Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ZAKAT PROFESI DAN ZAKAT HASIL PERKEBUNAN

DOSEN PENGAMPU :
MUHAMMAD IKHSANUDIN, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH:
ERNA NOVITA
NIM:
2386230056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA
OGAN KOMERING OKU TIMUR
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Dengan rahmat dan karunia Allah Yang Maha Esa, saya ucapkan puji syukur
atas segala nikmat-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, utusan Allah yang menjadi teladan bagi umat manusia. Makalah ini
berjudul “Zakat Profesi dan Zakat Hasil Perkebunan” merupakan hasil dari upaya
belajar dan analisis saya.
Saya juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan selama penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui . Dalam makalah ini, saya akan membahas Bagaimana
pandangan Islam terkait tentang Zakat Profesi maupun terkait tentang Zakat Hasil
Perkebunan. Saya berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi dan pemahaman
yang bermanfaat dalam memahami Mata Kuliah Fikih Kontemporer dan dalam
kehidupan sehari-hari.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna, dan saya sangat
menghargai setiap saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa
mendatang. Akhir kata, saya berterima kasih atas kesempatan ini dan berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat serta inspirasi bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II 2
PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Zakat 2
B. Syarat-syarat dan Dasar Hukum Zakat 4
C. Nisab Zakat dan Cara Perhitungannya 7
BAB III 10
PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sesungguhnya zakat memilki peranan penting dalam Islam dan merupakan pilar
ketiga dari rukun Islam setelah rukun syahadat dan salat.Dalam Alquran banyak
ditemukan ayat yang menggandengkan perintah salat dengan perintah zakat, dan
disebutkan secara berulangulang, sebagaimana ditemukan juga dalam banyak hadis
Nabi Saw.
Pembahasan tentang zakat selalu menarik perhatian sejak zaman klasik sampai
kontemporer karena perhatian besar dari syariat Islam terhadap pelaksanaan zakat.Di
dalam Alquran terdapat penyebutan kata zakat sebanyak 32 kali, 30 di antaranya dalam
bentuk ma’rifahdan 2 dalam bentuk nakiroh. Disebutkan berdampingan dengan kata
salat dalam satu ayat sebanyak 27 kali. Disamping itu, zakat juga berhubungan dengan
aspek keuangan dalam kehidupan masyarakat, yang pada gilirannya diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan umat.
Institusi pengelola zakat merupakan hal yang sangat penting. Kendati pelaksanaan
penuaian zakat secara utuh baru diberlakukan pada tahun-tahun terakhir kehidupan
Nabi,namun sejak beliau diutus, anjuran menyantuni kaum lemah menjadi perhatian Al-
Qur'an. Kita jumpai dalam wahyu-wahyu yang turun pada periode Mekkah, sekian
banyak ayat yang menyinggung pentingnya institusi zakat.
Zakat adalah ibadah maliyah ijtima`iyah (ibadah yang berkaitan dengan ekonomi
keuangan dan kemasyarakatan) dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang
mempunyai status dan fungsi yang penting dalam syari`at Islam, sehingga Alquran
menegaskan kewajiban zakat bersama dengan kewajiban salat.
Maka dalam kasus ini, penulis jadi ingin lebih mengkaji lagi secara lebih lanjut
tentang Zakat tersebut seperti zakat profesi dan juga zakat hasil perkebunan. Diharapkan
semoga dengan dibahasnya pengertian zakat ini secara lebih mendalam dalam
meningkatkan pengetahuan pembaca terkait tentang hukum dari zakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Zakat Profesi dan Zakat Hasil Perkebunan?
2. Menjelaskan syarat dan dasar hukum dari Zakat Profesi dan Zakat Hasil Perkebunan?
3. Menjelaskan terkait Nisab dan cara perhitungan dari Zakat Profesi dan Zakat Hasil
Perkebunan yang wajib dikeluarkan?

