Anda di halaman 1dari 13

Focus:

ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019


Jurnal Pekerjaan Sosial

PENGGUNAAN METODE TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN


MOTIVASI BELAJAR PADA PENYANDANG TUNANETRA DEMI
MERAIH PRESTASI

Sholehatun Rohmaniar1, Hetty Krisnani2

Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

hettykrisnani@yahoo.com, 2rahmaniars99@gmail.com
1

ABSTRAK

Tujuan artikel ini membuat motivasi belajar pada penyandang disabilitas netra muncul sedemikian rupa.
Motivasi sangat berperan penting dalam mendorong, menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang.
Motivasi yang sudah ada lalu dibantu diinterpretasikan dengan melakukan tindakan yang dapat mendukung
ke arah tujuan yang diinginkan dengan menggunakan token economy. Dalam buku Behavior Modification:
What It Is and How to Do It, oleh Garry Martin dan Joseph Pear pada tahun 1992, sudah dijelaskan bahwa
token economy merupakan metode penguat perilaku yang dapat bertahan lama. Penggunaan token economy
ini membantu klien dalam memaksimalkan waktu luangnya dengan melakukan hal-hal yang sekiranya
bermanfaat untuk mendukung ia dalam mencapai tujuannya itu. Pada penggunaan token economy ini individu
akan menerima token dengan segera setelah menampilkan perilaku yang disenangi, sebaliknya akan
mendapat pengurangan token jika menampilkan perilaku yang tidak disukai. Token-token ini dikumpulkan dan
kemudian dalam jangka waktu tertentu dapat ditukarkan dengan hadiah atau sesuatu yang mempunyai
makna. Dengan kontrol yang ketat, penggunaan token economy dapat memunculkan dan membuat perilaku
baru yang diinginkan jauh lebih baik untuk mendorong pencapaian suatu prestasi.

Kata kunci: token economy, motivasi belajar, penyandang tunanetra

ABSTRACK

The purpose of this article is to make learning motivation in people with disabilities appear in such a way.
Motivation plays an important role in encouraging, moving and directing one's behavior. Existing motivation is
then assisted to be interpreted by taking actions that can support the desired goals using the token economy.
In the book Behavior Modification: What Is Is and How to Do It, by Garry Martin and Joseph Pear in 1992, it
has been explained that token economy is a behavioral reinforcement method that can last long. The use of
token economy helps clients maximize their free time by doing things that are useful to support him in
achieving his goals. In the use of this token economy, the individual will receive a token immediately after
displaying a favored behavior, otherwise it will get a token reduction if it displays an unwelcome behavior.
These tokens are collected and then within a certain period of time can be exchanged for gifts or something

84
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

that has meaning. With strict control, the use of token economy can bring out and make the desired new
behavior far better to encourage the achievement of an achievement.

K eyw ords: token economy, learning motivation, blind people

PENDAHULUAN Diketahui melalui sumber lain yaitu Undang-


Undang No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan
Kehidupan yang berkualitas adalah kehidupan
Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang
yang diinginkan oleh setiap manusia, termasuk
disabilitas ialah orang yang memiliki keterbatasan
penyandang disabilitas. Hal ini karena kehidupan
fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam
tersebut mewakili kehidupan menjalani proses
jangka waktu lama yang dalam interaksi
pengebangan setiap fase kehidupan. Keberhasilan
sosialnya menemui hambatan untuk
dalam menguasai tugas-tugas perkembangan
berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan
masa dewasa awal akan menentukan kebahagiaan
kesamaan hak. Sedangkan dalam Undang-
mereka saat itu maupun untuk diwaktu selanjutnya
Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
dalam kehidupan. Kondisi difabel merupakan
Cacat dalam pokok pokok konvensi poin 1
kondisi fisik yang berbeda dan terkadang
(pertama) memberikan pemahaman bahwa
menyebabkan munculnya perasaan tidak percaya
disabilitas ditujukan kepada orang yang memiliki
diri, cenderung menutup diri yang berakibat pada
kelainan fisik dan/atau mental yang dapat
terjadinya demotivasi, serta menimbulkan kendala
menganggu atau menghambat dirinya untuk
dan kesulitan dalam melakukan sesuatu. Karena
melakukan kegiatan selayaknya, yang terdiri dari,
itu, untuk mencapai suatu keberhasilan yang
penyandang cacat fisik; penyandang cacat
dimaksud tidaklah mudah dan selalu akan ada
mental; penyandang cacat fisik dan mental.
rintangan yang menghambat. Salah satu rintangan
yang menghambat adalah hambatan fisik. Tidak Macam-macam disabilitas diantaranya buta (tua
jarang kekurangan fisik yang mereka miliki dapat netra), tuli (tuna rungu), bisu (tuna wicara), cacat
menghalangi mereka dalam mengerjakan hal-hal diaik (tuna daksa), keterbelakangan mental (tuna
yang juga dapat dilakukan oleh orang lain pada grahita), cacat pengendalian diri (tuna laras), dan
usia yang sama. cacat kombinasi (tuna ganda). Sementara,
tunanetra itu sendiri adalah suatu kondisi
Di Indonesia, orang-orang yang berkebutuhan
penglihatan yang tidak berfungsi sebagaimana
khusus kerap disebut dengan istilah penyandang
mestinya. Kondisi tersebut disebabkan oleh
disabilitas. Disabilitas, menurut, KBBI, diartikan
kerusakan pada mata, syaraf optik dan atau bagian
sebagai keadaan (seperti sakit atau cedera) yang
otak yang mengolah stimlus visual (Frans dalam
merusak atau membatasi keampuan mental dan
Sari Rudiyati, 2002: 23). Kondisi fisik ini tidak
fisik seseorang. Namun disabilitas juga merupakan
jarang mengakibatkan kendala dan masalah dalam
kata serapan dari bahasa Inggris, disability, yang
kehidupan sehari-hari. Seorang penyandang
berarti ketidakmampuan seseorang untuk
tunanetra sering mengalami penurunan
melakukan berbagai hal dengan cara yang biasa.

