Anda di halaman 1dari 14

KARMA

Ada sebuah keluarga yang terdiri dari seorag Ibu dan dua orang anaknya yang bernama Anik
dan Joko. Mereka hidup dalam keadaan yang sangat sederhana .

Mbok : (sambil membawa nasi) ” Anik, lauknya bawa kesini, itu tadi yang Mbok letakkan
didekat kompor .”

Anik : (sambil membawa lauk) ” Iya Mbok ” .

Mbok : (sambil menata makanan) ” Ayo ditata dulu makanannya setelah itu panggil adikmu
Joko, kita sarapan bersama. “

Anik : ” Joko masih mandi, Mbok “

Sesaat kemudian Jokopun datang dan duduk diantara Mbok dan Anik

Joko : ” Sarapannya apa, Mbok ? “

Mbok : ” ya seperti biasanya toh Jok, tahu sama tempe . “

Joko : (dengan suara keras) ” Apa tahu clan tempe lagi kata Mbok ? Aku kan bosan mbok, tiap
hari makan tempe dan tahu . Pokoknya aku nggak mau. “

Anik : ” Sudahlah Jok diakan saja . Yang kita punya kan cuma ini . “

Joko : ” Mungkin Mbak bisa makan seperti ini setiap hari, tapi aku nggak bisa Mbak. “

Mbok : ” Kamu ini mbokya ngerti toh , Mbok ini kerjanya apa ? Mbokkan Cuma buruh tani .
Kamu juga tahu sendiri kalau beberapa hari ini sawahnya kebanjiran. “

Joko : ” Mbokkan bisa cari kerja yang lain, nyuci baju orang kek, jadi buruh pabrik kek, atau
yang lainnya . “
Mbok : ” Kamu iti gimana toh Jok, memang cari kerja itu gampang.”

Joko : ” Ya sudah Aku makan tapi Aku nggak mau kalau besok lauknya tahu dan tempe lagi “

Akhirnya merekapun sarapan bersama. dan tiga puluh menit kemudian …….

Mbok : ” Anik, tolong piring-piringnya bawa kedalam . “

Anik : ” Baik Mbok “

Mbok : ” Jok, Mbok perhatikan pagi-pagi seperti ini kamu sudah rapi , mau kemana ? “

Joko : ” Itu Mbok pacarku mau kesini, Mbok ! “

Mbok : ” jadi kamu punya pacar toh . Anak siapa ? “

Joko : ” Itu lho, anaknya juragan sapi dari kampung sebelah. “

Mbok : (sambil terkejut) Apa ….. ? Kamu pacaran sama anaknya juragan sapi itu. Memang dia
mau pacaran sama kamu yang anaknya buruh tani ?

Joko : (bingung) ya aku tidak ngomong kalau aku ini anaknya buruh tani . Aku bilang aku
adalah anaknya orang kaya. “

Mbok : (sambil mengelus dada) Astaghfirullah Joko. kenapa kamu berbohong seperti itu ? “

Joko : (dengan nada agak kerat) “Mbok, aku lakukan ini demi kita Mbok. Memangnya, Mbok
nggak senang kalau Mbok punya memantu orang kaya?”

Mbok : “Ya, Mbok senang punya menantu orang kaya tapi jangan begitu caranya. Nati kalau
pacarmu tahu kalau kamu orang miskin bagaimana terus bagaiaman?”
Joko : “Ya, aku ngggak tahu”

Mbok : “ Kamu itu bagaimana toh Jok?”

Joko : “Oh ya nanti pacarku mau datang ke sini, dan aku mau Mbok jangan memanggil aku
“anak” tapi Mbok harus memanggil aku “tuan” dan Mbok harus mengaku sebagai pembantuku.”

Mbok : (terkejut) “Masya Allah Joko, kamu kok tega sama Mbok, Mbokkan orang tua kamu,
masak kau menyuruh Mbok memanggil kamu tuan.”

