Anda di halaman 1dari 4

NASKAH ROLEPLAY

“STRESS”
   
Prolog : oleh Narator
Ibarat seorang musafir  di padang  pasir yang tak pernah terpuaskan dahaganya, nafsu dan
keinginan manusia tak akan pernah ada habisnya. Tak dapat terkendali kecuali dengan iman
yang bersemayam dalam jiwa. Namun,apabila nafsu dan asa manusia tak lagi dapat
terpuaskan oleh harta, cinta bahkan norma. Maka didalam kemelut jiwa yang kian mendera
sesungguhnya syeitan-lah yang jawara diatas keterpurukan iman dan logika kita.
Pemain :
1.       Fakihatul Ainaini sebagai Narator
2.       Moh. Holil sebagai Ayah
3.       Siti Aminah sebagai Ibu+Perawat
4.       Humairatus Soffah sebagai Rentenir
5.       Diana Rahmi Isnaini sebagai Si Anak
6.       Zulfia Tri Utami sebagai Si Cupu
7. Akhmad Kavin Hidayatullah sebagai Tetangga 1
8. Zilullah Yulihendika sebagai Tetangga 2
Setting :
Di sebuah ruang tamu sederhana terdapat meja, kursi, dan di belakang kursi ada si Ibu dan si
anak sedang duduk berdua sambil memamerkan baju, hp dan perhiasan baru yang mereka
pakaikan peduli pada si cupu yang sibuk dengan pulpen dan bukunya.
Si anak : “Aduh! Aku pasti kelihatan cantik sekali ya, mi ya? Coba deh mami lihat
aku. Wuah senangnya. Oh ya, aku sudah kelihatan keren belum mi?” (berdiri menunjukkan
semua yang disebutkan dengan antusias dengan gaya centil)
Ibu : “Dahsyat, sayang! Kamu sudah seperti primadona. Teman-teman kamu di
sekolah pasti langsung nge-fans semua sama kamu, anak mami yang paling cantik! Tidak
seperti si cupu ini. Huh, bikin malu saja!” (berdiri memeluk si anak,melotot marah kea rah si
cupu)
Si anak : “Ough..terima kasih. Mami memang mami paling baik! (mereka berpelukan
tertawa) Tapi kapan kita punya motor beat mi? Padahal si Dina itu sudah. . .” (Si anak
manyun terus duduk)
Rentenir : “Assalamualaikum! …” (Masuk dan langsung pasang senyum siap nagih
hutang)
Ibu :“Waalaikumsalam… Maaf bu, saya belum dapat bayar hutang” (tanpa dosa)
Rentenir :”Wah… tidak bias gitu dong bu, ibu ini sudah hutang 10 juta. Ini hari yang
ibu janjikan itu. Jangan ingkar terus, sesuai catatan saya ibu hari ini harus bayar lima ratus
ribu. Ayo, mana  uang itu?” (mulai marah mendekati si ibu,si anak langsung berdiri)
Si anak :”Eh, kalo mamiku bilang tidak punya uang itu ya berarti belum bisa bayar
hutang, tante! Dunia belum kiamat kok,masih banyak waktu. Ya nggak mi?” (dengan wajah
tanpa dosa yang membuat rentenir itu makin marah)
Rentenir :”Mami..mami.. Ibu dan anak sama saja. Kalo miskin itu ya miskin saja, tidak
usah neko-neko. Ah, sudah! Dua hari lagi saya ke sini, jika belum bayar juga akan saya sita
barang-barang yang ada disini. Permisi!” (langsung pergi)
Si Cupu : (Dia langsung menghampiri lagi ibunya)” Ibu punya hutang?”
Ibu : “Eh anak cupu jangan banyak tanya deh!”
Si anak : (Tersenyum manja bergelayut di lengan ibunya) “Eh, sudah mi daripada
ngurusi anak cupu mending kita masak di dapur  yuk mi, aku laper nih!”
Si anak cupu sendirian bingung untuk apa ibunya meminjam uang sambil berjalan keluar
pintu.Tiba-tiba  terdengar suara ledakan yang sangat keras. Si anak cupu terkejut, berteriak
memanggil ibu dan kakaknya.
Si Cupu :” Ibu.. kakak.. lari ke dalam rumah!” (lari ke dalam rumah, keluar lagi sambil
menangis)
              Tetangga lainnya datang dengan raut wajah bingung. Tetangga langsung mendekati si
cupu.
Tetangga :”Ada apa nak? Suara apa itu? Mana ibu dan kakakmu?” (Melihat si cupu
hanya duduk menangis di kursi)
Tetangga : (Teriak) “Api!..kebakaran!.. padamkan!..ambil air! Cepat!” (Tetangga masuk
ke dalam rumah sebentar lalu keluar lagi)
(Si cupu melihat ayahnya datang dan langsung berdiri)
Ayah :”Apa yang terjadi? Ada apa ini nak?” (mengguncang tubuh si cupu lalu
