy / PK, contoh : IKP-PW-PROD-01-01
IKP : Instruksi Kerja Spesifik yang dibuat oleh dan untuk
Kepala Proyek.
PROD : Produksi.
XX : Nomor Prosedur Produksi terkait misal :
01 = Prosedur Dokumentasi, Pengendalian Dokumen
dan Rekaman
yy : Nomor urut Instruksi Kerja, dimuliai dari 01.
PK : Identifikasi jika Instruksi Kerja Spesifikasi dibuat untuk
Proses Khusus

4. Setelah disahkan, Instruksi Kerja Spesifik didistribusi dan


penerapannya.
Katek/Teknik
5. Selain kepada Pelaksana di Proyek, Katek/teknik juga wajib
mendistribusikan Instruksi Kerja Spesifikasi tersebut, kepada
Kabag Pengendalian (Kabag Dal) di Divisi.
Katek/Teknik

6. Kabag Dal di Divisi wajib mendistribusikan Instruksi kerja yang


diterima dari Katek di Proyek - proyek, kepada Kadep Operasi dan
Kadep SDM & Sistem di Pusat.
Kabag Dal
7. Departemen SDM & Sistem memverifikasi dan memilih Instruksi
Kerja Spesifik yang diterima dari Divisi, untuk disahkan sebagai
Instruksi Kerja PW - Produksi.
Kadep SDM &
Sistem
8. Semua 'pendistribusian' dokumen Instruksi Kerja ini dilakukan
sesuai Prosedur Dokumentasi, Pengendalian Dokumen dan
Rekaman (IK-PW-PROD-01).
Katek/Teknik

Distribusi dan penerapan Instruksi Kerja Spesifik ini di Proyek


dilakukan sesuai dengan Instruksi Kerja Distribusi dan Penerapan
Instruksi Kerja (IK-PW-PROD-01-01)
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PEMBUATAN PROSEDUR
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-04 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

PEMBUATAN 1) Pembuatan/Draft awal Prosedur


Pemilik Proses
PROSEDUR diajukan oleh Pemilik Proses
kepada Departemen SDM &
No Sistem dengan melampirkan
hardcopy & softcopy prosedur
beserta Daftar Pengguna
CEK
Prosedur.
Kadep SDM &
Yes No Sistem
2) Departemen SDM & Sistem
melakukan cek dan
Persetujuan penyempurnaan Prosedur,
DIREKSI selanjutnya diajukan kepada Direksi
Direksi.

Yes

3) Direksi melakukan cek dan


DISTRIBUSI persetujuan, apabila terdapat
koreksi dikembalikan kepada Kadep. SDM &
Departemen SDM & Sistem. Sistem
Setelah Direksi menyetujui akan
SOSIALISASI
dilakukan distribusi.

APLIKASI 4) Distribusi Prosedur dikoordinir


oleh Departemen SDM & Sistem. Kadep SDM &
Hardcopy dibagikan kepada Sistem
Direksi dan Kepala Departemen.
USULAN UPDATE Pengguna
Distribusi kepada pihak-pihak
terkait berupa softcopy (sesuai
Daftar Pengguna Prosedur)
No Pengguna
5) Sosialisasi Prosedur oleh
CEK
Departemen SDM & Sistem

Yes
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PERKAKAS TANGAN (HAND TOOL)
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-05 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Perkakas tangan (hand tool) adalah semua alat kerja yang
dioperasikan langsung dengan tangan seperti perkakas tangan
elektrik (electric hand tool), perkakas tangan bertekanan udara
(pneumatic hand tool) dan perkakas tangan berbahan peledak
(explotion hand tool), dan perkakas tangan manual.

2. Memastikan bahwa semua perkakas tangan hanya Katek/Teknik &


dipergunakan oleh personil yang kompeten. Kalap/Pelaksana

3. Pegangan pada semua perkakas tangan harus terpasang


secara cermat dan terikat secara kuat.

4. Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan Katek/Teknik &
jenis perkakas tangan yang dipergunakan, seperti : sarung Kalap/Pelaksana
tangan, kaca mata pelindung, helm dan sepatu bot.

5. Setiap pekerja harus dilatih untuk menggunakan perkakas Katek/Teknik &


tangan. Kalap/Pelaksana

6. Perkakas tangan atau pelindungnya tidak boleh diubah, tidak


diperbolehkan memakai perkakas buatan sendiri.

7. Perkakas milik pekerja (pribadi) akan diperiksa setiap saat. Katek/Teknik &
Kalap/Pelaksana
8. Memastikan penggunaan perkakas tangan mengikuti aturan
atau petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik. Katek/Teknik &
Kalap/Pelaksana

9. Dipilih perkakas yang tepat sesuai dengan jenis pekerjaan


yang ditangani.

10. Tidak diperkenankan memaksakan penggunaan perkakas


melebihi kemampuan perkakas tersebut.

11. Semua perkakas tangan yang menggunakan aliran listrik Katek/Teknik &
sewaktu digunakan harus terlindung dari percikan air dan Kalap/Pelaksana
dijaga terhadap bahaya lainnya yang dapat menimbulkan
hubungan arus pendek atau tersengat aliran listrik.

12. Kabel listrik diusahakan tidak ada sambungan, jika ada


Katek/Teknik &
sambungan kabel listrik harus di isolasi hingga benar-benar Kalap/Pelaksana
terlindung dan ditempatkan didaerah yang aman dan rapi.

13. Menyimpan semua perkakas tangan ditempat yang aman dan Katek/Teknik &
Kalap/Pelaksana
rapi, bila perlu dibuatkan wadah atau tempat tersendiri.

14. Memastikan bahwa semua perkakas tangan setelah selesai Katek/Teknik &
dipergunakan harus dibersihkan dari kotoran yang menempel Kalap/Pelaksana
atau melekat.

15. Perkakas tangan (hand tool) harus selalu dirawat dan selalu Katek/Teknik &
dalam keadaan baik. Kalap/Pelaksana

16. Melakukan pemeriksaan secara berkala semua perkakas


Katek/Teknik &
tangan, bila ditemukan perkakas tangan dalam kondisi rusak Kalap/Pelaksana
maka harus segera diperbaiki atau diganti
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


AKSES KERJA
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-06 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Menyediakan pintu masuk dan pintu keluar darurat di tempat Kapro


kerja.
2. Akses di lapangan maupun tempat kerja dipastikan dalam
kondisi aman.
3. Akses di lapangan yang dipakai rute pekerja dilengkapi dengan
rambu/tanda peringatan yang jelas.
4. Lubang yang ada harus ditutup dan diberi tanda yang jelas,
agar pekerja tidak terperosok kedalam lubang.
5. Material dan peralatan yang berada jalur lalu lintas pekerja
harus disingkirkan.
6. Akses di lapangan harus dijaga kebersihan dan kerapiannya
7. Akses kerja yang licin harus dihindari, jika akses kerja dalam
kondisi licin segera diperbaiki sampai benar-banar aman.
8. Akses dilapangan harus diberi penerangan yang cukup.
9. Akses yang berbahaya harus dilengkapi dengan handrail yang
kuat.
10. Akses yang terjal/curam harus dibuatkan tangga (stairway)
yang memadai.
11. Aliran listrik yang melewati akses kerja harus diberi proteksi
dan diberi tanda.
12. Jalan masuk, pintu darurat dan akses kerja lainnya harus
dijaga dan dipelihara dengan baik.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PERANCAH (SCAFFOLDING)
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-07 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Merencanakan metode pemasangan perancah (scaffolding)


Kapro
pada tahap awal sebelum pekerjaan perancah dimulai .

2. Memeriksa bahan yang akan dipergunakan sebagai perancah


sebelum dipergunakan. Pemeriksaan meliputi antara lain :
a. Memastikan bebas dari keretakan, cacat permukaan dan
lainnya.
b. Memastikan pengunci atau clam berfungsi dengan baik
c. Kondisi tanah/dudukan dipastikan rata dan mampu
mendukung beban perancah dan beban diatasnya
d. Support harus mampu menahan empat kali beban yang
ditumpunya.
e. Apabila ditemukan bagian scaffolding yang rusak harus
segera diperbaiki atau diganti dengan tipe dan jenis yang
sama.

3. Papan Perancah (platform)


a. Papan perancah (platform) yang digunakan sebagai tempat
berpijak pekerja atau sebagai dudukan bahan atau alat,
harus kuat.
b. Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, jika tingginya
>2m
c. Papan dengan bagian yang pecah tidak boleh digunakan.
d. Papan dengan mata kayu lebih dari 2 " tidak boleh
digunakan.

4. Proses pemasangan dan pembongkaran perancah (scaffolding)


boleh dilakukan setelah ada ijin dari Pelaksana yang kompeten
dan harus diawasi.

5. Pemasangan perancah mengikuti gambar kerja. Jika


diperkirakan masih membahayakan maka gambar perlu direvisi
dan perancah diperbaiki sesuai gambar baru.
6. Memberikan pelatihan kepada pekerja sebelum mulai
melakukan pemasangan perancah (scaffolding).

7. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain helm,


sepatu bot, harness safety belt/safety belt dsb.

8. Pemasangan platform :
a. Titik tumpuan akhir papan platform harus terletak pada
support
b. Overlap platform tidak boleh kurang dari 30cm melewati
support.
c. Kayu platform tidak boleh dicat yang dapat menutupi
keretakan.
d. Pemasangan kayu platform harus rapat.
e. Jenis/ komponen platform harus dengan ukuran dan tipe
sama
f. Permukaan support harus dipastikan dalam kondisi datar
g. Perletakan akhir platform dalam kondisi bebas atau tidak
dipaku harus lebih panjang minimum 15 cm dari support.
h. Bracing dalam kondisi terkunci.

