Representasi Keberhasilan Perempuan Sebagai Seorang Pemimpin
Representasi Keberhasilan Perempuan Sebagai Seorang Pemimpin
SEORANG PEMIMPIN
ABSTRAK
Isu kesetaraan gender masih menjadi topik hangat yang diperbincangkan dunia. Perempuan
sebagai seorang pemimpin masih menjadi hal yang tidak biasa dikarenakan isu gender yang
melekat bahwa pemimpin haruslah seorang pria. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kepemimpinan yang dilakukan perempuan di dunia internasional serta merepresentasikan
keberhasilan perempuan sebagai seorang pemimpin. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang bersifat penelitian dokumentatif dan menggunakan metode studi Pustaka. Data
dalam penelitian ini adalah film animasi berjudul “Mulan (2020)” yang diakses dari laman
Disney+ hotstar serta dokumenter tentang Angela Merkel yang berupa buku dan artikel
sebagai objek penelitian. Penulis mendokumentasikan keberhasilan perempuan sebagai
pemimpin dunia berdasarkan metode deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, serta menyajikan data secara objektif. Pengumpulan data dilakukan dengan
menelusuri beberapa referensi tentang pemimpin perempuan dalam karakter film “mulan
(2020)” dan Angela Merkel sebagai konselor perempuan pertama di Jerman, baik yang
berupa buku, artikel, dan film yang relevan dengan permasalahan yang akan penulis teliti.
Hasil penelitian diperoleh bahwa hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan mampu
memimpin negara bahkan di kancah internasional dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat
dari keberhasilan Angela Merkel dalam memimpin Jerman selama 16 tahun. Oleh karena itu
diskriminasi terhadap gender bahwa perempuan tidak diperbolehkan untuk memimpin harus
dihapuskan.
kata kunci : isu gender, pemimpin
ABSTRACT
The issue of gender is still a hot topic discussed in the world. Women as a leader are still
unusual because of the inherent gender issue that the leader should be a man. This study aims
to analyze the leadership carried out by women in the international world and to represent
the success of women as leaders. This research is qualitative research that is documentary
research and uses the library study method. The data in this study was obtained from an
animated film entitled “Mulan (2020)” which can be accessed from the Disney+ hotstar
website and a documentary about Angela Merkel from books and articles as objects of
research. The author documents the success of women as world leaders based on qualitative
descriptive methods, namely collecting, processing, analyzing, and presenting data
objectively. Data collection was carried out by tracing several references to the female leader
in the film “Mulan (2020)” and Angela Merkel as the first female counselor in Germany, in
the form of books, articles, and films that are relevant to the issues that the author will
analyze. The results of the analysis showed that women were able to lead the country even in
the international arena very well. This can be seen from Angela Merkel's success in leading
Germany for 16 years. Therefore the discrimination against gender that women are not
allowed to lead must be abolished.
keywords : gender issue, leader
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kedudukan seorang perempuan sebagai pemimpin merupakan isu hangat yang tak
henti-hentinya dibicarakan oleh berbagai kalangan dengan berbagai macam argumentasi yang
mendukung pandangan dan opini setiap pembicara. Hal ini dikarenakan bertumbuh dan
berkembangnya budaya patriarki dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan stereotipe
bahwasanya kedudukan seorang pemimpin hanyalah dapat diduduki oleh seorang lelaki,
sedangkan pihak perempuan tidak elok untuk menduduki posisi sebagai pemimpin. Stereotipe
ini merupakan latar belakang timbulnya tuntutan akan pentingnya kesetaraan gender yang
kerap digaungkan oleh kaum feminis.
Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi antara laki-laki dan perempuan
dalam memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan publik. Tuntutan ini berangkat dari adanya kesenjangan kesempatan
dan hak-hak yang dapat diperoleh perempuan dalam berbagai kegiatan publik seperti dalam
lingkup organisasi yang khususnya ihwal kepemimpinan. Sedari dulu perempuan
dipersiapkan menjadi sosok yang menguasai segala hal dalam kehidupan rumah tangga
seperti memasak dan membersihkan rumah tanpa dibekali ilmu pengetahuan yang mumpuni
hingga tak jarang perempuan selalu direndahkan, sementara pihak laki-laki dibekali dan
dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin yang dapat dibanggakan. Fenomena ini dapat
dilihat di Korea zaman dahulu seperti yang telah dikutip dari Novel Kim Ji-Yeong: Lahir
tahun 1982 karya Cho Nam Joo, bahwasanya di Korea terdapat fenomena nyata akan adanya
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat pada kehidupan keluarga yang
dimana anak laki-laki dianggap sebagai inti dari kesuksesan dan kebahagiaan keluarga
mengingat laki-laki akan menjadi tulang punggung keluarga di hari esok dan saudara
perempuan lainnya dengan senang hati harus mendukung kenyataan ini.
