Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak era industrialisasi, kemajuan industri mengakibatkan peningkatan
drastis emisi gas CO2 di atmosfer yang sebagian besar berasal dari bahan bakar
fosil (Lelieveld et al., 2019). Disisi lain, kebutuhan energi dari bahan bakar fosil
akan terus meningkat. Oleh karena itu, biofuel diperkenalkan sebagai sumber
energi alternatif (Bhagea et al., 2019). Kebutuhan akan bahan bakar alternatif
menuntut perkembangan bahan baku generasi ke-3 yang berbasis mikroalga.
Mikroalga berpotensi paling efisien dalam menyerap CO 2, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi gas CO2 (Xu et al., 2019; Peng et al., 2020).
Mikroalga dapat menghasilkan biomassa yang ramah lingkungan
(Piiparinen et al., 2018) serta metabolit seperti pigmen klorofil (Gissibl et al.,
2019), karotenoid, lipid, protein, polisakarida (Rammuni et al., 2019; Tang et al.,
2020) vitamin, mineral, dan antioksidan tinggi (Khavari et al., 2021) yang dapat
dimanfaatkan dalam industri makanan, nutraceuticals (Udayan et al., 2017)
biofuels, biofertilizer, hidrokarbon (Tyoker dan Chetty, 2021), pakan, pigmen,
polimer (Perez- Garcia et al., 2011) suplemen, enzim, pengolahan limbah (Yuosuf
et al., 2020), agrikultur (Renuka et al., 2018), dan kosmetik (Fu et al., 2019).
Mikroalga memiliki pertumbuhan yang cepat dan efisien dalam mengikat
CO2 (Vale et al., 2020; Udayan et al., 2022) dan kebutuhan lahan yang lebih
rendah dibandingkan dengan tanaman (Randianarison et al., 2017). Selain itu,
mikroalga juga dapat digunakan untuk mengolah limbah industri dan dapat tumbuh
dalam kondisi lingkungan yang ekstrem (Sunah et al., 2020; Udayan et al., 2022)
seperti lingkungan yang asam (García et al., 2018; Tang et al., 2020).
Akan tetapi, produktivitas biomassa yang rendah dan biaya pemanenan
yang tinggi menyebabkan produksi berbasis mikroalga belum banyak mendapat
perhatian. Oleh karena itu, hal yang perlu dipertimbangkan adalah sumber nutrisi
yang berbiaya rendah (Sarma et al., 2021). Pengurangan biaya yang signifikan
dapat dicapai jika sumber karbon seperti CO2, dan nutrisi untuk kultivasi diperoleh
dengan biaya rendah (Brasil et al., 2016).
Salah satu limbah yang potensial menjadi medium alternatif kultivasi

1
mikroalga adalah limbah vinasse (Golchim et al., 2017; Smith et al, 2020) yang
dapat digunakan sebagai sumber karbon organik terjangkau (Brasil et al., 2017;
Engin et al., 2017) terutama untuk produksi paramylon (Kuroda et al., 2018; Kim
et al., 2020). Vinasse merupakan produk sampingan dari pabrik fermentasi molase
berupa limbah cair berwarna coklat tua, bersifat asam (Bergmann et al., 2018),
kaya akan senyawa organik, nitrogen, fosfor (Ortegón et al., 2016), serta
mengandung kalium, sulfur, magnesium, dan kalsium (Quintero-dallos et al.,
2019). Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa vinasse dapat mempengaruhi
laju pertumbuhan (Candido et al., 2019), meningkatkan jumlah sel dan kandungan
biomassa (Santana et al., 2017), meningkatkan klorofil a dan klorofil b (Trevisan
et al., 2020); lipid (Quintero-dallos et al., 2019); karbohidrat (Megawati et al.,
2022), dan kadar protein pada mikroalga (Saejung dan Puensungnern, 2020).
Salah satu spesies mikroalga yang memiliki potensi tinggi adalah Euglena
sp. yang menarik perhatian banyak peneliti karena mudah dan cepat untuk
dikulturkan (Ingwongwan et al., 2019). Euglena sp. juga memiliki kemampuan
untuk mengakumulasikan berbagai metabolit penting dalam jumlah besar
(Kottuparambil et al., 2019; Konur et al., 2020) seperti asam amino (Hasan et al.,
2019), vitamin (Khatiwada et al., 2020), dan asam lemak tak jenuh ganda (Kim et
al., 2020), sehingga Euglena sp. memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi
bioenergi, pangan fungsional, pakan, obat dan kosmetik (Gissibl et al., 2019).
Euglena sp. dapat menyerap CO2 tinggi hingga 45% (Yadav et al., 2013;
Solovchenko et al., 2013), dan dapat hidup dalam kondisi medium yang asam (Wu,
et al., 2022). Selain itu, Euglena sp. dapat dikultur dalam kondisi fotoautotrofik,
heterotrofik, dan miksotrofik (Wang et al., 2018; Hasan et al., 2019; Kim et al.,
2020; Feuzing et al., 2022). Pertumbuhan dan komposisi sel Euglena sp.
bergantung pada suhu, cahaya, pH, nutrisi, dan kondisi trofik (Wang et al., 2018).
Euglena sp. dapat mengakumulasikan cadangan polisakarida berupa
paramylon (Sun et al., 2018; Ivušić et al., 2022). Paramylon melalui proses
fermentasi, diubah menjadi wax ester yang digunakan sebagai bahan baku biofuel
(Inui et al., 2017). Meskipun kultivasi Euglena sp. sangat efisien, untuk mencapai
produksi metabolit yang hemat biaya pada skala komersial menghadapi
keterbatasan yang mempengaruhi pengembangan produk dalam aplikasi