9. Jika ketinggian scaffolding empat kali lebar base nya harus


dipasang support yang diikatkan ke bangunan atau tiang untuk
menjaga kestabilannya.

10. Pekerja yang bekerja di platform dipastikan terbebas dari


instalasi listrik.

11. Pekerja tidak diperkenankan naik lewat crossbrace.

12. Memasang jaring pengaman (safety net) sekeliling scaffolding


bila diperlukan
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


MAKANAN (CATERING)
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-08 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Bahan makanan yang dibeli harus dalam kondisi baik (masih


segar, tidak bau, atau tidak kadaluarsa), bila makanan dibeli Kapro/KSDM
dalam kondisi instan maka harus dipilih warung/restoran yang
dijamin kebersihannya.

2. Air yang dipergunakan untuk minum seluruh personil yang


diambil dari sumber air tanah di semua area kerja termasuk
kantin/warung yang berada disekitar lokasi pekerjaan harus
diuji terlebih dahulu kelayakannya untuk diminum di
laboratorium oleh suatu instansi/lembaga yang berwenang
dengan menerbitkan sertifikat/surat keterangan layak untuk
diminum.

3. Menu makanan bagi pekerja harus sudah diperiksa kelayakan


dan kecukupan kebutuhan kalorinya.

4. Tempat penyimpanan makanan harus bersih (tidak berdebu,


tidak banyak lalat / tikus dll.), bila perlu disimpan di almari
atau diberi penutup.

5. Tempat yang dipergunakan untuk memasak (panci, wajan dll)


dalam kondisi baik ( tidak berkarat, tidak berdebu dll.)

6. Alat sarana yang dipergunakan untuk makan/minum (piring,


gelas sendok, garpu dll.) harus bersih dan dalam kondisi baik
(tidak berdebu, tidak berkarat, tidak pecah dll.)

7. Makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terkontaminasi


dengan bahan kimia atau bahan lain yang dapat menyebabkan
sakit.

8. Tempat untuk makan (meja, kursi dll.) permukaannya harus


bersih, tidak banyak serangga yang dapat menyebabkan sakit
(lalat, kecoa dll.)
9. Sebelum makan/minum tangan harus bersih dari kotoran yang
melekat.

10. Tempat penyimpanan makanan/tempat makan tidak


diperkenankan berdekatan dengan tempat penyimpanan bahan
kimia yang berbahaya.

11. Menyediakan tempat sampah untuk menampung pembungkus


makanan / sisa makanan.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


TANGGA (LADDER)
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-09 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Gunakan tangga (ladder) sesuai fungsinya, tidak


diperkenankan menyambung tangga jika jangkauan kurang
tinggi.

2. Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain


meliputi:
a. Cara menggunakan tangga yang benar
b. Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
c. Menempatkan, menyimpan dan memelihara tangga.
Maksimum beban yang boleh diangkut lewat tangga.

3. Tidak diperkenankan membebani tangga diluar kemampuan


daya dukungnya.

4. Pastikan area dibawah maupun diatas tangga dalam kondisi


terbebas dari bahaya (clear).

5. Pastikan tangga harus aman dari pergerakan/pergeseran


sewaktu dipergunakan.

6. Pastikan tangga bertumpu pada permukaan yang stabil dan


memasang penahan geseran ( slip resistant ) pada kakinya.

7. Pengunci (cross bracing) pada tangga harus dipastikan


berfungsi dengan baik, jika ditemukan pengunci dalam
keaadaan rusak atau tidak berfungsi dengan baik maka tangga
tersebut tidak diperkenankan untuk dipakai.

8. Jika tangga dipandang tidak memenuhi syarat untuk


digunakan maka harus dipasang tulisan “Rusak jangan
dipakai“.

9. Tidak diperkenankan menggunakan anak tangga terakhir


sebagai pijakan.
10. Tangga harus bertumpu minimal 1 m dari titik tumpu bagian
atas tangga.

11. Penggunaan tangga yang tertumpu bebas pada dinding,


bagian horizontal dan bagian tegak minimal berbanding 1 : 4

12. Jika penggunaan tangga berdekatan dengan alat listrik / aliran


listrik, tangga harus terbuat dari bahan yang nonconductive
seperti kayu dan fiberglass.

13. Pada saat menaiki atau menuruni tangga, muka harus


menghadap tangga dan pergunakan minimum satu tangan
untuk pegangan.

14. Tidak diperkenankan membawa peralatan / material yang


terlalu berat atau dapat mengganggu keseimbangan.

15. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, seperti sepatu


bot, helm dsb.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR
LIGHTMETER
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-26 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

A. Sebelum Melakukan Pengukuran


1. Persiapan awal sebelum menuju ke lokasi pengukuran
cahaya, antara lain :
- Membaca instruksi kerja ini sebagai pedoman kerja.
- Mengecek kelengkapan, kondisi dan fungsi kerja alat;
- Menyiapkan form hasil pengukuran;
- Mengidentifikasi lay out atau denah area pengukuran
- Menentukan titik-titik sampling dan memberikan
penomoran pada tiap titik sampling tersebut untuk
memudahkan dalam pencatatan
2. Memastikan isi kotak alat light meter masih lengkap sesuai
katalog yang dikeluarkan oleh pabrik, yaitu berisi: alat light
meter, light sensor beserta tutupnya, light meter manual
book, calibration certificate, batre, dan plastik/busa
penahan.
3. Memastikan semua perlengkapan dalam kondisi baik :
 Light meter tidak kotor dan tidak cacat
 Light sensor lengkap dengan cover/penutupnya.
 Manual book tidak sobek dan tidak ada halamannya
yang hilang.
 Kartu certificate tidak sobek / hilang.
 Baterai masih berfungsi dan siap untuk digunakan.
 Cetakan huruf dan angka pada badan alat light meter
masih terbaca dengan jelas.
 Plastik penahan dan kotak penyimpanan alat dalam
kondisi baik.
4. Cara pengecekan baterai adalah dengan menyalakan alat
light meter terlebih dahulu. Bila pada sisi kiri display/layar
muncul symbol ”LBT”, mengindikasikan bahwa baterai
sudah low/lemah, dan baterai sudah harus diganti dan
siapkan batrai cadangan
5. Pelaksanaan pengukuran cahaya sebaiknya dilakukan pada
saat aktivitas kerja normal berlangsung.
6. Personal atau operator pengukuran harus terlatih, mengerti
metode pengukuran pencahayaan dan cara pengoprasian &
perawatan alat light meter beserta kelengkapannya
7. Mencatat lokasi, hari/tanggal/bulan/tahun, waktu, dan
nama operator, nama & nomor seri alat, dan tanggal
kalibrasi terakhir alat serta syarat kondisi lingkungan pada
saat pengoprasian alat Light Meter, yaitu:
- Suhu : 0oC – 50oC atau 32oF – 122 oF
- Kelembaban : Max. 80%RH
B. Cara pengoperasian Alat Ukur Cahaya (Light Meter)

1. Sambungkan kabel sensor dengan alat light meter


2. Tekan tombol LUX/FC, kemudian pilih unit pengukur LUX
3. Arahkan tombol range hasil pengukuran
- 2.000 Lux, untuk rentang hasil: 0 – 1.999 Lux
- 20.000 Lux, untuk rentang hasil: 1.800 – 19.990 Lux
- 50.000 Lux, untuk rentang hasil: 18.000 – 50.000 Lux
4. Tentukan type sumber pencahayaan/lampu yang
digunakan, yaitu:
- Daylight (S)
- Tungsten (L)
5. Tekan tombol POWER, dengan sensor yang masih dalam
keadaan tertutup
6. Lakukan kalibrasi sederhana, yaitu dengan cara menekan
tombol ZERO, kemudian display akan menunjukan nilai
”0” (nol).
7. Letakkan sensor cahaya pada titik sampel, dan lepaskan
penutup sensor. Dan tunggu beberapa saat untuk
mendapatkan hasil yang pengukuran yang stabil,
kemudian catat hasilnya.
8. Untuk mengholding / menahan angka hasil, tekan tombol
HOLD, kemudian di display/layar bagian atas akan
muncul simbol ”D.H”. Untuk mebatalkannya tekan
kembali tombol HOLD satu kali, dan simbol ”D.H” juga
akan menghilang.
9. Untuk melakukan Data Record dan mengetahui data
Maximum, Minimum, dan Rata-ratanya (Average) yang
sudah tertangkap oleh sensor, maka:
- Tekan tombol REC, dan di display akan muncul simbol
”REC”.
- Kemudian tunggu beberapa saat, ± 1 menit.
- Setelah itu tekan tombol CALL
Pada tekanan pertama akan muncul symbol MAX dan
angka hasilnya. Begitu juga dengan tekanan kedua dan
ketiga, akan muncul symbol MIN dan AVG beserta angka
hasilnya.
Untuk menonaktivkan fungsi Data Record, tekan lagi
tombol REC satu kali. Dan data yang sudah terecord akan
hilang.
10. Untuk mematikan alat, tekan tombol POWER. Namun,
alat juga dapat mati secara otomatis bila dalam 10 menit
tidak ada tombol yang ditekan.
11. Jangan lupa untuk mengisi keterangan tambahan pada
form hasil, sesuai dengan nomor titiknya. Keterangan
tambahannya, yaitu:
- Range yang digunakan;
- Type lampu;
- Sistem pencahayaan, general atau supplemental.
General, yaitu pencahayaan yang dipasang untuk
menerangi ruangan secara umum. Sedangkan
supplemental, yaitu pencahayaan tambahan (contohnya
lampu meja belajar).
12. Untuk mengatur kontras pada layar monitor / display,
maka putar panel yang ada di sisi kanan badan alat.
Operator harus berhati-hati supaya tidak menimbulkan
bayangan dan pantulan cahaya yang disebabkan oleh pakaian
operator ke sensor.
Cara penempatan sensor :
- Letakkan sensor sejajar dengan posisi permukaan area
kerja yang akan diukur dan mengarah pada sumber
cahaya;
- Alat ukur (sensor) harus sedekat mungkin dengan titik
pengukuran;
- Untuk area seperti koridor, lemari penyimpanan
dokumen, rak buku, dan sejenisnya, maka sensor
diletakkan pada titik 30 inch dari lantai dan atau 30 inch
dari langit-langit;
- Untuk area yang digunakan untuk berlalu-lalang pekerja,
maka pengukuran dimulai pada awal area dan dengan
jarak antar titik pengukuran ± 5 meter. Dan jarak antar
titik tersebut tidak ditentukan oleh letak lampu.
Sangat penting untuk selalu berhati-hati selama melakukan
kegiatan pengukuran agar alat, termasuk sensornya tidak
rusak, baik itu fisiknya maupun fungsi kerja atau softwear-nya.
Hindari terjadinya benturan keras, alat terjatuh, tertimpa
benda berat, kaca sensor dan display alat tergores maupun
pecah, terkena cairan, kontak dengan sumber panas, dan
berada di lingkungan yang suhu dan kelembapannya tidak di
persyaratkan.
Usahakan agar kegiatan pengukuran tidak mengganggu proses
kerja.
C. Hasil Pengukuran
1. Beri simbol ”√” pada kolom ”S” (sesuai) jika hasil
pengukuran telah memenuhi standar, & ”TS” (tidak sesuai)
bila tidak memenuhi standar.
2. Tambahkan informasi mengenai ada tidaknya kesilauan
pada titik pengukuran, atau informasi ketidak sesuaian
yang lainnya pada kolom ”catatan”.
3. Standar hasil pengukuran mengacu pada Peraturan Mentri
Perburuhan No. 7 Tahun 1964, tentang Syarat-syarat
Kesehatan, Kebersihan & Penerangan di Tempat Kerja.
Contohnya standar minimal untuk pekerjaan kantor
(menulis, membaca, mengarsipkan, dll) adalah 300 Lux.
Toilet & kamar mandi adalah 100 Lux. Gang atau tangga di
dalam gedung yang selalu dipakai adalah 50 Lux.