C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu memaparkan tentang pengertian dari Zakat Profesi dan Zakat
Hasil Perkebunan itu sendiri!
2. Mahasiswa mampu memberikan penjelasan tentang syarat serta dalil hukum terkait
Zakat Profesi dan Zakat Hasil Perkebunan yang dipaparkan!
3. Mahasiswa mampu mengetahui banyak nya Nisab Zakat serta cara perhitungan
Zakat Profesi dan Zakat Hasil Perkebunan!

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat

Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya menyucikan. Zakat adalah bentuk
sedekah kepada umat islam. Zakat diperlakukan dalam islam sebagai kewajiban atau
seperti pajak. Di dalam rukun Islam, berzakat ada di urutan ketiga, setelah sholat.
Meskipun zakat diwajibkan bagi umat islam, tidak semua orang bisa berzakat. Ada
beberapa syarat untuk berzakat, misalnya memiliki harta yang cukup atau tidak
kekurangan.
Dalam pandangan Islam, memberikan hartanya kepada orang lain yang
membutuhkan bisa mensucikan jiwa mereka dan juga sebagai pengingat bahwa harta itu
bukanlah milik mereka, namun milik Allah SWT yang dititipkan kepada mereka. Umat
Islam percaya bahwa semakin banyak memberi maka Allah SWT akan memberikan nya
berkali-kali lipat di akhirat.
Zakat adalah sebuah praktik ibadah di mana orang Islam memberikan 2,5% dari
hartanya untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat ini, di sebagian besar
negara yang bermayoritas umat Islam, memberikan zakat bersifat sukarela, namun ada
juga beberapa negara yang zakat nya diurus juga oleh pemerintah. Di negara seperti
Inggris misalnya, orang-orang Islam di sana membayarkan zakat dengan memberikannya
langsung ke badan amal.
Berdasarkan pengertian zakat, maka zakat diartikan sebagai suatu konsepsi ajaran
Islam yang mendorong orang muslim untuk mengasihi sesama, mewujudkan keadilan
sosial serta berbagai dan mendayakan masyarakat, selanjutnya untuk mengentaskan
kemiskinan. Pelajari lebih jauh mengenai zakat dalam buku Keutamaan Zakat, Infak,
Sedekah.

1. Pengertian Zakat Profesi


Profesi dalam terminologi fikih disebut”al-mal al-mustafad”, ada juga yang
menyebutnya dengan “kasb al-mal wa al-mihan al-ĥurroh”. Profesi yang dimaksud
dalam kajian ini adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian atau
keterampilan tertentu. Orang yang ahli melakukan pekerjaannya disebut profesional.
Jadi pengertian profesi yang berkaitan dengan zakat disini adalah orang-orang
yang memiliki pekerjaan tertentu baik secara ahli maupun terampil yang kemudian
dijadikan pekerjaan sandaran dalam mencari nafkah. Profesi dapat diklasifikasikan
menjadi 2 kategori; pertama, pekerjaan yang dilakukan seseorang secara mandiri
dengan modal ketrampilan atau keahlian tanpa terikat dengan aturan pihak lain atau
korporasi. Penghasilan seperti ini layaknya disebut dengan jasa profesi atau upah,
seperti profesi dokter, arsitek, pengacara, artis, penjahit, tukang perabot, dan yang
sejenisnya.Kedua, pekerjaan yang dilakukan seseorang terikat dengan pihak lain, baik
itu instansi pemerintah atau korporasi atau individu, untuk melakukan suatu pekerjaan
ketrampilan atau keahlian atau kombinasi antara keduanya, didasari dengan kontrak
kerja. Penghasilan yang didapat diterima secara permanen setiap bulan disebut dengan