The Walt Disney Company berhasil mendobrak stereotipe dan fenomena
ketidaksetaraan gender antara pihak perempuan dalam memperoleh kesempatan dan hak-hak
publiknya sebagai seorang pemimpin layaknya seorang laki-laki melalui film yang berjudul
“Mulan (2020)” dengan Hua Mulan sebagai tokoh utamanya. Hua Mulan bukan digambarkan
sebagai sosok perempuan yang lemah lembut, tetapi Hua Mulan memiliki karakter yang
tegas, berani, mandiri dan tidak bergantung dengan laki-laki. Hua Mulan diminta keluarganya
untuk memendam kehebatan dan kekuatannya karena Ia merupakan seorang perempuan yang
tugasnya adalah membawa kehormatan bagi keluarganya melalui pernikahan hingga dibekali
ilmu menjadi seorang istri yang dapat melayani suaminya dengan baik. Namun, pada
akhirnya Hua Mulan dengan segala cara berhasil menjadi pemimpin prajurit perang kerajaan
atas titah sang Raja dan mengubah cara pandang masyarakat yang pada saat itu mengatakan
bahwa perempuan hanya akan dihina, direndahkan, dan diasingkan apabila menjadi prajurit
perang.
Apabila ditelusuri lebih lanjut ke Benua Eropa, maka akan ditemukan sosok Angela
Merkel yang terlahir di Jerman Barat pada 17 Juli 1954. Angela Merkel merupakan
representasi nyata keberhasilan perempuan sebagai seorang pemimpin yang dibuktikan
dengan keberhasilan dirinya menjadi kanselir perempuan pertama di Jerman. Selain menjadi
kanselir perempuan pertama di Jerman, Angela Merkel juga berhasil memimpin partai
Christian Democratic Union hingga dinilai sukses menggerakan perekonomian Eropa selama
17 tahun memimpin Jerman.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis keberhasilan
perempuan sebagai pemimpin berdasarkan film Mulan 2020 dengan menilik representasi
keberhasilan Angela Merkel sebagai salah satu tokoh pemimpin pada ruang lingkup
kepemimpinan internasional.
METODE PENELITIAN
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menganalisis keberhasilan
perempuan pada kepemimpinan internasional. Penelitian kualitatif merupakan pengumpulan
data yang dianalisis lalu diinterpretasikan. Penulis menjadikan film animasi berjudul “Mulan
(2020)” yang dapat diakses dari laman Disney+ hotstar serta dokumenter tentang Angela
Merkel yang berupa buku dan artikel sebagai objek penelitian. Data dalam penelitian ini
adalah keberhasilan perempuan sebagai pemimpin internasional. Untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, Penulis melakukan teknik
pengumpulan data penelitian pustaka. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penulis
menganalisis keberhasilan perempuan sebagai pemimpin di kancah internasional. Penulis
mendokumentasikan keberhasilan perempuan sebagai pemimpin dunia berdasarkan metode
deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan, mengolah, menganalisis, serta menyajikan data
secara objektif. Penelitian ini dilakukan dengan menelusuri beberapa referensi tentang
pemimpin perempuan dalam karakter film mulan (2020) dan Angela Merkel sebagai konselor
perempuan pertama di Jerman, baik yang berupa buku, artikel, dan film yang relevan dengan
permasalahan yang akan penulis teliti.
PEMBAHASAN
1
F. Sukim & Retnaningsih, E. D. U., 2018, Mengukur Kepemimpinan Perempuan di Indonesia dengan Metode
Fuzzy c-Means Clustering, Statistika, 18(2), 101-112.
