Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

POPULASI YANG MENGALAMI DIFABEL

Disusun oleh :

KELOMPOK 8
ELSA EPIANA
IYANG TEGUH
PIPIT FITRIAH
YUYUM YUMITA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


2020-2021
POPULASI YANG MENGALAMI DIFABEL
A. Definisi
Difabel adlah interaksi antar individu dengan kondisi kesehatan dan factor personal dan
lingkungan (organisasi kesehatan dunia [WHO], 2012). The International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF) (Organisasi Kesehatan Dunia [WHO], 2013)
mendefinisikan istilah kunci berikut. Difabel merupakan istilah umum, yang meliputi
gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi.
Disabilitas/difabel akibat adanya gangguan, melibatkan pembatasan atau
ketidakmampuan untuk melakukan suatu kegiatan secara normal atau dalam kisaran normal.
Kehilangan secara anatomi, mental, atau psikologis atau kelainan adalah gangguan.
Kecacatan (handicap) adalah kerugian yang dihasilkan dari gangguan atau ketidakmampuan
yang mencegah pemenuhan peran yang diharapkan. Gangguan mempengaruhi organ
menusia pada tingkat mikro, difabel mempengaruhi seseorang pada tingkat individu dan
pada analisis tingkat makro, kecacatan melibatkan masyarakat (Batavia, 1993).

Karateristik Kerusakan Difabel Kecacatan


Definisi Penyimpangan fisik Dapat bersifat objektif Tidak bersifat
dari struktur normal, dan dapat diukur objektif atau dapat
fungsi, organisasi, dan diukur; pengalaman
pengembangan yang berhubungan
dengan respon
terhadap orang lain
Pengukuran Bersifat objektif dan Dapat bersifat objektif Tidak bersifat
dapat diukur dan dapat diukur objektif atau dapat
diukur; pengalaman
berhubungan
dengan respon
terhadap orang lain
Gambaran Spina bifida, cidera Tidak bisa berjalan Mencerminkan
tulang belakang, tanpa dibantu; karakteristik fisik
amputasi, dan retina menggunakan kruk dan psikologis
lepas dan / kursi roda orang, budaya, dan
manual atau eletrik; keadaan tertentu
kebutaan
Tingkat analisis Tingkat mikro (organ Tingkat individu Tingkat makro
tubuh) (orang) (social)
B. Agenda Nasional untuk Model Pencegahan Difabel

factor risiko

Biologi

Lingkungan Gaya hidup


(social dan dan perilaku
fisik )

Kejadian (misalnya jatuh dan infeksi)

