Potehi Wayang
Potehi Wayang
Latar: Panggung wayang dengan dalang yang memasukkan tangannya ke dalam kantong dan
menggerakkan boneka wayang. Musik gembreng dan tambur dipukul diiringi gesekan rebab
yang melengking menyayat telinga. Penonton bersorak-sorai.
Dalang: (menggerakkan wayang) Lakon yang mengangkat novel See Yu Ki, Journey to The West,
telah dibuka. Tokoh kera sakti bergerak lincah, meloncat ke sana-kemari. Bunyi ”trok-trok” dari
Piak-kou membuat suasana jadi meriah.
Latar: Beranda kos dengan sinar mentari yang menembus hujan. Penjual bakmi keliling melewati
depan kos setelah Isya. Mei Wang dan Joko Sudiro duduk di beranda, masing-masing membaca
buku.
Joko Sudiro: (menunggu sambil melihat Mei Wang) Aku masih bersarung dan berpeci. Tak mau
ganti baju, takut keburu penjual bakmi itu pergi.
Mei Wang: (tertunduk membaca) Suara Piak-kou selalu kita tunggu. Esoknya aku bersiasat. Aku
ingin berkenalan denganmu!
Joko Sudiro: (berdebar, melangkah ke luar pagar) Aku ingin berkenalan denganmu!
Mei Wang: (ragu) Tanganmu telah menyentuh pintu pagar tapi lantas terdiam.
Adegan 3: Pertemuan dengan Penjual Bakmi
Latar: Penjual bakmi keliling dan Mei Wang berdiri di halaman kos. Mei Wang sedang membaca.
Penjual Bakmi: (mengulurkan tangan) Ayo pada kenalan. Sudah pada kenal belum?
Latar: Beranda kos dengan sinar merkuri yang menunduk di tepi jalan. Mei Wang dan Joko
Sudiro duduk bersama.
Mei Wang: (tersenyum) Wajah berlianmu makin berkilau oleh cahaya merkuri.
Joko Sudiro: (merasa bahagia) Hatiku jadi hangat, penuh suka cita.
Latar: Panggung pertunjukan wayang potehi dengan penonton yang hening. Mei Wang dan Joko
Sudiro menatap satu sama lain.
Mei Wang: (mata berbinar) Joko Sudiro...
Penonton: (mengikuti emosi) Terharu oleh pertemuan mereka yang tak terduga.