Joko : (Sambil berdiri) “aku nggak mau tahu pokoknya Mbok harus seperti itu, kalau Mbok
nggak lebih baik aku pergi dari sini. Aku sudah bosan hidup sebagai orang miskin, rumah yang
sempit dan nggak punya apa-apa”

Mbok : (sambil memegang tangan Joko) ” Ya sudah , ya sudah nnti kalau pacar kamu datang
Mbok akan berpura – pura menjadi pembantu kamu, tapi kamu j angan pergi kamu kan anak
laki-laki Mbok satu-satunya . Ya sudah Mbok tinggal ke dapur dulu . “

Joko modar-mandir menanti kedatangan sang pacar dan sesaat kemudian pacar Jokopun datang .

Ariska : (dengan nada manja) ” Sayang, tahu nggak aku sudah nunggu lama disana . Untung tadi
aku ketemu sama Joni teman kamu. Katanya kamu suruh aku kesini . Ini rumah siapa sich
sayang ?”

Joko : ” Oh ……….. ini rumah pembantuku, aku kesini menjenguk anaknya yang sedang sakit. “

Tiba-tiba ibunya Joko keluar

Mbok : ” Oh …… ada tamu toh .

Ariska : ” Eh !Dia siapa sayang ?

Joko : ” Oh ini ! dia adalah pembantuku yang aku ceritakan tadi


Mbok : ” Iya, saya adalah pembantu tuan Joko . Tuan kesini menjenguk anak saya yang sedang
sakit . “

Joko : ” Oh ya ! sayang kamu mau minum apa ? “

Ariska : ” E…. ada orange jus gak yang ?”

Joko : ” Aduh sayang di rumah pembantu masak ada orange j us!”

Mbok : ” Benar Non! Saya ini kan hanya orang kampungyang ada Cuma air putih.”

Ariska : ” Ya udah deh air putih aja.”

Joko : ” Cepat Mbok ambilkan!”

Mbok : ” Baik Tuan.”

Setelah Si Mbok masuk, Joko dan Ariska berbincang – bincang di depan rumah.

Ariska : ” Ngomong – ngomong aku harus duduk di mana?”

Joko : ” Di sini aja ya Yang?”( Sambil menunjuk tikar)

Ariska : ” Apa??? Masak aku disuruh duduk di tempat yang kotor ini?”

Joko : “Maklumlah Yang, ini kan rumahnya pembantu jadi umtuk sementara duduk di sini aja!”

Ariiska : ” Ya dah deh kalau begitu.”

Si Mbok keluar dangan membawa dua gelas air putih.


Mbok : ” Ini Non airnya, silahkan di minum.”

Joko : ” terimakasih Mbok . ya sudah silakan Mbok masuk kedalam . “

Setelah Mbok masuk kedalam, Joko dan Ariska melanjutkan kembali percakapannya.

Ariska : ” Yang, kita kan sudah lama pacaran. Kapan sayang melamar aku ? Mami sudah sering
tanya. “

Joko : (sambil berfikir) ” E… Bagaimana kalau bulan depan ? “

Ariska : ” Tapi Yang, Mami kan mau pergi keluar negeri . “

Joko : ” bagaimana kalau minggu depan ? “

Ariska : ” begini Yang, kata Mami 2 hari lagi Sayang harus melamar aku. “

Joko : (dengan terpaksa jokopun menyetujuinya ) ” ya sudah, 2 hari lagi aku melamar kamu. “

Ariska : ” Tapi Yang, kata Mami ada syaratnya. “

Joko : ” Apa syaratnya Sayang ? “

Ariska : ” Saat melamar, sayang harus membawa uang sebesar Rp. 20.000.000,-”

Joko : (terkejut)” a…… pa ? dua puluh juta ?”

Ariska : ” Sayang kenapa kok terkejut ! uang dua puluh juta kan kecil buat sayang
Joko : (berpura – pura ) ” Ah , siapa yang terkejut . kalau hanya uang dua puluh juta itu kecil
buat aku . “

Ariska : ” Jadi bagaimana Yang ? Sayang jadi kan melamar aku ?”

