Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH LINGKUNGAN TERNAK

MANAJEMEN PERKANDANGAN AYAM KUB

Dosen Pengampu : Yendri Junaidin, S. Pt., M. Sc


Sri Rahayu, S.Pt,M.Si.

Disusun oleh:

BILL GREHEM RYAN JONATAN W NIM. 04.03.23.1630

PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Mata Kuliah Lingkungan Ternak Manajemen


Perkandangan Ayam KUB di Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian
Malang yang dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2023 yang disusun oleh :

Bill Grehem Ryan Jonatan Waruwu NIM. 04.03.23.1630

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Dosen Pengampu serta telah
mendapat pengesahan oleh Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

Malang, Desember 2023


Dosen Pengampu I Dosen Pengampu II

Yendri Junaidin, S. Pt., M. Sc Sri Rahayu, S. Pt., M. Si


NIP. NIP.

Mengesahkan,

Direktur
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Ir. Setya Budhi Udrayana, S.Pt., M.Si., IPM.


NIP. 19690511 199602 1 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan “Laporan
Praktikum Mata Kuliah Lingkungan Ternak Manajemen Perkandangan Ayam
KUB”. Penulisan laporan praktikum ini sangat penting bagi penyusun, khususnya
dalam rangka meningkatkan kemampuan keilmuan dalam penulisan karya ilmiah
dan sebagai persyaratan tugas pasca pelaksanaan praktikum.

Dalam menyelesaikan penulisan laporan hasil pelaksanaan praktikum


penyusus banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moral
maupun materi. Untuk itu penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Setya Budhi Udrayana, S.Pt., M.Si., IPM., selaku Direktur Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang.
2. Yendri Junaidin, S.Pt., M. Sc., selaku Dosen Pengampu I Mata Kuliah
Lingkungan Ternak.
3. Sri Rahayu. S.Pt.,M.Si., selaku Dosen Pengampu II Mata Kuliah
Lingkungan Ternak
4. Teman-teman dan semua pihak yang turut membantu dalam
menyelesaikan penulisan laporan praktikum ini.

Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Praktikum ini masih


banyak kekurangan dan kesalahan. Namun demikian, penyusun berharap agar
penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Desember 2023

Bill Grehem Ryan

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................
Halaman Pengesahan ................................................................................ i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................. iii
Daftar Lampiran ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum .................................................................... 2
C. Manfaat Praktikum....................................... ............................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
A. Kajian Perkandangan ............................................................. 3
B. Pakan ................................................................................... 4
C. Lingkungan ........................................................................... 7
D. Moditifikasi Lingkungan.......................................................... 8
BAB III MATERI DAN METODE ............................................................... 10
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................. 10
B. Alat dan Bahan......................................................................... 10
C. Metode Pelaksanaan ............................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAAN ......................................................................... 12
A. Perkandangan......................................................................... 12
1. Pengamatan Lingkungan Kandang ................................... 12
2. Pengamatan Desain Kandang........................................... 12
3. Pengamatan Ternak.......................................................... 13
B. Pakan ..................................................................................... 13
1. Formula Ransum (Bahan) ................................................. 13
2. Kandungan Nutrisi Ransum............................................... 14
3. Pemberian Minum ............................................................. 14
C. Manajemen Pemeliharaan ..................................................... 14
BAB V PENUTUP....................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................. 16
B. Saran ...................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................... .......................................................... 17

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Mewawancari Petugas Kandang ............................................... 18


Lampiran 2. Tandon Sebagai Penampung Air .............................................. 18
Lampiran 3. Alat Sebagai Pengukur Suhu dan Kelembaban......................... 18
Lampiran 4. Alat Sebagai Pengukur Arah dan Kecepatan Angin .................. 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ayam kampung memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.