85
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

kepercayaan diri karena kehilangan pembelajaran sangat berperan untuk


penglihatannya. Tidak sedikit dari mereka yang meningkatkan atau dalam mencapai sebuah
merasa down karena merasa tidak bisa melakukan prestasi. Semakin tinggi motivasi belajarnya, maka
kegiatan tertentu yang biasa dilakukan oleh orang secara tidak langsung semakin tinggi pula
lain dalam kondisi normal pada seusianya. intensitas dan upaya yang dilakukan, sehingga
prestasinya dapat tercapai.
Ada banyak cara untuk membantu menumbuhkan
keyakinan pada diri seorang penyandang Motivasi belajar dalam diri seseorang bisa saja
tunanetra, salah satunya adalah dengan dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau
membantu memberikan atau meningkatkan tiadanya motivasi belajar akan melemahkan segala
motivasi dalam diri penyandang tunanetra kegiatan yang membuat mutu prestasi rendah.
tersebut. Motivasi adalah proses internal yang Oleh sebab itu, untuk terus meningkatkan motivasi
mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan belajar tersebut diperlukan strategi dan teknik
perilaku dari waktu ke waktu. Maka motivasi dapat yang beragam sesuai dengan pendekatan dan teori
menjadi salah satu hal yang sangat berpengaruh perilaku manusia (Fahrudin, 1997). Salah satu
pada kesuksesan seseorang dalam melakukan tekniknya adalah token economy yang biasa
sesuatu. Winasti (2013), mengatakan bahwa digunakan dalam pengubahan perilaku manusia
keterbatasan fisik seseorang tidak hanya dapat berdasarkan pendekatan behavioral.
menjadi hambatan, namun juga dapat menjadi
Token economy adalah satu bentuk pengubahan
motivasi untuk maju dan berkembang dalam
perilaku yang dirancang untuk meningkatkan
memenuhi tugas perkembangannya sebagai
perilaku yang disukai dan mengurangkan perilaku
individu. Motivasi dalam diri manusia memberi
yang tidak disukai dengan menggunakan token
energi, mengaktifkan dan menggerakkan ke arah
atau koin (Ayllon, 1999). Token economy
perilakunya untuk mencapai tujuan tertentu.
merupakan salah satu contoh dari perkuatan
Motivasi akan sangat berguna bagi pemulihan
ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan
penyandang tunanetra yang mengalami krisis
sesuatu untuk diraihnya yakni bisa meningkatkan
kepercayaan diri. Dengan adanya motivasi, hal
perhatiannya baik dari tingkat tenasitas maupun
tersebut dapat membantu ia untuk menumbuhkan
dari tingkat vigilitas, tujuannya adalah mengubah
kepercayaan dirinya bahwa sebenarnya tidak ada
motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang
yang tidak bisa dilakukan asalkan ada keinginan
instrinsik, dengan cara ini diharapkan bahwa
kuat yang tertanam dalam diri. Oleh karena itu,
perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat
motivasi begitu bermanfaat bagi penyandang
menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku
disabilitas netra untuk dapat percaya bahwa dirinya
baru yang jauh lebih baik, terutama dalam
bisa melakukan hal-hal yang ia inginkan disamping
mencapai sebuah prestasi. Oleh sebab itu, artikel
dari keterbatasan yang ia miliki. Ketika motivasi
ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui
untuk bangkit itu sudah ada, maka akan munculah
bagaimana cara untuk meningkatkan motivasi
motivasi belajar dalam dirinya. Motivasi belajar
belajar pada penyandang tunanetra demi meraih
yang dimiliki seseorang dalam setiap kegiatan
prestasi.

86
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Motivasi motivasi artinya dorongan, kehendak, alasan atau