Joko : ” Ya pasti dong sayang “

Ariska : ” Ya udah ya , aku pulang dulu Yang . Aku masih ada j anj i sama teman – teman mau
pergi ke Mall. Da……… (sambil melambaikan tangan)

Joko : (sambil melambaikan tangan) ” hati – hati dijalan ya. “

Setelah Ariska pulang, Joko masuk kedalam rumah dengan perasaan yang bingung. Melihat joko
yang seperti itu si mbok juga ikut bingung.

Mbok : “Ada apa to jok, kok mbok lihat sepertinya kamu bingung sekali ?”

Joko : ” Gini mbok, orang tua Ariska minta aku melamar Ariska dua hari lagi”

Mbok : “Kamu mau melamar pakai apa jok ? kamu kan belum kerja”.

Joko : “Mamanya Ariska juga minta uang Rp.20 juta buat melamar anaknya”.

Mbok : “Apa??? 20juta??? Kita dapat uang sebesar itu dari mana ? kita kan hanya orang miskin,
buat makan saja kita susah. Apalagi 20 juta !”

Joko : “Pokoknya aku gak mau tahu. Dalam dua hari mbok harus menyiapkan uang 20 juta
untuk melamar pacarku”.

Mbok : “Masyaallah jok, ya gak mungkin toh mbok dapat uang 20juta dalam dua hari”.

Joko : “Tapi kita kan masih punya tanah peninggalan bapak yang ada dibelakang rumah itu
mbok”.
Mbok : “Jok, itu kan peninggalan bapakmu satu-satunya. Masak kamu tega nyuruh mbok
menjualnya”.

Joko : “Sudahlah mbok jual saja. Kalau mbok gak mau jual lebih baik aku pergi saja dari
rumah”.

Mbok : “Jangan gitu toh nak, kita kan sudah gak punya apa-apa lagi”.

Joko : “Pokoknya aku gak mau tahu, lebih baik aku minggat kalu mbok gak mau menjualnya”.

Mbok : ” Ya udah jok, nanti mbok pikir-pikir dulu. “

Joko : “Kalau gitu aku keluar dulu”.

Karena mendengar keributan antara mbok dan adiknya, Anikpun keluar.

Anik : “Ada apa toh mbok aku dengar dari dalam kok rebut saja”.

Mbok : “Adikmu ini lho, katanya dia mau melamar pacarnya dan calon mertuanya minta uang
sebesar 20 juta. mbok bingung harus cari uang dimana. Malahan dia nyuruh mbok jual tanah
peninggalan bapakmu”.

Anik : “Terus mbok mau ?”.

Mbok : “Lha gimana lagi nik, adikmu ngancam mau minggat dari rumah kalau mbok gak jual
tanah. Dia kan anak-anak laki-laki mbok satu-satunya”.

Anik : (dengan nada kesal) “Mbok sih selalu saja menuruti keinginan joko”.

Mbok : “Mbok sudah gak punya cara lagi nik. Mbok bingung ! !”.

Anik : “Ya sudah, terserah mbok saja. Anik masuk dulu mau nyuci piring mbok”.
Dengan merasa terpaksa sekali, maka ibu jokopun menjual tanah peninggalan almarhum
suaminya. Ibu joko akhirnya pergi kerumah Bu Anis juragan kaya di desanya yang biasa
membeli tanah.

Bu Anis : “Jeng…..aku baru beli kalung berlian lho bagus banget !”

Bu Hefni : “Iya to bu….., mana aku pengen lihat ! aku kemarin juga baru dibeliin cincin permata
sama suamiku dari Korea Selatan”.

Ibu joko : “Permisi Bu Anis….., kulonuwun ?!”.

Bu Anis : “Oh …monggo, lho! Bu Joko, mari masuk bu. Silahkan duduk, silahkan bu !”.

