Anda di halaman 1dari 11

NERAKA TOMINO

(TOMINO NO JIGOKU)
KARYA : ( FERANI YULIA ARIYANSAH )

NERAKA TOMINO
(TOMINO NO JIGOKU)

Kakak yang memuntahkan darah


Kakak yang meludahkan api
Tomino yang meludahkan
Permata yang berharga
Tomino meninggal sendirian
Dan terjatuh kedalam neraka
Neraka kegelapan tanpa dihiasi bunga
Apakah itu kakak tomino memegang cambuk?
Jumlah bekas luka yang berwarna merah
Sangatlah mengkhawatirkan
Dicambuk dan dipukul sangatlah mendebarkan
Jalan menuju neraka yang kekal
Hanyalah satu cara
Mohon bimbingan kepada neraka kegelapan
Dari domba emas dan burung bul bul
Berapa banyak yang tersisa
Dari dalam bungkusan kulit
Disiapkan untuk perjalanan tak berujung
Meunuju neraka
Musim semi akan segera dating
Kedalam hutan serta lembah
Tujuh tingkat didalam gelapnya lembah neraka
Didalam kandang bulbul, dalam gerobak domba
Meneteskan air mata
Tangisan burung bulbul dibalik hujan dan badai
Menyuarakan cintamu untuk kakak tersayang
Gema tangismu melolong melalui neraka
Serta darah memekarkan bunga merah
Melalui tujuh gunung dang lemah neraka
Tomino yang lucu berjalan sendirian
Utuk menjemputmu ke neraka
Duri duri berkilauan diatas gunung
Menancapkan duri ke daging yang segar
Sebagai tanda untuk tomino yang lucu

Adegan 1

Malam itu Tomino terlihat sangat bahagia ada senyum merekah terselip di sudut bibirnya.

Tomino : Ayah, lihat yah, aku mendapatkan ini(sambil menyodorkan kertas piagam dan piala yang ia
dapat sehabis lomba menggambar di sekolahnya tadi)

Ayah. : Wah, apa ini nak?

Tomino : Ini piala yang kudapat tadi Yah, aku mendapatkan juara 2 waktu lomba menggambar tadi
di sekolah Yah.(dengan tersenyum Tomino menjelaskan kepada ayahnya)

Ayah : Benarkah? Ayah sangat bangga padamu Tomino, kamu memang anak ayah yang paling
hebat( merangkul pundak Tomino dan mengangkat piala)

Tomino : Terima kasih Ayah, aku sangat senang hari ini bisa menang lomba menggambar

Ayah : Terus lanjutkan apa yang kau bisa nak, ayah akan selalu mendukungmu

Tomino. : (mengangguk dan tersenyum)..... Ayah aku lelah

Ayah : kalau begitu ayo kita istirahat

Tomino. :Tapi aku tidak bisa tidur, aku masih ingin bercerita dengan ayah tapi aku sungguh lelah yah

Ayah. : memangnya kamu mau bercerita apa Tomino

Tomino : Aku mau menceritakan bagaimana aku berlomba tadi

Ayah : Memangnya ada hal menarik apa tadi waktu lomba?

Tomino : Aku tadi sempat kehabisan warna hijau

Ayah : Lalu apa yang kau lakukan? Apa kau meminta pada temanmu?

Tomino. : Tidak yah aku tidak meminta tapi aku membuat warna sendiri

Ayah. : Membuat bagaimana Tomino?

Tomino : Aku mencampurkan warna biru dan kuning lalu warna itu menjadi hijau yah

Ayah : Wah, kamu memang cerdas Tomino, Ayah yakin suatu saat kau akan menjadi pelukis yang
handal Tomino

Tomino : Benarkah itu yah?

Ayah : Tentu saja

Tomino : (menguap)

Ayah : apa kau benar benar lelah?


Tomino : Iya yah tapi aku tidak bisa tidur, mungkin karena aku terlalu senang

Ayah. : Emmm... Bagaimana kalau ayah ceritakan sebuah cerita yang indah, tapi kau harus berjanji
setelah ayah menceritakan cerita kau harus tidur

Tomino : baiklah ceritakan aku cerita yang bagus yah

Ayah. :(mengangguk) dan mulai bercerita ... Pada suatu hari yang cerah ada seorang anak
perempuan yang sangat cantik tapi sayangnya tidak ada yang mau berteman dengannya
karena ia berasal dari keluarga yang miskin, meskipun begitu dia tak pernah membenci
teman teman nya dia tetap mau menolong ketika temannya kesulitan sampai suatu saat
teman teman nya bingung kenapa dia selalu membantu kita padahal kita tidak pernah mau
berteman dengannya dan pada akhirnya meskipun ia berasal dari keluarga miskin dia
sekarang memiliki bnyak teman karena dia tidak pernah membenci teman temannya ketika
dijauhi dan selalu menolong teman temannya dalam kesulitan.