Jumlah populasi yang besar dan hampir dimiliki seluruh penduduk menandakan
bahwa ayam kampung mudah dibudidayakan dengan kondisi iklim yang ada. Ayam
kampung memiliki ketahanan yang cukup baik dalam menghadapi iklim yang sulit,
seperti musim kemarau yang panjang. Oleh karena itu, ayam kampung merupakan
ternak yang cukup mudah beradaptasi di daerah lahan kering. Ada berbagai jenis
ayam kampung yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia, salah
satunya adalah ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB).
Ayam KUB (Ayam Kampung Unggul Balitbangtan) adalah jenis ayam
kampung unggulan yang dikembangkan melalui penelitian dan seleksi genetik. Ayam
ini memiliki beberapa keunggulan, seperti produktivitas telur yang tinggi,
pertumbuhan cepat, dan ketahanan terhadap penyakit. Dibandingkan dengan ayam
kampung biasa, ayam KUB memiliki sifat-sifat yang lebih unggul, seperti frekuensi
bertelur yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih cepat, dan tingkat kematian yang
lebih rendah. Selain itu, ayam KUB juga memiliki potensi harga jual yang lebih tinggi.
Ayam KUB dapat dipelihara untuk memperoleh hasil berupa telur, anak ayam, ayam
potong, dan daging.
Jenis pakan yang digunakan untuk ayam KUB sama dengan pakan ayam
kampung, namun jumlah pakan yang dibutuhkan dapat berbeda tergantung pada
usia ayam. Ayam KUB dapat dipelihara dalam kandang yang disesuaikan dengan
umur ayam, dimana kandang dan peralatannya dapat dibuat dari bahan yang mudah
didapatkan di lokasi, aman, nyaman, sehat bagi ayam, dan mudah dibersihkan.
Ayam KUB dapat dipelihara sebagai ayam petelur karena ayam ini diseleksi dengan
tujuan untuk ayam petelur dan menjadi indukan penghasil DOC (Day Old Chicken)
yang banyak untuk memenuhi kebutuhan. Ayam KUB memiliki beberapa kelebihan
dan karakteristik seperti pertumbuhan cepat, tingkat kematian yang lebih rendah,
harga jual yang tinggi, dan warna bulu yang beragam. Ayam KUB juga memiliki
beberapa hasil yang bisa dipanen dan dijual, berupa telur dan ayam bibit. Banyak
sekali usaha peternakan yang bisa memberikan keuntungan, salah satunya usaha
ternak ayam, Di Indonesia peluang usaha ternak ayam masih cukup menjanjikan.
Tak jarang banyak orang yang beralih profesi dari karyawan menjadi
pengusaha ternak.
Kebutuhan daging ayam dan telur ayam masih sangat tinggi di Indonesia,
sehingga peluang menjanjikan dari bisnis ternak ayam potong dan ayam petelur

1 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


sangat tinggi. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam usaha peternakan mulai dari
tempat yang tersedia, pemilihan bibit, pakan yang terjaga, kebersihan kandang,
hingga pemeliharaan ternak, bagi pemula yang ingin berternak sudah seharusnya
mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan dalam usaha peternak ayam.
Kandang merupakan faktor penting dalam usaha peternakan ayam KUB.
Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa produksi. Pada prinsipnya
kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan
memenuhi persyaratan teknis dan nyaman bagi ternak. Bentuk kandang dan kondisi
tempat yang tersedia, keadaan tahan yang dipergunakan, biaya yang tersedia dan
bahannnya harus menjadi pertimbangan demi kenyamanan ayam. Kandang
berfungsi antara lain untuk berlindung ternak dari panas dan hujan, dan
mempermudah tatalaksana dan untuk melindungi bahaya dari predator. Suhu dan
kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap produktifitas, karena suhu dan
kelembaban menentukan tingkat kenyamanan bagi ayam. Tefa Ungga Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang yang digunakan sebagai menganalisis kondisi
kandang pada peternakan tersebut, yang bertujuan mengetahui kondisi lingkungan
perkandangan pada peternakan tersebut yang bermanfaat menentukan masukan
tatalaksana yang sesuai sehingga ayam merasa nyaman agar produktivitas dapat
maksimal.

B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan praktikum ayam KUB adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Lingkungan Ternak.
2. Tujuan praktikum ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak) adalah untuk
mempelajari budidaya, manajemen, dan karakteristik ayam KUB.
3. Praktikum ini bertujuan untuk memahami cara beternak ayam KUB,
mengelola produksi telur, dan memahami karakteristik serta kebutuhan ayam
KUB dalam pemeliharaannya.
C. Manfaat Praktikum
1. Mempelajari budidaya ayam KUB Praktikum ini membantu memahami cara
merawat dan menangani ayam KUB dengan benar.
2. Memahami karakteristik dan keunggulan ayam KUB: Praktikum ayam KUB
memungkinkan Kami untuk memahami sifat produksi telur tinggi, dan
kemampuan ayam KUB yang lebih tahan terhadap penyakit
3. Mengintegrasikan pengetahuan teoritis: Praktikum ini membantu Kami
mengintegrasikan pengetahuan teoritis tentang ayam KUB dengan pengalaman
praktis.