Ibu joko : “Iya bu…terimakasih”.

Bu Anis : “Kok tumben bu joko. Ada perlu apa ? ndak biasanya loh ibu main kerumah saya…”.

Ibu joko : “Oh …iya bu, begini…. maksud kedatangan saya kemari tadi pertama mau
silaturrahmi dan yang kedua mau…. anu…..saya dengar ibu bias membeli tanah, dan saya
bermaksud akan menawarkan tanah saya dibelakang rumah itu untuk saya jual kepada ibu”.

Bu Anis : “Iya ta bu… ibu apa bawa surat-surat tanahnya ?”.

Ibu joko : “Ini bu !” (sambil menyerahkan surat-surat tanah)

Bu Anis : “Iya, saya periksa dulu ya bu !” (memeriksa surat-surat tanah). Terus ibu mau menjual
tanah ini berapa bu ?”.

Ibu joko : “Emmm…… kalau Rp.25.000.000 bagaimana bu ?”.

Bu Anis : “Kok Rp.25.000.000 to bu! Kalau Rp.18.000.000 bagaimana?”.


Bu joko : “Kok Rp.18.000.000to bu, ya udah kalau Rp.20.000.000 saja bagaimana bu… yang
penting jangan kurang dari Rp.20.000.000 ya bu…. bagaimana?”.

Ibu Hefni : “Sudahlah jeng…. iya saja !”.

Ibu Anis : “Ya sudah bu…baiklah, saya beli Rp.20.000.000. sekarang saya ambilkan uang dulu
kedalam ya bu !”.

Ibu Hefni : ” Bu…. kok tanahnya dijual, memangnya ada keperluan apa to bu! Kelihatannya
mendadak sekali!”.

Bu j oko : ” Hemmm… iya bu, ada keperluan keluarga. Hem…”

Ibu Anis : (keluar dari kamar) ” Ibu joko, ini uangnya Rp.20.000.000, coba dihitung dulu bu !”.

Bu joko : “Ndak bu…. saya percaya kok sama ibu. Terimakasih….kalau begitu saya pamit dulu
ya bu. Terimakasih…….”.

Bu Anis : “Oh iya bu, kok tergesa-gesa, baiklah bu…. saya juga terimakasih. Nanti kalau saya
butuh surat-surat keterangan yang lain bolehkan saya main kerumah ibu ?”.

Bu joko : “Oh iya…. silahkan bu. Ndak apa-apa ! Bu Hefni juga boleh main kegubuk saya yang
reot itu. Ya sudah bu… saya pamit dulu, terimakasih. Mari…….. “.

Bu Anis : “Iya mari-mari…..hati-hati ya bu !”.

Sementara itu, suasana dirumah Ariska pacar Joko begitu sibuk mempersiapkan acara lamaran.
Para pembantu sibuk bersih-bersih dan menata rumah.

Yu : “Aduh…..kerja kok terus, sampek coklek pinggangku ini rasanya. Eh nem nem, sini…..tak
kasih tahu!”. (kemudian duduk)

Nem : “Ada apa to Yu…..kok semangat banget”. (sambil meletakkan sapunya dan ikut duduk).
Yu : ” Eh kamu tahu ndak, non ariska itu hari ini mau dilamar juragan kaya katanya
guuuuanteng lho!”.

Nem : “Masak sih Yu! Aku kok ndak tau !”.

Yu : “iya! Kamu ini bagaimana to nem nem, masa sama yang terjadi pada juragan kita kamu
ndak tahu? Wong tetangga-tetangga yang beli sayur tadi semua membicarakan itu kok ! katanya
sih, wajahnya seperti david Beckham pemain sepak bola itu lho nem”.

Nem : “Da….. David Beckham itu sopo to Yu !”.

