Anda di halaman 1dari 4

Nama : Debora Priscila

NIM : A1011211282

Kelas : Hak Kekayaan Intelektual A (Reguler A)

Jawaban

1. Putusan Mahkamah Agung No 12/Pdt.Sus.HKI/Desain/2017/PN-Niaga


SBY jenis kekayaan intelektual yang menjadi obyek perkara adalah Desain
Industri. Sengketa tersebut terjadi antara dua perusahaan WADAH (untuk
kosmetika) yang sama – sama mengklaim bahwa desain yang mereka
produksi tersebut merupakan ciptaan mereka sendiri.
2. Bahwa, sebgaimana dalam Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2000
Tentang Desain Industri, Pasal 38 ayat 1 menyebutkan Jenis gugatan yang
di ajukan oleh penggugat adala “Gugatan Pembatalan Desain Industri”
dan dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan alas an
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 4 Kepada Pengadilan
Niaga. Bahwa, Penggugat sebagai pihak berkepentingan untuk
pembatalan Desain Industri yang terdaftar tanggal 25/05/2016, registrasi
tanggal 27/07/2017, masa berlaku sampai dengan tanggal 25/05/2026
Registrasi No. IDD0000046108 dengan judul “WADAH” atasnama
Tergugat berdasarkan fakta-fakta berdalil sebagai berikut :

a) Tergugat dalam memproduksi Wadah Kosmetik tersebut memiliki


kesamaan bentuk serta konfigurasi dengan Desain Industri yang
sudah ada jauh sebelum Tergugat mendaftarkan Desain Industri
tersebut.
b) Tergugat telah mengetahui Desain Industri Wadah Kosmetik
tersebut yang memiliki persamaan baik dari bentuk maupun
konfigurasi terlebih dahulu, lama sebelum Tergugat mendaftarkan
Desain Industri pada Turut Tergugat tanggal 25 Mei 2016.

Bahwa, dari uraian-uraian di atas serta hal sedemikian itu Penggugat


berkepentingan agar Desain Industri yang terdaftar tanggal 25/05/2016,
registrasi tanggal 27/07/2017, masa berlaku sampai dengan tanggal
25/05/2026 Registrasi No. IDD0000046108 dengan judul “WADAH”
atasnama Terugat “tidak memiliki Nilai Kebaruan (not novelty)
sebagaimana ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 31 Tahun
2000 tentang Desain Industri.
Bahwa, menurut ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri, menyebutkan sebagai berikut:

1) Hak Desain Industri diberikan untuk Desain Industri yang baru;


2) Desain Industri dianggap baru apabila pada Tanggal Penerimaannya
Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah
ada sebelumnya;
3) Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
adalah pegungkapan desin industri yang sebelum :
a. Tanggal penerima; atau
b. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan Hak
Prioritas;
c. Telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau diluar
Indonesia.
Bahwa, dengan demikian menurut ketentuan Pasal 2 Undang-undang
Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri tersebut bahwa Desain
Industri yang mendapatkan perlindungan haruslah “memenuhi adanya
unsur kebaruan dan tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada
sebelumnya. Bahwa, menurut ketentuan Pasal 3 Undang-Undang No. 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri tersebut suatu Desain Industri tidak
dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sebelum Tanggal Penerimaannya, Desain Industri tersebut:

a) Telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun


internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau
diakui sebagai resmi; atau
b) Telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam rangka
percobaan dengan tujuan pendidikan, penelitian, atau
pengembangan;
Bahwa, Desain Industri yang diajukan oleh Tergugat tidak memenuhi
syarat “Kebaruan”(not novelty) sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal
2 ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri,
yaitu : “Desain Industri yang diajukan oleh Tergugat telah diumumkan,
digunakan dan dipasarkan lebih dahulu dan diproduksi jauh sebelum
Tergugat mengajukan permohonan Desain Industri yang kemudian
terdaftar tanggal 25 Mei 2016 pada Turut Tergugat dengan No.
IDD0000046108 dengan judul “WADAH” yang dikeluarkan pada tanggal
07 Juli 2017 atasnama Tergugat”. Bahwa, sesuai dengan ketentuan Pasal 2
ayat ( 1 ) Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
menyebutkan : “Hak Desain Industri diberikan untuk desain industri yang
baru”, dengan demikian berarti permohonan desain industri diberikan
atas “ asas kebaruan”.
3. Jenis gugatan yang di ajukan oleh Penggugat dalam rekonverensi adalah
gugatan yang tidak berdasarkan fakta, pertimbangan hukum dan
penafsiran hukum yang layak dan benar. Dalil – dalil dalam gugatan
konvensi berkaitan erat dengan gugatan rekonverensi.
Adapun dalil berdasarkan pengakuan tergugat rekonverensi dalam dalil
posita point ke-2 menyatakan tergugat rekonverensi telah memproduksi
produk Wadah sejak awal tahun 2016. Bahwa dalam kurun waktu selama
awal 2016 hingga tergugat melaporkan penggugat pada pihak kepolisian
pada tahun 2017, pihak tergugat rekonverensi memproduksi dan menjual
Wadah milik penggugat rekonverensi untuk mencari keuntungan secara
melawan hukum dan melanggar ketentuan pasal 54 UU No. 31 Tahun 2000
Tentang Desain Industri. Dan selama kurun waktu tersebut penggugat
rekonveresi mengalami kerugian materiil dan immaterial, akibat
perbuatan melawan hukum yang dilakukan terguat rekonverensi, dengan
timbulnya isu di lingkungan pelaku bisnis dibidang kosmetik, bahwa
perusahaan penggugat rekonverensi meniru produk penggugat, dan hal
ini mempengaruhi nama baik perusahaan milik tergugat. Dan Tindakan
tergugat rekonverensi yang telah memenuhi unsur – unsur dalam pasal 54
UU no. 31 Tahun 2000 Tentang desain industri merupakan perbuatan
melawan hukum.