Malthis (2006:114) mengatakan motivasi adalah kemauan. Motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer)
keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan
orang tersebut bertindak. Hamzah (2008: 3 ) individu.
menjelaskan bahwa istilah motivasi berasal dari
Motif dipenagruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
kata ‘motif’ yang dapat diarikan sebagai sebuah
internal dan faktor eksternal. Menurut Sugihartono
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
dkk (2007: 76), faktor internal adalah faktor
dapat menyebabkan individu tersebut bertindak
dorongan yang ada dalam diri individu itu sendiri.
atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara
Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor
langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam
psikologis. Sebagai contoh, seseorang yang gemar
tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan,
membaca tidak membutuhkan ada seseorang yang
atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah
menyuruh atau mendorongnya, ia dengan
laku tertentu.
sendirinya sudah rajin mencari buku-buku untuk
Motivasi secara umum sering diartikan sebagai dibaca. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat dorongan yang ada di luar diri individu. Faktor
mendorong, mengaktifkan, menggerakkan, dan eksternal yang berpengaruh dapat meliputi faktor
mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari
lain, motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
wujud niat, harapan, keinginan, dan tujuan yang motif tidak berdiri sendiri, tetapi keberadaannya
ingin dicapai. Motivasi merupakan faktor disebabkan karena adanya saling keterkaitan
penggerak maupun dorongan yang dapat memicu antara dua faktor lain, baik faktor internal maupun
timbulnya rasa semangat, serta mampu merubah eksternal. Sebagai contoh ketika ingin menjalani
tingkah laku manusia atau individu untuk menuju suatu ujian seseorang itu ingin belajar dengan giat
pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. dengan harapan mendapatkan nilai baik sehingga
akan dipuji oleh teman-temannya.
Motivasi merupakan konsep yang bersifat
hipotesis, karena tidak secara langsung dapat Terdapat tiga aspek motivasi menurut Walgio,
diamati (Fox, 1993). Yang dapat diamati adalah yaitu:
perilaku setelahnya. Secara umum motivasi sering 1. Keadaan yang mendorong dan kesiapan
diartikan sebagai kondisi psikologis (internal bergerak dalam diri organisme yang timbul
states) yang menimbulkan, mengarahkan dan karena kebutuhan jasmani, keadaan
mempertahankan tingkah laku tertentu. lingkungan, keadaan mental (berpikir dan
ingatan).
Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena
berarti bergerak atau dalam bahasa inggrisnya to
keadaan tersebut.
move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang
3. Sasaran atau tujuan yang dikejar oleh perilaku
terdapat dalam diri organisme yang mendorong
tersebut.
untuk berbuat (driving force). Secara etimologi

87
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Ada empat pendekatan terhadap motivasi, yaitu yaitu harapan seseorang atas pencapaian
sebagai berikut (Woolfolk, 1998): sasaran dan nilai sasaran tersebut baginya.
1. Pendekatan Behavioral menjelaskan motivasi Pemberian motivasi diberikan agar mereka
melalui konsep reward (hadiah). Reward adalah penyandang tunanetra terdorong untuk lebih
objek atau kejadian menarik yang diperoleh bersemangat lagi dalam menjalani kehidupan,
sebagai hasil dari munculnya tingkah laku meyakinkan bahwa mereka juga mampu
khusus tertentu. melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang lain
2. Pendekatan Humanistic memberikan dengan cara belajar. Dengan adanya motivasi
penekanan pada sumber-sumber yang berasal belajar, maka diharapkan dapat membantu para
dari dalam diri seseorang (intrinsic motivation), penyandang tunanetra agar dapat mencapai dan
karena adanya kebutuhan untuk aktualisasi diri. ataupun melakukan sesuatu yang mereka
3. Pendekatan Cognitive memandang motivasi inginkan. Dalam motivasi terkandung adanya
sebagai sesuatu yang intrinsic sifatnya. Mereka keinginan yang mengaktifkan, menggerakan,
melihat manusia sebagai makhluk yang aktif menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku
dan memiliki keingintahuan, serta selalu individu belajar (Koeswara, 1989 dalam Dimyati
mencari informasi untuk memecahkan masalah dan Mudjiono 2009:80).
pribadi.
Motivasi Belajar
4. Pendekatan Cognitive memandang motivasi
Berdasarkan beberapa pengertian motivasi
sebagai sesuatu yang intrinsic sifatnya. Mereka
sebelumnya, pengertian motivasi belajar
melihat manusia sebagai makhluk yang aktif
mengandung arti yang sama. Motivasi belajar
dan memiliki keingintahuan, serta selalu
secara harafiah berarti ”perlengkapan psikologi”
mencari informasi untuk memecahkan masalah
yang membangkitkan organisme untuk bertindak
pribadi.
ke arah tujuan yang diinginkan; alasan untuk
5. Pendekatan Social Learning menjabarkan
bertindak yang mana memberi arah dan tujuan
motivasi melalui dua pendekatan sebelumnya.
pada tingkah laku. Dengan perkataan lain, apabila
Mereka menjembatani perhatian para ahli
kita tidak jelas dengan tujuan yang hendak kita
tingkah laku (behaviouristic) dan para ahli
capai, maka sulit untuk menemukan motivasi
kognitif (cognitive), yaitu perhatian para ahli
belajar.
tingkah laku terhadap efek atau hasil tingkah
laku, dan perhatian para ahli kognitif terhadap Seorang penyandang tunanetra juga berhak
dampak dan kepercayaan serta harapan melakukan hal dan memiliki pengalaman yang
seseorang. Para ahli social learning (sosial serupa dengan orang lain yang memiliki kondisi
belajar) berpendapat bahwa motivasi dapat jauh lebih normal. Semakin sering belajar,
dijelaskan dengan teori harapan (expectancy) semakin berkembang juga fungsi otak, sehingga
dikalikan nilai (value). Artinya, motivasi seseorang akan lebih termotivasi lagi untuk
merupakan hasil dari dua dorongan utama, mencari tahu mengenai sesuatu hal dengan
belajar. Hal ini tentu karena pada hakikatnya

