1. Putusan Mahkamah Agung No 12/Pdt.Sus.HKI/Desain/2017/PN-Niaga
SBY jenis kekayaan intelektual yang menjadi obyek perkara adalah Desain Industri. Sengketa tersebut terjadi antara dua perusahaan WADAH (untuk kosmetika) yang sama – sama mengklaim bahwa desain yang mereka produksi tersebut merupakan ciptaan mereka sendiri. 2. Bahwa, sebgaimana dalam Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri, Pasal 38 ayat 1 menyebutkan Jenis gugatan yang di ajukan oleh penggugat adala “Gugatan Pembatalan Desain Industri” dan dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan alas an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 4 Kepada Pengadilan Niaga. Bahwa, Penggugat sebagai pihak berkepentingan untuk pembatalan Desain Industri yang terdaftar tanggal 25/05/2016, registrasi tanggal 27/07/2017, masa berlaku sampai dengan tanggal 25/05/2026 Registrasi No. IDD0000046108 dengan judul “WADAH” atasnama Tergugat berdasarkan fakta-fakta berdalil sebagai berikut :
a) Tergugat dalam memproduksi Wadah Kosmetik tersebut memiliki
kesamaan bentuk serta konfigurasi dengan Desain Industri yang sudah ada jauh sebelum Tergugat mendaftarkan Desain Industri tersebut. b) Tergugat telah mengetahui Desain Industri Wadah Kosmetik tersebut yang memiliki persamaan baik dari bentuk maupun konfigurasi terlebih dahulu, lama sebelum Tergugat mendaftarkan Desain Industri pada Turut Tergugat tanggal 25 Mei 2016.
Bahwa, dari uraian-uraian di atas serta hal sedemikian itu Penggugat
berkepentingan agar Desain Industri yang terdaftar tanggal 25/05/2016, registrasi tanggal 27/07/2017, masa berlaku sampai dengan tanggal 25/05/2026 Registrasi No. IDD0000046108 dengan judul “WADAH” atasnama Terugat “tidak memiliki Nilai Kebaruan (not novelty) sebagaimana ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Bahwa, menurut ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, menyebutkan sebagai berikut:
1) Hak Desain Industri diberikan untuk Desain Industri yang baru;
2) Desain Industri dianggap baru apabila pada Tanggal Penerimaannya Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya; 3) Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 adalah pegungkapan desin industri yang sebelum : a. Tanggal penerima; atau b. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan Hak Prioritas; c. Telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau diluar Indonesia. Bahwa, dengan demikian menurut ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri tersebut bahwa Desain Industri yang mendapatkan perlindungan haruslah “memenuhi adanya unsur kebaruan dan tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Bahwa, menurut ketentuan Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri tersebut suatu Desain Industri tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sebelum Tanggal Penerimaannya, Desain Industri tersebut:
a) Telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun
internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi; atau b) Telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam rangka percobaan dengan tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan; Bahwa, Desain Industri yang diajukan oleh Tergugat tidak memenuhi syarat “Kebaruan”(not novelty) sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, yaitu : “Desain Industri yang diajukan oleh Tergugat telah diumumkan, digunakan dan dipasarkan lebih dahulu dan diproduksi jauh sebelum Tergugat mengajukan permohonan Desain Industri yang kemudian terdaftar tanggal 25 Mei 2016 pada Turut Tergugat dengan No. IDD0000046108 dengan judul “WADAH” yang dikeluarkan pada tanggal 07 Juli 2017 atasnama Tergugat”. Bahwa, sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat ( 1 ) Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri menyebutkan : “Hak Desain Industri diberikan untuk desain industri yang baru”, dengan demikian berarti permohonan desain industri diberikan atas “ asas kebaruan”. 3. Jenis gugatan yang di ajukan oleh Penggugat dalam rekonverensi adalah gugatan yang tidak berdasarkan fakta, pertimbangan hukum dan penafsiran hukum yang layak dan benar. Dalil – dalil dalam gugatan konvensi berkaitan erat dengan gugatan rekonverensi. Adapun dalil berdasarkan pengakuan tergugat rekonverensi dalam dalil posita point ke-2 menyatakan tergugat rekonverensi telah memproduksi produk Wadah sejak awal tahun 2016. Bahwa dalam kurun waktu selama awal 2016 hingga tergugat melaporkan penggugat pada pihak kepolisian pada tahun 2017, pihak tergugat rekonverensi memproduksi dan menjual Wadah milik penggugat rekonverensi untuk mencari keuntungan secara melawan hukum dan melanggar ketentuan pasal 54 UU No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri. Dan selama kurun waktu tersebut penggugat rekonveresi mengalami kerugian materiil dan immaterial, akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan terguat rekonverensi, dengan timbulnya isu di lingkungan pelaku bisnis dibidang kosmetik, bahwa perusahaan penggugat rekonverensi meniru produk penggugat, dan hal ini mempengaruhi nama baik perusahaan milik tergugat. Dan Tindakan tergugat rekonverensi yang telah memenuhi unsur – unsur dalam pasal 54 UU no. 31 Tahun 2000 Tentang desain industri merupakan perbuatan melawan hukum.