2
biorefinery (Jeevanandam et al., 2020). Penelitian sebelumnya belum cukup
membahas dampak vinasse terhadap tingkat metabolit Euglena sp. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini limbah vinasse digunakan sebagai medium tambahan yang
ekonomis, dan memiliki nutrisi yang lengkap, sehingga diprediksi dapat
meningkatkan produksi paramylon dan metabolit lain pada Euglena sp.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh penambahan limbah vinasse pada kultivasi berbagai
kondisi trofik dengan aerasi CO2 terhadap laju pertumbuhan Euglena sp.?.
2. Bagaimana pengaruh penambahan limbah vinasse pada kultivasi berbagai
kondisi trofik dengan aerasi CO2 terhadap kadar biomassa, karbohidrat, lipid,
protein, pigmen dan paramylon Euglena sp,?.
3. Bagaimana pengaruh penambahan limbah vinasse pada kultivasi berbagai
kondisi trofik dengan aerasi CO2 terhadap ukuran dan morfologi sel Euglena
sp.?.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh penambahan limbah vinasse pada kultivasi berbagai
kondisi trofik dengan aerasi CO2 terhadap laju pertumbuhan Euglena sp.
2. Mengetahui pengaruh penambahan limbah vinasse pada kultivasi berbagai
kondisi trofik dengan aerasi CO2 terhadap kadar biomassa, karbohidrat, lipid,
protein, pigmen dan paramylon Euglena sp.
3. Mengetahui pengaruh penambahan limbah vinasse pada kultivasi berbagai
kondisi trofik dengan aerasi CO2 terhadap ukuran dan morfologi sel Euglena
sp.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan teoretis dan praktis
bagi peneliti lain dan industri mikroalga antara lain:

3
1. Dapat memberikan informasi bagi peneliti lain dengan topik serupa, mengenai
perkembangan Euglena sp. yang berpotensi sebagai agen penangkap karbon
dan pemanfaatannya di bidang industri.
2. Dapat memberikan informasi kepada industri Euglena sp. mengenai
pemanfaatan limbah vinasse sebagai medium tambahan untuk
mengoptimalkan kultivasi Euglena sp. dan produk turunannya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Agar permasalahan tersebut mencapai tujuan, menjadi lebih terarah,
sistematis serta menghindari kerancuan dalam penelitian ini, maka penulis
membatasi masalah yang ingin diteliti sebagai berikut:
1. Konsentrasi CO2 yang digunakan untuk aerasi pada perlakuan kultivasi
fotoautotrofik (kontrol positif) dan miksotrofik adalah 15% sedangkan pada
perlakuan fotoautotrofik (kontrol negatif) dan heterotrofik menggunakan aerasi
dari udara.
2. Limbah vinasse yang digunakan yaitu pengenceran sebesar 4%, terlebih dahulu
disaring, disterilisasi dan dikarakterisasi dengan mengukur pH, Chemical
Oxygen Demand (COD), gula pereduksi, N total, karbon, P (Phospor), Mg
(Magnesium), Ca (Kalsium), K (Kalium), S (Sulfur) yang dihitung sebelum
dan setelah kultivasi.
3. Parameter penelitian yang diuji yaitu optical density (OD), densitas sel, ukuran
sel, morfologi sel, kadar biomassa, lipid, karbohidrat, protein, klorofil a,
klorofil b, karotenoid, dan paramylon.
4. Perlakuan yang digunakan yaitu pada kontrol positif, Euglena sp. akan dikultur
secara fotoautotrofik dengan aerasi CO2. Pada kontrol negatif, Euglena sp.
akan dikultur secara fotoautotrofik dengan cahaya namun diberikan aerasi
udara. Pada perlakuan kondisi miksotrofik, Euglena sp. akan dikultur
menggunakan medium vinasse dengan cahaya dan aerasi CO2. Pada perlakuan
kondisi heterotrofik, Euglena sp. akan dikultur menggunakan medium vinasse
tanpa cahaya dan dengan aerasi udara. Pada perlakuan kondisi mikso-
heterotrofik, Euglena sp. akan dikultur secara miksotrofik kemudian akan
diubah menjadi kondisi heterotrofik pada fase logaritmik.

Anda mungkin juga menyukai