Anda di halaman 1dari 14

ETIKA BISNIS DAN PROFESI AKUNTAN

“Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan Etis”

Nama Dosen :

Ni Luh Putu Widhiastuti, SE., M.Si

Nama Kelompok 5 :

Ni Luh Wayan Rika Ari Rahayu (13)


Ni Made Widia Sari (22)
Ni Nyoman Purnama Sari Devy (25)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam masyarakat kelompok maupun individu pasti memiliki nilai-nilai
etika, adanya nilai-nilai etika dalam diri setiap individu dapat mengurangi
terjadinya perilaku yang tidak diinginkan dan merugikan orang lain. Etika
mengacu pada perilaku manusia yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
antara benar dan salah.
Pengambilan keputusan etis didasarkan pada beberapa aspek penting, seperti
norma etika, nilai-nilai, dan konflik norma. Norma etika adalah aturan atau prinsip
moral yang diakui secara umum oleh masyarakat. Nilai-nilai adalah prinsip-
prinsip moral yang mendasari tindakan dan perilaku seseorang atau organisasi.
Konflik norma terjadi ketika dua atau lebih norma etika saling bertentangan.
Pengambilan keputusan etis juga melibatkan pertimbangan terhadap dampak
tindakan pada berbagai pihak yang terlibat, termasuk karyawan, pelanggan,
masyarakat, dan lingkungan. Selain itu, pengambilan keputusan etis juga
mempertimbangkan prinsip-prinsip seperti keadilan, kesetaraan, kebebasan, dan
tanggung jawab sosial. Pengambilan keputusan etis sangat penting dalam dunia
bisnis dan organisasi karena dapat mempengaruhi reputasi dan citra perusahaan.
Selain itu, pengambilan keputusan etis juga dapat meningkatkan kepercayaan
dan loyalitas pelanggan, meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan, serta
memperkuat hubungan dengan mitra bisnis dan pihak-pihak terkait lainnya.
Dalam kesimpulannya, pengambilan keputusan etis adalah proses penting dalam
manajemen keputusan yang melibatkan pemilihan dan pengambilan keputusan
yang berdasarkan nilai-nilai etis dan norma etika. Pengambilan keputusan etis
dapat membantu individu atau organisasi memahami dan memilih tindakan yang
sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang mendasarinya, serta
mempertimbangkan dampak tindakan pada berbagai pihak yang terlibat.
Dalam bidang akuntansi, perilaku etis juga penting diterapkan di dalam dunia
pendidikan khususnya di perguruan tinggi, agar dapat membentuk perilaku
mahasiswa untuk menjadi individu yang profesional. Dengan begitu dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang jujur, bermoral, dan memiliki perilaku
etis yang tinggi. Pemahaman mahasiswa akuntansi terhadap perilaku moral dan
pertimbangan etis meningkatkan kesadaran mereka dan mempersiapkan mereka
menghadapi tantangan dunia kerja.
Dalam dunia bisnis, terdapat beberapa kasus pemalsuan laporan keuangan yang
melibatkan akuntan ataupun kasus pelanggaran-pelanggaran etika bisnis yang
dilakukan oleh pelaku bisnis, dimana hal ini menyebabkan kerugian diberbagai
pihak yang terlibat seperti karyawan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan analisis biaya manfaat ?
2. Apa contoh analisis etis untuk pemecahan masalah ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dalam penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui analisis biaya manfaat.
2. Untuk mengetahui contoh analisis etis untuk pemecahan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Biaya-Manfaat


2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Manfaat
Analisis biaya-manfaat (Cost benefit analysis) adalah proses analisis
perkiraan keuntungan yang akan didapatkan berdasarkan perhitungan biaya
dan manfaat dalam suatu proyek. Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
memastikan bahwa proyek tersebut bisa menghasilkan Return Of Investment
(ROI) yang tinggi. Ciri-ciri sebuah perusahaan berhasil mendapatkan ROI
yang baik adalah bisnis tersebut berhasil menerima pendapatan yang lebih
besar dari yang dibelanjakan. Dengan kata lain, bisnis tersebut benar-benar
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Dalam ISO 31000 disebutkan bahwa setidaknya ada 5 opsi perlakuan
risiko yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Menghindari risiko (memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan
kegiatan yang menimbulkan risiko).
b) Eksploitasi risiko (mengambil atau meningkatkan suatu risiko untuk
mengejar kesempatan).
c) Mengubah risiko (menghilangkan sumber risiko serta mengubah tingkat
kemungkinan dan konsekuensi suatu risiko).
d) Membagi risiko (membagi risiko kepada satu atau berbagai pihak seperti
asuransi dan outsourcing).
e) Menerima risiko (mempertahankan risiko dengan menanggung segala
akibat yang mungkin diterima).

