Anda di halaman 1dari 11

STUDI KASUS PUTUSAN TENTANG

GUGATAN PEMBATALAN DESAIN INDUSTRI “AS KRAN”


Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1865 K/Pdt.Sus-HKI/2022
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Atas Kekayaan Intelektual)

Dosen Pengampu :
Dr. Inge Dwisvimiar, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Patonah 1111210005
Ita Rosita 1111210010
Siti Nuranisa 1111210016
Arminah 1111210017
Siti Sofitroh 1111210021
Hanif Fitriansyah 1111210024
Siti Nurasiyah 1111210035

KELAS 5 A
ILMU HUKUM - FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KRONOLOGI
Dalam putusan ini pihak yang berperkara antara PT. Gunung Cemara Sentosa sebagai
Penggugat, PT. AIWO Internasional Indonesia sebagai Tergugat, PT. Logam Sejati sebagai
Turut Tergugat I, dan Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri sebagai Turut Tergugat
II.
Dalam kasus ini penggugat mengajukan gugatan pembatalan desain industri “AS
KRAN”, Daftar No. IDD000047479 dengan Tanggal Pendaftaran 13 Desember 2017 milik
Tergugat yang mana desain industrinya tidak memenuhi unsur kebaruan (novelty) dan telah
menjadi milik umum (public domain) karena telah ada pengungkapan jauh sebelumnya
terkait permohonan pendaftaran desain industri milik Tergugat. Desain Industri milik
Tergugat adalah hasil kreasi yang semata-mata berfungsi secara teknis dan tidak memiliki
kesan estetika sehingga bukan merupakan objek desain industri.
Dalam eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat I salah satunya mendalilkan bahwa
Penggugat tidak mempunyai kepentingan/legal standing sebagai Penggugat untuk
mengajukan gugatan (diskualifikasi pengecualian) sebagaimana dalam gugatan angka 2
“Bahwa Penggugat sejak tahun 2010 telah memperdagangkan berbagai macam model Kran
Air di Indonesia …” dan angka 6 “Bahwa benarnya produk-produk Kran Air yang dijanjikan
oleh Penggugat merupakan barang-barang yang diimpor oleh Penggugat dari Negara
Republik Rakyat Tiongkok (selanjutnya disebut Tiongkok)…”. Dalam hal ini Penggugat
telah jelas dan mengakui hanya memperdagangkan produk-produk Kran Air yang diimpor
dari China. Penggugat tidak memiliki sertifikat desain industri yang dibuktikan dalam
database Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Penggugat bukan sebagai pendesain ataupun
pemegang hak desain industri maka bukanlah pihak yang berkepentingan sesuai dalam Pasal
38 ayat (1) UU Desain Industri. Dalam pertimbangan Majelis Hakim yang dapat mengajukan
gugatan izin pendaftaran desain industri yaitu pihak yang memiliki sertifikat desain industri
karena Penggugat hanyalah pedagang yang mengimpor barang-barang dagangannya dari
negara China dan tidak dapat membuktikan bahwa Penggugat memiliki sertifikat desain
industri.
Sejatinya produk As Kran tersebut telah didaftarkan oleh Xiamen Hengyi Trading Co.
Ltd., pada Kantor Kekayaan Intelektual Negara Republik Tiongkok dengan judul “Katup
Bola Plastik 2 (dua) Bagian”, dengan No. 97250004.9 pada Tanggal Penerimaan 14
November 1997, dan dipasarkan oleh Shangyu Xier Plastic Valve Lead, Co., Ltd. Maka
seharusnya pihak yang berkepentingan untuk mengajukan gugatan pembatalan desain industri
ke Pengadilan Niaga Surabaya dalam perkara a quo adalah Xiamen Hengyi Trading Co. Ltd.
karena itu, Penggugat tidak dapat mengajukan gugatan karena bukan pihak yang
berkepentingan.
Jika dilihat dalam keputusan tersebut desain industri milik Tergugat tidak memiliki
nilai kebaruan menurut Penggugat, karena desain industri tersebut sama dengan
pengungkapan yang telah ada sebelumnya dan telah bertempat di Indonesia dan di luar negeri
sehingga menjadi milik umum (public domain) yaitu didaftarkan oleh Xiamen Hengyi
Trading Co. Ltd. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU Desain Industri menyatakan “Hak desain
industri diberikan untuk desain industri yang baru”.
Ketidakpastian kebaruan (novelty) merupakan unsur penting untuk menentukan
apakah suatu desain industri dapat diberikan perlindungan hukum. Dalam Pasal 2 ayat (1) UU
Desain Industri, apabila telah terdapat pengungkapan terlebih dahulu sebelum pendaftaran
pertama kali disampaikan maka suatu desain industri dianggap tidak memiliki kebaruan
(novelty) dan telah menjadi milik umum (public domain).
PERTIMBANGAN HAKIM