Tomino : tertidur pulas dalam pangkuan ayah

Tak lama kemudian kedua kakak Tomino pulang

Kakak 2 : kita pulang...

Ayah : suuutssss... (Memberi isyarat agar tidak terlalu keras karena tomino sedang tertidur)

Ayah. : memindahkan tomino

Ayah : jam berapa ini? Kenapa kalian baru pulang?( menghampiri kedua anaknya itu)

Kakak 1 : tadi kita dijemput ibu dan diajak pergi yah

Ayah. : Yang benar?

Kakak 2 : iya yah, kita tidak mungkin berbohong ini buktinya aku dibelikan tas baru ( memperlihatkan
barang)

Ayah : yasudah kalau memang begitu, tapi di mana ibumu? Kenapa kalian pulang sendiri?

Kakak 1 : kita tadi naik kereta yang berbeda yah jadi kita terpisah karena ibu akan membeli sesuatu
dulu

Kakak 2 : tadi kata ibu ayah harus menjemput ibu di stasiun

Ayah : (mengangguk) begitu rupanya, oh ya bagaimana dengan ulanganmu tadi? Katamu hari ini
kau ada ulangan

Kakak 1 : Ulangan ku baik baik saja yah, hasilnya juga bagus

Ayah. : Coba ayah lihat kalau memang hasilnya bagus

Kakak 1 : benar kok, hasilnya bagus

Ayah : La iya ayah mau lihat

Kakak 1 : memberikan hasil ulangan (dengan wajah yang takut)


Ayah. : Apa ini kenapa nilai mu merah ini pasti kau malas belajar kamu sudah membohongi ayah
Kakak 1 : (diam tidak berani melihat ayah)
Kakak 2 : Sudahlah, inikan baru ulangan pertama kami bisa memperbaiki lagi ulangan berikutnya
Ayah : Bukan masalah ulangan pertama tapi seharusnya kalian bisa lebih baik. Kamu juga
bisanya cuma belanja ini itu bukannya berpikir untuk lebih baik(sambil menunjuk kakak 2)

Kakak 2 : Tapi kan yah

Ayah : Tapi, tapi, tapi apa lagi kalian sudah besar, lihat adikmu itu meskipun dia lahir kekurangan
tapi dia bisa meraih prestasi, tidak seperti kalian yang bisanya menghabiskan uang dan
suka menyetorkan coretan coretan merah saja

Kakak 2 : Maaf yah

Ayah : Sudahlah ayah akan menjemput ibumu dulu lebih baik kalian mandi dan beristirahat.

Ayah pun menjemput ibu

***

Kakak 1 : Ayah selalu saja memuji tomino inilah itulah

Kakak 2 : iya kita selalu saja kena marah selalu saja salah

Kakak 1 : sekarang bagaimana kalau kita kerjai saja tomino itu

Kakak 2 : kerjain bagaimana?

Kakak 1 : ah.. Kamu ini, sudahlah kita bangunkan saja tomino itu dulu

Kakak 2 : baiklah (bingung)

Kakak 1 : (menghampiri tomino) heh bangun kau, bangun.

Kakak 2 : enak ya bisa tidur di pangkuan ayah, bangun, ayo bangun

Tomino. : ( kebingungan dengan kedua kakaknya yang tiba tiba membangunkannya dan dengan
marah marah)

Kakak 2 : cepat bangun bawakan barang barang ku masuk (menunjuk barang barang yang berada di
dekat nya)

Kakak 1 : cepat, lama sekali jalan mu itu

Kakak 2 : kau ini bagaimana dia kan pincang tentu saja jalannya lama

Kakak 1 : kau memang lama ( sambil mendorong tomino hingga terjatuh)