Proses yang memungkinkan

Kerusakan Keterbatasan
Patologi fungsi
Difabel
/gangguan

Kualitas
hidup
C. Proses Terjadinya Difabel
Model NAPD menjelaskan kerangka kerja alternative untuk melihat empat tahap yang
berkaitan dan berbeda dalam proses terjadinya difabel. Patologi di tingkat seluler dan
jaringan dapat menurunkan struktur atau fungsi pada tingkat organ. Seorang individu dengan
gangguan mungkin mengalami keterbatasan fungsional, yang membatasi kemampuannya
untuk melakukan tindakan dalam kisaran normal. Keterbatasan fungsional dapat
mengakibatkan difabel saat peran tidak dapat dilakukan.
Meskipun model yang muncul menunjukan perkembangan yang searah dari patologi ke
arah kerusakan, keterbatasan fungsional, difabel, bertahap atau kemajuan yang linear
mungkin tidak terjadi.
D. Empat Model Difabel
Difabel adalah masalah konstruksi social, dan bagaimana hal itu dirasakan dan dipahami
sering berhubungan dengan perspektif. Empat model untuk melihat difabel dijelaskan disini:
 Model Medis :difabel adalah cacat (defect) membutuhkan penyembuhan melalui
intervensi medis.
 Model Rehabilitasi : difabel yang di rawat oleh seorang professional rehabilitasi.
 Model Moral : berhubungan dengan dosa dan rasa malu.
 Model Difabel : konstruksi social.
E. Difabel : Sebuah Isu Sosial yang Dibangun
Banyak kompleksitas dalam mendefinisikan difabel yang dibangun dari sifat social.
Karena difabel lebih dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan fungsi
hidup yang penting, menjadi produk dari interaksi antar status kesehatan dan tuntunan
lingkungan fisik dan social seseorang. Menggunakan kursi roda merupakan keterbatasan
ditempat kerja karena langkah-lagkah dan pintu yang sempit, jauh lebih sedikit lantai yang
landau dan lorong-lorong yang lebar. Seorang individu dengan difabel tersembunyi seperti
tuli mungkin tidak sadar difabel sampai tenggelam dalam situasi social dengan orang lain
yang tidak bisa berkomunikasi melalui bahas isyarat. Demikian pula, keyakinan dan sikap
budaya membentuk sejauh mana suatu penurunan nilai difabel dan sejauh mana orang
dengan gangguan fisik atau mental dapat berfungsi dalam pekerjaan dan lebih luas lagi
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat (Scotch, 1994, hal, 172).
F. Memebedakan Penyakit Dengan Difabel
Perawat harus bisa membedakan antra orang yang memiliki penyakit dan menjadi difabel
sekunder karena penyakit dan orang yang memiliki difabel namun mungkin tidak
memerlukan pengobatan. Difabel tidak selalu disertai dengan atau berhubungan dengan
penyakit, tidak juga penyakit penyakit tertentu disertai dengan atau berkaitan dengan
difabel.
G. Karakteristik Difabel
Apakah seseorang memiliki difabel tergantung pada kriteria yang digunakan. Ditingkat
nasional sudah ada undang – undang yang mengatur mengenai difabel, yaitu Undang –
Undang RI Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Difabel. Penyandang difabel adalah
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan atau sensorik dalam
jangka waktu yang lama yang dalam berineraksi dengan lingkungan dapat mengalami
hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan wargs Negara
lainnya berdasarkan kesamaan hak. Difabel fisik, difabel sensorik (misalnya, tuli atau buta),
difabel intelektual (yaitu pilihan terminoogi untuk keterbelakangan mental), gangguan emosi
yang serius, ketidakmampuan belajar, sensitifitas bahan kimia dan lingkungan, masalah
kesehatan seperti Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan asma adalah contoh
dari difabel yang secara substansial membetasi setidaknya satu kegiatan besar dalam hidup
seseorang.
Aktivitas kehidupan utama termasuk kemempuan bernafas, berjalan, melihat, mendengar,
berbicara, bekerja, merawat diri sendiri, melakukan tugas – tugas manual, dan belajar. Biro
Sensus AS (2006) mendefinisikan difabel sebagai syarat ketahanan fisik, mental atau
emosional yang menciptakan batasan atau ketidakmampuan untuk berfungsi sesuai dengan
kriteria tertentu.
H. Prevalensi Difabel di Indonesia
Susenas 2012 mendapatkan penduduk Indonesia yang menyandang difabel sebesar
2,45%. Peningkatan dan penurunan persentase penyandang difabel yang terlihat pada
gambar dibawah ini, dipengaruhi adanya perubahan konsep dan definisi pada susenas 2003
dan 2009 yang masih menggunakan konsep kecacatan, sedangkan susenas 2006 dan 2012
telah memasukan konsep difabel. Walaupun demikian, jika kita bandingakan antara susenas
2003 dengan 2009 dan susenas 2006 dengan 2012 terjadi peningkatan prevalensi.
Sensus penduduk 2010 mengumpulakan data mengenai penduduk yang mengalami
kesulitan melihat, mendengar, berjalan atau naik tangga, mengingat atau berkonsentrasi atau
berkomunikasi dan kesulitan mengurus diri sendiri. Data yang dapat disajikan adalah data
difabel pada penduduk usia 10 tahun ke atas karena ditemukan ketidakwajaran data untuk
usia kurang dari 10 tahun yang kemugkinan karena kesalahan pemahaman konsep dan
definisi. Berikut ini adalah persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang mengalami
kesulitan fungsional berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010.