Menimbang, bahwa berdasarkan surat-surat yang bersangkutan, Penggugat dalam


gugatannya memohon kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya untuk
memberikan putusan: “Dalam Provisi, Dalam Pokok Perkara, atau…” dianggap telah
dituliskan.
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya
telah memberikan Putusan Nomor 10/Pdt.Sus.HKI/Desain/2021/PN.Niaga.Sby tanggal 5 Juli
2022 yang amarnya sebagai berikut:
Dalam Provisi:
- Menolak provisi Penggugat
Dalam Eksepsi:
- Menolak eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat I;
Dalam Pokok Perkara:
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara yang hingga kini
diperhitungkan sejumlah Rp3.419.000,00 (tiga juta empat ratus sembilan belas ribu
rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Surabaya tersebut diucapkan dengan dihadiri Kuasa Penggugat, Kuasa Tergugat dan Turut
Tergugat I pada tanggal 5 Juli 2022, terhadap putusan tersebut Penggugat melalui kuasanya
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Juli 2022 mengajukan permohonan kasasi pada
tanggal 15 Juli 2022 sebagaimana ternyata dari Akta Pernyataan Permohonan Kasasi HAKI
Nomor 5/Akta Kasasi/HaKI/2022/PN. Niaga Sby juncto Nomor 10/Pdt.Sus-HKI/Desain
Industri/2021/PN. Niaga Sby yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Surabaya, permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya tersebut pada tanggal 26
Juli 2022.
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah
diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi
tersebut secara formal dapat diterima.
Menimbang bahwa berdasarkan memori kasasi yang diterima tanggal 26 Juli 2022
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Putusan ini, Pemohon Kasasi meminta agar:
“Mengadili, Mengadili Sendiri, Dalam Pokok Perkara, atau…” dianggap telah dituliskan.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa
putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, sehingga permohonan kasasi yang
diajukan oleh Pemohon Kasasi: PT. GUNUNG CEMARA SENTOSA tersebut harus ditolak.
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penggugat
ditolak, Pemohon Kasasi/Penggugat harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini; Memperhatikan, Undang Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang desain
Industri, Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang
Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang undangan lain yang bersangkutan.
Gugatan PT Gunung Cemara Sentosa (GCS) terhadap PT Aiwo Internasional
Indonesia (AII) terkait sengketa desain industri as kran ditolak Majelis hakim Pengadilan
Niaga Surabaya. Hal tersebut terungkap dalam persidangan yang dipimpin hakim I Ketut
Tirta. Dalam amar putusannya, majelis hakim menganggap bahwa PT GCS tidak
berkepentingan untuk mengajukan gugatan karena tidak punya sertifikat desain industri
produk tersebut. "Tidak dapat dibuktikan penggugat memiliki sertifikat desain industri
sehingga penggugat bukan pihak yang berkepentingan sehingga gugatan penggugat harus
ditolak seluruhnya".
PUTUSAN HAKIM