Setiap opsi perlakuan risiko memiliki tujuannya masing-masing,


pemilihan opsi perlakuan yang tepat dapat membantu organisasi
meningkatkan efisiensi biaya dalam pengelolaan risiko. Analisis
biaya/manfaat atau CBA merupakan salah satu teknik penilaian risiko yang
membantu penggunanya untuk memilih atau memutuskan opsi perlakuan
mana yang perlu diambil untuk suatu risiko.
Dalam prosesnya, analisis biaya/manfaat akan mempertimbangkan
tingkat efisiensi biaya dan tingkat manfaat yang dapat diperoleh dari setiap
perlakuan yang tersedia. Semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan semakin
tinggi manfaat yang diperoleh dari sebuah perlakuan risiko, maka semakin
besar kecenderungan perlakuan tersebut dipilih.

2.1.2 Tujuan Biaya-Manfaat


Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
a. Menentukan proyek apa yang harus dilakukan
b. Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek

Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:


1. Organisasi sektor swasta
a) Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.
b) Perkiraan dampak pencemaran terhadap Masyarakat.
c) Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publik
evaluasi alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye
kepentingan umum.
d) Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa,
mata, tungkai dan lain-lain.
e) Perhitungan waktu luang.
2. Organisasi sektor publik
Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya
untuk:
a) Program Kesehatan
b) Program Pendidikan
c) Fasilitas rekreasi
d) Proyek konservasi
e) Proyek-proyek perbaikan transportasi
f) Perumusan peraturan untuk pengendalian
g) Polusi

2.2 Contoh Analisis Etis Untuk Pemecahan Masalah


2.2.1 Contoh Analisis Etis Untuk Pemecahan Masalah
Penggunaan teknik analisis biaya/manfaat dapat dilakukan tanpa
menggunakan program khusus, sehingga penerapannya dapat dikatakan
mudah. Lebih lanjut, teknik ini sangat cocok untuk diterapkan pada risiko
yang berada di atas selera risiko namun berada di bawah toleransi risiko
(risiko dengan tingkat eksposur sedang atau menengah).Berikut ini adalah cara
menggunakan teknik CBA:
1) Menentukan Estimasi Biaya Dasar (Baseline Cost)
Biaya dasar (baseline cost) merupakan biaya yang diperoleh dari
estimasi kerugian apabila suatu risiko tetap terjadi dan memberikan
konsekuensi secara finansial tanpa melakukan upaya pengendalian.
Contoh : Jika kebakaran terjadi (risiko kebakaran) dan mengakibatkan
benda-benda terbakar atau rusaknya bangunan kantor. Pada umumnya,
biaya dasar dihitung dari biaya kerugian maksimum yang dapat
ditanggung oleh organisasi. Contohnya adalah biaya kerugian senilai
harga bangunan ditambah dengan kerusakan peralatan kantor.
a) Biaya kehilangan kantor = Rp1.000.000.000,00.
b) Biaya kerusakan peralatan kantor = Rp60.000.000,00 +
Maka total biaya dasarnya adalah = Rp1.060.000.000,00

2) Menentukan Estimasi Biaya Residual (Residual Cost)


Biaya residual (residual cost) merupakan biaya sisa yang diperoleh
dari estimasi kerugian apabila suatu risiko tetap terjadi dan memberikan
konsekuensi secara finansial setelah melakukan upaya pengendalian.
Contohnya adalah ketika kebakaran tidak bisa dihindari dan dicegah,
terdapat beberapa atau bahkan semua benda-benda yang hangus terbakar.
Biaya kerugian yang ditanggung akibat peristiwa risiko yang terjadi ini
disebut sebagai biaya residual.
Contoh perhitungan biaya residual adalah sebagai berikut:
a) Biaya kerusakan peralatan kantor = Rp50.000.000,00
b) Biaya perbaikan kantor = Rp200.000.000,00 +
Maka total biaya residualnya adalah = Rp250.000.000,00.
Pada situasi lainnya, organisasi dapat saja membeli asuransi
sehingga beberapa atau seluruh kerugian yang ditanggung oleh
organisasi menjadi tanggungan perusahaan asuransi. Oleh karena itu,
organisasi menanggung biaya kerugian sebesar Rp0,00 (tidak ada biaya
kerugian yang ditanggung oleh organisasi).