2 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Perkandangan
Perkandangan pada ternak unggas merupakan kumpulan dari unit-unit
kandang dalam peternakan unggas. Pada pemeliharaan unggas secara ekstensif,
kandang hanya berfungsi sebagai tempat istirahat atau tidur di malam hari dan
bertelur. Pada pemeliharaan secara semi intensif, fungsi kandang meningkat selain
sebagai tempat istirahat atau tidur di malam hari juga berperan dalam melakukan
sebagian kegiatan seperti makan dan berproduksi. Pada pemeliharaan secara
intensif kandang berperan sangat besar sebagai tempat unggas untuk istirahat,
makan,minum, berproduksi, dan semua aktifitas unggas dilakukan di dalam kandang
(Achmanu dan Muharlien, 2011).
Ada beberapa macam tipe perkandangan yaitu kandang terbuka (Open House) dan
kandang tertutup (Closed House). Kandang merupakan bangunan yang digunakan
sebagai tempat tinggal atau tempat berteduh dari cuaca yang beriklim panas, hujan,
angin kencang dan gangguan lainnya serta memberikan rasa nyaman bagi ayam
(Mulyantini, 2010).
Lokasi peternakan yang ideal biasanya jauh dari lokasi pemukiman penduduk,
namum memiliki akses transportasi yang lancar. Jarak antar peternakan juga perlu
diperhatikan, minimal 1 km (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pemilihan letak kandang
harus memperhatikan kondisi tanah, masuknya sinar matahari, ketersediaan sumber
air, arah angin, transportasi lancar, terisolir dan mudah diperluas (Mulyantini, 2010).
Tujuan dari mengatur kepadatan ayam dalam kandang adalah untuk
menjaga agar lingkungan dalam kandang tetap nyaman dan ayam mempunyai ruang
yang cukup untuk makan dan minum, sehingga pertumbuhan lebih seragam dan
kualitas karkas baik secara optimal dalam pencapaian indek performance-nya.
Tingkat kepadatan yang cukup tinggi dalam kandang dapat menurunkan daya
dukung lingkungan untuk ayam. Tingkat kepadatan ayam yang cukup tinggi dalam
kandang akan meningkatkan temperatur lingkungan kandang, ruang untuk ayam
dapat maka dan minum menjadi sempit sehingga ayam kesulitan untuk mencapai
tempat makan dan minum, serta kualitas udara dalam kandang pun menjadi
menurun.
Kondisi ini tentunya menyebabkan ayam jadi mudah mengalami stress dan
dapat menurunkan daya tahan tubuhnya terhadap infeksi penyakit serta
pertumbuhan ayam menjadi tidak merata (Primavatecom, 2005). Kandang yang
panas dan lembab akan menyulitkan ternak menyeimbangkan panas tubuhnya untuk
itu maka kepadatan kandang optimum. 8 ekor/m2 (Nuriyasa, 2003). Kepadatan yang
normal biasanya 1 m : 10 ekor, ini dikarenakan dengan sistem kandang tertutup

3 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


maka suhu ruangan bisa diatur lebih dingin, sehingga untuk kepadatan lebih efisien
(Sulistyoningsih,2003).
Bangunan atau konstruksi kandang terdiri dari atap, dinding dan lantai.
Konstruksi ini juga dapat dijadikan dasar tipe atau jenis kandang yang digunakan
oleh peternak tersebut (Suprijatna et al., 2005). Konstruksi kandang yang baik rata-
rata bisa bertahan 10-20 tahun. Prinsipnya kandang harus dibuat dari bahan yang
kuat dan tahan lama. Banyak bentuk dan konstruksi kandang yang bisa dibangun
tetapi semuanya harus didasarkan pada kegunaan dan rencana usaha yang
dijalankan (Fadilah et al., 2007).