masuk rumah)
Tetangga :”Tunggu pak!Jjangan ke sana! Ada kebakaran!”
Ayah :”Kebakaran?! Oh tidak , rumahku tidak mungkin kebakaran! Kenapa bisa
seperti ini, mana anak dan istriku?”
Tetangga :”Sabar pak, tabung gas bapak meledak, saya harap bapak kuat menerima
takdir Allah ini, Istri dan anak bapak terjebak di dalam rumah dan api menghanguskan
mereka. Kedua jenazah sudah diamankan.
Ayah :”Anakku..istriku.. mereka tidak mungkin mati!” (shock)
Tetangga :”Jenazah keduanya hangus terbakar, sulit dikenali mana si ibu dan si anak.
Sekarang sudah di bawa ke rumah sakit untuk di otopsi. Kami turut prihatin pak,sungguh
tragis nasib mereka.”
  Musibah, keterpurukan, dan ketidakberdayaan datang silih berganti menguji kekuatan
iman yang terpatri. Namun, apabila ujian tak diterima dengan keikhlasan hati maka emosilah
yang akan memperbudak hati nurani. Dua hari kemudian, setelah pemakaman…
Ayah : (Sebentar ter tawa sebentar menangis) “Haha..anakku..istriku..kalian cantik
sekali! Lama sekali kalian berbelanja! Kapan kalian pulang (sambil melihat kompor) kompor
sialan! Kalian hangus terbakar! Hahaha..” (kemudian menangis)
Rentenir :” Eh pak. Yang sudah mati itu ya sudah! Tidak usah ditangisi. Sekarang yang
harus bapak pikirkan adalah bagaimana caranya membayar hutang! Eh,Pak! Hutang istrimu
itu 10 juta! Bayar hutang itu hukumnya WAJIB! Jadi bapak harus mulai berpikir…tangismu
itu tidak akan melunasi hutang istrimu…!”
Ayah : (Mengamati rentenir ,berhenti menangis) “Heh,siapa kamu? Kamu istriku?
Kamu bawa uang 10 juta? Benar istriku…?” (mendekati si rentenir,tapi rentenir itu terus
menghindar)
Rentenir : “Oalala,lha kok kamu malah STRESS…!!! Hei, Pak! Saya kesini  itu mau
nagih  hutang, bukan mau jadi istrimu yang sudah meninggal itu.”
Ayah : “Apa utang? Bayar 10 juta?  Jadi kamu bukan istriku?” (bingung lantas
menangis memanggil-manggil istrinya)
Rentenir : “We… lha STRESS orang ini,,,waduh!” (kebingungan)  
Cupu : “Maaf bu kami belum bisa melunasi hutang-hutang ibu saya,kami masih
berduka..
Rentenir :” Kalo begitu kamu bantuin saya kerja beres-beres rumah sampai satu tahun,
dengan begitu hutang-hutang ibumu lunas, bagaimana?
Cupu :”Oke, saya mau bantu-bantu ibu demi ibu saya”
Rentenir : “Baiklah kalau begitu saya permisi.”(langsung pergi)
Cupu : (langsung menghampiri ayahnya) “Ayah sadar yah ikhlaskan ibu dan kakak
pergi, ayah tidak kesepian. Disini masih ada aku yah.”
 Ayah : “Heh siapa kamu? Pergi..! Pergi…! Kamu mau menagih hutang lagi kan?
Atau.. kamu  mau membakar anak dan istriku? Cepat pergi,,,!!! (menjauh dan menghalangi
langkah anaknya,lalu mengusir anaknya yang tengah menangis,sedih melihat kondisi
ayahnya)
Tetangga pun langsung menghampiri si ayah,,,
Tetangga : “Pak, lihat ini anakmu.”
Ayah : “Tidak! Anakku sudah mati. Hahaha,,,mereka sudah mati! Anak dan istriku
sudah mati! Pergi…!!! ( terus meneriakkan kata pergi, sebentar kemudian menangis)
Tetangga : “Nak sebaiknya kita bawa ayahmu ke rumah sakit jiwa, mungkin kalau di
bawa kesana, ayahmu lebih baik.”
Cupu : “Yah..pak mungkin itu lebih baik.”
Setelah  sampai di RUMAH SAKIT JIWA, suster pun langsung membawa ayah cici
Ayah : (bingung lalu gusar) “Mau apa kalian? Pergi jangan ganggu saya!
Perawat : “Mari ikut saya,Pak. Agar bapak sembuh. Percayalah…Mari pak..!
Si ayah pun di bawa masuk oleh perawat dengan paksa. Cupu pun sedih melihat ayahnya.

Narator :
                 Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Suka,duka,kecewa dan nestapa adalah
kehendak Allah semata. Silih berganti mengikuti scenario lakon kehidupan mahakarya sang
Ilahi. Hanya imanlah sang pengendali, nurani dan hanya kepada Allah-lah kita kembali.

Anda mungkin juga menyukai