2
gaji, honorarium, dan insentifseperti PNS atau pegawai perusahaan.
Kata profesi berasal dari bahasa Inggris “Profession” berarti pekerjaan. Kata
profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb)tertentu, begitu juga menurut
Ensiklopedia Manajemen adalah suatu jenis pekerjaan karena sifatnya menuntut
pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan yang istimewa yang termasuk kedalam
profesi, misalnya pekerjaan dokter, ahli hukum, akuntan, guru, arsitek, ahli astronomi
dan pekerjaan sesifat lainnya.
Jadi yang dimaksud dengan profesi di sini adalah pekerjaan atau keahlian
profesional tertentu. Bila dikaitkan dengan zakat, maka zakat profesi adalah zakat yang
dikenakan pada tiap-tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu baik yang
dilakukan sendirian maupun dilakukan bersama dengan orang atau lembaga lain yang
menghasilkan uang gaji, honorarium, upah bulanan yang memenuhi nisab, yang dalam
istilah fikih dikenal dengan nama al-mal al-mustafad.

Zakat profesi adalah zakat yang di keluarkan dari hasil apa yang di peroleh dari
pekerjaan dan profesinya. Misalnya pekerjaan yang menghasilkan uang baik itu
pekerjaan yang dikerjakan sendiri tampa tergantung dengan orang lain, berkat
kecekatan tangan ataupun otak (professional). Maupun pekerjaan yang dikerjakan
seseorang buat pihak lain baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan
memperoleh upah yang diberikan, dengan tangan, otak, ataupun keduanya.
Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah, ataupun honorarium. Yang
demikian itu apabila sudah mencapai nisabnya dan haulnya pendapatan yang ia
hasilkan harus di keluarkan zakatnya.

Menurut Wikipedia, zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan
profesi ( guru, dokter, aparat, dan lain-lain ) atau hasil profesi bila telah sampai pada
nisabnya. Berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian, peternakan dan
perdagangan, sumber pendapatan dari profesi tidak banyak dikenal di masa generasi
terdahulu.

2. Pengertian Zakat Hasil Pertanian


Zakat pertanian adalah salah satu jenis zakat yang dikeluarkan dari hasil panen
atau produksi pertanian. Zakat pertanian harus dikeluarkan oleh setiap individu atau
kelompok yang memiliki lahan pertanian atau hasil panen yang mencukupi nisab
(batas minimal untuk wajib zakat).
Sebagai manusia dewasa kita kerap kali dikaitkan dengan pembahasan mengenai
ekonomi. Hal ini membuktikan bahwa persoalan ekonomi merupakan persoalan yang
cukup inti dalam kehidupan sehari hari. Mengingat pentingnya pembahasan mengenai
ekonomi, maka dalam islam juga diatur sedemikian rinci. Seperti disebutkan dalam Al-
Quran maupun Sunnah, ada berbagai konsep tentang pengembangan ekonomi.
Seperti Zakat, infaq dan shodaqoh dan lain-lain.
Zakat adalah ibadah Maliyah yang mendapatkan perhatian khusus dalam Islam.

3
Menurut ajaran islam, alam semesta beserta isinya adalah milik Allah SWT. Termasuk
semua yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, berkat keadilan dan kasih sayang Allah
kepada manusia, maka alam semesta beserta isinya dipersiapkan untuk kesejahteraan
manusia, dengan memelihara dan mengambil manfaatnya, dengan syarat tidak
merusaknya.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa pada harta yang dimiliki seseorang, di
dalamnya terdapat hak bagi orang lain. Hak yang utama berupa zakat, sedangkan
Islam juga menganjurkan agar manusia bersedekah, berqurban, berwakaf,berinfaq,
berqurban, beraqiqah, senantiasa memuliakan tamu,menghormati tetangga, serta
mentaati aturan pemerintah demi kemaslahatan umum dan ketangguhan negara.
Zakat hasil pertanian merupakan salah satu jenis Zakat Maal, objeknya meliputi
hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-
umbian, sayur-mayur, buah-buahan dan lain-lain.