B. Pakan
Secara umum, kebutuhan gizi untuk ayam tertinggi selama minggu awal (0--8
minggu) dari kehidupan. Oleh karena itu, perlu diberikan ransum yang cukup
mengandung energi, protein, mineral, dan vitamin dalam jumlah yang seimbang.
Faktor lainnya adalah perbaikan genetik dan peningkatan manajemen pemeliharaan
ayam kampung harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan (Setioko dan
Iskandar, 2005).

Kebutuhan nutrisi ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ayam kampung


Nutrisi Umur (minggu)
0-12 12-22 22 keatas
Energi (Kkal/kg) 2.600 2.400 2.400-2.600
17-20 14 14
Protein (%)
Kalsium (%) 0,9 1 3,4
Fosfor (%) 0,45 0,45 0,34
Metionin (%) 0,37 0,21 0,22-0,30
Lisin (%) 0,87 0,45 0,68
Sumber : Nawawi dan Norrohmah (2002)

Sampai saat ini standar gizi ransum ayam kampung yang dipakai di Indonesia
didasarkan rekomendasi Scott et al. (1982) dan NRC (1994). Menurut Scott et al.
(1982), kebutuhan energi metabolis ayam tipe ringan umur 2--8 minggu antara 2.600-
-3.100 kkal/kg dan protein ransum antara 18--21,4% sedangkan menurut NRC
(1994). kebutuhan energi metabolis dan protein masing-masing 2.900 kkal/kg dan
18%. Menurut Ayu dan Wijana (2011), penggunaan level energi 3.100 kkal/kg dengan
protein kasar 22% protein dan level energi 2.900 kkal dengan 18% protein kasar
memengaruhi berat badan dan berat karkas ayam kampung nyata lebih baik (P<0.05)
dibandingkan dengan level energi 2.800 kkal dengan 16% protein. Akan tetapi

4 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


penggunaan seluruh levelv energi 3.100 kkal dengan 22% protein kasar sampai
2.800 kkal dengan 16% protein kasar dalam ransum memberikan pengaruh tidak
nyata terhadap berat potong, persentase karkas dan organ dalam ayam kampung
umur 10 minggu. Ayam kampung umur 0--10 minggu disarankan untuk menggunakan
level energi 3.100--2.900 kkal/kg dan 22--18% protein untuk pertumbuhan dan
produksi karkas .
Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak
apabila ransum tersebut diberikan secara ad-libitum selama 24 jam. Jumlah
konsumsi ransum merupakan faktor terpenting dalam menentukan jumlah nutrien
yang didapat oleh ternak dan pengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1999).
Konsumsi ransum yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang
dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat pertumbuhan lemak dan daging.
Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang
dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi, 1994).
Menurut Piliang (2000), konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, bobot badan, jenis
kelamin, suhu lingkungan, keseimbangan hormonal, dan fase pertumbuhan. Suhu
yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya
konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar
sehingga daya tahannya juga menurun.
Konsumsi ransum yang tinggi pada keturunan ayam persilangan terkait
dengan pertambahan bobot badan (PBB) yang tinggi dan berpostur berat. Ayam
berbobot badan tinggi membutuhkan konsumsi ransum yang lebih banyak untuk
kebutuhan pokok maupun pertumbuhan. Jumlah konsumsi ransum tergantung pada
kebutuhan yang dipengaruhi oleh besar badan dan pertambahan bobot badannya
(Rahayu et al., 2010). Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan
pertambahan bobot badan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Konsumsi ransum
tiap ekor ternak berbeda–beda.
Tabel 2. Kebutuhan pakan ayam kampung

Umur KONSUMSI Bobot Badan


(hari) (G/EKOR/HARI) (g)
1 9A 45a
2 18a 65a
3 27a 95a
4 34a 130a
5 41a 180a
6 45a 240a
7 46a 310a
8 47a 360a
9 41--44b 660b

5 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


10 44—47b 720b
11 48--52b 770b
12 51—55b 830b
Sumber a. Sudaryani dan Santoso (1995)
b. Murtidjo (1994)

Umur KONSUMSI
(hari) (G/EKOR/HARI)
1 35
2 70
3 105
4 140
5 175
6 245
7 315
8 385
9 455
10 525
Sumber : Aryanti et al (2013)

