Anda di halaman 1dari 18

Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

PERKEMBANGAN IDE EKONOMI ISLAM OLEH AL-MAWARDI DENGAN


MONZER KAHF

Muhammad Fatchullah El Islami

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya


fatchul.islami12@gmail.com

Abstrak

Ekonomi Islam telah muncul sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Islam telah
mengatur sejak awal hubungan antar manusia secara utuh. Sejak zaman Nabi, kaum
mujtahid Islam telah merumuskan pemikiran ekonomi Islam berdasarkan Al-Qur'an dan
Hadits. Penelitian ini mengeksplorasi pemikiran ekonomi Islam melalui tokoh Muslim Al-
Mawardi dan Monzer Kahf. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
dengan menggunakan studi literatur pengumpulan informasi dan data yang bersumber
dari berbagai perpustakaan seperti artikel jurnal, buku, internet, dan hasil penelitian
sebelumnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Al-Mawardi merumuskan ide-ide ekonomi Islam seperti pembentukan imamah,
infrastruktur oleh negara, penyediaan kebutuhan oleh negara, pendanaan untuk
pelayanan publik yang dibiayai oleh negara, dan pembentukan baitul Mal. Sedangkan
Monzer Kahf merumuskan ide-ide ekonomi Islam seperti kegiatan ekonomi dengan
prinsip-prinsip Islam yang dijalankan oleh ibadurrahman, skala dimensi tidak hanya
tetapi juga dunia akhirat, bebas dari riba, pola konsumsi yang tidak berlebihan, dan
negara sebagai pembuat kebijakan dan pengawasan.

Kata Kunci: Al-Mawardi; Ekonomi Islam; Monzer Kahfi; Kebijakan Ekonomi

Abstrak

Ekonomi Islam telah muncul sejak zaman Nabi Muhammad SAW.


Islam sejak awal telah mengatur hubungan antar manusia secara menyeluruh. Sejak zaman Rasulullah,
para mujtahid Islam telah merumuskan Pemikiran ekonomi Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.
Penelitian ini mengeksplorasi pemikiran ekonomi Islam melalui tokoh Islam Al-Mawardi dan Monzer Kahf.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan studi literatur yaitu
pengumpulan informasi dan data yang bersumber dari berbagai perpustakaan seperti artikel jurnal, buku,
internet, dan hasil penelitian serupa sebelumnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Al-Mawardi merumuskan ide-ide ekonomi Islam seperti pendirian imamah,
infrastruktur oleh negara, pemenuhan kebutuhan oleh negara, belanja pelayanan publik yang dibiayai negara,
dan pembentukan baitul Mal. sedangkan Monzer Kahf merumuskan ide-ide ekonomi syariah seperti kegiatan
ekonomi dengan prinsip Islam yang dijalankan dengan ibadurrahman, skala dimensinya tidak hanya dunia
tetapi juga akhirat, bebas dari riba, pola konsumsi yang tidak berlebihan, dan negara sebagai pembuatnya.
kebijakan dan pengawasan.

Kata Kunci: Al-Mawardi; Kebijakan ekonomi; Ekonomi Islam; Monzer Kahfi

~100~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

Perkenalan

Perkembangan Ekonomi Islam tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan sejarah Islam. Perkembangan Ekonomi Islam yang dimiliki

yang ada sejak tahun 600 M belum banyak diketahui masyarakat. Ekonomi Islam telah menerima

kurang mendapat perhatian karena masyarakat tidak mendapatkan informasi yang memadai. Pemikiran Ekonomi

Islam dimulai sejak Muhammad Saw. Selanjutnya kebijakan tersebut dijadikan pedoman

oleh para khalifah sebagai penerusnya dalam memutuskan permasalahan perekonomian. Al-Qur'an dan Hadits,

landasan teori ekonomi para khalifah, juga digunakan oleh para pengikutnya di

mengatur kehidupan perekonomian negara (Apriyana & Tanjung, 2022).

Ekonomi Islam menerapkan konsep kepemilikan perseorangan yang berasal dari Allah.

Harta atau benda yang dimiliki manusia merupakan titipan yang diberikan kepada kita agar

harta tersebut dipergunakan sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang diamanatkan Allah SWT. Itu

Pengembangan ekonomi syariah merupakan salah satu bentuk upaya menerjemahkan Islam sebagai rahmatan

lil' alamin melalui proses yang panjang dan akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Itu

Munculnya ekonomi Islam di era saat ini telah membuahkan hasil dengan banyak manfaat.

berlakunya ekonomi Islam dalam ranah bisnis modern (Apriyana &

Tanjung, 2022).

Ekonomi Islam sebagai kajian ilmiah modern baru muncul pada tahun 1970. Islam

pemikiran ekonomi ketika Islam diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW. Itu

Alquran dan hadis menjadi landasan utama dalam merumuskan pemikiran ekonomi Islam.

Setelah itu, banyak cendekiawan muslim yang menyumbangkan karya pemikiran ekonomi. Milik mereka

pekerjaan itu sangat berat. Artinya, mereka punya landasan agama dan intelektual yang kuat

argumentasi dan terutama didukung oleh fakta empiris pada masa itu (Hasibuan,

2021). Banyak di antaranya juga bersifat futuristik karena para pemikir Barat hanya mempelajarinya

ratusan abad kemudian. Saat itu, dunia Islam mengalami puncak kejayaan

di berbagai bidang (Rahim, 2020).

Pemikiran Ekonomi sebagai ilmu yang melekat pada fiqh bukanlah hal yang baru. Berdasarkan

Nejatullah Siddiqi, secara kronologis sejarah pemikiran ekonomi Islam bisa

dikelompokkan menjadi tiga periode. Periode pertama menandai munculnya ekonomi Islam

pemikir hingga tahun 450 H, seperti Abu Yusuf, Al-Shaibani, Abu Ubaid, Yahya bin Umar, al-

Mâwardi, dan Ibnu Hazm. Lahirlah kaum intelektual periode kedua, seperti Al-Ghazali, Ibnu

~101~
Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

Taymiyah, dan Ibnu Khaldun. Ulama periode ketiga seperti Syah Waliyullah,

Muhammad bin Abdul Wahab, Muhammad Abduh, dan Muhammad Iqbal. Selanjutnya

masa inilah banyak pemikir masa kini membentuk mazhab dalam Islam

Ekonomi (Qoyum dkk., 2022).