88
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

manusia memang memiliki motivasi belajar dalam pengukuh yang diinginkan oleh subjek (Soekadji
dirinya. Tersirat pengertian tidak ada orang yang 1983). Token yang diberikan dapat berupa
tidak mempunyai motivasi belajar. Namun kepingan kartu, terutama potongan –potongan
perbedaannya terletak pada tingkat tinggi atau kertas berwarna yang diberi tanda, koin, dan lain
rendahnya motivasi belajar yang dimiliki oleh satu sebagainya (Ormrod, 2008).
individu dengan individu yang lainnya. Juga
Strategi yang berguna secara khusus untuk
persoalannya terletak dari seberapa besar
meningkatkan motivasi belajar pada penyandang
kekuatannya dan kemana arah atau tujuan
tunanetra salah satunya adalah apa yang disebut
belajarnya. Apabila pada sejumlah orang tidak
dengan token economy, dimana individu
terlihat adanya motivasi, berarti mereka sudah
penyandang tunanetra yang memperlihatkan
belajar lewat dari satu dan lain kondisi, menjadi
perilaku yang diinginkan akan menerima token
ornag yang tidak termotivasi unntuk belajar atau
(berupa simbol-simbol) yang kemudian dapat
mereka memang tidak memiliki kejelasan tentang
digunakan untuk memperoleh berbagai penguat
tujuan hidupnya. Andaikan mereka berupaya untuk
pendukung (backup reinforcers). Sesuai dengan
memperjelas tujuan hidupnya, dan menghapus
pengondisian operan atau pengondisian
hasil belajar (delearning) yang keliru, niscaya
instrumental yaitu bentuk belajar asosiatif ketika
motivasi dalam dirinya akan muncul. Yang pada
konsekuensi perilaku mengubah probabilitas
hakekatnya, melakukan monitoring diri, sudah
terjadinya perilaku tersebut. Menurut Skinner,
sejauh mana kemajuan perkembangan belajar
konsekuensi yang mengikuti perilaku spontan
menjadi sesuatu yang ingin individu tersebut
menentukan apakah perilaku tersebut akan diulang
kehendaki.
atau tidak. Pembentukan akan memberikan
imbalan atas perkiraan berturut-turut dari perilaku
Token Economy
yang diinginkan dan penguatan pun akan tercipta
Token Economy atau tabungan kepingan adalah
ketika perilaku yang diinginkan diikuti oleh sesuatu
pemberian satu kepingan (atau satu tanda, satu
yang menyenangkan perilaku tersebut
isyarat) sesegera mungkin setiap kali setelah
kemungkinan besar akan diulang.
perilaku sasaran muncul. Kepingan-kepingan ini
nantinya dapat ditukar dengan benda atau aktivitas Secara singkatnya token economy merupakan
pengukuh yang diingini oleh subyek (Santrock sebuah sistem reinforcement atau penguatan
2012). Metode token economy atau biasa disebut untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang
dengan tabungan kepingan adalah salah satu mesti dihadiahi atau/diberikan penguatan untuk
bentuk aplikasi dari pendekatan behavior, yang meningkatkan perilaku yang diinginkan. Tujuan
mana pendekatan ini erat kaitannya dengan yang utama suatu token economy ialah untuk
modifikasi perilaku (Kazdin dalam Rahma 2013). meningkatkan perilaku yang diinginkan dan
Pemberian token economy diberikan sesegera mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
mungkin tiap kali subjek melakukan perilaku Bagaimanapun, tujuan yang lebih utama dari token
sasaran. Kepingan – kepingan yang telah didapat economy adalah untuk mengajarkan perilaku yang
dapat di tukarkan dengan benda atau aktifitas sesuai dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang

89
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

dapat digunakan dalam satu lingkungan yang alami prinsip teori belajar, modifikasi perilaku telah
(wajar). terbukti membatu dalam berbagai situasi. Teknik-
teknik yang dilakukan para ahli untuk proses-
Lingkungan disusun dan dikendalikan sedemikian
proses modifikasi perilaku adalah penjadwalan
rupa dalam usaha melakukan perubahan perilaku.
penguat, pembentukan, pelatihan generalisasi,
Untuk mengubah suatu perilaku yang semula tidak
pelatihan deskriminasi dan pemusnahan. Para
diharapkan menjadi perilaku yang diharapkan,
partisipan dalam suatu program perubahan
lingkungan mengatur hubungan perilaku dan
perilaku, biasanya mengikuti serangkaian langkah
akibatnya. Pengaturan perilaku dan akibatnya ini
dasar yang sama yaitu : mengidentifikasi tujuan
dilakukan dengan memberi penguat atau hadiah
dan target perilaku, merancang suatu sistem
secara tidak langsung, yaitu berupa tanda atau
pencatatan data dan mencatat data awal,
token yang dapat berwujud uang. Uang yang telah
mengimplementasikan program, membuat suatu
terkumpul akan ditukar dengan hadiah pada waktu
catatan mendetail setelah program tersebut
tertentu. Diharapkan bahwa perolehan tingkah
diimplementasikan, mengevaluasi dan mengubah
laku yang diinginkan akhirnya dengan sendiri akan
program yang sedang berjalan.
menjadi cukup mengganjar untuk memelihara
tingkah laku yang baru.Dari pengertian diatas
Prinsip-Prinsip Token Economy
dapat diketahui bahwa token economy adalah
Menurut Santrock (2008), terdapat 5 prinsip token
sistem perlakuan yang diberikan kepada tiap
economy yaitu:
individu untuk menghilangkan perilaku tertentu
a. Penguatan (reinforcement), penguat ini bisa
dengan menggunakan kepingan atau uang yang
menjadi kompleks dan juga memperkuat
akan ditukarkan dengan barang atau hadiah guna
perilaku. dalam operant conditioning jadwal
membangun tingkah laku yang diharapkan.
penguat merupakan komponen penting dalam
Token economy merupakan salah satu bentuk proses belajar. Jadwal tersebut bisa dilakukan
aplikasi dari pendekatan behavior, yang mana terus menerus maupun secara parsial. Penguat
pendekatan behavioral sangat erat kaitannya parsial dibagi menjadi empat yaitu rasio jadwal
dengan modifikasi perilaku, modifikasi perilaku tetap, rasio jadwal variabel, interval jadwal
diformulasikan untuk meningkatkan frekuensi dari tetap dan interval jadwal variabel,
perilaku yang diinginkan dan menurunkan b. Hukuman (punishment), konsekuensi
kemunculan perilaku yang tidak diinginkan menurunkan probabilitas suatu perilaku yang
(Feldman, 2012). Token ekonomi adalah menyebabkan tingkah laku berkurang atau
penerapan dari operant conditioning dengan dihapuskan,
mengganti hadiah langsung dengan sesuatu yang c. Generalisasi, memberikan respon terhadap
dapat ditukarkan kemudian. Disebut operant stimulus terkondisi untuk memberikan respon
karena memberikan perlakuan terhadap yang sama terhadap stimulus yang serupa,
lingkungan yaitu berupa hadiah kepada tingkah d. Diskriminasi, merespon stimulus tertentu dan
laku, dengan adanya hadiah perilaku akan terus tidak merespon stimulus lainnya, e. Pemunahan
berulang (Rahma, 2013). Menggunakan prinsip- (extinction), terjadi jika 20 sebuat respon yang

90
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

sebelumnya diperkuat tidak lagi diperkuat dan yang dicap dibuku, tanda bintang, karu, dan
responnya berkurang. lalin-lain.
5. Mengidentifikasi Sumber-sumber Yang Bisa
Langkah-langkah Token Economy
Membantu
Terdapat langkah-langkah Implementasi Token Beberapa sumber yang bisa membantu adalah
Economy, yaitu: staff lembaga, praktikan, mahasiswa, residen,
1. Menentukan Perilaku Target dan orang yang akan dikenai token itu sendiri.
Semakin homogen individu kelompok yang akan 6. Memilih Lokasi Yang Tepat
dikenai Token Economy, maka aka semakin Token dapat diberikan dan dilakukan dimana
mudah menstandardisasikan aturan-aturan saja, asal diberikan setelah perilaku target
yang berlaku dalam token economy. muncul.
2. Mencari Garis Basal 7. Menyiapkan Manual/pedoman Token Economy
Yakni memperoleh data sebelum melakukan pada klien
penanganan, biasanya melalui pengamatan Ada suatu prosedur spesifik dalam penerapan
selama beberapa minggu terhadap eprilaku program token economy, seperti:
target. Sesudah program dimulai, kita bisa 1. Perlu diperhatikan bagaimana cara
membandingkan data dengan data yang penyimpanan data, kertas data yang akan
diperoleh saat menentukan garis basal, digunakan, siapa dan bagaimana data itu akan
sehingga dapat menentukan efektivitas dicatat.
program. 2. Siapa yang akan memberikan pengukuh atau
3. Memilih Back up Reincover agen pengukuh (reinforcing agent), dna untuk
Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik perilaku apa.
peserta program dan apa saja kira-kira barang 3. Menentukan jumlah token yang bisa didapat
yang dibutuhkannya. Barang yang menjadi pada setiap perilaku. Pemberian token dapat
pengukuh pendukung haruslah barang yang mulai dikurangi bila perilaku target telah
dapat digunakan atau consumable. Selain terbentuk.
barang, back up reincover juga bisa termasuk 4. Menyusun prosedur dan menentukan jumlah
hal-hal apa saja yang diinginkan oleh peserta token untuk memperoleh back up reinforcer.
program sebagai pengukuh pendukung Pada awal program, frekuensi penyediaan
kekuatannya. pengukuh pendukung harus cukup tinggi, lalu
4. Memilih Tipe Token Yang Akan Digunakan berkurang secara bertahap.
Secara umum, tipe token haruslah menarik, 5. Berhati-hati terhadap kemungkinan munculnya
ringan, mudah dipindahkan, tahan lama, mudah hukuman. Ada kemungkinan hukuman
dipegang, dan tidak mudah dipalsukan. bersyarat (possible punishment
Beberapa contoh yaitu stiker, kepingan logam, contigenencies). Klien membayar dengan token
koin, check-mark, poin, poker chip, stempel bila ia melakukan tindakan kontraproduktif.