MENGADILI:
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. GUNUNG CEMARA
SENTOSA, tersebut;
2. Menghukum Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);
Demikian diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada hari Jumat,
tanggal 30 Desember 2022 oleh Dr. H. Hamdi, S.H., M.Hum., Hakim Agung yang ditetapkan
oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. Panji Widagdo, S.H., M.H., dan
Dr. Rahmi Mulyati, S.H., M.H., Hakim Hakim Agung sebagai Hakim Anggota dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan
dihadiri Para Hakim Anggota tersebut dan Afrizal, S.H., M.H., Panitera Pengganti dengan
tidak dihadiri oleh para pihak.
ANALISIS

Sebuah hasil desain industri yang telah diwujudkan tidaklah menutup kemungkinan
untuk ditiru oleh pihak lain, kecuali desain tersebut telah dilakukan permohonan ke instansi
yang melindunginya, yaitu Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri. Desain industri
mendapat perlindungan berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri (selanjutnya disebut UU Desain Industri).
Untuk mendapatkan keuntungan dalam hasil desain industri pemegang hak desain
industri dapat menjual, mengimpor dan/atau mengekspor desain tersebut hingga sampai ke
tangan pedagang dan diterima oleh pembeli sebagai manfaat yang digunakan. Desain industri
memiliki prinsip kebaruan, jika ada yang mendaftarkan sebuah desain industri namun dengan
itikad tidak baik karena tidak memiliki kebaruan maka pemegang hak desain industri dapat
melakukan gugatan.
Dalam kasus ini permasalahannya adalah pedagang produk desain industri yang
mengajukan gugatan pembatalan namun tidak memiliki sertifikat kepemilikan desain industri
dan bagaimana akibat hukumnya.
Sengketa ini antara PT. Gunung Cemara Sentosa sebagai Penggugat, PT. AIWO
Internasional Indonesia sebagai Tergugat, PT. Logam Sejati sebagai Turut Tergugat I, dan
Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri sebagai Turut Tergugat II. Dalam kasus posisinya
Penggugat mengajukan gugatan pembatalan desain industri “AS KRAN”, Daftar No.
IDD000047479 dengan Tanggal Pendaftaran 13 Desember 2017 milik Tergugat yang mana
desain industrinya tidak memenuhi unsur kebaruan (novelty) dan telah menjadi milik umum
(public domain) karena telah ada pengungkapan jauh sebelumnya terkait permohonan
pendaftaran desain industri milik Tergugat. Desain Industri milik Tergugat adalah hasil kreasi
yang semata-mata berfungsi teknis dan tidak memiliki kesan estetis sehingga bukan
merupakan objek desain industri.
Dalam eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat I salah satunya mendalilkan bahwa
Penggugat tidak mempunyai kepentingan/legal standing sebagai Penggugat untuk
mengajukan gugatan (disqualification exceptie) sebagaiPmana dalam gugatan angka 2
“Bahwa Penggugat sejak tahun 2010 telah memperdagangkan berbagai macam model Kran
Air di Indonesia…” dan angka 6 “Bahwa sejatinya produk-produk Kran Air yang
diperdagangkan oleh Penggugat merupakan barang-barang yang diimpor oleh Penggugat
dari Negara Republik Rakyat Tiongkok (selanjutnya disebut China)…” Hal tersebut
menunjukkan bahwa Penggugat secara jelas telah mengakui bahwa yang diperdagangkan
hanya kran air yang di impor dari China. Namun, berdasarkan database Direktorat Hak Cipta
dan Desain Industri Penggugat tidak memiliki sertifikat desain industri. Berdasarkan
ketentuan Pasal 38 ayat (1) UU Desain Industri dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
Penggugat bukan sebagai pendesain ataupun pemegang hak desain industri maka bukanlah
pihak yang berkepentingan.