B. Syarat-syarat dan Dasar Hukum Zakat

1. Zakat Profesi
a. Syarat-syarat Zakat Profesi
Seperti yang kamu ketahui bahwa ada beberapa hal yang harus dipenuhi
seseorang untuk dikatakan wajib mengeluarkan zakat, seperti beragama Islam, Baligh
dan berakal, orang yang merdeka (bukan budak), dan lain sebagainya.
Namun, perlu kamu ketahui bahwasanya pada Zakat Profesi, ada beberapa hal
lain yang mesti kamu ketahui terkait syarat-syarat untuk dikatakan wajib
mengeluarkan Zakat, yaitu sebagai berikut.

1.) Harta tersebut sepenuhnya miliknya


Maksudnya adalah harta yang didapatkannya itu merupakan hasil dari kerja
kerasnya sendiri. Bukan berbagi dengan orang lain. Bukan juga harta yang
didapatkan dari orang lain secara cuma-cuma.
Lalu, harta itu didapatkan dari pekerjaan yang halal. Zakat ini untuk
menyucikan diri, tentunya harus didapatkan dengan cara yang bersih. Bukan yang
berasal dari menipu, mencuri, dan kegiatan tidak halal lainnya yang merugikan
orang lain.

2.) Harta sudah melebihi kebutuhan pokok


Mereka yang membayar zakat harus memenuhi kebutuhannya terlebih
dahulu. Maksudnya adalah harta yang didapatkan itu harus bisa memenuhi
kebutuhannya, tanpa menyebabkan kekurangan pada dirinya atau anggota
keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
Jangan sampai membayar zakat terlebih dahulu padahal kebutuhan keluarga
tidak terpenuhi sama sekali. Hal itu jauh dari ketentuan pembayaran zakat
penghasilan. Kalau sudah seperti itu syaratnya menjadi tidak sah.
Zakat profesi dapat dibayarkan apabila harta yang dimiliki tersebut melebihi

4
dari kebutuhan pokok dan syarat tertentu yang ada di bawah ini.

3.) Sudah mencapai nisab


Syarat sah berikutnya adalah harta yang dimiliki oleh seseorang itu sudah
mencapai nisab atau sesuai dengan batas ketentuan kewajiban. Perhitungannya
adalah dalam setahun harta yang dimiliki tersebut melebihi ketentuan 85 gram
emas. Agar mudah dihitung, berat emas disesuaikan dengan harga emas paling
terkini.
Jadi, misalnya harga emas di tahun ini per gramnya mencapai Rp1.000.000.
Hitungan mencapai nisabnya adalah Rp85.000.000. Bisa disimpulkan, kamu wajib
membayar zakat profesi apabila penghasilanmu per tahun melebihi Rp85.000.000.
Jika kurang dari itu, kamu pun tidak diwajibkan untuk membayarkannya.
Perhitungan harga emas, mengikuti harga emas yang sedang berlaku di dunia
pada saat itu juga.

4.) Harus bebas dari utang


Sebelum membayar zakat profesi, kamu diwajibkan membayarkan utang
terlebih dahulu hingga lunas. Hingga kamu tidak memiliki satu utang pun. Karena
zakat ini untuk membersihkan diri, tentunya kamu diwajibkan untuk bebas dari
kewajiban terlebih dahulu. Yang namanya utang memang harus dibayar. Itu
artinya masih ada harta orang lain di tanganmu. Setelah utang dinyatakan lunas,
barulah kamu wajib membayar zakat penghasilan.

b. Dalil Hukum Zakat Profesi


1.) Al- Qur'an
Nash-Nash yang dijadikan landasan dalam hukum Zakat salah satunya
terdapat dalam surah Q.S. Al- A'la: 14-15, yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)


dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang”