Kakak 2 : ayo bangun cepat aku sudah lelah, cepat bawa barangku ke kamar

Kakak 1 dan kakak 2 meninggalkan tomino dengan barang yang di bawa tomino

kakak 1 dan kakak 2 berjalan menuju ruang tengah dan duduk di salah satu kursi
Kakak 1 : aku lapar
Kakak 2 : aku juga bagaimana kalau kita suruh tomino membawakan makanan
Kakak 1 : benar aku setuju
Kakak 2 : tomino tomino cepat kemari dan bawakan makanan ( pangiil kakak 2 )
Tomino. : iya kak sebentar aku akan ke sana
Kakak 1 : cepat aku sudah lapar tomino kau ini lama sekali
Tak lama kemudian tomino berjalan ke arah kakak kakak nya dengan tangan kiri membawa nampan
berisi makanan. Sebelum tomino memberikan nampan makanan itu kakak 1 sengaja menyenggol
lengan Tomino dan nampan itu terjatuh
Kakak 2 : kau ini bagaimana tomino begitu saja tidak becus lihat apa yang kau perbuat
Kakak 1 : karena mu kamu sekarang tidak bisa makan
Kakak 2 : kau harus dihukum tomino
Kakak 1 : ya kau harus dihukum
Kakak 1 dan kakak 2 kemudian menyeret tomino menuju belakang rumah dan menghukum tomino
dengan mencambuk.

Ayah dan ibu datang melihat keadaan rumah dalam gelap ayah memanggil tomino
Ayah : Tomino... Tomino... Di mna kamu nak. Tomino... Tomino. ( panggil ayah yang tidak
mendapat satu jawaban pun )
Ibu mencari anak anak nya dan menemukan ruang tengah dalam keadaan berantakan dan piring pecah
Ibu : ayah kemari lah lihat ini ini pasti ulah tomino, ini pasti tomino
Ibu : kemana dia ? kemana ? dia si pincang yang tertancap duri dari lahir, si pincang pemegang
tangan orang lain , kemana dia? (berjalan mondar mandir dengan emosi yang meluap)
Ayah : sipincang mawar merah yang indah itu darahmu!
Ibu : apa maksudmu? ( menunjuk muka ayah )
Ayah : pikirlah apa yang kau katakan dalam amarahmu itu! ( disisi lain tomino menjerit dalam
hening menerima siksaan dari kakak kakaknya)
Kakak 1: menjeritlah ayo, teriaklah dalam bisumu itu!! (dengan mencambuk punggung tomino
dengan amarah yang meluap luap)
Kakak 2 : mawar indah ayah akan mekar sangat merah
Tomino : (duduk tersungkur dan hanya bisa menahan sakit)
Kakak 1 : ayo, kita seret dia kedepan ibu dan ayah
Kakak 2 : ayo, ibu pasti sanyat senang melihat ini ( menyeret tomino kehadapan ayah dan ibu)
Kakak 2 : ibu, dia ada bersamaku lihatlah, lihat bu, dia tertawa dengan jeritan tangis seperti sebuah
candaan bu, lihatlah hahahaha.
Ayah : kau apakan mawarku?
Kakak 1 : kujadikan mekar mawarmu dengan merah yang indah berkilau ( tersenyum sinis)
Ibu : hahaha indah sekali ( tertawa jahat kearah tomino)
Tomino : ayah (menangis sambil melihat kearah ayah )
Kakak 2 : ini mawar merahmu yang menawan ( sambil menyodorkan tomino ke ayahnya)
Ayah : kau apakan bungaku? ( menghampiri tomino, merangkul dan menciumnya)
Ibu : yang mereka lakukan sudah benar, kenapa kau marah? Terkadang perlu melukai untuk
merasa bahagia, ayo kita pergi ( mengajak kedua kakak untuk pergi)
Ayah : (menuntun tomino duduk dan mencoba menenangkannya) apa ini pedih?
Tomino : (termenung diam menggelengkan kepala)
Ayah : beri ayah kata tomino atau ayah akan marah juga! ( dengan nada yang sedikit meninggi)
Tomino : tidak, ini tidak sakit ayah, aku tidak sakit, aku normal, aku sehat dan kalian semua
yangsebenarnya sakit
Ayah : tenangkanlah pikiranmu tomino (memeluk pundak tomino) lebih baik kita istirahat saja ini
sudah larut
Tomino : ( mengangguk)
Ayah dan tomino beristirahat
Adegan 2
Keesokan harinya terdengar seseorang memanggil tomino dari depan rumahnya
Teman 1 : Tomino ... Tomino...
Tomino. : siapa?( Dari dalam rumah dan keluar menghampiri orang tersebut.) oh kamu ada apa pagi
pagi sudah ke sini mau main?
Teman 1 : iya aku bosan di rumah sendiri terus
Tomino. : yaudah sini ayo main ( mengajak temannya duduk di kursi)
Teman 1 : (mengangguk) kita main apa?
Tomino : enaknya kita main apa ya? (tanya tomino dengan senang sambil memikirkan permainan
yang akan dimainkannga)
Teman 1 : emm... main charly charly yuk
Tomino : ayuk (terima tomino dengan semangat) sebentar aku akan mengambil kertas dan pensil dulu
Teman 1 : (mengangguk)
Tomino. : ini. (Tomino menyerahkan pensil dan kertas itu kepada temannya dan mereka bermain
dengan senang)
Mereka bermain dengan gembira sampai ketiga teman lainnya datang dan menghancurkan suasana
kesenangan
Teman 2 : main apa kalian? ( bersama kedua teman lainnya menghampiri tomino dan teman 1)
Tomino : kita main charly charly, mau ikut?
Teman 2 : mau, sini beri kertas dan pensilnya
Teman 1 : (memberikan pensil dan kertas)
Teman 3 : Aku tidak mau bermain dengan nya, ibuku melarangku bermain dengan dia
Teman 2 : memangnya kenapa ?
Teman 3 : karena dia pincang, Dia mawar yang penuh darah, ayo kita pergi saja aku tidak ingin
terkena darahnya
Teman 2 : aku ingin bermain tapi aku takut terkena darahmu juga