Interprestasi Hasil Pengukuran :


1. Hasil pengukurn hanya mewakili titik pengukuran, bukan
area
2. Hasil pengukuran tidak dapat dijumlahkan maupun dirata-
ratakan
3. Tingkat pencahayaan di area kerja dikatakan sesuai jika
hasil pengukuran sesuai dengan standard yang di syaratkan
4. Suatu area kerja yang mempunyai lebih dari satu titik
pengukuran, maka jika terdapat hasil pengukuran yang
tidak sesuai dengan standard, maka tingkat pencahayaan di
area tersebut dianggap tidak memenuhi standard.
D. Penyimpanan & Perawatan Alat
1. Simpan alat pada tempat dengan syarat lingkungannya:
- Suhu : 10oC – 60oC atau 32oF – 104 oF
- Kelembaban : 10%RH – 75%RH
2. Pastikan bahwa alat tersimpan ditempat yang kering dan
terhindar dari pengaruh vibration / getaran.
3. Bersihkan alat dan kotaknya secara priodik dengan
menggunakan kain lap yang kering, dan jangan
menggunakan bahan kimia pelarut (solvent) contohnya
tiner.
E. Penyusunan Laporan Hasil Pengukuran

1. Dokumen laporan memuat:


- Form hasil pengukuran;
- Layout area pengukuran;
- Light-map yang berisi titik-titik lampu & titik-titik
sampling.
2. Bila ditemukan ketidaksesuaian, maka lampirkan pula
permintaan tindakan perbaikan & pencegahan (PW-K3LMP-
07-03) yang harus dilakukan.
3. Operator harus membuat dan mengarsipkan dengan rapi
laporan hasil pengukuran pencahayaan yang sudah ia
lakukan.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk
INSTRUKSI KERJA (IK)
KALIBRASI INTERNAL METERAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-01-29 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Kalibrasi Internal meteran adalah pengecekan ukuran panjang Bersertifikat


meteran dengan cara membandingkannya dengan meteran induk
utama ataupun dengan meteran induk. Terbuat dari
baja ada label
2. Meteran Induk Utama adalah meteran yang telah dikalibrasi oleh ”JANGAN
Badan kalibrasi yang diakui. DIPAKAI”
ditempat kusus
3. Meteran Induk adalah meteran yang telah dikalibraasi terhadap
Meteran Induk Utama.

4. Meteran Induk Utama disimpan di Kantor Divisi dan Meteran


Induk disimpan di Kantor Proyek

5. Semua meteran yang akan dipergunakan di Proyek harus di


kalibrasi internal terlebih dahulu. Diusahakan
sama merknya
6. Meteran di proyek bisa dinyatakan layak pakai apabila Terbuat dari
mempunyai ketelitian panjang sebesar / sesuai spesifikasi yang Baja
telah disyaratkan dalam proyek, bila dibandingkan dengan
meteran induk yang ada dikantor proyek atau meteran induk
utama yang ada di Kantor Divisi. Bila dalam spesifikasi proyek
tidak menyatakan ketelitian panjang, maka penyimpangan yang
diijinkan: maksimum 1 milimeter tiap 5 meter panjang.

7. Meteran yang lulus kalibrasi internal diberi label ”Status


Berupa Stiker
pengesahan” oleh Koordinator Surveyor di Kantor Divisi atau
Surveyor di Kantor Proyek, atau petugas yang ditunjuk.

8. Meteran Induk setiap dua tahun dilakukan kalibrasi ulang di


kantor Divisi sedang meteran yang dipergunakan kalibrasi ulang
dilakukan setiap 6 bulan di kantor pryek atau di Kantor Divisi.

Semua meteran yang dikalibrasi dibuat daftarnya yang berisi :


Merk, panjang, tanggal kalibrasi & kalibrasi ulang serta pemakai
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


IJIN KERJA
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-01 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Untuk memasuki/melakukan aktivitas di lokasi pekerjaan yang


berisiko tinggi harus mendapat ijin terlebih dahulu dari
pejabat/pengawas yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pekerjaan tersebut.

2. Pekerjaan yang berisiko tinggi antara lain :


2.1. Bekerja di ruang terbatas (confined space),
2.2. Bekerja menggunakan bahan kimia,
2.3. Bekerja dengan bahan mudah terbakar,
2.4. Bekerja dengan bahan mudah meledak,
2.5. Bekerja yang berhubungan dengan listrik,
2.6. Bekerja di ketinggian,
2.7. Bekerja dengan penyelaman,
2.8. Pekerjaan pasang , bongkar serta pindah perancah atau
scafolding,
2.9. Memindahkan barang berat,
2.10. Melakukan pekerjaan pembongkaran,
2.11. Bekerja diluar jam kerja normal dengan pengawas tidak
ada ,
2.12. Penggalian lebih dari 2m,
2.13. Dan pekerjaan sejenis lainnya

3. Jika subkontraktor/mandor/pekerja akan melaksanakan


pekerjaan berisiko tinggi, maka harus mengajukan ijin kerja
kepada pelaksana terkait.

4. Sebelum memberikan ijin kerja, pelaksana terkait harus


melakukan pemeriksaan terhadap potensi bahaya yang ada di
area kerja dan membuat checklist.

5. Pelaksana terkait memberikan penjelasan kepada peminta ijin


kerja meliputi : potensi bahaya yang ada, penggunaan alat
pelindung diri yang benar.
6. Ijin kerja akan diberikan setelah semua persyaratan dipenuhi.

7. Ijin kerja (formulir K3LMP-25-01) berlaku sesuai dengan batas


waktu yang diberikan dalam ijin kerja tersebut atau setelah
terjadi kondisi darurat.

8. Pelaksana wajib memeriksa semua peralatan yang akan


dipergunakan dan alat pelindung diri yang dipakai sesuai
persyaratan dalam surat ijin kerja.

9. Pemakaian alat/mesin–mesin tertentu/berisiko tinggi, hanya


diperbolehkan jika sudah ada ijin. Alat/mesin–mesin tersebut
antara lain seperti ramset, toxler dan alat/mesin–mesin lainnya
yang dapat menyebabkan celaka.

10. Peralatan/mesin–mesin tersebut setelah selesai dipakai harus


disimpan ditempat yang telah ditentukan dan dipastikan dalam
kondisi aman.

11. Setelah selesai melakukan pekerjaan yang berisiko tinggi,


Pekerja harus lapor kepada pejabat/pengawas yang
berwenang dan memastikan pekerjaan ditinggalkan dalam
kondisi aman.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PEKERJAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
INSTALASI LISTRIK
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-02 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Memasang/melengkapi alat penangkal petir pada lokasi –


lokasi kerja tertentu (terbuka dan atau tinggi).

2. Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain


meliputi:
- Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
- Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.

3. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :


sepatu bot dari bahan karet atau berisolasi dan tidak
diperkenankan dengan kaki telanjang.

4. Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada


waktu bekerja yang berhubungan dengan instalasi listrik.

5. Memasang/memberi tanda bahaya pada setiap peralatan


instalasi listrik yang mengandung risiko atau bahaya (voltage
tinggi).

6. Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau


instalasi listrik yang dipergunakan untuk bekerja sudah
terpasang dengan baik.

7. Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau


instalasi listrik lainnya, bila petugas pemeriksa menemukan
pintu panel dalam keadaan terbuka atau tidak terkunci maka
petugas tersebut harus memeriksa keadaan panel tersebut dan
segera mengunci.

8. Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik


dalam kondisi terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan
isolasi harus segera diperbaiki dengan membungkus kabel
listrik tersebut dengan bahan isolator.
9. Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap
jaringan atau instalasi listrik untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja akibat listrik.

10. Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang


dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan.

11. Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur
tidak diperkenankan melakukan pekerjaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik.

12. Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran


listrik dalam kondisi mati dan memasang label/tanda
peringatan pada panel atau switch on/off “Aliran listrik Jangan
Dihidupkan” untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja
akibat aliran listrik yang dihidupkan dengan tiba-tiba oleh
petugas yang lainnya atau pekerja.

13. Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik


harus sudah dicabut dari stop kontak sebelum meninggalkan
pekerjaan
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


BEKERJA BERHUBUNGAN DENGAN GAS
BERACUN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-03 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Melakukan identifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan


gas beracun dan mencatat hasilnya.

2. Tempat-tempat kerja yang kemungkinan mengandung gas


beracun harus diadakan pengujian lebih dahulu sebelum
pekerja memasuki tempat tersebut untuk bekerja. Misalnya
septictank, pengelasan dalam tangki dsb.

3. Untuk memasuki/melakukan aktivitas di lokasi pekerjaan yang


berhubungan dengan gas beracun harus mendapat ijin dari
pelaksana/pengawas yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pekerjaan tersebut.

4. Memakai alat pelindung diri (APD) yang sesuai, misalnya


masker dsb.

5. Lokasi kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup.

6. Gunakan bahan seminimal mungkin, bila mungkin melakukan


penggantian bahan yang berbahaya dengan bahan serupa
yang tingkat berbahaya lebih rendah.

7. Mengatur jarak sedemikian rupa antara bahan yang digunakan


dengan para pekerja.

8. Menghindari bekerja pada lokasi kerja yang mempunyai suhu


maupun tekanan udara tinggi.

9. Menjauhkan benda/bahan yang mengandung gas beracun dari


sumber api.

10. Menyediakan air, bila memungkinkan dalam kondisi mengalir


dan mudah terjangkau .
11. Menyimpan bahan yang mengandung gas beracun ditempat
yang aman dan diberi label atau identitas yang mencakup :
nama bahan, simbol bahaya, risiko penggunaan, langkah-
langkah keselamatan, nama dan alamat penyalur atau
pabrikan.

12. Memasang rambu/tanda peringatan misalnya “ Selain yang


berkepentingan dilarang masuk” , Awas bahaya gas beracun”
dsb.

13. Pengawas pekerjaan/Pelaksana harus memonitor masing-


masing lokasi dimana pekerjaan yang berhubungan dengan
gas beracun sedang dilakukan.

14. Menyediakan alat pemadam kebakaran yang sesuai.

15. Menggunakan atau menangani bahan tersebut sesuai dengan


prosedur keselamatan yang dikeluarkan oleh pabrik dan
material safety data sheet (MSDS).

16. Melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat kerja yang


mengandung gas beracun dan mencacat hasilnya, jika
ditemukan kondisi yang berbahaya dan tindakan berbahaya
segera melaporkan ke pelaksana terkait untuk diadakan
tindakan pengamanan.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


BEKERJA DIRUANG TERBATAS
(CONFINED SPACE)
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-04 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Melakukan identifikasi tempat kerja yang termasuk confined
space.
Confined space adalah area kerja yang :
a. Tidak dikehendaki atau tidak dapat diperkirakan terlebih
dahulu
b. Terbatas saat masuk maupun keluar
c. Dipengaruhi oleh suhu udara
d. Kurang ventilasi atau kurang oksigen
e. Kemungkinan terkontaminasi dengan zat/gas beracun
berbahaya.
Contoh Confined space antara lain : Lubang / sumur/
terowongan, Pipa, Silo, Tangga putar, Saluran Pembuangan,
Tangki, Ruang Pendingin, dll.

2. Melakukan pengujian terhadap kemungkinan potensi bahaya


pada confined space, antara lain : kekurangan oksigen (NAB=
19,5%-23,5%), kandungan gas beracun H2S (NAB < 10 ppm),
CO2 (NAB ≤ 5000 ppm)(SNI 19-0232-2005), LEL (NAB < 10
%) dan material mudah meledak (Rockwoll, LPG, Thinner,
Acetylene, Hydrosulfida (H2S) dan barang sejenisnya).

3. Hasil pengujian dicatat dan diarsipkan.

4. Sebelum mulai bekerja di ruang terbatas (confined space)


harus mendapat ijin tertulis dari pengawas atau orang yang
ditunjuk.

5. Menyediakan ventilasi atau memasang blower / fan


(penghembus udara) agar pekerja leluasa menghirup udara /
oksigen

6. Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) yang sesuai, seperti :


masker, helm, sepatu bot, sarung tangan dsb.
7. Memberikan penerangan yang cukup dan sarana untuk
pengamanan seperti tangga, tali, handy talky dll serta dijaga
agar tetap berfungsi

8. Menugaskan personil (petugas khusus) untuk menjaga di luar


ruangan selama kegiatan yang telah diotorisasi tersebut
berlangsung.

9. Memberikan pelatihan kepada para pekerja sebelum bekerja di


ruang terbatas (confined space)

10. Tidak diperkenankan memberikan pertolongan di area kerja


confined space, apabila tidak yakin bisa melakukan
pertolongan. Dalam memberikan pertolongan harus mengikuti
prosedur dan melakukan pertolongan pertama menggunakan
sarana / fasilitas yang tersedia dan memadai.

11. Memasuki area Confine Space untuk pemaparan selama 8 Jam


sehari atau 40 Jam seminggu Nilai ambang batas (TLV-TWA
/Threshold Limit Value-Time Weighted Average) H2S adalah 10
ppm & 15 Menit bila paparan melebihi 20 ppm.

12. SOP untuk bekerja diruangan terbatas dapat dilihat pada SOP
No. SOP-IK-PW-PROD-02-04
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


BEKERJA DI DAERAH PADAT LALU LINTAS
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-05 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Melakukan identifikasi tempat kerja yang berada di area padat


lalu lintas yang berpotensi bahaya dan kemungkinan dapat
menimbulkan celaka.

2. Merencakan tindakan pengendalian risiko sesuai hasil


identifikasi bahaya yang ada antara lain meliputi :
a. Penyediaan zona aman sebagai pemisah antara pekerja,
area kerja, material/alat dan badan jalan.
b. Pemasangan tanda peringatan/rambu, pembatas, lampu
penerangan.
c. Pengaturan jalur pergerakan kendaraan dengan orang
yang aman.

3. Memastikan bahwa kondisi area kerja aman terhadap instalasi


(kabel listrik, kabel telepon, pipa gas, pipa air bersih dsb) saat
merencanakan pekerjaan galian.

4. Melakukan konsultasi dengan pihak Polisi, Pemda setempat


dan instansi/lembaga yang terkait untuk memperoleh ijin,
kewenangan bekerja di area yang padat lalu lintasnya.

5. Memasang rambu yang jelas dan mudah terbaca pada jarak


100 m sebelum memasuki lokasi tempat keluar/masuk
kendaraan, misalnya :
a. Peringatan bersifat himbauan : “ Awas hati-hati banyak
kendaraan keluar/masuk Proyek “, “ Kendaraan harap
pelan-pelan” dsb.
b. Peringatan atau petunjuk terhadap kondisi jalan yang
akan dilalui. “ Awas jalan sempit “ , “Awas jalan licin “ , “
Awas tanah longsor”.
c. Peringatan bersifat larangan “ Selain kendaraan proyek
dilarang masuk”
d. dsb.
6. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang ditangani, seperi helm, sepatu bot dsb.

7. Memasang pembatas atau pagar pengaman.

8. Menempatkan petugas pengatur lalu lintas yang dilengkapi


dengan bendera/ light hand, alat komunikasi (handy talky),
tanda stop di kedua ujung jalan dan scotch-light yang
dipasang di baju atau lampu senter agar mudah diketahui pada
malam hari.

9. Memasang lampu penerangan yang cukup dilokasi kerja dan


tempat petugas pengatur, bila perlu dibuatkan gardu/pos
pengaturan.

10. Menjaga dan merawat permukaan jalan selalu tetap bersih dari
kotoran atau ceceran muatan kendaraan yang dapat
menyebabkan permukaan jalan menjadi licin sewaktu hujan.

11. Memperbaiki kondisi jalan yang rusak, agar kendaraan tidak


terperosok yang mengakibatkan celaka atau kemacetan lalu
lintas.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


BEKERJA DI KETINGGIAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-06 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Melakukan identifikasi potensi bahaya semua pekerjaan yang
berada di ketinggian dan hasilnya dicatat.

2. Merencanakan pengendalian terhadap kemungkinan risiko


yang akan terjadi (risk control) dan mencatat hasilnya.

3. Sebelum bekerja, para pekerja harus mendapat ijin terlebih


dahulu dari pelaksana terkait.

4. Memastikan para pekerja yang akan bekerja di ketinggian


harus dalam kondisi sehat dan tidak mempunyai rasa takut
bekerja di ketinggian.

5. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai sesuai


dengan aspek keselamatan kerja, harness safety belt, helm
dan sepatu bot.

6. Memasang tali pengaman (life line) untuk mengaitkan harness


safety belt/safety belt yang cukup kuat dan aman untuk
menahan beban pekerja bila terjadi bahaya dan tidak
mengganggu pergerakan pekerja.

7. Membuat platform untuk pekerja, alat dan bahan yang cukup


kuat dan aman. Tepi plat form harus diberi railing/pagar
pembatas yang kuat/ mampu menahan dorongan minimal 100
kg.