91
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

6. Memastikan bahwa tugas yang harus dilakukan Penggalian informasi dilakukan dengan cara
staf sudah jelas, dan pemberian pengukuh pada berbincang-bincang ringan. Sebisa mungkin
staf. perbincangan dilakukan dengan cara
7. Membuat rencana untuk menghadapi membicarakan topik yang menarik, tidak hanya
kemungkinan masalah yang akan timbul. terpatok pada pembahasan mengenai masalah
Masalah yang biasa timbul, antara lain klien. Dapat dibilang klien bukan seseorang yang
kebingungan, kekurangan staf, peserta suka menutup diri, ia sangat senang berbagi cerita
merusak token, dan lain-lain. dengan orang lain, informasi yang didapat sedikit
lebih mudah.
METODE PENELITIAN
Penyandang tunanetra yang menjadi klien penulis
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetaui
ini merupakan penderita low vision sejak lahir. Ia
mengenai penggunaan token economy dalam
memiliki saudara kembar yang berbeda kondisi
meningkatkan motivasi belajar pada penyandang
dengan dengannya. Klien ini mengutarakan bahwa
tunanetra demi meraih prestasi. Jenis penelitian
ia memiliki keinginan untuk bisa hidup lebih
yang dipilih untuk mendapatkan informasi –
mandiri, melakukan apa apa sendiri dengan tidak
informasi untuk keperluan data pada penelitian ini
bergantung pada orang lain disekitarnya. Ia juga
adalah dengan metode kualitatif. Adapun sumber
mengutarakan keinginannya untuk melakukan hal
data yang didapatkan menggunakan data primer
yang sama seperti apa yang dilakukan oleh
dan sekunder, dengan cara melakukan wawancara
kakanya tetapi tidak bisa karena keterbatasan fisik
dan pengamatan.
yang ia miliki. Dibalik itu semua ada keinginan
HASIL DAN PEMBAHASAN mulia yang benar-benar ingin ia wujudkan untuk
Hasil penelitian pada artikel ini diperoleh membanggakan dan membahagiakan kedua orang
berdasarkan data yang didapat dari wawancara tuanya dengan mencapai prestasi yaitu dengan
dan pengamatan ketika melakukan assessment cara memenangkan juara pada lomba-lomba
kepada salah satu penyandang tunanetra penerima dalam bidang agama seperti membaca dan
manfaat di organisasi pelayanan sosial BRSPDSN menghafal Al-Qur’an braille.
Wyata Guna Bandung. Assessment yang dilakukan
Meskipun sempat mengalami penurunan mental
kurang lebih selama tiga bulan, dengan durasi dua
beberapa kali, menurut pengamatan penulis ia
kali bertemu dalam seminggu. Proses pendekatan
mampu bangkit kembali dari keterpurukannya.
dapat dikatakan tidak sulit, tetapi juga tidak mudah
Seperti yang sudah dijelaskan, pada hakikatnya
dikarenakan penulis harus menyesuaikan diri
manusia memang memiliki motivasi belajar dalam
dengan kondisi klien. Perlu dilakukan beberapa kali
dirinya tergantung bagaimana ia menyikapi
pendekatan agar dapat menciptakan suasana yang
permasalahan yang dihadapi dan kejelasan dari
nyaman bagi klien untuk bercerita kepada penulis.
tujuan hidupnya. Klien memang sangat mendalami
Setelah klien merasa nyaman, kemudian baru
hal-hal yang berfokus pada bidang agama, ini
dilakukan penggalian informasi untuk mengetahui
dapat ia jadikan sebagai dasar pegangan agar dia
potensi dan masalah yang terjadi pada diri klien.
bisa menerima kondisinya dan menjalani

92
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

kehidupan dengan baik. Oleh karenanya, sama untuk mendukung ia dalam mencapai tujuannya
sekali tidak menemukan permasalahan yang itu.
berarti yang dialami oleh klien.
Namun sangat disayangkan karena penulis tidak
Mengetahui beberapa keinginan yang diutarakan bisa melakukan treatment karena klien jatuh sakit
dengan mempertimbangkan pengalaman- dan harus menjalani perawatan dirumah sakit
pengalaman dan kegiatan yang klien lakukan dalam jangka waktu yang lumayan lama. Melihat
sehari-hari seperti mengikuti kelas Kiab dan kursus waktu praktik yang juga tidak memungkinkan,
membaca Al-Qur’an qiroah, penulis memutuskan penulis akhirnya memutuskan hanya sampai pada
untuk membantu mengembangkan potensi yang ia plan of treatment (POT). Dalam POT, rencananya
miliki agar dapat mencapai keinginannya untuk token economy akan dilakukan selama seminggu,
memenangkan juara pada perlombaan dalam tujuh hari berturut-turut. Dalam menentukan
bidang agama, terutama dalam hal membaca dan perilaku yang diinginkan penulis dan klien
menghafal Al-Qur’an braille sesuai dengan tujuan melakukan diskusi hingga kemudian memutuskan
hidupnya untuk membanggakan dan bersama. Token economy yang dibuat dapat dilihat
membahagiakan kedua orang tuanya. Untuk pada tabel berikut.
mengembangkan potensinya tersebut, penulis
terlebih dahulu memberikan tambahan motivasi
kepada klien. Meskipun klien sudah memiliki
motivasi dalam dirinya sendiri, dorongan dari faktor
eksternal sangat diperlukan untuk membantu
penguatan motivasi klien untuk terus belajar.
Tabel 1. Token Economy
Dorongan dari luar ini tidak hanya diberikan oleh
Penggunaan token economy dilakukan dengan
penulis, tetapi juga dari orang tua dan orang-orang
memberikan tanda √ untuk perilaku yang
yang ada di lingkungan sekitarnya.
dilakukan, dan X untuk perilaku yang tidak
Tujuan yang jelas membuat motivasi belajar
dilakukan. Penggunaan token economy ini
muncul sedemikian rupa. Motivasi yang sudah ada
digunakan dengan pendekatan behavioral yang
lalu dibantu diinterpretasikan dengan melakukan
menerapkan operant conditioning dimana nanti
tindakan yang dapat mendukung ke arah tujuan
pada periode tertentu dapat ditukar dengan
yang diinginkan dengan menggunakan token
rewards setelah perilaku yang diinginkan terjadi.
economy. Dalam buku Behavior Modification: What
Hadiah perilaku yang didapatkan ditentukan sendiri
It Is and How to Do It, oleh Garry Martin dan
oleh klien, serta nantinya klien yang akan
Joseph Pear pada tahun 1992, sudah dijelaskan
memberikan hadiah tersebut kepada dirinya sendiri
bahwa token economy merupakan metode
sebagai bentuk apresiasi. Selain itu, ada pula
penguat perilaku yang dapat bertahan lama.
bentuk ganjaran yang akan didapat oleh klien jika
Penggunaan token economy ini membantu klien
tidak melakukannya. Pemberian hadiah atau
dalam memaksimalkan waktu luangnya dengan
ganjaran memang bukan jawaban atas semua
melakukan hal-hal yang sekiranya bermanfaat