Adapun hukum dasar zakat profesi terdapat dalam Q.S. At-Taubah ayat
103 yang berbunyi:
ٌ ‫ﻋِﻠﻴ‬
‫ﻢ‬ َ ‫ﺳِﻤﻴٌﻊ‬
َ ‫ﻢ َواﻟَّﻠُﻪ‬
ْ ‫ﻦ َﻟُﻬ‬
ٌ ‫ﺳَﻜ‬
َ ‫ﻚ‬
َ ‫ﺻَﻠﺎَﺗ‬
َ ‫ن‬
َّ ‫ﻢ ِإ‬
ْ ‫ﻋَﻠْﻴِﻬ‬
َ ‫ﻞ‬
ِّ ‫ﺻ‬
َ ‫ﻢ ِﺑَﻬﺎ َو‬
ْ ‫ﻢ َوُﺗَﺰِّﻛﻴِﻬ‬
ْ ‫ﻫ‬
ُ ‫ﻄِّﻬُﺮ‬
َ ‫ﺻَﺪَﻗًﺔ ُﺗ‬
َ ‫ﻢ‬
ْ ‫ﻦ َأْﻣَﻮاِﻟِﻬ‬
ْ ‫ﺧْﺬ ِﻣ‬
ُ

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

5
2.) Hadist
Dalam hadits dari Hakim bin Nizam, Rasulullah SAW bersabda, “Tangan atas
lebih baik daripada tangan bawah. Mulailah (dalam membelanjakan harta) dengan
orang yang menjadi tanggung jawabmu. Sedekah paling baik adalah yang dikeluarkan
dari kelebihan kebutuhan. Barang siapa berusaha menjaga diri (dari keburukan), Allah
akan menjaganya. Barang siapa berusaha mencukupi diri, Allah akan memberinya
kecukupan." (HR Bukhari).
Kemudian ada juga Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim yang berbunyi: “Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah lalu ia tidak
menunaikan zakatnya, maka pada hari kiamat hartanya itu akan dijadikan seekor ular
besar yang berbisa yang akan melilit lehernya, kemudian ular itu akan menggigit kedua
pipinya sambil berkata: Aku hartamu, aku simpananmu.”

2. Zakat Hasil Perkebunan


Zakat pertanian termasuk zakat maal atau zakat harta kekayaan. Mengapa
demikian? Karena zakat maal sendiri jenis zakat yang dikeluarkan bagi muzakki yang
memiliki harta kekayaan atau aset yang dapat berkembang dan dimanfaatkan untuk
meraih keuntungan.
Indonesia terkenal sebagai negara agraris dengan mata pencaharian sebagai petani
cukup banyak. Namun masih sedikit petani yang mengetahui kewajibannya bagi petani
muslim untuk mengeluarkan zakat pertaniannya guna membersihkan dan mensucikan
harta kekayaan.
Menurut para ulama, ada perbedaan pendapat mengenai hasil pertanian apa saja
yang wajib dikeluarkan zakatnya. Berikut ini landasan keilmuannya, antara lain:
a. Menurut pendapat Imam Syafi’i dan Imam Malik, hasil panen yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah hasil panen berupa makanan pokok yang dapat
disimpan. Misalnya saja kurma, jagung, padi (beras) dan gandum
b. Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, hasil panen pertanian yang wajib dizakatkan
semua hal yang bisa ditanam seperti buah-buahan, sayur mayur hingga biji-bijian
c. Menurut Imam Ahmad, hasil pertanian yang wajib dibayarkan adalah hasil panen
yang bisa disimpan dan ditakar
d. Pendapat yang terakhir adalah kesepakatan para ulama bahwa terdapat 4 jenis hasil
panen yang wajib dibayarkan zakatnya yakni kurma, kismis, gandum (sya’ir) dan biji
gandum (hinthah)

a. Syarat-syarat Zakat Hasil Perkebunan

Sementara itu, persyaratan yang perlu muzakki penuhi untuk mengeluarkan


zakat dari hasil pertanian antara lain:
1.) Islam;
2.) Merdeka;
3.) Cukup nisab (batas minimal);
4.) Tanaman tersebut adalah makanan asasi atau yang tahan disimpan lama;
5.) Tanaman tersebut adalah hasil usaha manusia, bukan tumbuh sendiri. Hasil