4. Pertimbangan hakim terkait unsur kebaruan dalam perkara tersebut
adalah menimbang bahwa tentang pengertian “baru” atau “kebaruan” (novelty) penjelasan umum UU RI No. 31 Tahu 2000 tentang desain industri menyatakan bahwa : “pengetian ‘baru’ atau ‘kebaruan’ ditetapkan dengan suatu pendaftaran yang pertama kali diajukan dan pada saat pendaftaran itu diajukan, tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak baru atau telah ada pengungkapan/publikasi sebelumnya, baik tertulis atau tidak tertulis”
5. Perlindungan terhadap rahasia dagang merupakan suatu hal yang
terpenting dalam dunia bisnis, teutama bagi perusahaan yang memiliki informasi rahasia yang mengandung nilai ekonomi dan komersial. Rahasia dagang dapat berupa formula, rancangan, atau informasi lainnya yang tidak diketahui oleh public. Untuk melindungi rahasia dagang perusahaan dapat melakukan beberapa Tindakan, seperti membuat perjanjian kerahasiaan dengan pihak – pihak terkait, memberikan pelatihan khusus kepada karyawan mengenai rahasia dagang, serta menggunakan system keamanan teknologi yang canggih. Di Indonesia, perlindungan terhadap rahasia dagang diatur dalam Undang – Undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang. Menurut Undang – Undang tersebut, rahasia dagang di lindungi selama 10 tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran atau penemuan rahasia dagang tersebut. Jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang atas permintaan pemilik rahasia dagang itu sendiri. Upaya penyelesaian sengketa terkait rahasia dagang dapat dilakukan melalui jalur mediasi atau juga pengadilan. Dalam mediasi, pihak yang bersengketa dapat mencari jalan tengah untuk menyelesaikan sengketa secara damai dan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sedangkan dalam pengadilan sengketa dapat diselesaikan melalui proses persidangan dengan putusan pengadilan yang mengikat kedua belah pihak. Saat penyelesaian sengketa rahasia dagang, penting untuk ditegaskan kembali bahwa akan ada upaya menghindari penyebaran informasi rahasia dagang ke pihak yang tidak berhak. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan ialah mengajukan permohonan pengendalian untuk mencegah penyebaran informasi dagang kepada pihak yang tidak berhak. Tak hanya itu, dapat juga dilakukan upaya hukum lain seperti gugatan perdata atau pidana tergantung pada kasus yang sedang dihadapi. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap rahasia dagang, pemilik rahasia dagang dapat mengajukan tuntutan kepada pihak yang melakukan pelanggaran. Tuntutan tersebut dapat berupa gugatan perdata atau pidana, dan pemilik rahasia dagang dapat menuntut ganti rugi atas kerugian yang dideritanya akibat pelanggaran tersebut. Dalam upaya mencegah terjadinya pelanggaran terhadap rahasia dagang, perusahaan juga dapat melakukan tindakan pencegahan seperti memberikan pelatihan khusus kepada karyawan mengenai rahasia dagang, membuat perjanjian kerahasiaan dengan pihak-pihak terkait, serta mengimplementasikan sistem keamanan teknologi yang canggih. Untuk memperhatikan aspek kerahasiaan dan menghindari penyebaran informasi rahasia dagang ke pihak yang tidak berhak, dapat dilakukan dengan memperhatikan prosedur dan mekanisme yang berlaku dalam penyelesaian sengketa rahasia dagang, serta mengajukan permohonan pengadilan untuk mencegah penyebaran informasi rahasia dagang kepada pihak yang tidak berhak.