8. Menempatkan peralatan atau bahan kedalam kantong / wadah


agar tidak mudah jatuh.

9. Menutup lubang yang berukuran lebih besar dari telapak kaki


dengan bahan yang cukup kuat.

10. Membersihkan platform yang licin sehabis hujan dan pekerjaan


dapat dimulai setelah platform dipastikan aman.
11. Bila dipersyaratkan atau bila dipandang perlu maka jaring
pengaman harus dipasang

12. Penumpukan sementara material harus dibatasi dan


ditempatkan tidak terlalu ketepi dan disusun sedemikian rupa
sehingga tidak mudah jatuh dan pekerja memiliki ruang kerja
yang cukup leluasa.

13. Pelaksana pekerjaan harus memonitor masing-masing lokasi


dimana pekerjaan di ketinggian sedang dilakukan.

14. Melakukan inspeksi semua pekerjaan ditempat ketinggian dan


hasilnya dicatat, jika ditemukan kondisi maupun tindakan yang
berbahaya segera melaporkan ke pelaksana terkait, dan segera
di amankan/ diperbaiki.

15. Tidak diperkenankan meninggalkan pekerjaan dalam keadaan


bahan yang terpasang mudah terlepas dan peralatan serta
bahan dipastikan sudah tersimpan rapi di kantong.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGANGKUTAN BEBAN SECARA MANUAL
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-07 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Semua pekerjaan yang melibatkan pengangkutan dan
penanganan beban secara manual harus dilakukan evaluasi
terhadap kemampuan angkut maksimum pekerja (50 kg)
untuk mencegah punggung dari terpelintir pada saat
mengangkut. Untuk beban diatas 55 kg harus menggunakan
peralatan mekanis.

2. Beban berat yang akan dipindahkan atau diangkut yang


melebihi batas maksimum kemampuan angkut pekerja, benda
yang sulit ditangani atau benda yang ujung-ujungnya tajam
harus menggunakan jenis peralatan angkut yang sesuai.

3. Apabila kondisinya sedemikian rupa sehingga tidak


memungkinkan menggunakan peralatan untuk mengangkat
beban tersebut, maka harus dikembangkan suatu rencana
alternatif pengangkutan beban secara manual dengan menilai
tingkat bahayanya dan memastikan tingkat keselamatan yang
memadai untuk mencegah cidera.

4. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :


sepatu bot, helm dan sarung tangan

5. Memeriksa beban yang akan diangkut untuk mengetahui


ukuran, bentuk, sifat, jenis, stabilitas, dan tempat tujuan yang
akan dicapai

6. Memeriksa jalur lintasan yang akan dilalui untuk memastikan


terbebas dari rintangan atau hal-hal yang membahayakan.

7. Menjaga posisi badan atau anggota tubuh sebagai berikut :


a. Kaki dalam posisi rata dan terpisah 30-40 cm (mendekati
lebar pinggul) dengan satu kaki di depan kaki lainnya
untuk mendapatkan posisi yang mantap.
b. Bengkokkan kaki separuh, seolah-olah duduk.
c. Jaga punggung lurus tetapi miring ke depan cukup jauh
sehingga lengan dapat mengangkat pada arah vertical
d. Pegang barang kuat-kuat, periksa beban dengan
menggoyangkan sedikit.
e. Tarik nafas dalam-dalam
f. Waktu akan mengangkat, luruskan kaki dan tubuh,
gerakkan lengan ke posisi yang nyaman.
g. Jangan pelintir punggung pada waktu mengangkut
beban.

8. Pertahankan barang dekat dengan tubuh pada waktu


mengangkut, membawa dan menurunkan dan minta tolong
apabila mengalami kesulitan.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGGALIAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-08 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Sebelum penggalian tanah di setiap tempat dimulai, stabilitas


tanah harus diuji terlebih dahulu oleh Teknik atau Pelaksana di
lokasi galian dan lingkungan sekitar lokasi galian.

2. Sebelum melakukan penggalian harus dipastikan lokasi


instalasi kabel listrik, instalasi pipa gas, air bersih dan instalasi
lainnya dengan memasang patok-patok yang jelas sebagai
tanda lokasi serta melakukan koordinasi dengan pihak terkait,

3. Merencanakan dan menyiapkan sistem perlindungan


(protective sistem) terhadap kemungkinan bahaya yang terjadi
sebelum penggalian dimulai. Sistem perlindungan harus
mampu menahan seluruh kemungkinan longsoran. Sistem
perlindungan antara lain :
a. Penggunaan framework untuk lahan kerja
b. Proteksi pada dinding galian
c. Pembuatan drainase untuk mengalirkan air
d. Pengaturan operasi alat berat atau kegiatan lain yang
membahayakan
e. Proteksi terhadap jaringan / instalasi kabel / pipa di lokasi
galian
f. Proteksi terhadap kemungkinan adanya gas beracun
g. Proteksi terhadap kekurangan udara / oksigen
h. Menempatkan tangga pada galian yang dalam lebih dari 2
(dua) meter dan dengan jarak maksimum 8 m dari pekerja.

4. Membekali pekerja dengan alat pelindung diri (APD) yang


sesuai seperti helm, sepatu bot, sarung tangan serta sarana
pengamanan lainnya seperti tangga dan tali dsb, jika
kedalaman galian melebihi tinggi pekerja. Jarak antar tangga
minimum 25 feet atau 7,62 m.

5. Memberikan penjelasan kepada pekerja mengenai potensi


bahaya yang mungkin terjadi, antara lain bahaya longsor dan
cara penyelamatan diri.
6. Memasang barikade, rambu atau stop log sebagai pembatas
roda kendaraan angkut material di lokasi galian.

7. idak diperkenankan meletakkan hasil galian terlalu dekat


dengan pinggir galian. Jarak yang aman minimum 2 (dua) feet
atau 0,65 m dari batas tepi galian.

8. Tidak diperkenankan memarkir alat berat dekat dengan tepi


galian dan memastikan alat berat diparkir di tempat yang
aman dan rata.

9. Melakukan inspeksi secara periodik oleh petugas yang


kompeten. Apabila petugas menemukan atau melihat indikasi
kegagalan dari sistem perlindungan (protective sistem) atau
bahaya yang lain, maka segera memerintahkan kepada pekerja
untuk meninggalkan pekerjaan galian dan melarang pekerja
kembali ke lokasi galian sebelum tindakan perbaikan dilakukan.

10. Inspeksi juga harus dilakukan pada galian setelah kondisi


hujan, banjir atau keadaan lain yang membahayakan galian
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PEMBONGKARAN BANGUNAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-09 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Merencanakan langkah-langkah pengamanan K3 untuk semua


pekerja yang berada di tempat kerja sebelum memulai kegiatan
pembongkaran bangunan.
2. Melakukan engineering survey, antara lain mencakup :
a. Melihat kondisi struktur yang akan di bongkar termasuk
peninjauan atas kekuatan bangunan, bagian yang tidak stabil
dari bangunan dan kemungkinan collapse .
b. Merencanakan metode, peralatan dan tenaga yang akan
dipergunakan untuk pembongkaran serta untuk pengamanan
kepentingan publik.
c. Perhitungkan potensial hazard seperti terkubur, celaka dll
d. Menetapkan perangkat K3 kedalam setiap tahap kegiatan,
antara lain : jaring pengaman, rambu/tanda peringatan, alat
pelindung diri dll.
e. Jika bangunan yang akan dibongkar sudah rusak karena
kebakaran, banjir, huru-hara atau sebab lainnya, maka perlu
direncanakan suatu sistem pengamanan seperti : bracing,
shoring dll untuk melindungi pekerja dari kemungkinan
robohnya bangunan.
3. Menetapkan petugas yang kompeten dan berpengalaman atau ahli
dalam melaksanakan pembongkaran bangunan
4. Membuat jalanan yang aman untuk lalu lintas pekerja.
5. Memastikan semua aliran listrik dalam kondisi mati ( shut off )
sebelum pelaksanaan pembongkaran di mulai dan saluran air dan
gas dalam kondisi mati/tertutup. Jika dipandang membahayakan,
maka aliran listrik, saluran air dan gas dapat dipindahkan ke lokasi
sementara di luar bangunan dan dalam kondisi aman.
6. Mengunakan alat pelindung diri yang sesuai, helm, sepatu bot,
sarung tangan, masker dsb.
7. Menyiapkan pelayanan kecelakaan kerja, antara lain : petugas P3K
atau tenaga medis bila perlu, denah dan rujukan rumah
sakit/klinik terdekat, kendaraan untuk mengangkut dan alat
komunikasi

8. Memasang barikade, pagar pengaman agar orang tidak melewati


area bongkaran.
9. Memastikan bangunan yang akan dibongkar sudah tidak terdapat
sisa barang–barang yang berbahaya, misalnya : bahan yang
mudah terbakar atau meledak dll.
10. Pembongkaran dimulai dengan :
a. Memindahkan benda-benda yang mudah dilepas, misalnya
pintu dan jendela
b. Bangunan yang menjorok keluar.
c. Bagian atas bangunan dan diteruskan ke arah bawah.

11. Pembongkaran dinding dan pasangan batu bata harus dilakukan


lapis demi lapis dan bertahap
12. Mengarsipkan semua catatan yang terkait dengan proses
pembongkaran bangunan termasuk foto dokumentasi.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGELASAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-10 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Memastikan bahwa tukang las yang melaksanakan pekerjaan
pengelasan konstruksi atau instalasi memiliki sertifikat yang
sesuai dengan pekerjaan pengelasan yang sedang ditangani.