Rata–rata konsumsi ransum ayam kampung super umur 3--7 minggu yang
diberikan ransum ad-libitum sebesar 400,98 g/ekor/minggu (Wicaksono, 2015).
Kandungan energi dan protein dalam ransum dapat memengaruhi jumlah dari
konsumsi ransum ayam. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan
pertambahan berat badan (Sidadolog dan Yuwanta, 2011). Ransum yang di
konsumsi pada malam hari lebih banyak, sangat efisien dan ransum yang
dikonsumsi pada malam hari akan dialokasikan untuk pembentukan jaringan
tubuh, ransum dengan jumlah sedikit pada siang hari akan menekan panas yang
terbuang sia–sia karena proses metabolisme, sehingga ayam tidak mengalami
tekanan panas yang tinggi (Fijana et al., 2012).
Proporsi pemberian ransum dan cahaya pada malam hari bertujuan
memberikan kesempatan bagi ternak agar dapat beristirahat dari aktivitas makan
demi mendukung proses pencernaan di dalam tubuh sehingga dapat berlangsung
secara optimal dan mengurangi pengeluaran energi (Lewis dan Gous, 2007).
Ayam melakukan aktivitas pada siang hari dan beristirahat pada malam hari. Ayam
beraktivitas bila adanya cahaya yang diterima oleh retina mata. Hal ini diatur oleh
hormon melatonin yang dirangsang oleh keberadaan cahaya (Cornetto dan
Esteves, 2001).
Konsumsi ransum yang banyak akan mempercepat laju perjalanan makanan
dalam usus, karena banyaknya ransum akan memenuhi saluran pencernaan,
semakin cepat laju makanan meninggalkan saluran pencernaan maka hanya
6 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG
sedikit zat–zat makanan yang mampu diserap tubuh ternak. Proses pencernaan
yang relatif pendek pada unggas berjalan kurang lebih 8--12 jam (Scanes et al.,
2004).
Konsumsi protein merupakan konsumsi zat-zat organik yang mengandung
karbon, hidrogen, nitrogen sulfur dan fosfor (Anggorodi, 1995). Menurut Wahju
(2004), besarnya konsumsi ransum tergantung pada kandungan protein ransum.
Gultom (2014), menyatakan bahwa konsumsi protein yang tinggi akan
memengaruhi asupan protein pula ke dalam daging dan asam-asam amino
tercukupi di dalam tubuhnya sehingga metabolisme sel-sel dalam tubuh
berlangsung secara normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Tampubolon dan
Bintang (2012) yang menyebutkan bahwa asupan protein dipengaruhi oleh jumlah
konsumsi ransum. Ransum yang energinya semakin tinggi maka semakin sedikit
protein yang dikonsumsi, demikian sebaliknya bila energi pakan rendah protein
yang dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi kebutuhannya.
Asupan protein berperan penting dalam proses deposisi protein melalui
sintesis dan degradasi protein (Suthama et al., 2010). Winedar et al., (2006)
melaporkan bahwa konsumsi protein ransum broiler sebesar 13,49 g/ekor/hari dan
semakin meningkat sampai dengan 16,79 g/ekor/hari sampai umur 5 minggu.
Menurut Mide dan Harfiah (2013), konsumsi protein broiler sampai umur 6 minggu
sebesar 124,49g/ekor/minggu dengan pemberian energi metabolis 3.034 kkal/kg
dan protein kasar 18,07%. Penelitian Aisjah et al., (2007) menyatakan bahwa
suplementasi metionin sampai dengan 0,12% dalam ransum broiler umur 6
minggu tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi protein 23,42--23,53
g/ekor/hari dengan energi metabolis berkisar 2.900 kkal/kg.

C. Lingkungan
Dalam pemeliharaan ayam kampung, faktor lingkungan mempengaruhi
kondisi kandang, yang merupakan tempat ayam beristirahat atau beraktivitas.
Kondisi kandang yang baik sangat berperan penting terhadap pencapaian
produksi performa ternak, sehingga perlu adanya kajian ilmiah terhadap model
kandang yang digunakan dalam pemeliharaan. Selain itu, penelitian lain
menyoroti pengaruh faktor lingkungan seperti kecepatan angin, pencahayaan,
kelembaban, dan suhu terhadap produksi telur ayam.
Adapun lingkungan yang mempengaruhi antara lain :
Ventilasi sangat penting untuk mewujudkan kenyamanan dan pertukaran udara
yang terus menerus agar menjaga kesegaran udara (Murtidjo, 1987). Kandang
memiliki sistem ventilasi berupa blower, cooling pad yang berfungsi untuk
mengatur suhu, kecepatan angin dan kelembapan (Kartasudjana dan Suprijatna,
2010). Cooling pad di pasang di bagian samping kiri dan kanan depan kandang
yang berfungsi untuk memasukkan udara kedalam kandang, udara kotor atau