93
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

masalah. Tetapi metode ini agaknya akan sangat salah satunya dorongan seseorang untuk belajar.
berguna dalam mengatasi beberapa kesulitan Sedangkan bentuk motivasi belajar itu sendiri ada
akibat kebingungan memaksimalkan waktu yang dua jenis, yaitu motivasi instrinsik (faktor dari
ada. dalam diri sendiri) dan motivasi ekstrinsik (faktor
dari lingkungan).
Setelah metode berjalan, keberhasilan diilihat jika
klien melakukan perilaku 5/7 hari pelaksanaan Pada dasarnya motivasi dapat muncul dari dalam
token economy. Selanjutnya, diadakan pertemuan diri sendiri maupun orang lain, sehingga para
kembali dengan klien untuk melakukan penyandang tunanetra mampu meningkatkan
pembahasan token economy yang telah dilakukan motivasi belajarnya dengan didorong oleh dirinya
beserta evaluasinya, sehingga klien juga dapat sendiri maupun dorongan tambahan dari orang lain
memonitoring dirinya sendiri dan memiliki disekitarnya.
keinginan untuk mencoba kembali demi perubahan
Atas keterbatasannya, penyandang tunanetra tidak
yang lebih baik. Dengan demikian tujuan atau
bisa melakukan segala sesuatu yang diinginkan.
prestasi dapat dicapai karena terdorong dari
Hal ini membuat mental individu itu turun, dan
kebiasaan yang sudah terbentuk dari penerapan
mengalami krisis kepercayaan terhadap dirinya
token economy ini.
sendiri. Akibat yang lainnya yang ditimbulkan
Meskipun penulis belum sempat menerapkan adalah munculnya rasa pesimis untuk mmapu
metoden ini pada klien, penulis sudah melakukan sesuatu pada diri individu penyandang
menyampaikan bagaimana plan of treatment tunanetra tersebut. Disini motivasi berperan
sehingga klien sudah mengetahui dan bisa sangatlah penting, terutama pemberian motivasi
mencoba menerapkannya kapanpun ia mau. yang berasal dari keluarga dan orang-orang
Penerapan token economy ini memang merupakan terdekat. Ketika pemberian motivasi berhasil,
metode yang efektif dan cocok untuk seluruh seseorang akan kembali menemukan tujuan
tingkatan usia. Keefektifannya dilihat dari hidupnya sehingga munculah motivasi belajar
bagaimana metode ini membutuhkan kontrol yang untuk menggapai hal tersebut. Begitu juga dengan
sangat ketat dalam prosesnya, sehingga dapat motivasi belajar, tidak bisa terasa manfaatnya
dijadikan sebagai metode intervensi yang baik. ketika tidak dikembangkan pada kegiatan-kegiatan
yang berguna. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan
KESIMPULAN
motivasi belajar dalam diri penyandang tunanetra
Motivasi adalah proses membangkitkan,
diperlukan satu teknik yaitu dengan menggunakan
mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.
token economu sebagai penguatan tingkah laku.
Motivasi juga dapat dipandang sebagai dorongan
Secara singkat, token economy merupakan sebuah
mental yang menggerakkan dan mengarahkan
sistem reinforcement untuk perilaku yang dikelola
perilaku manusia. Sehingga dapat disimpulkan
dan diubah, seseorang mesti dihadiahi/diberikan
bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang
penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi
dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu, dan
perilaku yang diinginkan (Garry, 1999). Dalam
juga sebagai pemberi arah dalam tingkah lakunya,

94
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

token economy tingkah laku yang diharapkan memberi penghargaan pada perilaku penyandang
muncul demi mendorongnya penggapaian prestasi tunanetra tersebut. Setelah dilakuka, jangan lupa
dapat diperkuat dengan sesuatu yang diinginkan mengenai pencatatan mengenai frekuensi sasaran
oleh individu tersbeut, dan hasil perilaku yang dan perilaku lain perlu dilakukan dengan cermat
diharapkan oleh pekerja sosial bisa ditukar dengan karena mungkin akan dibutuhkan sebagai
rewards yang diinginkan oleh individu yang pertanggung jawaban untuk mendeteksi
bersangkutan. keberhasilan program.