3) Menghitung Biaya Implementasi (Implementation Cost)


Biaya Implementasi (Implementation cost) merupakan biaya yang
dihitung dari total biaya yang dikeluarkan oleh organisasi untuk
melakukan upaya atau tindakan pengendalian untuk mengelola risiko.
Contohnya seperti total biaya yang dikeluarkan untuk membeli pemancar
air (water sprinkler) alat pemadam api ringan, pendeteksi asap (smoke
detector), dan lain-lainnya untuk mencegah kebakaran di suatu kantor.
Membeli asuransi kebakaran juga dapat dikategorikan sebagai upaya
pengendalian dan biaya yang dikeluarkan dari aktivitas ini juga dapat
dihitung sebagai bagian dari biaya implementasi.
Contoh perhitungan biaya implementasi adalah sebagai berikut:

a) Biaya pembelian pemancar air = Rp10.000.000,00


b) Biaya pembelian alat pemadam api ringan = Rp9.000.000,00
c) Biaya pembelian pendeteksi asap = Rp12.500.000,00 +
Maka biaya implementasinya adalah = Rp31.500.000,00

Biaya pembelian asuransi kebakaran juga dapat dimasukkan ke


dalam komponen biaya dasar. Biaya dasar untuk pembelian asuransi
dapat dihitung dari total nilai premi yang dibayarkan hingga organisasi
selesai membayar premi tersebut. Misalnya saja organisasi hanya perlu
membayar premi sampai dengan tahun kelima, setelah tahun kelima
premi tidak perlu dibayarkan lagi.

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut

5 (tahun) x 12 (bulan) x Rp5.000.000,00. (nilai premi per bulan) =


Rp300.000.000,00.
Jadi, total biaya implementasinya adalah Rp331.500.000,00.

4) Menghitung Manfaat
Manfaat merupakan hasil dari perhitungan biaya dasar dikurangi
dengan biaya residual. Perhitungan manfaat dimaksudkan untuk
mengukur seberapa besar estimasi biaya yang tidak perlu dikeluarkan
oleh organisasi terkait dengan suatu risiko apabila upaya pengendalian
berhasil dilakukan dan menurunkan tingkat kerugian yang dapat dialami
oleh organisasi. Contoh perhitungan manfaat adalah sebagai berikut:

Contoh :

Manfaat = biaya dasar – biaya residual

Manfaat = Rp1.060.000.000,00 - Rp250.000.000,00 = Rp31.500.000,00

5) Menghitung Analisis Biaya/Manfaat


Analisis biaya/manfaat dihitung dengan membandingkan antara nilai
manfaat yang diperoleh dengan total biaya implementasi yang dikeluarkan
oleh organisasi. Analisis biaya/manfaat dapat dihitung dengan perhitungan
sebagai berikut:
Contoh :

𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
Analisis biaya/manfaat =(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑚𝑝𝑙𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖) 𝑥100%

𝑅𝑝 810.000.000
Analisis biaya/manfaat =(𝑅𝑝 331.500.000) 𝑥100%

Analisis biaya/manfaat = 244,345%

6) Memberikan Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan dari teknik ini setidaknya
sebanyak 2 rekomendasi, antara lain:
a) Perlakuan risiko layak untuk diterapkan
Rekomendasi ini dapat dipilih apabila nilai perhitungan dari analisis
biaya/manfaat lebih besar dari (>) 100%.
b) Perlakuan risiko tidak layak untuk diterapkan
Rekomendasi ini dapat dipilih apabila nilai perhitungan dari analisis
biaya/manfaat lebih kecil dari (<) 100%.