Teman 3 : yasudah kita pergi saja

Teman 2 : (mengangguk)

Teman 3 : dasar kau ini mau saja kau bermain dengan dia sipincang pembawa duri

Teman 1 : dia temanku, dia manis seperti bunga, tidak seperti kalihan yang pahit sepahit getah
(dengan nada yang sedikit tinggi)
Teman 3 : pahit? Kalau kita pahit, lalu dia dan kau itu apa? Busuk? Iya
Tomino : sudahlah aku memang pincang dan aku bukan bunga

Sebelum teman temannya pergi, Tiba tiba ibu dari teman 1 datang.........

Ibu teman 1 : di sini kau rupanya ibu lelah mencarimu ternyata kau di sini

Teman 3 ; lihat bu, anak ibu bermain dengan si pincang pembawa duri itu

Ibu teman 1 : kenapa kau masih saja bermain dengan si pincang itu? Cepat pulang!
Teman 1 : tapi bu, dia temanku!

Ibu teman 1 : rupanya kau mau tertancap duri dan berdarah? Lihat dia seperti mawar yang penuh
darah korbannya, ayo kita pulang
Ketika ibu teman 1 berkata seperti itu tomino langsing menunduk merasa hatinya sangat sakit.

Ibu teman 1 : kalian juga harus pulang jangan bermain dengan dia jika tidak ingin terkena darahnya.