Yu : “Gusti allah nem nem, makanya kamu itu j adi orang mbok ya nonton TV. Walau kita
pembantu tapi mbok yo yang sedikit modern gitu po’o. kaya aku ini !”. (sambil berpose lenggak-
lenggok)

Ibu Ariska : “Aduh,duh,duh,duh…… wong disuruh kerja kok ya ngerumpi! Kalian berdua itu
piye to Yu, Nem! Ayo coba kamu Nem dah siap pa belum makananya di dapur ?”

Nem : “Belum ndoro putri…..(sambil ketakutan)

Ibu Ariska : “Kok belum piye to Nem, lihat ini sudah jam berapa ? calon besanku tuh mau
dating. Ayo cepat sana kamu siapkan makanannya! Dan kamu Yu, bersih-bersih didepan sana.
Nanti kalau tamunya dating kasih tau saya ya”.

Yu & Nem : “Inggih ndoro putri……..”.

Ida : “Ada apa to ma…..kok rebut aja sendiri dari tadi, kok ngomel-ngomel terus ida
perhatikan”.

Ibu Ariska : “itu loh Yu sama Nem, wong disuruh kerja kok malah ngerumpi”.

Ida : “Iya tuh ma, pembantu kita itu senangnya ngegosip melulu. Malah kemarin itu yang
namanya Nem itu malah pacaran dipasar. Bukannya beli sayur malah kencan sama tukang ojek
di depan itu loh ma”.
Ibu Ariska : “Oh iya ida , coba kamu lihat mbakmu dikamar. Dandannya udah selesai apa
belum, dari tadi dandan kok belum selesai juga. Ayo sana….”.

Ida : “Iya-iya ma…..(sambil agak sewot)

Ariska : ” Mama…..aduh mamaaku udah kelihatan lebih cantik belum ma? Tu bajuku….
antingku juga bagus kan ma?”

Ibu Ariska : “Iya-iya…. anak mama cuuanntik sekali, memang sudah saatnya dilamar. Mbakmu
cantik kan ida ? “.

Ida : “Iya cantik!”. (sambil cemberut karena sewot & iri)

Yu : “Maaf ndoro putri……. diluar tamunya sudah datang”.

Ibu Ariska : “Kamu itu piye to yu, kalau tamunya datang ya disuruh masuk to ! ayo cepat suruh
masuk !”.

Yu : “Inggih…inggih ndoro putri, inggih!” Setelah tamunya masuk…….

Ariska : “Sayang……. kamu sudah datang ya. Kami semua udah lama nunggu kamu, kok telat
sihhh…”.

Joko : “Iya sayang maaf…… maklum Surabaya, macet!”.

Ariska : “Oh…. begitu. oh ya ma ini loh yang namanya joko pacarnya riska”.

Ibu Ariska : “Oh…. ini to yang namanya nak jojko, silahkan duduk nak joko! (sambil berjabat
tangan kemudian menyilahkan tamunya duduk) , lho, ini siapa nakjoko?”.

Joko : “Ehmm…ini..ini pembantu saya ma..”.


Ariska : “Iya ma, ini pembantunya sayang joko yang Riska ceritakan kemarin waktu anaknya
sakit. Mama masih ingat kan ?”.

Ibu Ariska : “Ohh…. iya mama inget”.

Joko : “Iya ma…..betul sekali. Ma, maksud kedatangan saya kemari mau melamar Riska ma…
“.

Ibu Ariska : “Oh… iya. Ibu sih ndak apa-apa, tapi apa kamu sudah membawa persyaratannya?”.

Joko : “Iya sudah…ini ma!” (sambil meminta uang kepada ibunya yang disuruh berpura-pura
jadi pembantunya lalu menyerahkannya kepada calon mertuanya)

Ibu ariska : “Sebentar ibu hitung dulu ya nak! …..aduh, udah wis ibu percaya. Ayo ida kamu
saja yang hitung dikamar mama”.

Ida : “Iya ma.. . !”. Ibu Ariska : “Yu… Nem… !” Yu & Nem: “Inggih ndoro putri….”