2. Pelaksana harus menjelaskan instruksi kerja pengelasan


kepada tukang las dan pekerja untuk dimengerti dan diikuti,
serta menjelaskan potensi bahaya pekerjaan pengelasan
antara lain : zinc, cadmium, beryllium, ferro oksida, mercury,
butiran logam halus (lead), fluorides, clorinated hydrocarbon
solvent, carbon monoksida (CO), ozone (O3), nitrogen aksida
(NO & NO2), radiasi : sinar ultraviolet, sinar infrared dsb.

3. Pengelasan tidak diperkenankan dilakukan didaerah yang


mudah terbakar atau mudah meledak, apabila terpaksa
dilakukan maka harus mendapat ijin kerja dari pelaksana yang
terkait.

4. Jenis kawat las yang dipakai harus sesuai dengan besarnya


ampere yang yang dihasilkan oleh mesin las.

5. Memeriksa tekanan tabung gas dan kebocoran sebelum


dipergunakan. Tabung gas yang masih isi harus ditempatkan
dalam posisi tegak, tidak diperkenankan dalam posisi tidur
(datar). Tabung gas yang sudah kosong di beri label “Kosong”.

6. Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai, antara


lain : helm, sepatu bot, sarung tangan, kaca mata pelindung,
masker pelindung/Penutup muka kepala dan pelindung dada
sebelum melakukan pekerjaan pengelasan.

7. Apabila tidak digunakan, mesin las harus dimatikan.

8. Menyediakan alat pemadam kebakaran portable, pasir atau


serbuk gergaji yang ditempatkan dalam suatu wadah dan
ditempatkan didaerah yang mudah dijangkau.
9. kabel tanah pengelasan (grounding) sebaiknya dipasang tetap
di tempat kerja atau ditempatkan 3m dari lokasi kerja dan
dapat terlihat oleh pelaksana.

10. Tukang las tidak diperbolehkan menggulung selang atau kabel


di sekeliling tubuh mereka pada saat melakukan pengelasan.

11. Semua bahan yang mudah terbakar dan mudah meledak harus
disingkirkan atau diberi penghalang yang memadai.

12. Alat-alat dipastikan dalam posisi stabil, sehingga tidak mudah


bergeser atau terguling saat operasi.

13. Pelaksana pekerjaan harus memonitor masing-masing lokasi


dimana pekerjaan pengelasan sedang dilakukan.

14. Pada waktu bekerja di tempat yang tinggi, tindakan berjaga-


jaga harus diambil dan dipasang pengaman untuk mencegah
jatuhnya batang pengelasan, sisa potongan atau peralatan
yang lainnya.

15. Pengelasan dengan menggunakan bahan karbit, tabung karbit


ditempatkan minimal 10 m dari tempat pengelasan. regulator
yang digunakan harus sesuai dan utuh (tidak retak/pecah).
Flash back aristor harus terpasang dengan benar, posisi tidak
boleh terbalik
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGOPERASIAN TOWER CRANE
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-11 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Tower crane harus di install oleh personil yang kompeten dan
ahli, sesuai petunjuk yang diterbitkan oleh pabrik pembuatnya.

2. Sebelum dipergunakan, TC harus dilakukan pengujian atas


kelaikan operasinya oleh yang berwenang (Depnaker atau
Instansi/lembaga yang berwenang lainnya) dan diterbitkan
sertifikat/surat laik operasi.

3. Memberikan pelatihan kepada operator antara lain meliputi :


prosedur dan instruksi kerja pengoperasian tower crane
dengan benar, potensi bahaya yang ada, beban maksimum
yang diperbolehkan.

4. Operator Tower Crane (TC) : mempunyai Surat Ijin Operator


(SIO) yang masih berlaku, dalam kondisi sehat,
berpengalaman dalam mengoperasikan TC, memahami bahasa
isyarat pesawat angkat (hand signal), memahami petunjuk
cara pengoperasian alat, memahami semua persyaratan K3
yang terkait.

5. Persiapan Pengoperasian TC :
a. Periksa kondisi TC sebelum naik.( baut pondasi,
sambungan rel, panel, kabel power dll)
b. Periksa kondisi TC saat naik (baut sambungan, panel
kontrol, sling dll)
c. Lakukan uji coba untuk mengetahui apakah semua alat
berfungsi dengan baik (trolly, kecepatan, berputar dll)
d. Jika hasil uji coba baik, segera laporkan TC siap operasi

6. Saat TC beroperasi :
a. Perhatikan bentuk barang yang akan diangkat (Kotak,
batang, plat, cairan dll)
b. Mencoba semua gerakan secara perlahan dengan
kecepatan yang tidak berlebihan.
c. Perhatikan radius beban
d. Jika TC yang dipergunakan lebih dari 1 (satu) unit, pastikan
adanya ruang bebas sebelum berputar (swing)
e. Tidak diperkenankan menarik beban dari arah samping.
f. Jika melakukan travelling, arahkan jip searah rel
g. Pahami semua instruksi kerja sebelum mengoperasikan TC
h. Jika terjadi kerusakan segera beritahukan kepada mekanik.
i. Jika TC beroperasi pada malam hari, pastikan semua lampu
terpasang dan diuji sebelum kerja, bila ada lampu yang
mati segera diganti.

7. Selesai operasi :
a. Posisikan jip searah dengan arah angin.
b. Posisikan troly diatas dan dekat kabin
c. Matikan semua sambungan listrik dan alat komunikasi.
d. Pastikan kabin dan panel-panel dalam keadaan tertutup
dan terkunci.
e. Sebelum meninggalkan alat, matikan breaker dan pasang
travel lock pada roda
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGOPERASIAN CRANE
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-12 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Memastikan operator yang mengoperasikan crane sudah
memiliki Surat Ijin Mengoperasikan Peralatan (SIM-P).

2. Memastikan operator dalam kondisi phisik sehat dan tidak


diperkenankan operator mengkonsumsi alkohol yang dapat
mengurangi kesadaran sewaktu mengoperasikan crane.

3. Operator harus :
a. Mengetahui kapasitas beban maksimum crane .
b. Mengetahui beban yang proporsional sesuai sudut boom
c. Mengetahui kecepatan maksimum yang diperbolehkan
d. Memahami hand signals yang terpasang di cabin crane.
e. Memeriksa dan merawat crane secara berkala.
f. Melaporkan jika terdapat kerusakan yang dapat
mengganggu operasi.
g. Memasang indikator boom angle dalam cabin crane.
h. Memeriksa exhaust system .
i. Memeriksa keamanan tangga untuk naik-turun
j. Memeriksa kondisi tabung pemadam api dalam cabin.
k. Memastikan ukuran dan kapasitas sling sudah sesuai.3

4. Memastikan kondisi tanah cukup kuat untuk mendukung


beban.

5. Memastikan operator memperhitungkan lokasi power line.

6. Memasang pagar pembatas/barrier daerah swing radius crane


untuk mencegah pekerja dihantam putaran crane.

7. Pengisian bahan bakar dilakukan dalam kondisi mesin mati.

8. Menetapkan petugas untuk memandu operasi crane dengan


isyarat tangan atau menggunakan isyarat lainnya.
9. Menggunakan kaki penahan (outrigger) sewaktu melakukan
pengangkatan beban dengan menggunakan crane mobil.
10. Berhati-hati pada waktu menegangkan sling saat akan
mengangkat beban, pastikan jangan sampai tangan pekerja
yang memegang pengunci katrol/kait terjepit dan jika melepas
sling dari kait harus dipastikan muatan diam dan bebas lepas
dari sling.

11. Jika angin bertiup kencang atau bekerja dalam area yang
terbatas pergunakan tali penarik untuk mengendalikan muatan
yang diangkat.

12. Sebelum mengangkat pastikan tidak ada benda lepas terletak


pada muatan.

13. Tidak diperkenankan menggantung beban setiap selesai


operasi.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGOPERASIAN PERALATAN BERAT MEKANIS
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-13 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Peralatan berat mekanis antara lain seperti : excavator, motor


grader, bulldozer, wheel loader, vibro roller, pneumatic tire
roller, dump truck dll.

2. Operator peralatan berat mekanis diwajibkan : mempunyai


Surat Ijin Operasi (SIO) yang masih berlaku, dalam kondisi
sehat, berpengalaman dalam mengoperasikan peralatan berat
mekanis, memahami petunjuk cara pengoperasian peralatan
berat mekanis, memahami semua persyaratan K3 yang
terkait.
Persiapan Pengoperasian Alat :
a. Perhatikan sumber bahaya yang terdapat di sekitar lokasi
antara lain : Instalasi utilitas bawah tanah, kondisi tanah
yang lembek, masyarakat setempat, kondisi traffic/lalu
lintas dll
b. Melakukan pemeriksaan bagian alat yang terkait dengan
keselamatan antara lain : rem, roda gigi, kemudi, rem, kaca
spion dan perlengkapan lainnya sesuai buku petunjuk atau
lembar pemeriksaan alat.
c. Informasikan kepada pekerja untuk memperhatikan area
kerja Alat
d. Pahami semua instruksi kerja sebelum mengoperasikan
Alat.
e. Pastikan sirene/alarm mundur berfungsi dengan baik.
f. Tentukan lokasi untuk parkir alat yang aman.
g. Lakukan inspeksi terhadap seluruh mesin dan peralatan
sebelum beroperasi dan pastikan aman saat beroperasi.
Inspeksi harus dilakukan oleh petugas yang kompeten. Bila
ditemukan ada hal-hal yang meragukan, maka alat harus
diperbaiki sampai dinyatakan siap operasi.