7 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


panas dapat disaring oleh celdek pada cooling pad yang berfungsi sebagai
penyaring dan apabila udara dari luar panas masuk kedalam kandang maka air
pada motor cooling pad akan turun melalui celdek supaya udara yang masuk ke
dalam kandang akan terasa dingin dan ayam akan merasa tetap nyaman pada
suhu lingkungan dalam kandang (Indrawansyah, 2014).

D. Moditifikasi Lingkungan
1. Desain Kandang:
Ukuran Kandang: Pastikan kandang cukup besar untuk menampung jumlah
ayam dengan baik, dengan memberikan setidaknya 1 hingga 2 meter persegi
per ekor ayam.
Ketinggian Kandang: Kandang harus cukup tinggi untuk memungkinkan ayam
berkeliaran dengan nyaman dan menghindari pemerasan sosial.

2. Material Kandang dan Lantai:


Material yang Aman dan Tahan Lama:
Pilih material yang tidak beracun dan tahan lama untuk konstruksi kandang,
seperti kayu berkualitas tinggi atau baja galvanis.
Lantai yang Mudah Dibersihkan: Gunakan lantai yang mudah dibersihkan,
seperti semen atau kayu yang dilapisi dengan bahan anti air.

3. Ventilasi:
Ventilasi yang Baik: Pastikan kandang memiliki sistem ventilasi yang baik
untuk memastikan sirkulasi udara yang cukup tanpa menciptakan angin
kencang.
Jendela atau Ventilasi Alami: Sediakan jendela atau ventilasi alami untuk
memberikan cahaya alami dan udara segar.

4. Pencahayaan:
Pencahayaan Alami: Berikan akses cahaya alami sebanyak mungkin dengan
memastikan adanya jendela yang cukup besar.
Penerangan Buatan: Jika diperlukan, tambahkan penerangan buatan dengan
lampu hemat energi untuk memberikan cahaya selama setidaknya 12-16 jam
sehari.

5. Pakan dan Air:


Tempat Makan dan Minum: Sediakan tempat makan dan minum yang bersih,
mudah diakses, dan terlindungi dari elemen luar.
Pakan Berkualitas: Pastikan pakan yang diberikan memiliki komposisi nutrisi
yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ayam kampung.

6. Akses ke Lingkungan Alami:


Ruang Outdoor: Jika memungkinkan, berikan akses ke ruang luar untuk
memungkinkan ayam mencari makanan tambahan dan bergerak secara
alami.
Pertimbangkan Pagar atau Tenda: Agar tetap aman dari predator,
pertimbangkan pembatas fisik seperti pagar atau tenda khusus.
8 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG
7. Kebersihan:
Sistem Pengelolaan Kotoran: Tentukan metode pengelolaan kotoran yang
efisien, seperti penggunaan jerami atau sistem kotoran yang dapat diolah
menjadi pupuk.
Bersihkan Rutin: Lakukan pembersihan rutin untuk mencegah penumpukan
kotoran yang dapat menyebabkan kondisi yang tidak sehat.

8. Perlindungan dari Predator:


Konstruksi yang Kuat: Pastikan kandang dan area luar dilindungi dengan
konstruksi yang kuat dan aman dari predator.
Pemeriksaan Rutin: Lakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan tidak ada
celah atau kerusakan yang dapat dimanfaatkan oleh predator.

9. Pemeriksaan Kesehatan:
Area Isolasi: Sediakan area isolasi untuk ayam yang sakit atau baru masuk.
Monitor Kesehatan: Periksa ayam secara rutin untuk tanda-tanda penyakit,
dan ambil tindakan pencegahan seperti vaksinasi.