Ibu ariska : “ayo kamu buatkan minum 3 jus jeruk dan camilannnya bawa kesini ya. Cepat!”

Yu & Nem: ” kok 3 ndoro, terus yang itu bagaimana?”(sambil menunjuk pada ibunya joko)

Ibu Ariska : “udah cepet sana! Kalau disuruh itu gak usah banyak Tanya-tanya!” Yu & Nem:
“Inggih ndoro..”

Ibu ariska : “Oh iya…orang tuanya nak joko kemana? Kok ndak ikut, mama kira mereka ikut.
Kok malah pembantunya yang diajak”.

Joko : “Oh…. papa saya sudah meninggal ma… !” Ibu Ariska : “Oh sudah meninggal, maaf ya
nak joko!”

Yu dan Nem masuk keruang tamu sambil membawa minuman dan camilan. Kemudian ibu
ariska, ariska dan joko menikmati hidangan yang disajikan sementara ibu joko dibiarkan duduk
dilantai tanpa menikamti apapun juga.
Ibu Ariska : “Lalu mamanya nak joko sekarang dimana?”

Joko : “Ehm…. mama …mama …(sambil melihat ibunya dengan bingung), mama saya juga
sudah meninggal ma…”

Ibu joko : (langsung berdiri dan menghadap pada joko) joko! Joko anakkku! Mbok masih sehat
dan sekarang masih berdiri di hadapanmu kamu bilang mbok sudah meninggal. Astaghfirullah…
joko. Aku mbokmu joko, yang mengandung kamu, melahirkan kamu dan sekarang dihadapanmu
kamu bilang sudah mati joko !”

Ariska : (saat joko kebingungan) sebentar…. sayang ini siapa sich! Kamu bilang pembantu
kamu, tapi kok dia bilang dia ini ibunya kamu. Lalu yang benar yang mana?”

Joko : “Tenang sayang ….yang benar ini bukan ibuku tapi pembantuku. Dan ibuku sudah
meninggal”.

Ibu joko : “Durhaka kamu joko !ini balasan kamu joko. Aku mbokmu joko!”

Joko : “Enak saja !kamu bilang kamu ini ibuku ?” (sambil mendorong ibunya hingga jatuh
tersungkur kelantai)

Ibu joko : (sambil berusaha berdiri dan membelakangi Joko) Durhaka kamu joko! benar-benar
kamu anak durhaka! Ini balasan kamu pada ibumu sendiri ?daripada mbok melihat anak seperti
kamu lebih baik mbok melihat patung !»

Joko : (tiba-tiba saja joko terjatuh dan kakinya tidak bias digerakkan) “Aduh kakiku! mbok…
mbok…ampun mbok…ampun, maafkan joko mbok…”.

Ariska : (sambil menangis melihat joko) “Ada apa sayang, kamu kenapa? Kakimu kenapa ?ma
…ini bagaimana ma…?”

Ibu ariska : “sudahlah nak…mama juga nggak tahu”


Ibu joko : “Sekarang kamu mau mengakui aku sebagai mbokmu dihadapan mereka ! sekarang
kamu mau! (sambil marah karena sakit hati)

Joko : (sambil memohon-mohon) “Ampun mbok…ampun!”

Ibu joko : ” tidak joko, ibu tidak akan memaafkan kamu. Ibu sudah terlanjur sakit hati! Ini
memang karma yang harus kamu terima!”

Dan akhirnya Jokopun menjadi patung.

Ibu Joko : (berbalik menghadap Joko) ” Jok , Jok, Jok kamu kenapa nak! Ayo bicaralah pada ibu
, ya Allah Joko ! mengapa kamu jadi seperti ini nak? astaghfirullah apa yang telah aku katakan,
aku telah mengutuk anakku sendiri.

Dan Ibu Jokopun hanya dapat bersimpuh menangis menyaksikan anaknya yang menjadi patung

Anda mungkin juga menyukai