6
pertanian merupakan tanaman yang ditanam dengan tujuan untuk dijual untuk
kemudian dijadikan kebutuhan pokok; dan,
6.) Hasil pertanian merupakan tanaman yang ditanam di lahan milik muzakki sendiri
dan bukan lahan atau tanah milik orang lain.

b. Dalil Hukum Zakat Perkebunan


1.) Al-Qur'an

َ ‫ﺼٰﻠﻮَة َوٰاُﺗﻮااﻟَّﺰٰﻛﻮَة َواْرَﻛُﻌْﻮا َﻣَﻊ اﻟّٰﺮِﻛِﻌْﻴ‬


‫ﻦ‬ َّ ‫َوَاِﻗْﻴُﻤﻮااﻟ‬

Artinya: “Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang
yang rukuk.” (Q.S. Al-Baqarah: 43)

َ‫ﻏْﻴﺮ‬َ ‫ﺸﺎِﺑًﻬﺎ َّو‬َ ‫ن ُﻣَﺘ‬ َ ‫ن َواﻟُّﺮَّﻣﺎ‬ َ ‫ﺨَﺘِﻠًﻔﺎ ُاُﻛُﻠٗﻪ َواﻟَّﺰْﻳُﺘْﻮ‬


ْ ‫ع ُﻣ‬َ ‫ﻞ َواﻟَّﺰْر‬
َ ‫ﺨ‬ْ ‫ﺖ َّواﻟَّﻨ‬ ٍ ‫ﺷ‬ ٰ ‫ﻏْﻴَﺮ َﻣْﻌُﺮْو‬ َ ‫ﺖ َّو‬ٍ ‫ﺷ‬ ٰ ‫ﺖ َّﻣْﻌُﺮْو‬
ٍ ‫ﺟّٰﻨ‬
َ ‫ﺸَﺎ‬
َ ‫ى َاْﻧ‬
ْۤ ‫ﻫَﻮ اَّﻟِﺬ‬
ُ ‫َو‬
َۙ‫ﺴِﺮِﻓْﻴﻦ‬ْ ‫ﺐ اْﻟُﻤ‬
ُّ ‫ﺤ‬ ِ ‫ﺴِﺮُﻓْﻮۗاِاَّﻧٗﻪ َﻟﺎ ُﻳ‬
ْ ‫ﻫَﻮَﻟﺎ ُﺗ‬ ٖۖ ‫ﺼﺎِد‬
َ ‫ﺣ‬
َ ‫ﺣَّﻘٗﻪ َﻳْﻮَم‬
َ ‫ﻦ َﺛَﻤِﺮٖۤه ِاَذۤا َاْﺛَﻤَﺮ َوٰاُﺗْﻮا‬
ْ ‫ﺸﺎِﺑٍۗﻬُﻜُﻠْﻮا ِﻣ‬َ ‫ُﻣَﺘ‬

Artinya: “Dan Dia-lah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang
tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya).
Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada
waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(Q.S. Al-An'am : 141)

2.) Hadist
Dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Nabi Saw mengutus Muadz ke Yaman,
lalu menuturkan is hadisnya, dan di dalamnya disebutkan, “Sesungguhnya Allah
telah mewajibkan zakat kepada mereka pada harta mereka yang diambil dari orang
kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin mereka.” (HR. Bukhari
Muslim, dan lafal milik Bukhari)
Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan: ”Atau apabila tanaman itu
menyerap ar dengan akarnya, zakatnya ialah sepersepuluh, dan tanaman yang
disiram dengan menggunakan binatang atau tenaga manusia, zakatnya adalah
seperdua puluh.”
Diriwayatkan dari Ibnu umar RA, ia berkata: “Nabi SAW bersabda:
“Terhadap tanaman yang disirami hujan dari langit dan dari mata air atau yang
digenangi air selokan, dikeluarkan zakat sepersepuluhnya, sedangkan terhadap
tanaman yang diairi dengan sarana pengairan sepersepuluhnya” (HR. Bukhari dan
Ahmad).