Pada abad ke-10, dunia Islam memasuki masa konflik internal

Dinasti Abbasiyah. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah saat itu berada di bawah kekuasaan

Bani Buwaih. Situasi Khalifah lebih buruk dari sebelumnya, terutama karena Bani

Buwaih adalah penganut aliran Syiah. Meski demikian, secara ilmu pengetahuan, Dinasti Abbasiyah

terus mengalami kemajuan pada periode ini. Pada masa inilah muncul pemikir-pemikir besar,

seperti al-Farabi, Ibnu Sina, al-Biruni, Ibnu Maskawaih, dan kelompok kajian

Ikhwan al-Shafa. Bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga mengalami kemajuan.

Pembangunan masjid dan rumah sakit juga mengikuti kemajuan ini. Ketika Banu

Buwaih berkuasa di Bagdad, telah terjadi beberapa kerusuhan sektarian di antaranya

Ahlussunnah dan Syiah, pemberontakan tentara, dan sebagainya. Pada masa ini, al-Mawardi berada

lahir, tumbuh, berkembang, dan bekerja (Rahim, 2020).

Al-Mawardi hidup di masa-masa awal kemerosotan politik Dinasti Abbasiyah

Dinasti. Pada saat itu, konflik antara Ahlussunnah dan Syiah sedang mencapai puncaknya. Itu

Penguasa lebih mendukung tradisi Syiah, sementara masyarakat lebih mendukung

bertentangan dengan sekte yang dianut oleh penguasa. Ketika Bani Buwaih berkuasa

Di Bagdad, telah terjadi beberapa kerusuhan sektarian antara Ahlussunnah dan tentara Syiah

pemberontakan, dan sebagainya. Sensitivitas sosial inilah yang barangkali mewarnai sikap al Mawardi

corak pemikiran. Di satu sisi, kondisi politik sedang terpuruk yang ditandai dengan

konflik internal; Namun disisi lain ilmu pengetahuan terus mengalami kemajuan (Rahmawati,

2018).

Metode

Penelitian ini akan mencoba membandingkan pemikiran pemikiran Al-

Mawardi dengan pemikiran Monzer Kahf abad ke-19. Peneliti berusaha mencari

gagasan pemikiran ekonomi Islam. Entah dengan saling terkaitnya waktu, ada a

perbedaan tingkat permasalahannya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

studi literatur bagi pembaca untuk menambah wawasan ilmiah pemikiran Islam. Penelitian

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan studi literatur mengumpulkan

~102~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

informasi dan data dari berbagai perpustakaan seperti artikel jurnal, buku, internet,

dan mendukung penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pemikiran ekonomi di

Al-Mawardi abad ke-10, dan Pengumpulan Data Monzer Kahf abad ke-19

Tekniknya dilakukan dengan menelaah buku, literatur, catatan, dan laporan yang berkaitan dengan

objek studi. (Sugiyono, 2013)


Hasil dan Diskusi

Al-Mawardi

Biografi Al-Mawardi (364-450 H). Abu Al-Hasan Ali bin Muhammad bin

Habib Al-Mawardi Al-Basri Al-Syafi'i lahir di Basrah pada tahun 364 H. Setelah dua tahun

mengenyam pendidikan di Basrah dan Bagdad, ia berkelana ke berbagai negara Islam untuk menuntut ilmu.

Diantara guru Al-Mawardi adalah Al-Hasan bin Ali bin Muhammad Al-Jabali,

Muhammad bin Adi bin Zuhar Al-Manqiri, Ja'far bin Muhammad bin Fadhl Al-

Baghdadi, Abu Al-Qasim Al-Qusyairi, Muhammad bin Al-Ma'ali Al-Azdi dan Ali Abu

Al-Asyfarayini (Irawan & Wahyu, 2020).

Al-Mawardi hidup pada masa pemerintahan dua khalifah: Al-Qadir Billah (380-422 H)

dan Al-Qaimu Billah. Masa hidup Al-Mawardi diwarnai dengan suasana dan

kondisi disintegrasi politik pada pemerintahan Daulat Bani Abbas. Pada saat itu

Saat itu, Bagdad, pusat pemerintahan Bani Abbas, tidak mampu membendung aliran tersebut

keinginan daerah-daerah yang dikuasainya untuk melepaskan diri dari Bani Abbas dan membentuk sebuah

daerah otonom. Akhirnya memunculkan dinasti-dinasti kecil yang merdeka dan merdeka

tidak mau tunduk pada pemerintahan Abbas.

Dengan keluasan ilmunya, salah satu tokoh penting Syafi'i

Mazhab dipercaya menduduki jabatan qadi (hakim) di berbagai negara. Setelah itu,

Al-Mawardi kembali ke Bagdad untuk beberapa waktu dan diangkat sebagai Ketua Hakim

pada masa pemerintahan khalifah Al-Qaim bi Amrillah Al Abbasi.

Meski hidup di masa ketika dunia Islam terpecah menjadi tiga

dinasti yang bermusuhan, Dinasti Abbasiyah di Mesir, Dinasti Umawiyah II di

Andalusia, dan Dinasti Abbasiyah di Bagdad, Al-Mawardi memperoleh kedudukan tinggi di

waktunya. Para pemimpin Bani Buwaihi, sebagai pemegang kekuasaan di Bagdad

pemerintah, menjadikannya sebagai mediator dengan musuh-musuhnya (Putri & Zainuddin, 2022).

Meski menjadi hakim, Al-Mawardi tetap aktif mengajar dan menulis. Al-

Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Ali-Khatib Al-Baghdadi dan Abu Al-Izz Ahmad bin

~103~
Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

Kadasy adalah dua murid Al-Mawardi yang menghasilkan karya ilmu pengetahuan. Besar

sejumlah karya ilmiah yang mencakup berbagai bidang studi dan bernilai tinggi telah dihasilkan

yang ditulis oleh Al-Mawardi, seperti Tafsir al-Qur'an al-Karim, al-Amtsal wa al-Hikam, al-

Hawi al-Kabir, al-Iqna, al-Adab ad-Dunya wa ad-Din, Siyasah al-Maliki, Nashihat al-

Muluk, al-Ahkam asy-Shulthaniyyah, An-Nukat wa al-'Uyun, dan siyasah al-Wizarat

wa as-Siyasah al-Maliki. Dengan menghibahkan surat-surat berharga tersebut, Al-Mawardi meninggal dunia di

bulan Rabiul Awal tahun 450 H di Bagdad pada usia 86 tahun.