SARAN DAFTAR PUSTAKA


Untuk penggunaan token economy dalam
Adity, F.A.A. 2012. Hubungan Konsep Diri Dengan
meningkatkan motivasi belajar pada penyandang
Motivasi Belajar Siswa Kelas XI DI SMA
disabilitas netra harus siap bersedia dengan
Negeri 7 Padang.
sukarela melakukan hal tersebut demi kebaikan
Anggarini, I.S. 2016. Motivasi Belajar Dan Faktor-
dirinya. Pelaksanaan token economy perlu dapat
Faktor Yang Berpengaruh: Sebuah Kajian
persetujuan dari berbagai pihak dan kerjasama.
Pada Interaksi Pembelajaran Mahasiswa.
Penyandang tunanetra tidak perlu dipaksa untuk
Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan
melakukan, karena metode ini merupakan metode
Dasar dan Pembelajaran, 1(02).
yang memiliki pengontrolan yang ketat. Adapun
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Chotim, M., Dewi, N.K, Wardani, S.Y., & Christiana,
metode ini, diantaranya sebisa mungkin hindari R. 2016. Penerapan Teknik Token Economy
penundaan, demi keefektivitasan pengukuhan Untuk Meningkatkan Kemandirian Anak TK
maka pemberian pengukuh dilakukan seketika Kartika IV-21 Madiun. Counsellia: Jurnal
setelah perilaku-perilaku muncul. Setelah itu, Bimbingan dan Konseling, 3(2).
berikan token secara konsisten. Setiap kali perilaku
Daud, F. 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional
yang telah disetujui dilaksanakan, secara konsisten
(EQ) dan Motivasi Belajar terhadap Hasil
diberi imbalan token. Lalu, perhitungkan kuantitas
Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota
token yang akan diterima tidak boleh terlalu tinggi
Palopo. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
atau terlalu rendah, harus cukup untuk ditukar
(JPP), 19(2), 243-255.
dengan pengubah idaman. Kemudian dalam
Fauza, H.D. 2015. Konsep Dasar Motivasi.
berdiskusi mengenai aturan-aturan dan
persyaratan untuk memperoleh harus jelas agar Fikriyyah, W & Fitria, M. 2015. Adversity Quotient
tidak ada kekeliruan. Tidak lupa pilih pengukuh Mahasiswa Tunanetra. Jurnal psikologi
yang sesuai macam dan kualitasnya dengan situasi tabularasa, 10(1).
dan kondisi penyandang tunanetra agar lebih
Hamdu, G. & Agustina, L. 2011. Pengaruh Motivasi
efektif. Kemudian, hendaknya pemberian token
Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA
bersama-sama dengan pengukuh sosial. Dengan
Di Sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap
merencanakan memasang token dengan pengukuh
Siswa Kelas IV SDN Tarumanagara
social positif ini, juga melatih pengelola untuk

95
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 84 - 96 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya). Ringan DI SMPLB Perwari Padang. Jurnal


Jurnal penelitian pendidikan, 12(1), 90-96. Penelitian Pendidikan Khusus, 1(3).

Pawestri, A. 2017. Hak Penyandang Disabilitas Wulandari, B. & Surjono, H.D. 2013. Pengaruh
Dalam Perspektif HAM Internasional Dan Problem-Based learning Terhadap Hasil
HAM Nasional. Era Hukum-Jurnal Ilmiah Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC di
Ilmu Hukum, 15(1). SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2).

Katman, Z., Yasin, M.H.M, & Tahar, M.M. 2016.


Penggunaan Peneguhan Positif: Pujian dan
Token Ekonomi untuk Modifikasi
Tingkahlaku Murid Pendidikan Khas ‘Slow
Learner’.

Lianda Rizky, C.LA.R.A. 2014. Teknik Token


Economic Terhadap Kemampuan
Penjumlahan Pada Anak Tunagrahita Ringan
di Yayasan Sosial dan Pendidikan Khusus SD
Putra Harapan Siduoarjo. Jurnal Pendidikan
Khusus, 6(6).

Nadhilla, N. 2016. Motivasi Penyandang Disabilitas


Fisik Tuna Netra Usia Dewasa Awal dan
Dewasa Madya. Skripsi Sarjana, Universitas
Pembangunan Jaya). Research Gate,
DOI, 10.

Rahma, N.R. 2015. Kesejahteraan Psikologis


Penyandang Tunanetra (Studi pada
Mahasiswa Tunanetra Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta).
Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan Dan
Konseling, 4(7).

Sjukur, S.B. 2012. Pengaruh Blended Learning


Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar
Siswa Tingkat SMK. Jurnal pendidikan
vokasi, 2(3).

Susanti, E. 2002. Meningkatkan Keterampilan


Menganyam Sarang Ketupat Melalui Teknik
Token Ekonomi Pada Anak Tunagrahita

96

Anda mungkin juga menyukai