C. Nisab Zakat dan Cara Perhitungannya

1. Nisab dan Cara Perhitungan Zakat Profesi


Nisab zakat profesi senilai 85 persen gram emas. Adapun, kadar zakat profesi dan
jasa senilai 2,5 persen. Ketentuan ini termuat dalam Peraturan Menteri Agama Nomor
7
31 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Agama Nomor 52
Tahun 2014 Tentang Syariat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah
Serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif.
Menurut SK BAZNAS Nomor 22 Tahun 2022 tentang Nisab Zakat Pendapatan
dan Jasa, nisab zakat penghasilan yang senilai 85 gram emas tersebut setara dengan Rp
79.292.978 per tahun atau Rp 6.607.748 per bulan.
Adapun cara menghitung zakat profesi atau penghasilan dapat dilakukan dengan
mengalikan 2,5 persen dengan jumlah penghasilan dalam 1 bulan. Contohnya apabila
penghasilannya Rp 10 juta per bulan maka cara menghitungnya sebagai berikut,

2,5% x Rp 10.000.000 = Rp 250.000 per bulan.

Apabila profesi yang dijalankan tidak menghasilkan pendapatan yang tetap dan
pendapatan dalam 1 bulannya tidak mencapai nisab, maka hasil pendapatannya selama
1 tahun dikumpulkan baru dihitung. Kemudian, zakat baru ditunaikan jika penghasilan
bersihnya sudah mencukupi nisab.

2. Nisab dan Cara Perhitungan Zakat Hasil Perkebunan


Zakat pertanian adalah salah satu jenis zakat yang dikeluarkan dari hasil panen
atau produksi pertanian. Zakat pertanian harus dikeluarkan oleh setiap individu atau
kelompok yang memiliki lahan pertanian atau hasil panen yang mencukupi nisab (batas
minimal untuk wajib zakat)
Nisab untuk zakat pertanian adalah sebanyak 5 wasaq atau sekitar 653 kg beras.
Jika hasil panen mencapai nisab tersebut. . Lalu, berapakah jumlah zakat yang harus
dikeluarkan petani? Menurut sumber pengairan yang dipakai untuk mengerjakan sawah,
jumlah zakat pertanian dibagi menjadi dua.
Pertanian yang menggunakan air hujan, air sungai, dan mata air sebagai sumber
pengairan. Jika sawah yang dikelola adalah sawah tadah hujan dan jenis pengairan lain
yang tidak perlu membeli air, maka besar zakat pertanian adalah sebesar 10 persen dari
seluruh hasil panen.

Pertanian yang mengharuskan membeli air irigasi supaya sawah mereka dapat
tumbuh. Untuk pertanian jenis ini jumlah zakat pertanian yang harus dikeluarkan
adalah 5 persen dari seluruh hasil panen. Jumlah 5 persen lainnya diasumsikan sebagai
biaya pembelian pupuk, perawatan lahan, obat hama, dan lain-lain.
Pada saat ini sangat jarang kita temukan sawah yang benar-benar tadah hujan
maupun sawah irigasi. Bagaimana bila sawah dikelola menggunakan kedua cara
pengairan, yaitu air hujan dan air irigasi? Jika kita mengacu kepada pendapat Imam Az-
Zarkawi, maka besar zakat hasil pertanian sawah jenis ini adalah 7,5%. Besar prosentase
7,5 adalah nilai tengah dari 5 persen dan 10 persen.

Contoh Perhitungan Zakat Pertanian:


Bapak. H. Sutik adalah seorang petani, ia memiliki sawah yang luasnya 2 Ha
dan ia tanami padi. Selama pemeliharaan ia mengeluarkan biaya sebanyak Rp

8
5.000.000. Ketika panen hasilnya sebanyak 10 ton beras. Berapakah zakat hasil tani
yang harus dikeluarkannya?