Pemikiran ekonomi Al-Mawardi dituangkan dalam tiga karya, Kitab Adab Ad-

Dunya wa Ad-Din, AlHawi, dan Al-Ahkam sebagai Sulthaniyyah.Dalam Kitab Adab ad-

Dunya wa ad-Din, beliau menggambarkan perilaku ekonomi seorang muslim dan empat penghidupan utama

jenis mata pencaharian yaitu pertanian, peternakan, perdagangan, dan industri. Dalam

Kitab Al-Hawi, pada salah satu bagiannya, Al-Mawardi khusus membahas tentang Mudharabah

dari pandangan berbagai sekolah. Dalam Kitab Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, beliau

banyak menguraikan tentang sistem pemerintahan dan administrasi Negara Islam,

seperti hak dan kewajiban penguasa terhadap rakyatnya, berbagai negara

lembaga, penerimaan dan pengeluaran, dan lembaga hisbah (Rahim, 2020).

Teori keuangan publik

Teori keuangan publik selalu dikaitkan dengan peran negara di dalamnya

kehidupan ekonomi. Negara diperlukan karena berperan dalam memenuhi korelatifnya

kebutuhan seluruh warga negaranya. Masalahnya adalah hal ini tidak luput dari perhatian Islam. Al-

Mawardi berpendapat bahwa implementasi Imamah (kepemimpinan agama, politik) adalah

kekuasaan yang mutlak dan pembentukannya diperlukan untuk melestarikan dan mengelola agama

dunia (Qoyum et al., 2022).

Dari segi ekonomi, pernyataan Al-Mawardi berarti negara mempunyai

berperan aktif dalam mewujudkan tujuan material dan spiritual. Ini menjadi kewajiban moral bagi

penguasa dalam membantu mewujudkan kebaikan bersama, yaitu menjaga kepentingan

stabilitas dan pertumbuhan masyarakat dan ekonomi. Jadi, seperti para pemikir Muslim sebelumnya, Al-

Mawardi memandang kewajiban penguasa tidak hanya dari segi ekonomi

tapi juga moral dan agama. Demikian seperti para pemikir Islam sebelumnya, Al-Mawardi berpandangan

tidak hanya kewajiban penguasa dari sudut pandang ekonomi tetapi juga moral dan

agama (Amri, 2016).

~104~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

Pernyataan Al Mawardi menunjukkan Pemikirannya masih klasik karena al

mawardi menekankan pertumbuhan ekonomi. Bagaimanapun, Pemikiran klasik menekankan

pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pemikiran masa kini yang menekankan pada ekonomi

persamaan.

Lebih lanjut Al-Mawardi berpendapat bahwa negara harus menyediakan apa yang diperlukan

infrastruktur untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan umum. Menurutnya, “Jika

tinggal di kota dimungkinkan karena atau tidak berfungsinya fasilitas mata air minum

atau hancurnya tembok kota, maka negara bertanggung jawab memperbaikinya, dan jika demikian

mempunyai dana negara, maka harus dicari cara untuk memperolehnya.” Intinya negara wajib

untuk mengatur dan membiayai pengeluaran pelayanan publik yang dibutuhkan oleh setiap individu

kecil kemungkinannya untuk membiayai layanan semacam itu.

Dengan demikian, pelayanan publik merupakan kewajiban sosial dalam mendanai kebutuhan sewa Negara

barang dan jasa. Sebagai gambaran, Al-Mawardi menyatakan bahwa ada beberapa negara

kewajiban yang timbul dari pembayaran berbasis sewa, seperti gaji tentara dan biaya

pengadaan senjata. Kewajiban tersebut tetap harus dipenuhi terlepas dari apakah

keuangan negara mencukupi. Kalau dana yang ada tidak mencukupi, negara bisa membuat

pinjaman kepada masyarakat (Rahmawati, 2018).

Al Mawardi menjelaskan, negara berkewajiban mengatur dan membiayai hal tersebut

pengeluaran yang dibutuhkan oleh layanan publik karena tidak ada individu yang mampu membiayai jenis-jenis tersebut

layanan. Dengan demikian, pelayanan publik merupakan kewajiban sosial dan harus condong ke arah masyarakat

minat. Pernyataan Al Mawardi semakin menguatkan pendapat umat Islam sebelumnya

pemikir yang menyatakan bahwa dalam pengadaan proyek dalam rangka pemenuhan

kepentingan umum, negara dapat menggunakan dana Baitul mal atau membebankan kepada perseorangan yang

mempunyai sumber keuangan yang memadai. Almawardi menyebutkan tugas negara untuk itu

memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara. Negara harus melindungi agama, menegakkan hukum,

menjamin stabilitas negara, menjaga batas-batas Negara Islam, menyediakan

iklim perekonomian yang kondusif, penyelenggaraan pemerintahan yang berkeadilan

penerapan syariat Islam, menghimpun penghasilan dari berbagai sumber yang ada,

menerapkan pajak baru, dan membelanjakan dana baitul mal untuk kemaslahatan umat.

(Istiqomah, 2019).

Dalam pandangan Mawardi, negara bertanggung jawab memenuhi kebutuhan dasar setiap orang

warga negara serta mewujudkan kesejahteraan dan pembangunan ekonomi pada umumnya.

~105~
Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

Oleh karena itu, negara harus mempunyai sumber daya finansial untuk melaksanakan hal tersebut

tanggung jawab. Terkait hal lain, Al Mawardi menyatakan perlunya negara

mendirikan kantor lembaga keuangan secara permanen apabila dana negara berjumlah besar

dipindahkan dari berbagai daerah ke pusat.

Seperti halnya para pemikir Islam abad klasik, Al-Mawardi menyebutkan bahwa

Sumber pendapatan Negara Islam terdiri dari zakat, ghanimah, kharaj, jizyah, dan

ushr. Soal pengumpulan harta zakat, Al Mawardi membedakannya dengan yang kasat mata

kekayaan dan kekayaan tersembunyi, seperti perhiasan dan barang dagangan, diserahkan kepada kebijakan

umat Islam (Istiqomah, 2019).