Mereka semua pergi meninggalkan tomino


Kakak 1 : ( bersama kakak 2 menghampiri tomino yang ditinggal pergi temannya) hai, main dengan
kita saja, aku akan menjadikanmu mawar yang semakin indah dan sempurna.
Tomino : tidak, aku tidak ingin bermain dengan kalian, aku sudah sempurna justru kalian lah yang
kekurangan
Kakak 2 :kurang ajar! berani sekali kau berkata seperti itu (menampar tomino dengan penuh amarah)
Tomino : jika kalian menganggapku mawar merah yang indah, seharusnya kalian semua menjagaku
bukanya mematahkan tangkainku lalu mencabut satu persatu kelopakku
Kakak 2 : tapi sayangnya kau itu bunga mawar yang sudah terjatuh dan terinjak (mengajak kakak
1untuk pergi meninggalkan tomino)
Tomino mengambil sebuah kertas dan menuliskan semua pikiranya dengan air mata, setelah itu ia
menghampiri ayah dan ibu untuk menunjukkan tulisanya itu
Tomino : ayah, ibu !!
Ayah : ( tersenyum kearah tomino ) ada apa?
Tomino : ( menyodorkan sebuah kertas )
Ibu : apa itu ? ( merebut kertas dari tangan ayah )
Ibu : apa yang kau teteskan diatas kerta ini ? dan kenapa kau meulis semua ini? Dasar mawar
busuk yang terinjak!! ( dengan melempar kertas )
Ayah : kau tak seharusnya menulis ini tomino
Ibu : kau harus di hukum !!! ( menyeret tomino menuju gudang )
Ayah : sudah diamlah kau didalamnya tomino
Tomino : ayah ibu jangan tinggalkan tomino sendirian ! ayah ! ayah ! (teriakkkkk)
Tomino : ( teriak ) aku ini mawar mu, mawar yang mekar dengan indah padai tangkaimu, tapi kenapa
kau racuni mawar ini, kenapa kau siram mawar ini dengan darah, lalu apa yang
terjadi pada mawar ini? Akankah dia tumbuh mengeluarkan darah, lalu jatuh? Atau
menjadi putih yang suci dan bersih?
Datanglah dua malaikat
Malaikat baik : kau akan menjadi mawar putih yang indah tomino
Malaikat jahat : atau menjadi bunga krisan putih yang harum
Tomino : aaaaaahhhhhh siapa kalian ? (bingung)
Malaikat baik : dia manis, dia indah tentu saja dia akan menjadi mawar putih yang bersinar terang
Malaikat jahat : tapi dia mulai layu coba lihatlah dia sudah penuh darah dia kelam, dia hitam, dia
dendam hahaha.
Malaikat baik : dia penuh sinar dia tidak kelam
Malaikat jahat : kau benar dia penuh sinar, sinar kebencian, tomino ambillah kayu itu dan ikutlah
bersamaku menjadi bunga krisan yang harum bukan bau darah
Malaikat baik : jangan tomino yang manis
Malaikat jahat : ayolah, kau bisa lakukan semaumu nanti percayalah
Tomino : aaaaaaaa (mengambil kayu yang ada di depanya)
Malaikat jahat : tancapkan pada tubuhmu tomino ayo!!
Malaikat baik : jangan lakukan itu tomino, ingatlah ayahmu, cahayamu ayo ingatlah tomino
Malaikat jahat : tapi mereka hanyalah ingatan yang melukaimu dengan penuh darah, ayo hilangkan
darah itu tusukkan kayu itu tomino!!
Tomino : ayah, ibu, kakak, aaaaaaaaaa mereka semua duri yang telah menyakitiku
Malaikat jahat : benar sekali
Tomino : aaaaaaa(teriak memegang kepala bingung)
Tomino : apa semua ini? Aaaaaaa
Seketika semua tampak gelap dan secercah cahaya berhasil membantu tomino keluar dari ilusi putus
asanya disisi lain kedua kakak dan ibunya merencanakan niat jahat untuk menghabisi
tomino
Ibu : mari kita tancapkan duri pada kelopaknya
Kakak 1 : untuk apa ? biarkan saja mawar itu membusuk didalam
Kakak 2 : tidak, itu tidak menyenangkan , mari kita keluarkan getah pada tangkai dan cabut satu
persatu kelopak yang telah layu itu
Ibu : kita berikan merah yang berkilauan pada kelopaknya
Kakak 1 : bagaimana caranya ?
Ibu : duri, kita tusukkan duri yang tajam sampai merah itu bercucuran
Kakak 2 : mengapa tidak dengan cambuk?
Kakak 1 : aku tau, karna mawar tidak akan menjerit dengan cambuk, tapi sebaliknya jika dengan
durinya sendiri dia akan menjerit meski tanpa suara
Ibu : pintar sekali mari kita patahkan sekarang
Kakak 2 : ayo
Adegan 3
Merekapun berjalan menuju gudang dan melihat tomino sudah berada di luar dengan segera mereka
menghampiri tomino
Kakak 1 : bagaimana bisa kau keluar dari sana? (menunjuk arah gudang)
Ibu : dasar kau memang benar benar mawar yang cacat ambilkan aku kayu itu cepat!!
Tomino : tidak tidak ibu aku mohon, ibu kenapa kau tanam mawar ini jika pada akhirnya kau
mematahkan tangkai dan mencabut satu persatu kelopaknya kenapa? Kenapa bu ?
Kakak 2 : itu karna kau tumbuh dengan ular pada daunmu
Tomino : ayahhhh ayahhhh tolong tomino ayahhhh
Ibu : jangan panggil ayahmu, dasarr aaaaa (mengangkat kayu lancip itu lalu menusukkan ketubuh
tomino)
Tomino : ayahhhhhhhhhhhh (ssembari memegang luka)
Ayah : ada apa ini ? ( menghampiri tomino dan bingung melihat tomino berlumuran darah)
Ibu : ku jadikan mawarmu merah merekah
Ayah : jadi benar puisi yang telah ditulis tomino itu adalah jeritan tangisan, kekecewaan, kesepian
tomino yang selalu berjalan sendirian di tepi jurang keluarga. Aku tidak menyangka kalian
membunuh mawarku, kalian menghancurkan mawarku, kalian memang tidak punya hati.

Ayah : (memeluk tubuh tomino yang telah penuh darah dengan penuh penyesalan) Tomino ayah
menyayangimu tomino, kenapa kau harus pergi dengan cara ini tomino kenapa, maafkan
ayah karena tidak bisa melindungimu tomino maafkan ayah (memeluk tubuh tomino yang
sudah tak bernyawa itu dengan segala kekesalan dan rasa bersalah)
END...

Anda mungkin juga menyukai