Tahun Persentase
2003 0,69
2006 1,38
2009 0,92
2012 2,45

Jenis difabel Persentase


1 jenis 39,97
Melihat 29,63
Berjalan/naik tangga 10,26
Mendengar 7,87
Mengingat/berkonsentrasi 6,70
Megurus diri sendiri 2,83
Berkomunikasi 2,74

DIFABEL DAN KEBIJAKAN PUBLIK

A. Legislasi Mempengaruhi Difabel


Kebijakan Kementrian Sosial dalam Implementasi CRPD (Convention on The Rights of
Person with Disability) menuju terwujudnya inklusi disabilitas (disability inclusion) adalah
dengan melibatkan difabel dalam proses perencanaan pelaksanaan dan pengambilan
keputusan. Berikut ini adalah kebijakan Kmenetrian Sosial dalam implementasi CRPD
menuju disability inclusion (data dan informasi kesehatan, 2008) :
1. Perubahan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1997 dan harmonisasi perundang –
undangan, kebijakan dan praktik – praktik yang diskriminatif terhdap penyandak difabel.
2. Penyusun Rencana Aksi Nasional Penyandang Disabilitas 2014-2022 mwngacu pada
agenda APDDP Incheon Strategy.
3. Optimalisasi tim Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial (UPKS) dan Pokja UPKS
Penyandang Disabilitas dalam rangka meningkatkan kesadaran, kepedulian, komitmen
dan pertisipasi masyarakat terhadap penyandak difabel.
4. Meningkatkan jangkauan dan akses terhadap Rehabilitasi Soaial Orang dengan
Kecacatan (RSODK).
5. Perencanaan dan penganggaran berpihak pada penyandang disabilitas.
6. Pengembangan nota kesepahaman pelaksanaan pemenuhan hak penyandang anatar sector
terkait.
B. Strategi Perawat Kesehatan Komunitas Dalam Merawat Penyandang Difabel
Peran perawat harus mencerminakan kebutuhan dan sumber daya klien dan keluarga.
Data dari wawancara yang dilakukan dengan perawat yang memberikan perawatan kepada
difabel menggambarkan prinsip – prinsip berikut (Treloar, 1999) :
1. Jangan berasumsi apa – apa
Perawat harus mengumpulakan data dari perspektif orang dan keluarga difabel. Seorang
perawat menager kasusu untuk keluarga dengan anak – anak yang mengalami difabel
menjelaskan :
Lihatlah setiap orang, keluarga, setiap situasi sebagai salah satu yang benar –
benar baru dan berbeda. …. Ada hal-hal budaya yang anda ingin hormati. Tapi, jangan
menganggap apa-apa. …. Mendengarkan apa yang tidak dikatakan. Saya melihat orang.
…. Anda pergi kerumah dan anda dapat belajar banyak sekali, bahkan tidak mengajukan
pertanyaan apapun.
2. Mengadopsi perspektif klien
Jika perawat bertindak dari agenda mereka atau norma – norma budaya pribadi dan bukan
dari orang – orang di sekitar klien, hasilnya akan kurang produktif dan kurang
memuaskan. Lebih penting lagi, perawat akan mengalami kegagalan untuk membangun
hubungan yang menghormati klien sebagai yang paling mengerti status kesehatannya
sendiri. Selanjutnya, apa yang tampaknya menjadi penghalang atau pembatas mungkin
tidak mencerminkan situasi sebenarnya atau perspektif klien (prioritas).
3. Mendengarkan dan belajar dari klien, mengumpulkan data dan perspektif dari klien dan
keluarga
Jika klien memiliki difabel mental yang berat dan tidak dapat memberikan informasi yang
dapat dipercaya, meminta keluarga atau pelaku rawat. Perawat harus membangun
hubungan yang responsive terhadap cara orang tersebut dan dan cara keluarga untuk
menangani difabel. Perawat berpengalaman menjelaskan :
Bahwa orang tua atau pelaku rawat adalah salah satu yang ada untuk anak
dengan difabel sepanjang waktu. Mereka tahu anak itu jauh lebih baik. Aku mungkin
tahu sesuatu hal medis yang mereka tidak tahu …. . itu adalah dimana anda turun untuk