Lebih lanjut Al Mawardi mengemukakan jika sumber penerimaan negara tidak mampu

untuk memenuhi kebutuhan anggaran negara atau terjadi defisit anggaran, negara diperbolehkan

menetapkan pajak baru atau memberikan pinjaman kepada masyarakat. Secara historis, hal ini pernah dilakukan oleh

Nabi Saw membiayai kepentingan perang dan kebutuhan sosial lainnya pada masa awal

pemerintahan Madinah.

Menurut Al Mawardi, pinjaman masyarakat harus dikaitkan dengan kepentingan umum.

Namun tidak semua kepentingan umum dapat dibiayai dengan pinjaman pemerintah. Dia berpendapat itu di sana

Ada dua jenis biaya untuk kepentingan umum: biaya pelaksanaan wajib

fungsi negara dan biaya untuk kepentingan umum dan kesejahteraan masyarakat. Pinjaman publik

Dana tersebut hanya dibuat untuk membiayai berbagai barang atau jasa yang disewakan oleh negara di dalamnya

kerangka fungsi wajib. Sebagai gambaran, Al Mawardi menyatakan ada

beberapa kewajiban negara yang timbul dari pembayaran berbasis sewa, seperti gaji para

tentara dan biaya pengadaan senjata. Kewajiban tersebut akan tetap dipenuhi

terlepas dari apakah keuangan negara mencukupi. Negara boleh mempublikasikannya

pinjaman untuk memenuhi kewajiban ini jika dana tidak mencukupi. Adapun jenis-jenisnya

kewajiban yang lebih pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, negara bisa

memberikan pembiayaan yang berasal dari dana lain, seperti pajak (Hasibuan, 2021).

Pernyataan Al Mawardi juga mengindikasikan bahwa pinjaman publik diberikan jika memang demikian

didukung oleh kondisi ekonomi saat ini dan masa depan dan tidak diharapkan demikian

konsumtif. Selain itu, kebijakan pinjaman pemerintah merupakan solusi terakhir negara dalam menghadapinya

defisit anggaran.

~106~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

Pajak

Sebagaimana tren pada zaman klasik, persoalan perpajakan juga tidak kunjung jalan

tanpa disadari oleh al-Mawardi. Menurutnya, penilaian terhadap Kharaj harus berdasarkan

pada faktor-faktor yang menentukan kemampuan tanah membayar pajak yaitu kesuburan tanah,

jenis tanaman, dan sistem irigasi. Lebih lanjut ia menjelaskan alasan ketiga faktor tersebut

mempengaruhi penilaian Kharaj. Kesuburan tanah merupakan faktor penting dalam melakukan kharaj

penilaian karena jumlah produksi bergantung padanya. Jenis tanamannya juga

mempengaruhi penilaian kharaj karena jenis tanaman yang berbeda mempunyai harga yang berbeda pula

variasi (Nashihah, 2018).

Selain ketiga faktor tersebut, al-Mawardi juga mengungkapkan faktor lain yaitu

jarak antara tanah yang menjadi objek kharaj dan pasar. Faktor terbaru ini adalah

juga sangat relevan karena tinggi rendahnya harga berbagai jenis barang bergantung pada

jarak tanah dari pasar. Dengan demikian, dalam pandangan al-Mawardi, “keadilan hanya akan terjadi

direalisasikan terhadap Wajib Pajak jika pemungut pajak mempertimbangkan paling sedikit empat faktor dalam

menilai suatu objek Kharaj yaitu kesuburan tanah, jenis tanaman, sistem irigasi, dan tanah

jarak ke pasar."

Mengenai cara menentukan Kharaj, al-Mawardi menyarankan untuk menggunakan salah satu

dari tiga metode yang pernah diterapkan dalam sejarah Islam (Nashihah, 2018):

1. Metode Misahah, yaitu menentukan kharaj berdasarkan luas tanah, bersifat tetap

pajak, baik tanah itu ditanami atau tidak, asal tanah itu memang dapat ditanami

ditanam.

2. Cara penentuan kharaj didasarkan pada luas lahan garapan saja.

Dalam metode ini, tanah subur yang tidak dikelola tidak dimasukkan dalam penilaian kharaj

objek.

3. Metode Musaqah adalah metode penentuan kharaj berdasarkan persentase

hasil produksinya. Cara ini memungut pajak setelah tanaman mengalami a

masa panen.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa penetapan kharaj al mawardi setuju

dengan metode misahah yang digunakan abu ubaid, selain itu al mawardi menambahkan satu faktor

yang harus diperhatikan dalam menentukan kharaj yaitu jarak antar

tanah yang menjadi objek kharaj dan pasar (Suryana et al., 2019).

~107~
Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

Metode pertama yang digunakan umat Islam dalam menerapkan kharaj adalah metode Misahah. Ini

Metode ini pertama kali pada masa khalifah Umar bin Khatab berdasarkan masukan dari

teman yang melakukan survei. Saat ini, pajak ditetapkan setiap tahun pada tingkat yang berbeda-beda

secara tetap pada setiap lahan yang berpotensi produktif dan mempunyai akses terhadap air, sekalipun

tidak ditanami, sehingga pendapatan yang diterima negara dari pajak jenis ini juga

tetap. Melalui cara tersebut, Khalifah Umar ingin menjamin pendapatan negara setiap orang

bulan untuk ekspansi sambil memastikan bahwa petani tidak menghindari pembayaran pajak berdasarkan ketentuan tersebut

dalih rendahnya produksi (Diana, 2017).

Cara kedua juga diterapkan pada masa Umar. Metode ini

pengenaan pajak hanya dilakukan di daerah tertentu saja, khususnya di kalangan Syiah. Yang paling

metode terkini, Muqasamah, pertama kali diterapkan pada masa Dinasti Abbasiyah khususnya

pada masa dinasti Al-Mahdi dan Harun ar-Rasyid.