rumah tangga, dan adanya sindrom subordinasi dan marginalisasi perempuan yang
menyatakan bahwa peran dan fungsi perempuan bersifat sekunder.2
Anggapan bahwa perempuan tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin karena
label perempuan adalah makhluk yang lemah dan kurang memiliki kapabilitas layaknya
laki-laki pada kenyataannya adalah sebuah kesalahan. Perempuan dalam memimpin memiliki
suatu keunggulan dibandingkan laki-laki, yaitu berupa kemampuan multitasking. Budaya
didikan zaman dahulu yang menuntut perempuan untuk dapat menyelesaikan berbagai
macam pekerjaan rumah dalam satu waktu mengakibatkan perempuan memiliki konsentrasi
yang lebih dalam menyelesaikan suatu masalah dalam satu waktu dibandingkan dengan
laki-laki yang cenderung lebih fokus pada satu hal saja. Selain itu, perbedaan kepemimpinan
antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam kepemimpinan jenis feminisme-maskulin
yang mendasarkan perbedaan sifat dan karakter sebagai gaya kepemimpinan antara laki-laki
dan perempuan. Salah satu contoh perbedaan gaya kepemimpinan antara laki-laki dan
perempuan telah dikemukakan oleh Joana Hoare & Fiona Gell yang mana umumnya
perempuan lebih bersifat kooperatif dan kolaboratif, sementara laki-laki cenderung kompetitif
dan otoritatif dalam memimpin suatu kelompok/organisasi.3
2
A. Fitriana & Cenni, C., 2021, Perempuan Dan Kepemimpinan. In Prosiding Seminar Nasional IAHN-TP
Palangka Raya.
3
R. Hartono, 2021, Kepemimpinan Perempuan di Era Globalisasi. JUPANK (Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan), 1(1), 82-99.
paham yang menuntut perempuan untuk mendapat kesetaraan hak dan kesempatan yang sama
dengan halnya laki-laki. June Hannam mengartikan feminisme sebagai:
Industri perfilman merupakan salah satu media yang dapat menyalurkan opini
kaum feminisme akan pentingnya kesetaraan gender. Ditengah derasnya arus perfilman
yang menampilkan lelaki sebagai sosok yang heroic, The Walt Disney Company berhasil
menciptakan karakter Hua Mulan yang tangguh dan berani sehingga mengubah
pandangan penonton akan adanya perubahan dan penghapusan stereotipe yang
mengatakan bahwa pemimpin yang ideal adalah seorang lelaki. Kesalahan anggapan yang
menyatakan bahwa perempuan dinilai sebagai seseorang yang lemah dan minim
pengetahuan akan dunia kepemimpinan berhasil dibuktikan oleh Hua Mulan karena
kecerdasannya dalam menyusun taktik untuk mengelabui serangan musuh pada saat
perang berlangsung. Di medan perang, Mulan dengan kecerdasannya memanfaatkan topi
prajurit yang sudah tumbang untuk mengelabui sang musuh dan Ia mulai melancarkan
serangannya seorang diri dengan berani dengan bersembunyi di balik batu besar. Taktik
ini berhasil membuat serangan musuh sia-sia karena kelompok prajurit yang melindungi
kaisar berada jauh dari jangkauan serangan tersebut.
Hua Mulan pada awalnya menyamar sebagai sosok lelaki karena apabila
terdapat perempuan di tengah-tengah pasukan prajurit kaisar, maka perempuan tersebut
akan dihina dan bahkan diasingkan mengingat kodrat perempuan adalah membawa
kehormatan bagi keluarga melalui kehidupan perkawinan. Mulan hidup menyamar
sebagai seorang laki-laki sampai tiba saatnya Ia bertemu Xian Lang. Xian Lang
merupakan tokoh penyihir yang memiliki kekuatan tetapi berakhir diasingkan karena Ia
merupakan seorang perempuan. Mulan menyadari betapa tidak adilnya dunia bagi
4
H. Purwoko, 2018, Perempuan dalam Medium Film: Membaca Konsep Feminisme dalam Moana. Journal
Visioner: Journal of Television, 31-44.
perempuan sehingga Ia memutuskan untuk tidak menyamar sebagai lelaki lagi dan berdiri
sebagai perempuan untuk menunjukan kepada Xian Lang bahwa perempuan berhak
menempati kedudukan sebagai prajurit dan pemimpin.
