Anda di halaman 1dari 2

Adegan 1: Pertemuan Pertama

(Latar belakang panggung menampilkan suasana jalan di depan kos Joko. Joko duduk di
beranda, sementara Mei Wang duduk di depan kosnya membaca buku. Terdengar suara
kentongan penjual bakmi keliling.)

Joko: (berdiri, melirik ke arah kos Mei Wang) Wah, ada penjual bakmi keliling. Nggak boleh
kelewatan kesempatan ini!

(Joko pergi ke depan kos Mei Wang sambil terlihat gugup.)

Joko: (sambil tersenyum malu-malu) Permisi, Bu Mei Wang. Saya Joko Sudiro.

Mei Wang: (tersenyum sopan) Mei Wang, senang bertemu dengan Anda.

Joko: (tergagap) Maaf, saya agak gugup. Saya ingin mengenal Anda lebih baik.

Mei Wang: (tersenyum) Tentu, silakan duduk.

(Mereka duduk berdampingan di beranda, memulai percakapan yang hangat.)

Adegan 2: Rasa Saling Menarik

(Panggung berganti menjadi interior kos Mei Wang. Mereka duduk berdua di beranda dengan
latar belakang wayang golek.)

Joko: (tertawa) Itu wayang golek?


Mei Wang: (mengangguk) Ya, ini wayang Potehi.

Joko: (tertawa kecil) Saya belum pernah melihat pertunjukan Potehi. Apa itu?

Mei Wang: (menjelaskan)* Ini tradisi yang kami lakukan di sini. Namun, sayangnya sekarang
dilarang.

Joko: (serius) Kenapa dilarang?

Mei Wang: (berdebat dalam pikiran) Dilarang oleh rezim yang berkuasa sekarang.

Joko: (memahami) Saya mengerti. Saya sebagai wartawan mahasiswa, saya tahu tentang hal
itu. Mungkin saya akan menulis artikel tentang ini.

Mei Wang: (khawatir) Hati-hati, Joko. Tapi terima kasih atas perhatianmu.

(Mereka duduk dalam kesunyian, saling menatap dengan perasaan yang tumbuh di antara
mereka.)

Anda mungkin juga menyukai