Baitul Mal

Al-Mawardi menyatakan untuk membiayai pengeluaran negara untuk memenuhi kebutuhan pokok masing-masing

negara perlu memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negaranya. Negara memerlukan negara

lembaga keuangan (Baitul Mal) secara tetap. Melalui lembaga ini pendapatan negara

dari berbagai sumber akan disimpan pada pos tersendiri dan dibelanjakan sesuai dengan kepentingannya

alokasi masing-masing. Soal harta warisan Baitul Mal, Al-Mawardi menegaskan jika pasti

dana pos tidak cukup untuk membiayai kebutuhan yang direncanakannya, pemerintah meminjam

pengeluaran dari pos lain. Pendapatan Baitul Mal masing-masing provinsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut

kebutuhan pembiayaan masyarakat masing-masing. Jika ada surplus, gubernur mengirimkannya

sisa dana ke pemerintah pusat. Sebaliknya, pusat atau provinsi

pemerintah yang memperoleh surplus harus mengalihkan sebagian harta Baitul Mal kepada

daerah defisit (Diana, 2017).

Al-mawardi menegaskan, tanggung jawab Baitul Mal adalah memenuhi kebutuhan masyarakat

publik. Tanggung jawab Baitul Mal digolongkan menjadi dua hal (Janwari, 2016):

1. Tanggung jawab yang timbul dari berbagai harta benda yang dikuasai di Baitul Mal merupakan suatu amanah

dibagikan kepada mereka yang berhak.

2. Tanggung jawab timbul seiring dengan pendapatan, merupakan harta kekayaan baitul Mal itu sendiri.

Al-Mawardi mengkategorikan Baitul mal fungsinya sebagai berikut; kategori pertama dari

Tanggung jawab Baitul Mal berkaitan dengan penerimaan negara yang diperoleh dari zakat.

Alokasi pendapatan zakat bagi umat tidak digunakan untuk kepentingan umum, begitu pula negara

~108~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

diberi kewenangan untuk mengatur penghasilan sesuai dengan apa yang telah diatur dalam Islam. Dengan demikian

kategori tanggung jawab pertama adalah pengeluaran tetap dan minimum.

Kemudian kategori tanggung jawab yang kedua terkait dengan penerimaan Negara yang diperoleh

dari Fai. Menurut al-Mawardi, semua jenis kekayaan itu milik umat Islam dan bukan

individu secara khusus merupakan bagian dari harta baitul mal. Oleh karena itu, pendapatan fai

diperuntukkan bagi seluruh umat Islam merupakan bagian dari harta Baitul Mal. Selanjutnya al-Mawardi

mengklasifikasikan kategori kedua ini menjadi dua hal (Sriwahyuni, 2017).

Pertama, timbul tanggung jawab sebagai ganti nilai yang diterima (badal), misalnya untuk

pembayaran gaji prajurit dan pembiayaan pengadaan senjata. Itu

pelaksanaan tanggung jawab ini menimbulkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak tersebut

pemerintah, berapa pun jumlahnya.

Kedua, tanggung jawab yang timbul melalui bantuan dan kepentingan umum.

Al-Mawardi menyatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab semacam ini berkaitan dengan keberadaan

dana Baitul Mal. Jika dana dari Baitul Mal mencukupi, baru dilaksanakan

tanggung jawab itu menjadi tanggung jawab sosial seluruh umat Islam (fardh kifayah).

Selain menetapkan tanggung jawab Negara, al-Mawardi juga

uraian tersebut juga menunjukkan bahwa dasar belanja publik di Negara Islam adalah Maslahah

(kepentingan umum). Negara hanya berwenang membelanjakan harta Baitul Mal di dalamnya

kepentingan maslahah dan kemajuan.

Mengenai pembagian pendapatan zakat, al-Mawardi menyatakan bahwa kewajiban

Negara yang menyalurkan harta zakatnya kepada fakir miskin dan orang-orang miskin hanya untuk membebaskan mereka

kemiskinan. Tidak ada batasan jumlah tertentu untuk membantu mereka karena 'pemenuhan

kebutuhan' adalah istilah yang relatif. Mungkin gratis dari 1 Dinar untuk memenuhi kebutuhan, sementara yang lain mungkin

membutuhkan 100 dinar (Suradi & Bustami, 2022).

Selain itu, al-Mawardi berpendapat bahwa zakat harus disalurkan di daerah dimana

zakatnya diambil. Pemindahan zakat ke daerah lain hanya diperbolehkan jika semua golongan

zakat mustahik di daerah telah diterima dengan baik. Jika surplus, itu

yang paling berhak menerimanya adalah wilayah yang terdekat dengan tempat pengambilan zakat. Al-mawardi

menjamin pendistribusian harta berjalan lancar dan tepat sasaran. Negara harus memberdayakan

Dewan Hisbah. Dalam hal ini salah satu fungsi Muhtasib adalah memenuhi kebutuhan

masyarakat dan merekomendasikan pengadaan proyek untuk masyarakat umum. Al-

Mawardi menegaskan, jika mekanisme pengadaan air minum di kota tersebut

~109~
Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

rusak, Muhtasib (petugas hisab) harus memperbaiki sistem air minum,

membangun kembali tembok dan memberikan bantuan keuangan kepada masyarakat miskin karena inilah yang terjadi

kewajiban baitul mal, bukan kewajiban masyarakat.

Selain menguraikan teori tentang belanja publik, Al-Mawardi juga paham

dampak ekonomi dari pengalihan pendapatan melalui kebijakan publik. Dia menyatakan: "Penurunan apa pun

pada kekayaan masyarakat adalah bertambahnya kekayaan Negara, dan setiap penurunan kekayaan

negara adalah peningkatan kekayaan masyarakat.” Dengan demikian, menurut al-Mawardi, masyarakat

belanja negara, seperti halnya perpajakan, merupakan alat yang efektif untuk mengalihkan sumber daya ekonomi. Al-

Pernyataan Mawradi juga mengisyaratkan bahwa belanja publik akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan

pendapatan (Apriyana & Tanjung, 2022).

Monzer Kahfi

Monzer Kahf lahir pada tahun 1940 di Damaskus, ibu kota Suriah. Monzer Kahfi

adalah warga negara Amerika dan tinggal bersama istri dan anak-anaknya di Westminster, California.

Beliau merupakan salah satu umat Islam yang mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan ekonomi Islam

pemikiran dan sistem keuangan. Sejarah pendidikan Monzer Kahfi adalah miliknya

pendidikan dasar dan menengah di sebuah lembaga pendidikan di Damaskus. Monzer

Kahf lulus dari Universitas Damaskus pada tahun 1962 dengan gelar sarjana di bidangnya

perdagangan dan menerima penghargaan langsung dari presiden Suriah melalui karya terbaiknya

lulusan (Qoyum dkk., 2022).