Di sisi lain, dalam teknik ini terdapat area yang abu-abu (grey area).
Grey area yang dimaksud adalah apabila nilai perhitungan dari teknik ini
sama dengan (=) 100% atau nilainya mendekati 100%, contohnya 97%
atau 103%. Apabila situasi seperti ini terjadi, maka pengguna teknik ini
disarankan untuk melakukan analisis lebih mendalam terkait manfaat dan
dampak apabila perlakuan risiko tersebut diterapkan maupun tidak
diterapkan.
Analisis lanjutan dapat dilakukan dengan cara mencari dan
membandingkan alternatif perlakuan risiko lainnya. Pengguna teknik ini
bisa saja mendapatkan perlakuan risiko dengan manfaat yang lebih tinggi
ataupun dengan biaya implementasi yang lebih rendah.

7) Keluaran
Keluaran dari suatu analisis biaya/manfaat adalah informasi
mengenai nilai biaya dan manfaat dari berbagai opsi atau tindakan
perlakuan risiko. Hasil keluaran seperti ini dapat juga digunakan sebagai
dasar untuk membandingkan antara perlakuan satu dengan perlakuan
lainnya beserta nilai manfaat dan biayanya. Hasil perbandingan tersebut
dapat juga digunakan sebagai dasar pertukaran / campur dan padu (mix
and match) antara suatu risiko dengan perlakuan risiko satu dan yang
lainnya. Pada akhirnya, teknik ini akan memberikan keluaran berupa
rekomendasi apakah suatu perlakuan risiko layak untuk diterapkan atau
tidak.

2.2.2 Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Perusahaan Le Mineral


Kasus pelanggaran etika iklan yang menimpa perusahaan minuman
kemasan Le Minerale. Dalam iklan di billboard mereka, dimana Le Minerale
menggunakan gambar anak-anak tanpa didampingi orang tua dan mengklaim
produknya aman bagi bayi.
Pelanggaran ini menarik perhatian Badan Pengawas Periklanan
Perusahaan Periklanan Indonesia dan menimbulkan teguran terhadap Le
Minerale dan agency periklanannya. Dalam dunia periklanan, penting bagi
perusahaan untuk mematuhi etika periklanan yang berlaku. Etika periklanan
mencakup sejumlah aspek, termasuk klaim keamanan produk dan penggunaan
gambar anak-anak dalam iklan. Namun, Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen)
menegaskan bahwa klaim tersebut tidak boleh sembarangan. Perusahaan harus
memberikan keterangan yang lengkap dan bukti yang meyakinkan bahwa
produk mereka benar-benar aman. Melanggar ketentuan ini dapat menyebabkan
konsekuensi hukum dan merusak reputasi perusahaan.
Le Minerale mendapat teguran dari Badan Pengawas Periklanan karena
iklan billboard mereka di Jalan Gardujati, Bandung, dianggap melanggar etika
periklanan. Ketua Badan Pengawas Periklanan, Susilo Dwi Hatmanto,
mengungkapkan bahwa iklan tersebut menggunakan foto anak-anak tanpa
didampingi orang tua dan mengklaim produknya aman bagi bayi. Namun, Le
Minerale bukanlah produk yang dikhususkan untuk anak-anak.
Etika Pariwara Indonesia juga menegaskan bahwa gambar anak-anak
harus disertai dengan orang tua dalam iklan. Penggunaan anak-anak dalam iklan
membutuhkan pertimbangan khusus untuk melindungi kepentingan mereka.
Etika Pariwara Indonesia menegaskan bahwa anak-anak tidak boleh digunakan
untuk mengiklankan produk yang tidak layak dikonsumsi oleh mereka tanpa
didampingi orang dewasa.
Selain itu, iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan
yang berbahaya, menyesatkan, atau tidak pantas dilakukan oleh anak. Etika
Pariwara Indonesia juga melarang iklan yang menampilkan anak-anak sebagai
penganjur produk yang bukan untuk anak-anak. Iklan juga tidak boleh
menggunakan daya rengek (pester power) anak untuk memaksa orang tua
membeli produk terkait. Anak-anak di bawah lima tahun tidak boleh menjadi
pemeran iklan tanpa didampingi orang tua.
1. Pihak yang terlibat: Perusahaan Lee Mineral dan agency periklanannya
yang merupakan pihak yang bermasalah serta Badan Pengawa Periklanan
dan Pariwara Indonesia yaitu pihak yang memberikan teguran terkait
pelanggaran yang dilakukan oleh Perusahaan Lee Mineral.
2. Penyebab terjadinya kasus: Perusahaan Le Minerale menggunakan
gambar anak-anak tanpa didampingi orang tua dan mengklaim produknya
aman bagi bayi dimana Le Minerale bukanlah produk yang dikhususkan
untuk anak-anak hal ini kemudian mengakibatkan Perusahaan Lee Mineral
mendapat teguran dari Badan Pengawa Periklanan dan Pariwara Indonesia.
3. Etika bisnis yang dilanggar: Perusahaan Lee Mineral melakukan
pelanggaran etika bisnis yaitu pada etika iklan. Dimana dalam iklan di
billboard mereka Le Minerale menggunakan gambar anak-anak tanpa
didampingi orang tua dan mengklaim produknya aman bagi bayi, dimana
sebenarnya Lee Mineral bukanlah produk yang dikhususkan untuk bayi dan
tentunya hal ini sudah melanggar etika iklan. Dalam dunia periklanan,
penting bagi perusahaan untuk mematuhi etika periklanan yang berlaku.
Dimana etika periklanan mencakup sejumlah aspek, termasuk klaim
keamanan produk dan penggunaan gambar anak-anak dalam iklan. Namun,
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UU Perlindungan Konsumen) menegaskan bahwa klaim
tersebut tidak boleh sembarangan. Perusahaan harus memberikan
keterangan yang lengkap dan bukti yang meyakinkan bahwa produk mereka
benar-benar aman dan apabila melanggar ketentuan ini dapat menyebabkan
konsekuensi hukum dan merusak reputasi perusahaan.