10. Enrichment dan Hobi:


Mainan dan Objek: Sediakan mainan atau objek lainnya untuk memberikan
stimulasi mental dan fisik.
Variasi Aktivitas: Berikan variasi dalam kegiatan sehari-hari untuk mencegah
kebosanan.

9 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BAB III
MATERI DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan praktikum observasi kandang kambing dilaksanakan pada tanggal
13 Desember 2023. Kegiatan praktikum observasi kandang kambing
dilaksanakan di Unggas Di Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

B. Alat
1. Alat Pelindung diri Contoh : Warepack dan Sepatu Boot.
2. Alat Tulis.
3. Pengukur suhu.
4. Pengukur Kelembaban (hygrometer).
5. Pengukur kecepatan angin (anemometer).

Bahan
1. Ayam KUB
Bahan yang digunakan adalah 20 ekor ayam KUB dewasa
2. Ransum
Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah ransum berbentuk mash
dengan bahan jagung, dedak, buras, dan layer. Dengan kandungan kadar
air sebanyak 10,6%, Protein kasar 17,44% dan lemak kasar sebanyak 2,2%

Kandungan bahan Nutrisi Jumlah nutrisi Total


ransum
Jagung 9% 9/100 x30 = 2,7
Buras 14% 14/100 x30 = 4,2
Layer 32% 32/100 x30 = 6,4
Dedak 11% 11/100 x20 = 2,2
Jumlah Protein Kasar 15,6

C. Metode Pelaksanaan
Diperlukan metode pelaksanaan hasil praktikum dalam bentuk laporan,
diantaranya:
1. Diskusi dan wawancara
Diskusi dan wawancara dilakukan oleh Bapak yang mengurus kandang
Tefa Unggas di Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang mengenai
hal-hal yang ingin diketahui dan dibutuhkan yang berkaitan dengan tujuan
praktikum seperti jenis pakan, pemberian pakan,senitasi, pengobatan atau

10 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


vaksinasi, tinggi kandang, luas kandang, panjang kandang, dan jumlah kandang.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan ikut dalam
praktikum yang dikerjakan di Tefa Unggas yang mendukung pengerjaan dalam
membuat laporan pengumpulan data meliputi catatan atau dokumentasi kegiatan
praktikum yang berisi tentang observasi kandang kambing di Tefa Unggas
Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.
3. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan diperoleh dari apa yang dikerjakan selama praktikum di
Tefa Unggas Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

11 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BAB IV
PEMBAHASAN

A. Perkandangan
1. Pengamatan Lingkungan Kandang

1. Pengukuran suhu luar kandang : 31,0°C


2. Pengukuran suhu dalam kandang : 31,1°C
3. Pengukuran kelembeban luar kandang : 5,7%
4. Pengukuran kelembaban dalam kandang : 5,8%
5. Pengamatan arah dan kecepatan angin : Utara dan 35,0°C
6. Pengukuran ketinggian tempat : 626.3 m

Gambar 4.1 Pengamatan Lingkungan Kandang.

2. Pengamatan Desain Kandang


a) Pengamatan orientasi kandang : Ke arah barat
b) Tinggi kandang :3–4m
c) Ventilasi kandang : Sangat baik
d) Intensitas matahari : Cukup terang
e) Desain atap : Gable
f) Bahan atap : Asbes Gelombang
g) Desain dinding : Semi Close House
h) Bahan dinding : Kawat

12 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


i) Desain lantai : Cor – coran (semen)
j) Bahan lantai : Semen dan pasir
k) Peralatan Kandang : tempat pakan, tempat
minum, kandang baterai, lemari etalase

Gambar 4.2 Pengamatan Desain Kandang.

3. Pengamatan Ternak
a) Jumlah Ternak
Dewasa : 20
Anak : 140
b) Kepadatan Ternak : ukuran kandang : 5 x 10 m = 50m
jumlah ternak : 500 ekor
500 : 50 = 10 m untuk 1 ekor ayam
c) Tingkah laku ternak (Jumlah nafas, denyut jantung,
keaktifan ternak) : denyut jantung 170 kali / menit, sangat aktif

B. Pakan
1. Formula Ransum (Bahan) :
- Jagung
- Buras
- Layer
- Dedak

13 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


2. Kandungan Nutrisi Ransum :
Kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 21,51% (Wijianto, 2016)
14 – 20% (Zarei dkk., 2012) energi metabolik mencapai 1.817-2.654
kkal/kg (Pongprayoon dkk., 2010).Kandungan nutrisi BIS adalah protein
kasar 15,74%, bahan kering 89,73%, lemak kasar 7,20%, serat kasar
20,42%, lignin 14,19%, selulosa 25,26%, hemiselulosa 28,61%, neutral
detergent fiber (NDF) 65,26%, acid detergent fiber (ADF) 36,65% dan
energi metabolisme 2.017,87 kal/kg (Sinurat dkk., 2013).