Pada tahun 1967, Monzer Kahf menerima gelar master di bidang sosial dan ekonomi

perencanaan dari Program Pembangunan PBB di Suriah. Pada bulan Maret 1975, Monzer Kahf

memperoleh gelar doktor di bidang ekonomi dari Universitas Utah, Salt Lake di Utah pada tahun

pembangunan keuangan dan ekonomi. Monzer Kahfi dikenal sebagai seorang ekonom, dan

konsultan, dosen.

Jenjang karir Monzer Kahf disajikan dibawah ini (Ubaidillah, 2018):

1. Monzer Kahf adalah pengajar aktif di School of Business University of

Damaskus dari tahun 1962 hingga 1963.

2. Monzer Kahf bekerja sebagai auditor di Kantor Audit Nasional Pemerintah sejak

1963 hingga 1971.

3. Monzer Kahf adalah asisten profesor ekonomi di Universitas Utah

dari tahun 1971 hingga 1975.

~110~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

4. Monzer Kahf adalah anggota Asosiasi Ekonomi Amerika dari tahun 1974 hingga

1999.

5. Monzer Kahf menjabat sebagai Chief Financial Officer di Islamic Association of North

Amerika, Manajer Dana Zakat Nasional, dan Chief Financial Officer di Utara

Yayasan Islam Amerika dari tahun 1975-1981.

6. Monzer Kahf adalah anggota pendiri Ekonomi Muslim Internasional

Asosiasi Amerika Serikat dan Kanada dan Asosiasi Islam

Sosiolog pada tahun 1980.

7. Monzer Kahf bekerja sebagai ekonom dari tahun 1985 hingga 1999.

8. Monzer Kahf adalah kepala departemen dari tahun 1989 hingga 1991.

Pemikiran Ekonomi Monzer Kahf Berlatar belakang pendidikan ekonomi Barat, Monzer

Pemikiran Kahfi lebih bersifat Neoklasik: serupa dengan pemikiran Muhammad Abdul

Mannan dan Nejatullah Siddiqi dikenal sebagai Sekolah Arus Utama. uniknya Kahfi

kontribusinya adalah dengan memasukkan keuangan sosial Islam (zakat dan sedekah), yang Islami

lembaga distribusi, dalam perhitungan agregat ekonomi pendapatan, konsumsi,

deposito, dan investasi (Irham et al., 2022).

Beberapa pandangan Monzer Kahfi mengenai ilmu ekonomi, seperti ekonomi Islam, bisa jadi

dianggap sebagai sektor perekonomian dan dapat dikaji berdasarkan paradigma Islam

(yaitu aksioma, sistem nilai, dan etika). Pandangan Monzer Kahfi ini coba dikritisi sebagian pihak

ekonom Islam. Kelompok ekonom lain telah mencoba menekankan perbedaan tersebut

antara ekonomi Islam dan ekonomi Barat. Sayangnya, beberapa kelompok masih

tidak mengerti bahwa ada perbedaan filosofi dan prinsip, bukan

metode yang digunakan.

Monzer Kahf berpendapat bahwa ekonomi Islam mencakup perintah dan larangan

dan status ekonomi Islam dalam sains dan klasifikasi. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari

filosofi, prinsip, konsep, aksioma, dan efek praktisnya. Monzer Kahf mencobanya

mengkritik pandangan kelompok lain yang menyamakan sistem ekonomi Islam dengan fiqh

muamalat. Pandangan seperti ini akan mempersempit pandangan dalam perekonomian Islam yang terkesan demikian

hanya berisi perintah dan larangan. Dimana kenyataannya ekonomi Islam juga demikian

membahas tentang teori konsumsi, produksi, dan distribusi (Irham et al., 2022)

Berbicara mengenai perilaku manusia, Kahf memandang ekonomi Islam tidak dibangun di atas

konsep 'manusia ekonomi rasional' seperti konsep yang dianut secara konvensional

~111~
Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

ekonomi. Ekonomi Islam adalah perekonomian yang dijalankan dengan pandangan manusia Islam

atau ibadurrahman yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Kahf & Mohammed, 2016):

1. Segala sesuatu adalah milik Allah SWT. Rakyat adalah khalifah dan harus taat

perintah dan hukum Allah. Pemikiran ini berkaitan dengan struktur ketatanegaraan

sistem ekonomi Islam yang digagasnya. Kepemilikan yang dimuliakan manusia adalah

miliknya dan milik Allah SWT. Implementasi Monzer

Ide Kahfi digambarkan sebagai orang yang memiliki tanah dan memanfaatkan tanah tersebut untuk berbagi

proses. Kepemilikan tanah ini akan dinilai merugikan jika pemiliknya

serakah dan tidak menggunakannya untuk fungsinya.

2. Karena Tuhan itu mahakuasa, hanya hukum Tuhan yang bisa digenapi. Jika diterapkan, sebuah

sistem ekonomi berdasarkan hukum Islam harus diikuti

3. Kehidupan di bumi ini bersifat sementara, sehingga harus ada aturan yang dapat “memaksimalkan” fungsinya

secara maksimal tetapi harus didasarkan pada kembali ke masa depan dan manfaatnya

dunia. Bekerja adalah suatu kebajikan, dan kemalasan adalah hal yang buruk.

Asumsi Dasar Ekonomi Islam Monzer Kahf

A. Tentang Manusia Islam

Menurut Kahf, umat Islam tidak harus menjadi Muslim. Namun, jika orang tersebut

mau menerima paradigma Islam, maka ia bisa disebut Manusia Islam. Tiga

pilarnya adalah (Agusti, 2021):

1. Segala sesuatu sepenuhnya milik Tuhan; Manusia adalah Khalifah-Nya.

2. Tuhan itu Esa, hanya hukum Tuhan yang dapat ditegakkan.

3. Bekerja adalah suatu kebajikan; Oleh karena itu, diperlukan sikap perbaikan diri.

B. Tentang Negara

Baginya, negara adalah pembuat rencana dan pengawas. Kahfi menyebutkan tiga objek

Kebijakan negara (Agusti, 2021):

1. Maksimalisasi tingkat pemanfaatan sumber daya alam.

2. Meminimalkan terjadinya kesenjangan distribusi.

3. Membuat peraturan bagi pelaku ekonomi untuk menjamin ketaatan “pemerintah

peraturan.”