4. Pertimbangan hakim terkait unsur kebaruan dalam perkara tersebut


adalah menimbang bahwa tentang pengertian “baru” atau “kebaruan”
(novelty) penjelasan umum UU RI No. 31 Tahu 2000 tentang desain
industri menyatakan bahwa : “pengetian ‘baru’ atau ‘kebaruan’
ditetapkan dengan suatu pendaftaran yang pertama kali diajukan dan
pada saat pendaftaran itu diajukan, tidak ada pihak lain yang dapat
membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak baru atau telah ada
pengungkapan/publikasi sebelumnya, baik tertulis atau tidak tertulis”

5. Perlindungan terhadap rahasia dagang merupakan suatu hal yang


terpenting dalam dunia bisnis, teutama bagi perusahaan yang memiliki
informasi rahasia yang mengandung nilai ekonomi dan komersial. Rahasia
dagang dapat berupa formula, rancangan, atau informasi lainnya yang
tidak diketahui oleh public. Untuk melindungi rahasia dagang perusahaan
dapat melakukan beberapa Tindakan, seperti membuat perjanjian
kerahasiaan dengan pihak – pihak terkait, memberikan pelatihan khusus
kepada karyawan mengenai rahasia dagang, serta menggunakan system
keamanan teknologi yang canggih. Di Indonesia, perlindungan terhadap
rahasia dagang diatur dalam Undang – Undang No. 30 Tahun 2000
Tentang Rahasia Dagang. Menurut Undang – Undang tersebut, rahasia
dagang di lindungi selama 10 tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran
atau penemuan rahasia dagang tersebut. Jangka waktu perlindungan
dapat diperpanjang atas permintaan pemilik rahasia dagang itu sendiri.
Upaya penyelesaian sengketa terkait rahasia dagang dapat dilakukan
melalui jalur mediasi atau juga pengadilan. Dalam mediasi, pihak yang
bersengketa dapat mencari jalan tengah untuk menyelesaikan sengketa
secara damai dan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak. Sedangkan dalam pengadilan sengketa dapat
diselesaikan melalui proses persidangan dengan putusan pengadilan yang
mengikat kedua belah pihak. Saat penyelesaian sengketa rahasia dagang,
penting untuk ditegaskan kembali bahwa akan ada upaya menghindari
penyebaran informasi rahasia dagang ke pihak yang tidak berhak. Salah
satu bentuk upaya yang dapat dilakukan ialah mengajukan permohonan
pengendalian untuk mencegah penyebaran informasi dagang kepada
pihak yang tidak berhak. Tak hanya itu, dapat juga dilakukan upaya
hukum lain seperti gugatan perdata atau pidana tergantung pada kasus
yang sedang dihadapi. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap rahasia
dagang, pemilik rahasia dagang dapat mengajukan tuntutan kepada pihak
yang melakukan pelanggaran. Tuntutan tersebut dapat berupa gugatan
perdata atau pidana, dan pemilik rahasia dagang dapat menuntut ganti
rugi atas kerugian yang dideritanya akibat pelanggaran tersebut. Dalam
upaya mencegah terjadinya pelanggaran terhadap rahasia dagang,
perusahaan juga dapat melakukan tindakan pencegahan seperti
memberikan pelatihan khusus kepada karyawan mengenai rahasia
dagang, membuat perjanjian kerahasiaan dengan pihak-pihak terkait, serta
mengimplementasikan sistem keamanan teknologi yang canggih. Untuk
memperhatikan aspek kerahasiaan dan menghindari penyebaran
informasi rahasia dagang ke pihak yang tidak berhak, dapat dilakukan
dengan memperhatikan prosedur dan mekanisme yang berlaku dalam
penyelesaian sengketa rahasia dagang, serta mengajukan permohonan
pengadilan untuk mencegah penyebaran informasi rahasia dagang kepada
pihak yang tidak berhak.

Anda mungkin juga menyukai