Jawab:
Ketentuan zakat hasil tani:
Nisab 653 kg beras, Tarifnya 5%, Waktunya: Ketika menghasilkan (Panen)
Jadi zakatnya:
Hasil panen 10 ton = 10.000 kg (melebihi nisab) 10.000 x 5% = 500 kg

Jika dirupiahkan:
Jika harga jual beras adalah Rp 10.000 maka 10.000 kg x Rp 10.000 = Rp 100.000.000
100.000.000 x 5% = Rp 5.000.000
Maka zakatnya adalah 500 kg beras atau Rp 5.000.000

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat yang juga dikenal sebagai zakat profesi ini ialah zakat yang ditunaikan dari
hasil gaji yang didapat setiap bulan atau dalam waktu tertentu. Besaran zakatnya pun
sama dengan mayoritas zakat maal yang lain, yakni sebesar 2,5%. Pada praktiknya, zakat
penghasilan bisa ditunaikan setiap bulan dengan nilai nishab per bulan yaitu setara
dengan nilai sepeduabelas dari 85 gram emasil (seperti nilai yang sudah disebutkan di atas)
dengan kadar 2,5 persen. Jadi, apabila penghasilan per bulan Anda sudah melebihi nilai
nishab bulanan, maka Anda diwajibkan untuk menunaikan zakat dari 2,5 persen
penghasilan tersebut. Apabila penghasilan dalam satu bulan tidak mencapai nishab,
maka hasil pendapatan selama 1 tahun dikumpulkan atau dihitung, kemudian zakat
ditunaikan jika penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.
Zakat hasil pertanian merupakan salah satu jenis Zakat Maal, objeknya meliputi
hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-
umbian, sayur-mayur, buah-buahan dan lain-lain. Nisab untuk zakat pertanian adalah
sebanyak 5 wasaq atau sekitar 653 kg beras. Jika hasil panen mencapai nisab tersebut.
Kadar zakat pertanian adalah sebesar 5% atau 1/20 dari hasil panen atau produksi
pertanian setelah dipotong biaya produksi. Sedangkan jika tanpa biaya produksi maka
kadarnya sebesar 10%.

B. Saran
Sebagai bentuk ibadah wajib, maka seharusnya umat Islam menyadari betul arti
penting zakat. Islam yang rahmatul lillalamin sangat memperhatikan kesejahteraan umat.
Dikarenakan pentingnya zakat profesi untuk pendistribusian pendapatan maka sebaiknya
zakat profesi langsung diambil/dipotong dari setiap gaji, upah atau honorarium seorang
muslim.

10
DAFTAR PUSTAKA

Samsul, S. A. B.TUJUAN DAN SASARAN ZAKAT DALAM KONTEKS IBADAH DAN


MUAMALAH

Putra, T. W. (2019).Penghimpunan Dana Zakat Infak Dan Sedekah di Badan Amil Zakat
Nasional. Laa Maisyir: Jurnal Ekonomi Islam, 6(2), 246-260.

Putra, T. W. (2019).Manajemen Zakat pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar.
JURNAL HUKUM EKONOMI SYARIAH, 2(2), 203-221.

Putra, T. W., Sofyan, A. S., & Mongkito, A. W. (2020).Maqasid Zakat dalam Mengentaskan
Kemiskinan. TASAMUH: Jurnal Studi Islam, 12(2), 355-372.

Setiawan, A., Putra, T. W., & Hariyadi, R. (2020).Pembangunan Manusia melalui


Optimalisasi Lembaga Pengelolaan Zakat. Management of Zakat and Waqf Journal
(MAZAWA), 1(2), 79-91.

Putra, T. W. (2020).Struktur dan Pengendalian Internal Organisasi Pengelola Zakat.


Madinah : Jurnal Studi Islam, 7(2), 151-166.

Setiawan, A., Putra, T. W., & Hariyadi, R. (2020).ANALISIS KEBIJAKAN BAZNAS


TENTANG IBNU SABIL SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT. Ar-Ribh: Jurnal
Ekonomi Islam, 3(2).

11

Anda mungkin juga menyukai