Negara menggunakan kebijakan fiskal dan moneter, sarana produksi dan distribusi,

dan kekuatan hukum untuk mencapai ketiganya. “Manusia Islam” dan Negara,

~112~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

Teori Konsumsi Monzer Kahf

Hasil pemikiran Monzer Kahf dalam merumuskan teori konsumsi

adalah sebagai berikut (Hakim, 2015):

A. rasionalisme Islam

Salah satu istilah yang paling bebas digunakan dalam ilmu ekonomi karena segala sesuatu bisa terjadi

dirasionalisasikan setelah kita merujuknya pada serangkaian aksioma yang relevan

Unsur pokok rasionalisme mencakup tiga konsep, yaitu:

1. Konsep kesuksesan. Beliau mengutip dari pendapat MN Siddiqi bahwa

“Sukses terletak pada kebaikan, semakin tinggi, semakin baik, semakin sukses.” Sedangkan

dalam istilah Islam, kebaikan berarti bersikap optimis terhadap kehidupan diri sendiri

dan lain-lain.

2. Skala waktu dalam perilaku konsumsi. Skala waktu konsumsi

perilaku. Ada dua hal yang berkaitan dengan skala waktu perilaku konsumen,

yaitu dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsungnya bisa dirasakan di dunia, sementara

dampak tidak langsung diperoleh di kemudian hari di akhirat;

3. Konsep Harta Karun. Islam memandang kekayaan sebagai anugerah dari Allah. Dalam hadis

Nabi, “kemiskinan mendekatkan manusia pada kepolosan.” Mukmin

digambarkan oleh Al-Qur'an adalah orang-orang yang ketika menafkahkan hartanya, tidak melakukannya

berlebihan, jangan menimbulkan keburukan, tapi jaga keseimbangan antara keduanya

sikap.

B. Etika Konsumsi dalam Islam Menurut Kahfi

Monzer Kahf mengembangkan Pemikirannya tentang konsumsi dengan memperkenalkan Final

Pengeluaran (FS) sebagai variabel standar dalam melihat kepuasan maksimal

diperoleh konsumen muslim. Salah satunya dimulai dengan melihat asumsi

bahwa lembaga zakat merupakan bagian dari struktur sosial ekonomi. Kahfi berasumsi

bahwa zakat adalah suatu keharusan bagi muzakki. Oleh karena itu, meskipun zakat adalah pengeluaran yang demikian

memberikan manfaat, karena sifat zakat yang tetap, diasumsikan di luar

Pengeluaran akhir.

Teori Produksi Kahf

Monzer Khaf dalam merumuskan produksinya didasarkan pada beberapa alasan ilmiah seperti

berikut (Sriwahyuni, 2017):

~113~
Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

A. Motif produksi, yaitu pengambilan keuntungan setiap partikel dari

alam semesta, adalah tujuan ideologis umat Islam.

B. Tujuan produksi adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki keadaan materiilnya dan

akhlak dan sebagai sarana untuk mencapai cita-citanya di Hari Kiamat. Tujuan badan usaha

dalam memaksimalkan keuntungan atas nama badan usaha tidak boleh melanggar “aturan”.

permainan dalam ekonomi Islam."

C. Faktor Produksi

D. Modal sebagai akumulasi kerja

e. Hak milik sebagai akibat yang wajar

Struktur pasar menurut Monzer Kahf

Tidak hanya membahas konsumsi produksi, Monzer Kahf juga merumuskannya

gambaran struktur pasar sebagai berikut (Nailul Izzah, 2021):

A. Kebebasan, Struktur pasar ditentukan oleh kerjasama bebas. Itu

Ekonomi Islam itu bebas, namun kebebasannya lebih ditunjukkan dalam persaingan

(kompetisi). Memang kerjasama merupakan tema umum dalam sosial Islam

organisasi. Individualisme dan kepedulian sosial saling terkait erat dengan pekerjaan

karena kesejahteraan orang lain adalah cara yang paling penuh harapan untuk mengembangkan kebermanfaatan dan

mendapatkan berkah dari Allah SWT.

B. Keterlibatan pemerintah dalam pasar. Keterlibatan pemerintah dalam pasar adalah

hanya pada saat tertentu atau bersifat sementara. Sistem ekonomi Islam memandang

Islam sebagai sesuatu yang ada di pasar bersama dengan unit elektronik lainnya
dasar yang tetap dan stabil.

C. Aturan main "ekonomi Islam". Institusi sosial disusun untuk

mengarahkan individu untuk menerapkan aturan-aturan ini dan mengendalikan serta mengawasinya

penampilan dengan benar. Pemberlakuan aturan-aturan ini membentuk suatu lingkungan di mana

individu melakukan kegiatan ekonominya. Aturannya sendiri sudah mengakar

kerangka konseptual masyarakat tentang Kekuasaan Yang Maha Esa (Tuhan), kehidupan, yang

sesama manusia, dunia, sesama makhluk, dan tujuan akhir manusia.

Sektor Moneter

Kebijakan ekonomi bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya, menyusutkan

kesenjangan ekonomi dengan melarang penimbunan harta benda oleh segelintir orang saja, dan

~114~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

menerapkan aturan transaksi yang adil. Dalam sejarah Islam, kita mengenal aparat hukum al-

hisbah. Kahf mengusulkan beberapa instrumen (Agusti, 2021):

A. Instrumen moneter meliputi pemeliharaan nilai tukar dan penggunaan pembiayaan

dana zakat sehingga transaksi dapat dilakukan tanpa bunga.

B. Pemerintah dapat mengatur instrumen fiskal dalam hal pendapatan dan negara

pengeluaran, termasuk pajak dan subsidi.

C. Alat produksi, kebijakan ini mempengaruhi pihak swasta dalam hal pengalokasiannya

sumber daya.

D. Alat distribusi. Islam memiliki instrumen zakat yang dapat digunakan untuk mengalirkan harta.

e. Penyelenggaraan hukum menggunakan instrumen yang dapat digunakan adalah lembaga

pengawasan al-hisbah dan lembaga pengadilan.