3. Alat sedang beroperasi :


a. Operator tidak diperkenankan memakai obat-obatan
terlarang atau minuman beralkohol sewaktu
mengoperasikan peralatan berat.
b. Pekerja dilarang berada di kabin atau duduk disebelah
operator atau naik di plat form pada waktu alat beroperasi.
c. Tidak diperkenankan mengisi bahan bakar sewaktu mesin
dalam keadaan hidup.
d. Pekerja tidak diperkenankan memasuki area kerja tanpa
memberitahu operator terlebih dahulu.
e. Alat harus dijalankan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kestabilan
f. Operator mempunyai pandangan yang jelas terhadap
tempat kerja
g. Menetapkan petugas untuk memandu operasi alat, jika
operator terhalang pandangannya, bekerja di area kerja
yang sempit atau daerah padat lalu lintas
h. Jika terjadi kerusakan segera beritahukan kepada mekanik.
i. Batas area kerja harus diberi pagar / pembatas, agar
pekerja tidak melewati area kerja alat.

4. Selesai operasi :
a. Sebelum meninggalkan alat, operator harus memastikan
alat dalam kondisi aman antara lain dengan : menetralkan
gigi utama, menurunkan pengeruk / bucket, mematikan
mesin, menutup dan mengunci kabin, memarkirkan alat
ditempat yang telah ditentukan
b. Diupayakan alat tidak ditinggalkan di jalan raya pada
malam hari, jika terpaksa harus ditinggalkan di jalan raya,
beri tanda-tanda secukupnya berupa lentera, bendera atau
tanda peringatan lainnya.
c. Melaporkan kepada pengawas alat sudah selesai beroperasi

5. Pelaksana pekerjaan harus memonitor masing-masing lokasi


dimana pekerjaan dengan menggunakan peralatan mekanis
sedang dilakukan
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGECATAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-14 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Memilih bahan cat yang aman, tidak mengandung krom,


arsenic serta bahan yang mudah menguap yang berbahaya,
seperti benzene, diclorethane methanol, karbon tetra chloride
dan trichloroethylene atau bahan-bahan lain yang
membahayakan.

2. Memberikan pelatihan kepada pekerja antara lain meliputi :


a. Prosedur pengecatan dengan benar.
b. Potensi bahaya yang ada.
c. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.

3. Penyimpanan dan penggunaan bahan cat harus mengikuti


petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, seperti :
brosur, katalog atau material safety data sheet (MSDS).

4. Tempat penyimpanan maupun tempat penggunaan cat harus


dijauhkan dari tempat kerja yang menimbulkan percikan api.

5. Memberi alas yang kering, rata dan kuat agar tidak mudah
terguling atau tumpah.

6. Memasang tanda peringatan misalnya “ Awas Cat Masih Basah



7. Menyediakan alat pemadam api yang sesuai.

8. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :


kaca mata pelindung, masker, sarung tangan dan sepatu bot.

9. Jika pengecatan ditempat ketinggian, maka harus dibuat


platform / tempat berpijak untuk pekerja dan bahan cukup
kuat dan aman. Tepi plat form harus dipasang railing / pagar
pengaman yang kuat.
Jika tidak digunakan, kaleng penyimpan cat yang mudah
menguap harus dijaga agar tertutup rapat dan dijauhkan dari
api, sumber panas dan sinar matahari
10. Pengecatan dengan cat selain cat air yang menimbulkan uap
diruang tertutup harus disediakan ventilasi yang cukup dan
memenuhi syarat.

11. Mengerok cat dengan menggunakan amplas, maka amplas


harus basah agar tidak berdebu.

12. Bahan cat yang mengandung timah hitam (lead) tidak boleh
digunakan:
a. oleh pekerja wanita.
b. dengan cara penyemprotan didalam gedung, kecuali dalam
bentuk pasta atau cat yang siap dipakai.

13. Pekerja yang menggunakan alat penyemprotan harus


menyetel alat penyemprot agar tidak menimbulkan kelebihan
kabut.

14. Alat penyemprot harus dilengkapi dengan :


a. Penahan pelatuk untuk mencegah alat penyemprot
menyemprot dengan sendirinya jika terjatuh atau tertahan.
b. Kunci pengaman, dan harus dijaga sebelum dan saat
penyemprotan.

15. Alat penyemprot tidak boleh diarahkan kepada siapapun, dan


selalu dibersihkan menurut ketentuan dari pabrik pembuatnya.
Bahan cat yang tumpah segera dibersihkan dengan kain lap
yang bersih.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PEKERJAAN ATAP
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-15 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Memasang pelindung (edge protection) untuk mencegah
pekerja atau material yang jatuh.

2. Memberikan pelatihan kepada pekerja, antara lain meliputi :


a. Prosedur dan instruksi kerja pekerjaan pemasangan atap
dan bekerja di ketinggian.
b. Memberikan penjelasan potensi bahaya yang mungkin
terjadi.
c. Menjaga dan melindungi material dan alat agar tidak jatuh.

3. Memasang jaring pengaman untuk mencegah/menahan


pekerja yang mundur dari tepi atap agar tidak jatuh dan
pemasangannya pada beberapa tempat harus diikat kuat.

4. Pemasangan jaring harus kuat, agar mampu menahan material


maupun peralatan yang terjatuh.

5. Mengidentifikasi materal atap yang mudah pecah seperti


asbes, roof light dan material atap lainnya yang mudah pecah.

6. Jika material atap yang dipasang mudah pecah, maka harus


dibuat plat form untuk tempat berpijak pekerja dan dipasang
dalam posisi yang aman.

7. Pada area kerja bagian tepi harus dipasang penghalang, agar


pekerja tidak terjatuh.

8. Memasang rambu dan tanda peringatan, agar pekerja tidak


melewati area bawah pekerjaan atap.

9. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, seperti : harness


safety belt, safety belt, helm, sepatu bot, masker.

10. Bila area kerja banyak terdapat lubang dengan ukuran lebih
besar dari telapak kaki, maka harus dipasang alas/plat form
yang cukup kuat.
11. Apabila pekerja membawa peralatan atau bahan, maka pekerja
harus dilengkapi dengan kantong untuk menempatkan
peralatan atau bahan tersebut agar tidak mudah jatuh.

12. Tidak diperkenankan meninggalkan pekerjaan dalam keadaan


bahan yang terpasang mudah terlepas dan peralatan serta
bahan dipastikan sudah tersimpan rapi di kantong.

13. Bila platform dalam kondisi licin sehabis hujan turun, maka
platform harus dibersihkan/di lap dengan kain/bahan yang
mudah menyerap air dan pekerja dapat mulai bekerja setelah
dipastikan platform tersebut sudah dalam kondisi aman
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PEMOTONGAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-16 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Memastikan bahwa tukang potong yang melaksanakan
pekerjaan pemotongan logam atau instalasi memiliki sertifikat
yang sesuai dengan pekerjaan yang sedang ditangani.

2. Pelaksana harus menjelaskan instruksi kerja pemotongan


kepada tukang las atau pekerja untuk dimengerti dan diikuti,
serta menjelaskan potensi bahaya pekerjaan pengelasan
antara lain : zinc, cadmium, beryllium, ferro oksida, mercury,
butiran logam halus (lead), fluorides, clorinated hydrocarbon
solvent, carbon monoksida (CO), ozone (O3), nitrogen aksida
(NO & NO2), radiasi : sinar ultraviolet, sinar infrared dsb.

3. Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) yang sesuai, seperti


helm, sarung tangan, kaca mata pelindung, masker atau
pelindung muka dan pelindung dada sebelum melakukan
pekerjaan pemotongan.

4. Pemotongan tidak diperkenankan dilakukan didaerah yang


mudah terbakar, apabila terpaksa dilakukan maka harus
mendapat ijin dari pelaksana yang terkait.

5. Memeriksa tekanan tabung gas oksigen dan acetylin terhadap


kebocoran sebelum dipergunakan.

6. Blunder potong yang digunakan harus terbuat dari logam yang


tahan panas seperti kuningan, dan harus selalu diperiksa
terhadap material yang dapat menyumbat lubangnya.

7. Menggunakan pemantik untuk menyalakan obor/api, tidak


diperbolehkan menggunakan korek api.

8. Apabila tidak digunakan, obor/api pemotongan harus


dipadamkan dan hanya dinyalakan apabila diperlukan.

9. Jarak tabung gas oksigen dan acetylin minimum 8 feet atau 3


m
10. Tabung gas oksigen dan acetylin harus ditempatkan dalam
posisi tegak, tidak diperbolehkan pada posisi tidur (datar).

11. Alat-alat dipastikan dalam posisi stabil, sehingga tidak mudah


bergeser atau terguling saat operasi dan terlindung dari hujan
atau api.

12. Penggunaan regulator harus sesuai dengan silindernya dan


harus utuh (tidak boleh retak/pecah).

13. Flash back aristor harus dipasang sebelum regulator dan


posisinya harus benar tidak boleh terbalik.

14. Tukang potong tidak diperbolehkan menggulung selang atau


kabel di sekeliling tubuh mereka pada saat melakukan
pembakaran/ pengelasan.

15. Semua bahan yang mudah terbakar harus disingkirkan atau


diberi penghalang yang memadai

16. Sisa potongan logam yang tidak terpakai harus dikumpulkan


dalam suatu wadah dan dibuang keluar lokasi pekerjaan yang
telah ditentukan.

17. Pada waktu bekerja di tempat yang tinggi, tindakan berjaga-


jaga harus diambil dan dipasang pengaman untuk mencegah
percikan api, jatuhnya sisa potongan logam atau peralatan
yang lainnya.

18. Pengawas pekerjaan harus memonitor masing-masing lokasi


dimana pekerjaan pemotongan sedang dilakukan.

19. Menyediakan alat pemadam kebakaran portable dan


ditempatkan didaerah yang mudah dijangkau.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGGERINDAAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-17 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Memastikan bahwa tukang gerinda yang melaksanakan
pekerjaan pengelasan konstruksi atau instalasi memiliki
sertifikat yang sesuai dengan pekerjaan yang sedang
ditangani.