3. Pemberian Minum : Addibitum (Air murni)

Gambar 4.3 Pakan Dan Pemberian Minum.

C. Manajemen Pemeliharaan
1) Penerapan K3
Atribut K3 : Baju katelpack, Sepatu boot
APD :-
Pemadam kebakaran :-
2) Biosecurity :Penyemprotan dekstan setiap 1 bulan sekali.
3) Sanitasi : Disapu lalu disemprot dengan air sampai bersih
4) Metode pemilihan bibit : Inseminasi buatan dan dikawinkan secara
alami
5) Bangsa/ strain : KUB Petelur

14 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


6) SOP Harian Tenaga Kerja oleh petugas :
Pada waktu pagi setengah 8 bapak petugas Ayam KUB datang
untuk memberi makan serta merawat ayam KUB, dengan
menggunakan atribut sepatu boots, masker dan lain sebaga

15 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum observasi kandang ayam KUB yang dilakukan
di Tefa Unggas Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang dapat
disimpulkan :
1. Pelaksanaan praktikum wawancara dan diskusi yang dilaksanakan di Tefa
Unggas memiliki nilai yang sangat berguna bagi mahasiswa terutama
menambah pengalaman dan wawasan dalam belajar.
2. Pengalaman yang didapat oleh mahasiswa sangatlah banyak antara lain
pembelajaran mengenai pemeliharaan pada ternak ayam KUB dan semua
itu akan menambah pengetahuan yang selain yang diperoleh di kampus .

B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Kepada pihak Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang agar
tetap menyelenggarakan program praktikum sebagai bekal mahasiswa
bekerja atau usaha nanti.
2. Kepada pihak Bapak ataupun Dosen agar senantiasa berpartisipasi
membantu program pendidikan terutama memberikan bekal ilmu di tempat
praktikum bagi mahasiswa. Peran serta pihak kampus turut membantu pula
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap pakai di
lapangan kerja nanti.

16 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


DAFTAR PUSTAKA

Cahyono dan Bambang, 1995, Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging
(broiler).Penerbit Pustaka Nusaama: Jogyakarta.

Fadillah.R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT Agromedia Pustaka:. Ciganjur.


R,2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia pustaka:
Jakarta

Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandang Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta

Rasyaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta

Sugandi, 1978. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 2020 Periode Starter
Finisher. PT. Janu Putro Sentosa: Bogor

Akmal, S., Andayani, J., & Novianti. (2004). Evaluasi perubahan kandungan NDF, ADF dan
hemiselulosa pada jerami padi amoniasi yang difermentasi dengan menggunakan EM-4. J.
Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 7(3), 168–173.

Anggorodi, R. (1985). Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama.

North, M. O. (1978). Commercial chicken production manual (2nd ed.). Avi Publ. Co. Inc.
Westport. Nutrient Requirements of Dairy Cattle: Eighth Revised Edition.

https://doi.org/10.17226/25806 Perry, T. W. (Ed.).

https://ditjenpkh.pertanian.go.id/berita/57-beternak-ayam-kampung-intensif-ramah-
lingkungan

http://eprints.undip.ac.id/52864/3/Bab_II.pdf

https://hobiternak.com/cara-mudah-meningkatkan-produktifitas-telur-dalam-ternak-ayam-
kampung/

https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/72909/laporanAkhir_A44100009_.p
df?sequence=1

17 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


LAMPIRAN

Lampiran 1. Mewawancarai Petugas Kandang

Lampiran 2. Tandon Sebagai Tampungan Air

Lampiran 3. Alat Sebagai Pengukur Suhu Dan Kelembaban

18 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


Lampiran 4. Alat Sebagai Pengukur Arah Dan Kecepatan Angin

19 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

Anda mungkin juga menyukai