Dari urain kasus di atas dapat ditarik kesimpulan, teguran yang


diterima oleh Le Minerale dan agency yang membuat iklan tersebut
menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap etika periklanan dapat
berdampak negatif bagi perusahaan. Selain menghadapi konsekuensi
hukum, seperti teguran dan denda, reputasi perusahaan juga bisa tercoreng.
Kasus Le Minerale menjadi pelajaran penting bagi perusahaan lain untuk
mematuhi aturan dan etika periklanan yang berlaku. Menjaga integritas
perusahaan dan membangun kepercayaan konsumen adalah faktor kunci
dalam menjalankan bisnis yang sukses. Dalam dunia yang semakin
terhubung dan transparan, pelanggaran terhadap etika periklanan dapat
dengan mudah tersebar dan merusak citra perusahaan. Etika periklanan
adalah aspek penting dalam menjalankan bisnis yang sukses. Klaim
keamanan yang akurat dan penggunaan gambar anak-anak dengan bijaksana
harus menjadi prioritas bagi perusahaan. Kasus Le Minerale menegaskan
pentingnya mematuhi aturan dan etika periklanan, baik dalam klaim produk
maupun penggunaan gambar anak-anak. Dengan mematuhi etika periklanan,
perusahaan dapat membangun reputasi yang kuat dan menjaga kepercayaan
konsumen.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis biaya-manfaat (Cost benefit analysis) adalah proses analisis
perkiraan keuntungan yang akan didapatkan berdasarkan perhitungan biaya dan
manfaat dalam suatu proyek. Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
memastikan bahwa proyek tersebut bisa menghasilkan Return Of Investment
(ROI) yang tinggi. Penggunaan teknik analisis biaya/manfaat dapat dilakukan
tanpa menggunakan program khusus, sehingga penerapannya dapat dikatakan
mudah. Teknik ini sangat cocok untuk diterapkan pada risiko yang berada di atas
selera risiko namun berada di bawah toleransi risiko (risiko dengan tingkat
eksposur sedang atau menengah).
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Antonius Alijoyo, C. Q. (2021). Cost/Benefit Analysis. CRMS.

Hade, I. d. (2019). Pendekatan Pengambilan Keputusan, Pendekatan Pengambilan


Keputusan Etis, Pendekatan. Artikel Biaya Manfaat, 5.

Nurani, R. d. (2023). Analisis Pelanggaran Etika Pariwara Indonesia dalam Iklan Le


Minerale versi Pesan dari Ikatan Dokter Indonesia. Jurnal Bisnis dan Kajian
Strategi Manajemen, 200.

Anda mungkin juga menyukai