2. Pelaksana harus menjelaskan instruksi kerja penggerindaan


kepada tukang gerinda dan pekerja untuk dimengerti dan
diikuti, serta menjelaskan potensi bahaya pekerjaan
penggerindaan yang ada antara lain : ferro oksida, butiran
logam halus (lead) dsb.

3. Penggerindaan tidak diperkenankan dilakukan didaerah yang


mudah terbakar atau mudah meledak, apabila terpaksa
dilakukan maka harus mendapat ijin kerja dari pelaksana yang
terkait.

4. Memeriksa alat gerinda sebelum dipergunakan, semua bout


harus kencang dan penutup/pengaman pada alat gerinda
harus terpasang.

5. Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai, seperti


helm, sepatu bot, sarung tangan, kaca mata pelindung,
masker pelindung/Penutup muka dan pelindung dada sebelum
melakukan pekerjaan pemotongan.

6. Apabila tidak digunakan, aliran listrik pada alat gerinda harus


dimatikan dan hanya dihidupkan apabila diperlukan.

7. Kabel/instalasi listrik yang digunakan harus diperiksa sebelum


digunakan, tidak diperbolehkan ada kabel yang terkelupas,
sambungan kabel yang tidak diberi penutup (isolasi) dan kabel
diatur rapi tidak ditempatkan di jalur lalu lintas orang.

8. Panel listrik yang digunakan harus selalu tertutup / terkunci,


tidak mudah terkena air hujan atau percikan air dari sumber
yang lain.
9. Menyediakan alat pemadam kebakaran portable dan
ditempatkan didaerah yang mudah dijangkau.

10. Semua bahan yang mudah terbakar dan mudah meledak harus
disingkirkan atau diberi penghalang yang memadai.

11. Alat-alat dipastikan dalam posisi stabil, sehingga tidak mudah


bergeser atau terguling saat operasi. Mata gerinda dipastikan
tidak retak/tidak cacat.

12. Sisa hasil penggerindaan harus dikumpulkan dan dibuang


ketempat yang telah ditentukan

13. Pelaksana pekerjaan harus memonitor masing-masing lokasi


dimana pekerjaan penggerindaan sedang dilakukan
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


BEKERJA DI AIR
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-18 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Melakukan identifikasi pekerjaan di air yang berpotensi


bahaya.

2. Menyediakan perahu/boat dan dipelihara agar selalu siap


beroperasi.

3. Menyediakan alat pelindung diri yang sesuai, seperti life jacket


atau pelampung yang memadai.

4. Petugas atau pengemudi perahu/boat merupakan personil


yang kompeten

5. Life jackets atau alat pelampung (life buoy) yang memadai


harus dipakai oleh semua pekerja yang bekerja diatas atau
dekat air.

6. Semua life jacket harus dirancang sedemikian rupa sehingga


dapat membalik secara otomatis dan menopang pekerja yang
pingsan, mengambang dan menghadap keatas.

7. Latihan – latihan harus diberikan kepada pekerja yang


memakai life jacket atau life buoy (alat bantu mengambang)

8. Memeriksa semua peralatan setiap 3 (tiga) bulan dan hasilnya


dicatat serta diarsipkan.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PLANT DAN BASE CAMP
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-19 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Merencanakan penempatan base camp dan plant area dengan


mempertimbangkan arah angin sehingga abu dan debu tidak
merusak lingkungan sekitarnya

2. Melakukan striping pada top soil setebal lebih kurang 10 cm


dan dikumpulkan disatu tempat serta diamankan untuk
nantinya dikembalikan lagi di tempatnya.

3. Membuat site plant dengan mengatur kemiringan kondisi


permukaan dan menyiapkan drainage agar tanah permukaan
tidak terbawa air

4. Membuat jalan masuk dan keluar kendaraan yang terpisah.


Trafic harus diatur satu arah (one way traffic) dan dibuatkan
daerah penyeberangan yang aman.

5. Membuat pagar yang melindungi kegiatan orang atau pekerja


dari kegiatan mesin dan kendaraan

6. Mengatur tempat penimbunan bahan kimia cair seperti aspal,


solar agar tumpahan bahan atau bocoran tidak langsung
meresap kedalam tanah tetapi dapat ditampung pada
permukaan yang keras dan diteruskan pada sumpit untuk
dibersihkan

7. Air dari bekas cucian kendaraan tidak boleh langsung


diresapkan kedalam tanah, tetapi harus ditampung terlebih
dahulu dan dibuang di tempat yang sudah ditentukan.

8. Tempat untuk istirahat pekerja harus disediakan dan dengan


ventilasi yang cukup

9. Harus disediakan tempat untuk perawatan medis sementara


dan tempat-tempat untuk keperluan MCK (Mandi Cuci Kakus)
yang memadai

10. Jalur untuk penerangan harus diatur sedemikian sehingga


tidak menyulitkan lalu-lintas dan penyambungan dibuat aman
pada saat penggunaan.

11. Rambu-rambu harus dipasang dengan benar terutama pada


lintasan dimana banyak benda jatuh harus dipasang jaring
pengaman
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PENGENDALIAN KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-20 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Mengidentifikasi dan menentukan lokasi yang akan dilakukan


pemantauan.
2. Membuat jadwal pemantauan dan disahkan oleh : Kepala
proyek
3. Mengevaluasi kelayakan Instansi / Badan / Lembaga yang
telah mengajukan penawaran untuk pelaksanaan pemantauan.
4. Mendampingi Instansi / Badan / Lembaga selama pelaksanaan
pemantauan berlangsung untuk memastikan pelaksanaan
pemantauan telah berjalan dengan baik dan tepat. Pengukuran
tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat
dengan satuan pengukuran adalah Desibel (dBA)
5. Melakukan evaluasi atas laporan hasil pemantauan dengan
cara membandingkan nya terhadap Nilai Ambang Batas yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah.
6. Membuat evaluasi hasil pemantauan dan pengukuran bila hasil
pengukuran melebihi ambang batas yang ditetapkan dan
menyerahkan kepada Kepala Proyek untuk diperiksa.
7. Kepala Proyek memeriksa dan mensahkan rekomendasi yang
dibuat oleh Petugas pemantauan yang terkait dengan
kebisingan.
8. Mengevaluasi hasil pemantauan bersama dengan Petugas
Pemantauan kebisingan.
9. Kepala Proyek memastikan dilakukannya perbaikan dan
pencegahan bila hasil pemantauan menunjukkan atau
berpotensi ketidaksesuaian.
10. Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai kondisi
perusahaan dengan persetujuan Management Representative.
11. Memantau pelaksanaan rekomendasi berjalan sesuai rencana
dan memastikan bahwa rekomendasi yang dipilih telah sesuai.
12. Mendokumentasikan laporan hasil pemantauan.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PABRIKASI BESI BETON
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-21 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA

1. Pemotongan Besi Beton.


Pemotongan dapat dilakukan dengan bar cutter atau gunting
besi.
a.Sebelum melakukan pemotongan harus sudah dibuat daftar
Pemotongan Besi beton harus sesuai dengan daftar
pemotongan
b.Pemotongan Besi beton harus sesuai dengan daftar
pemotongan yang telah dibuat.
c. Penumpukan besi beton yang sudah dipotong harus diatur
sesuai kelompok panjang dan diameter besi beton.

2. Pembengkokkan Besi Beton.


Pembengkokan dilakukan dengan menggunakan bar bender.
a. Pembengkokkan harus dilakukan sesuai dengan
persyaratan.
b. Penumpukan besi beton yang sudah dibengkok harus diatur
sesuai kelompok panjang dan diameter besi.

3. Pemasangan Besi Beton.


a. Pemasangan harus sesuai dengan gambar kerja/spesifikasi
penulangan.
b. Hubungan besi yang bersilangan harus diikat mati dengan
besi bendrad.
c. Pengikatan dengan bindrad minimal 3 kali putar dan arah
ikatan ke arah dalam beton.
PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk

INSTRUKSI KERJA (IK)


PLASTERAN
Kode Dokumen : IK-PW-PROD-02-22 Disetujui oleh : Kadep Operasi
Edisi/Revisi : Februari 2015/6 Review yad : Februari 2017
PENANGGUNG
LANGKAH - LANGKAH JAWAB & BUKTI
KERJA
1. Persiapkan peralatan yang diperlukan, seperti : jidar
alumunium panjang + 2 m, sendok adukan, roskam baja,
papan tatakan dan ayakan

2. Siram pasangan bata yang akan diplester dengan air

3. Ayak pasir yang akan dipergunakan sebagai campuran mortar


sampai tidak mengandung butiran kasar/kerikil

4. Aduk mortar secukupnya sesuai campuran yang ditentukan

5. Pasang papan tatakan untuk menampung mortar yang jatuh

6. Buat bantalan untuk kepala plesteran sesuai ketebalan yang


ditentukan, untuk kerataan lakukan dengan unting-unting
hingga "lot"

7. Buat kepala plesteran sesuai bantalan

8. Setelah kepala plesteran mengering, lakukan plesteran tahap


demi tahap kemudian lakukan perataan dengan jidar dengan
menarik jidar dari bawah keatas.

9. Apabila plesteran akan difinish dengan cat dinding,maka


setelah plesteran setengah kering maka permukaan plesteran
harus digosok dengan mempergunakan roskam baja.

10. Adukan yang jatuh dan tertampung pada tatakan harus segera
diambil untuk dipergunakan kembali.

11. Rapikan plesteran pada sudut pertemuan lantai/ dinding

12. Lakukan perawatan plesteran dengan penyiraman air 2 kali


sehari selama 3 hari.

Anda mungkin juga menyukai