Meskipun sebagian besar populasi negara diisi oleh perempuan, namun pemerintahan
secara historis didominasi oleh laki-laki. Beberapa penelitian empiris telah menemukan
bahwa pemimpin perempuan bekerja untuk meningkatkan nasib perempuan. Banyak
penelitian memang menemukan bahwa perempuan dalam posisi kepemimpinan politik telah
mampu mencapai keuntungan bagi perempuan di bidang kebijakan seperti kekerasan dalam
rumah tangga, pemerkosaan, dan kesehatan perempuan. Namun, penelitian lain juga
menemukan bahwa politisi perempuan sering menghindar dari menangani isu-isu perempuan
karena takut terpinggirkan dalam politik. Perempuan telah lama dianggap tidak dapat dipilih
jika dianggap mewakili perempuan yang merujuk pada sebuah “kepentingan khusus”
daripada kepentingan “umum”. Anggapan bahwa perempuan dilarang untuk jabatan eksekutif
jatuh ketika perempuan dimobilisasi pada tahun 1970-an bukan hanya waktu saja tetapi
gerakan perempuan membuat keyakinan ini kurang dapat dipertahankan karena perempuan
semakin berani untuk mencalonkan diri dan terpilih untuk jabatan publik.8 Kepemimpinan
perempuan meningkat dari kurang dari 10 persen di Bundestag pada 1970-an menjadi 32
persen pada 2005. Perempuan kepala pemerintahan juga mulai bermunculan dari Margaret
Thatcher di Inggris hingga Gro Harlem Brundtland di Norwegia. Selama kampanye pemilu
Jerman, jajak pendapat menunjukkan tanda-tanda efek fait accompli tambahan. Pada awal
kampanye, hanya 56 persen wanita dan 37 persen pria pada prinsipnya bersedia mengatakan
bahwa mereka menyetujui seorang wanita menjadi Kanselir, tetapi pada akhir ada sekitar
kampanye 84 persen wanita dan 70 persen pria yang menyetujuinya.9
Pada November 2005 Angela Merkel menjadi Kanselir wanita pertama Republik
Federal Jerman (Bundeskanzlerin) dan Perdana Menteri wanita ke tiga puluh delapan di
seluruh dunia. Hal ini merupakan peristiwa yang mengubah dunia yang didasari oleh
7
N. C. Subardja & H. Arviani, 2021, Representasi Postfeminisme dalam Film; Intelektualitas, Kepemimpinan
dan Kedudukan Princess “Mulan”, Jurnal Representamen, 7(02).
8
Myra Marx Ferree, “A Woman for President? Changing Responses, 1958-1972,” Public Opinion Quarterly,
38, no.3 (1974): 390-399.
9
Udo Ludwig and Cordula Meyer, “Weil sie kein Mädchen ist,” Der Spiegel, 26 September 2005.
kenyataan bahwa perempuan dalam posisi kepemimpinan nasional merupakan hal yang tidak
biasa. Berbeda dengan banyak pemimpin nasional perempuan sebelumnya, Merkel bukanlah
pejabat sementara atau kepala eksekutif sementara yang dipilih untuk mengisi kekosongan
kepemimpinan secara singkat, Merkel dipilih untuk memimpin ekonomi terbesar keempat di
dunia dan pembelanja militer terbesar keenam. Perempuan seperti Angela Merkel yang
melangkah ke panggung politik menciptakan legitimasi bagi perempuan untuk bertindak
secara politik.
Pada 1 september 2006, angela merkel dinobatkan menjadi “world’s most powerful
woman” oleh majalah forbes. Angela merkel mengalahkan sekretaris Amerika Serikat
Condoleezza Rice. Pemimpin dunia seperti George Bush,Tony Blair, Jacques Chirac maupun
Vladimir Putin sangat terkesan dengan beliau. Angela Merkel yang merupakan kanselir
perempuan pertama mampu menjalani tugas sebagai seorang kanselir yang hebat. Angela
Merkel merupakan kanselir perempuan pertama yang mampu menjalani tugas sebagai
seorang kanselir yang hebat.
Angela Merkel bukan hanya seorang Kanselir perempuan, beliau merupakan seorang
yang beragama Protestan di sebuah partai yang sebagian besar masih didominasi oleh
Katolik. Beliau juga merupakan seorang ilmuwan alam di parlemen yang didominasi oleh
pengacara dan manajer. Angela merkel telah mendukung kebijakan yang lebih
menguntungkan wanita Jerman tertentu. Beliau juga mempunyai jenis gaya kepemimpinan
wanita dan pendekatan kebijakan luar negerinya sendiri. Para Ilmuwan politik menelusuri apa
yang membuat Merkel menjadi pemimpin yang menonjol dan efektif. Angela merkel
mempunyai metode untuk apapun yang ia lakukan yang sebenarnya hanyalah serangkaian
kebiasaan dan naluri pribadi sebagai pemimpin. Komponen pertama dari metode ini adalah
beliau mempelajari suatu masalah dengan sangat hati-hati dan memperhatikan detail sekecil
apapun. Ia melihat semua sisi masalah dan kemudian mencoba memahaminya secara logis
serta mencoba untuk tidak membuat keputusan tanpa banyak berpikir sebelumnya. Tidak
seperti beberapa pemimpin dunia, beliau tidak mendengarkan “firasat” atau kesan
pertamanya, namun mencari tahu terlebih dahulu apa yang dipikirkan orang lain, terutama
para ahli lalu mengeluarkan pendapatnya dengan tersusun. Semua pemikirannya mengarah
pada tindakan, bukan hanya kata-kata atau pikiran. Tindakan dan perkataannya pun tidak
bertentangan satu sama lain. Komponen kedua dari metode Merkel adalah beliau tidak
memiliki idealis tinggi namun lebih bersifat pragmatis. Gerd Langguth, penulis biografi
Angela Merkel mengatakan bahwa Angela Merkel memiliki ideologi yang independen.