Penulis setuju terhadap pertimbangan Majelis Hakim yang dapat mengajukan gugatan
pembatalan pendaftaran desain industri yaitu pihak yang memiliki sertifikat desain industri
karena Penggugat hanyalah pedagang yang mengimpor barang-barang dagangannya dari
negara China dan tidak dapat membuktikan bahwa Penggugat memiliki sertifikat desain
industri.
Dalam kasus ini selain Penggugat tidak memiliki sertifikat desain industri atas produk
AS Kran penggugat juga bukan penerima lisensi sehingga Penggugat tidak termasuk kedalam
pihak yang berkepentingan seperti yang telah disampaikan oleh Tergugat I dan Tergugat II.
Pendapat ahli juga sejalan dengan hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Moh.
Djumhana dan R. Djubaedillah yang mengatakan bahwa pembatalan desain industri hanya
dapat dimintakan oleh pihak yang berkepentingan yaitu pemilik desain industri yang telah
terdaftar terlebih dahulu.
Sejatinya produk As Kran tersebut telah didaftarkan oleh Xiamen Hengyi Trading Co.
Ltd., pada Kantor Kekayaan Intelektual Negara Republik Tiongkok dengan judul “Katup
Bola Plastik 2 (dua) Bagian”, dengan No. 97250004.9 pada Tanggal Penerimaan 14
November 1997, dan dipasarkan oleh Shangyu Xier Plastic Valve Lead, Co., Ltd. Maka
seharusnya pihak yang berkepentingan untuk mengajukan gugatan pembatalan desain industri
ke Pengadilan Niaga Surabaya dalam perkara a quo adalah Xiamen Hengyi Trading Co. Ltd.
Oleh karena itu, Penggugat tidak dapat mengajukan gugatan karena bukan pihak yang
berkepentingan.
Ditinjau dari Putusan tersebut Menurut penggugat desain industry tergugat tidak
memiliki nilai kebaharuan (novelty), desain industri tergugat tidak mempunyai nilai kebaruan
karena desain industri tersebut sama dengan informasi yang sudah ada sebelumnya dan telah
diperdagangkan di dalam dan luar negeri, sehingga bersifat umum yaitu terdaftar di Xiamen
Hengyi Trading Co. Oy berdasarkan Pasal 2(1) Undang-Undang Desain Industri mengatakan
“Hak desain industri diberikan kepada desain industri baru.” Kebaruan merupakan faktor
terpenting dalam menentukan apakah suatu Desain Industri dapat diberikan perlindungan
hukum. Menurut Pasal 2 (1) Undang-Undang Desain Industri, suatu desain industri dianggap
sebagai milik umum jika tidak ada kebaruan, jika desain tersebut telah diberitahukan terlebih
dahulu sebelum didaftarkan.
Kebaruan dalam desain industri adalah kebaruan tampilan yang kasat mata, baik
bentuk, komposisi garis atau warna atau konfigurasinya yang kasat mata. Pada saat
pendaftaran, penilaian kebaruan ini dilakukan oleh DJKI. Apabila di persidangan maka
wewenang penilaian terhadap desain industri diberikan kepada Majelis Hakim.
KESIMPULAN
Jadi, dalam hal ini penulis setuju terhadap Putusan Hakim yang Menolak Seluruhnya
Gugatan Penggugat. Karena Pedagang Desain industri tidak dapat mengajukan gugatan
pembatalan kecuali yang memiliki Pemilik Sertifikat Desain Industri.

DAFTAR PUSTAKA

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1865 K/Pdt.Sus-HKI/2022


Agustin, N. L. (2022, November 1). Bagaimana Jika Penggugat Tidak Memiliki
Sertifikat Kepemilikan Desain Industri Mengajukan Gugatan Pembatalan?
Persekutuan Perdata Doni Budiono & Rekan. Retrieved November 20, 2023, from
https://pdb-lawfirm.id/bagaimana-jika-penggugat-tidak-memiliki-sertifikat-
kepemilikan-desain-industri-mengajukan-gugatan-pembatalan/
Syaifuddin. (2022, July 5). Sidang Perkara HAKI, Gugatan PT GCS Ditolak.
Memorandum.co.id. Retrieved November 20, 2023, from
https://memorandum.disway.id/read/53711/sidang-perkara-haki-gugatan-pt-gcs-
ditolak

Anda mungkin juga menyukai