Kesimpulan

Pemikiran ekonomi Al-Mawardi tercermin dalam karyanya yang berjudul Adab al-Dunya

wa al-Din, al-Hawi al-Kabir, dan wilayah al-Ahkam al-Sulthaniyyah wa Al-Diniyah. Al-

Pemikiran ekonomi Mawardi menyatakan bahwa negara dan kegiatan perekonomian mempunyai kekuatan yang kuat

korelasi. Hubungan negara dan kegiatan ekonomi pertama-tama menjadi landasan

imamah merupakan suatu keharusan untuk menjaga agama dan kepentingan masyarakat dan

menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, Negara harus menyediakan

infrastruktur yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan umum. Ketiga, Amerika

bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara. Keempat, negara harus mengatur

dan membiayai pengeluaran yang diperlukan untuk pelayanan publik. Kelima, Negara dapat menggunakan dana

Baitul Mal atau memaksakan pada orang kaya untuk memenuhi kepentingan umum. Selain itu, al

Mawardi menyatakan, dalam keadaan tertentu, negara diperbolehkan menetapkan pajak atau

memberikan pinjaman kepada masyarakat. Monzer Kahf melihat ekonomi Islam sebagai sebuah aktivitas ekonomi

yang mempunyai prinsip Islam dan dijalankan oleh laki-laki Islam (ibadurrahman). Skala

dimensi waktu dalam kegiatan ekonomi mencakup kehidupan dunia dan akhirat. Dia

hendaknya melakukan kegiatan ekonomi yang mendatangkan keridhaan Allah SWT. Islam

perekonomian dalam pelaksanaannya bebas dari transaksi riba dan konsumsi

pola yang tidak berlebihan. Negara diminta hadir dengan berbagai kebijakannya

alat dan melakukan pengawasan dan keadilan untuk menjamin terlaksananya kaidah ekonomi Islam

diimplementasikan dengan benar.

~115~
Machine Translated by Google

Jil. 9, Nomor 1, Juli 2023 : Jurnal Pemikiran Islam

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, N. (2021). Manusia Islam : Wawasan Mendalam Monzer Kahf. Jurnal Ilmiah Syiar,
21(02), 82–92. https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/syiar
Amri, H. (2016). Kontribusi Pemikiran Ekonomi Abu Hasan Al-Mawardi. Ekonomi
Syariah, 2(1), 9–18.
Apriyana, M., & Tanjung, H. (2022). Penerapan Sistem Ekonomi Nabi Muhammad Saw
Sebagai Role Model Generasi Millenial Dalam Membaca Ekonomi Syariah Berbasis
Teknologi. JIEI: Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 3249–3253.
Diana, R. (2017). Al-Mawardi dan Konsep Kenegaraan dalam Islam. Tsaqafah, 13(1), 157–
176. https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v13i1.981
Hakim, IM (2015). ANALISIS KOMPARATIF PEMIKIRAN FAHIM KHAN DAN MONZER KAHF TENTANG
PERILAKU KONSUMEN_. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO.

Hasibuan, SW (2021). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. SAINS MEDIA


INDONESIA.
Irawan, H., & Wahyu, ARM (2020). PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM (Pertama).
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Balai Insan Cendekia.
Irham, M., Harahap, N., Kumala, R., Tarigan, AA, & Yafiz, M. (2022).
PERBANDINGAN TEORI KONSUMSI IRVING FISHER, MA MANNAN DAN MONZER
KAHF. Edunomika, 06(02), 1–15.
Istiqomah, L. (2019). Telaah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jurnal Al-Iqtishod,
1(1), 1–19.
Janwari, Y. (2016). Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Rasulullah hingga Masa
Kontemporer. Di Perbankan Islam. PT REMAJA ROSDAKARYA. http://senayan.iain-
palangkaraya.ac.id/
index.php?p=show_detail&id=11809&keywords=
Kahf, M., & Muhammad, AN (2016). Kartu Kredit : Isu Kontemporer dalam Perspektif
Ekonomi dan Syari'ah. JKAU: Ekon Islam, 29(1), 105–108.
Nailul Izzah, S. (2021). Konsumsi Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Islam Monzer Kahf.
Jurnal Ilmiah MEA(Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi), 5(3), 1973–
1989.
Nashihah, F. (2018). Negara, ekonomi dan pasar: Analisis lembaga hisbah dan kontribusinya
terhadap perspektif Al-Mawardi. Arsip RePEc Pribadi Munich, 87412. https://mpra.ub.uni-
muenchen.de/87412/
Putri, EF, & Zainuddin. (2022). Konsep Negara Menurut Perspektif Al-Mawardi.
Ilmu
JISRAH: Jurnal Integrasi 20–26. https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/jisrah/article/view/
…, 3(1),
5779%0Ahttps://
ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/jisrah/article/viewFile/5779/2422
Qoyum, A., Nurhalim, A., Fithriady, Pusparini, MD, Ismail, N., Haikal, M., & Ali, K.
M. (2022). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Klasik. Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syariah Bank Indonesia. https://doi.org/10.36769/asy.v16i1.221
Rahim, A. (2020). PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM. YAYASAN
BARCODE.
Rahmawati, R. (2018). Sistem Pemerintahan Islam Menurut Al-Mawardi Dan Aplikasinya Di
Indonesia. DIKTUM: Jurnal Syariah Dan Hukum, 16(2), 264–283. https://doi.org/
10.35905/diktum.v16i2.621
Sriwahyuni, E. (2017). Pemikiran Ekonomi Islam Monzer Kahf. Al-Intaj, 3(9), 172–

~116~
Machine Translated by Google

: Jurnal Pemikiran Islam Vol.9, No.1, Juli 2023

186.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. ALFABETA.
Suradi, R., & Bustami. (2022). Peran Pemerintah dalam Pengelolaan Zakat Menurut Abu Ubaid Al Qasim
( Studi Kasus Kota Pontianak ). JIEI: Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 3333–3348.

Suryana, D., Sutisna, S., & Mukhtar, M. (2019). STUDI KOMPARATIF TENTANG WAKAF UANG
MENURUT IMAM MAWARDI DAN IBN NAJIM Al-MISHRI.
Untuk Studi,
Al-Afkar, Jurnal Islam 26–41. https://doi.org/10.31943/afkar_journal.v4i1.50 2(2),

Ubaidillah, A. (2018). METODOLOGI ILMU EKONOMI ISLAM MONZER KAHF.


JES: Jurnal Ekonomi Syariah, 3(1), 54–66.

~117~

Anda mungkin juga menyukai