berbagai hal dengan orag – orang seperti itu. Ajari aku. Saya selalu ada untuk belajar.
4. Perawatan untuk klien dan keluarga tidak difabel
Gaya dan maksud dari klien dan penyedia komunikasi mempengaruhi penerimanaan
interaksi. Sebuah gaya “percakapan” yang membentuk kemitraan yang sama dengan klien
adalah lebih kea rah “ membuka buku pelajaran “ pendekatan itu memberitahu klien “di
sini adalah apa yang perlu anda lakukan “. Perawat harus membentu menanyakan apa
kebutuhan klien, apa yang klien mampu lakukan, apa yang ingin klien lakukan, dan
bagaimana perawat dapat membantu. Seorang perawat kesehatan komunitas
menggambarkan menerapkan ide-ide di dlama bekerja dengan keluarga dari anak – anak
difabel :
Apakah mereka mampu mengembangkan rencana perawatan kesehatan mereka
sendiri untuk anak mereka ? ini, sekali lagi mungkin tidak menjadi milik kita [rencana].
Apakah mereka mampu menindaklanjuti bagian penting dari perawatan kesehatan bagin
anak mereka, atau setidaknya mengidentifikasi bahwa mereka tidak memiliki sumber
daya untuk melakukan itu ? … pada saat kita membuat keluarga meras bahwa jika
mereka orang tua yang buruk.
5. Mendapat informasi tentang sumber daya masyarakat
Orang sering merespon secara berbeda terhadap permintaan oleh seseorang yang mereka
kenal dan hormati. Oleh kerena itu, mungkin bermanfaat bbai perawat kesehatan
komunitas untuk menghubungi secara personil tentang klien dan keluarga yang
membutuhkan. Lawthers dan rekan (2003) menggambarkan koordinasi perawatan sebagai
“pelumas” yang memfasilitasi jalan untuk semua bidang kualitas untuk difabel dan
memberikan kesemppatan yang paling signifikan untuk perbaikan dalam pemberian
perawatan oleh penyedia layanan kesehatan multidisiplin.
6. Menjadi advokat yang kuat
Advokasi perawat kesehatan komunitas untuk difabel melampaui menjadi coordinator
sumber daya dan rujukan atau berbicara atas nama pihak lain. Orang dengan difabel ingin
berbicara sendiri. Mereka ingin mengendalikan hidup mereka dan perawatan kesehatan
mereka. Salah satu orang dengan difabel menyatakan :
Mereka [penyedia layanan kesehatan yang bertidak dalam peran advokasi]
memebrikan informasi, tetapi mereka memberikan pilihan untuk orang tersebut. Dan
bahkan jika orang tersebut memilih hal yang berlawanan dengan apa yang telah
disarankan, mereka tetap memebrikan dukungan yang sama.
C. Isu Etik Untuk Difabel
Ada beberapa isu terkait membawa kepentingan tertentu bagi difabel dan keluarga
mereka, termasuk pertanyaan dan masalah definisi kepribadian, menghormati manusia
sekitarnya, dan hak – hak difabel.
1. Isu terkait termasuk memilih antar aborsi dan melanjutkan kehamilan ketika screening
prenatal menunjukan adanya gangguan dan masalah kesehatan dan menentukan
pelayanan medis yang tepat untuk bayi, anak – anak, dan orang dewasa difabel.
2. Perspektif spiritual masyarakat memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan
ketika ada perubahan status kesehatan atau penyakit yang mengancam jiwa.
Seperti masalah etika, masalah yang berkaitan dengan difabel tidak memiliki
solusi yang mudah. Namun, sikap masyarakat dan bias terhadap orang – orang difabel
mungkin secara negative mempengaruhi kebijakan dan keputusan yang berkaitan dengan
kepentingan dan perlakuan yang adil bagi orang difabel. Pendukug hak difabel mengakui
bahwa devalusi difabel dapat meningkatkan kematian yang tidak perlu sebelum
waktunya. Pengambilan keputusan etis tidak bisa dipisahkan dari diskusi yang mencakup
makna yang terkait dengan kehidupan dan tantangan yang menyertai hidup.

Anda mungkin juga menyukai