Angela Merkel tidak memiliki visi yang pasti tentang masa depan serta tidak berusaha
menyesuaikan dunia dengan nilai-nilai yang dia pegang teguh. Beliau ingin mendefinisikan
dan memecahkan masalah nyata. Beliau juga menganggap bahwa politik harus selalu
bereaksi terhadap kondisi, dan perubahan, terkadang pemerintah perlu condong ke arah
kesejahteraan, dan keamanan negara. Skema besar selalu gagal.
Angela merkel percaya pada kebebasan untuk memilih dan tanggung jawab individu.
Beliau merupakan seorang yang anti komunis, menurut beliau komunis menyebabkan
ketakutan. Beliau pernah berkata, “Saya tahu bagaimana rasanya ketika tidak memiliki
kebebasan, jadi saya mendukung kebebasan. Di negara negara Barat keberadaan kebebasan
adalah suatu hal yang normal, dan merupakan hal yang tidak perlu diperjuangkan”. Angela
merkel menganggap bahwa kebutuhan akan kedamaian, kekayaan, dan kebebasan sebenarnya
bersaing satu sama lain untuk mendapatkan prioritas dalam sebuah pemerintahan. Kemudian
seorang pemimpin sebenarnya perlu menjaga persaingan tersebut agar terciptanya sumber
daya yang adil.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kepemimpinan menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnell (1984) adalah
kemampuan memengaruhi orang-orang untuk mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan identik
dengan sosok laki-laki karena masyarakat pada umumnya menganggap bahwa perempuan
tidak dapat menjadi sosok pemimpin layaknya seorang laki-laki. Stereotipe “peran
perempuan adalah di rumah” bertumbuh dan berkembang dalam masyarakat sehingga
menempatkan perempuan dalam posisi subordinat mengakibatkan adanya gerakan feminisme
yang berarti paham yang menuntut perempuan untuk mendapat kesetaraan hak dan
kesempatan yang sama dengan halnya laki-laki.
Hua Mulan sebagai karakter utama dalam film Mulan (2020) yang memiliki karakter
tangguh, mandiri, kuat, dan berani berhasil mengubah pandangan penonton mengenai
stereotipe bahwa pemimpin yang ideal adalah seorang laki-laki. Selain itu, Angela Merkel
yang merupakan kanselir wanita pertama Republik Federal Jerman yang juga memimpin
ekonomi terbesar keempat di dunia dan pembelanja militer terbesar keenam pada awal
langkahnya ke panggung politik dinilai sebagai suatu kerentanan berhasil membawa
perempuan ke posisi politik yang kuat di Berlin.
SARAN
Penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah pengetahuan pembaca
mengenai pentingnya penghapusan stereotipe “peran perempuan adalah di rumah” dan
memperlakukan perempuan dengan setara tanpa menempatkannya dalam posisi subordinat
terlebih dalam menduduki peran dalam dunia politik atau kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
Citra, S., & Febriana, P., (2022). Gender Role Analysis of Mulan and Bori Khan in
Mulan 2020 Film. Indonesian Journal of Cultural and Community
Development. 11, 10-21070.
Ferre, Mirra Max. (2006). Angela Merkel : What Does it Mean to Run as a Woman.
Jerman Politics and society Vol .24, 78(1), 93-107.
Mills, Clifford W. 2008. Modern World Leaders Angela Merkel. Newyork : Chelsea
House
Purwoko, H., (2018). Perempuan dalam Medium Film: Membaca Konsep Feminisme
dalam Moana. Journal Visioner: Journal of Television, 31-44.