Anda di halaman 1dari 12

PENILAIAN RISIKO K3 PADA RENOVASI KONSTRUKSI

MASJID DARUSSALAM BONTANG DENGAN METODE HIRARC

Rahmah Mufidah
Program Studi Teknik Industri, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali
Email : rahmahmufi@gmail.com

ABSTRAK
Proyek renovasi Masjid Darussalam Bontang merupakan proyek konstruksi gedung bertingkat
yang memiliki risiko K3 dalam pelaksanaan pembangunannya. Manajemen risiko K3 dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui, menganalisis, dan memberikan penanganan terhadap risiko K3 yang
teridentifikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode HIRARC (Hazard
Identification, Risk Assesment, and Risk Control). Menurut OHSAS 180001 : 2007, analisis
risiko menggunakan metode HIRARC dibagi menjadi 3 tahap yaitu identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan pengendalian risiko. Metode yang digunakan pada tahap identifikasi risiko pada
penelitian ini adalah observasi, brainstorming, dan wawancara dengan total enam responden yang terdiri
dari lima pekerja dan seorang pengurus masjid. Lalu pada tahap penilaian atau klasifikasi risiko dianalisis
menurut AS/NZS 4360 : 2004, tahap penanganan diperoleh dari hasil brainstorming dan wawancara
dengan pekerja dan tahap pengalokasian risiko menurut Flanagan dan Norman. Hasil
identifikasi risiko pada penelitian diperoleh sebanyak 56 item risiko, kemudian diperoleh 3
klasifikasi tingkat risiko yaitu high risk sebanyak 20 risiko (36%), moderate risk sebanyak 24
risiko (43%), dan low risk sebanyak 12 risiko (21%). Risiko dominan (major risk) diperoleh
sebanyak 20 risiko seluruhnya dengan kategori high risk.
Tindakan penanganan risiko K3 dominan (major risk) yang teridentifikasi dapat
dilakukan dengan cara melakukan perbaikan dan pengecekan kelayakan alat sebelum dipakai
bekerja, memasang turap pelindung tanah / kornes / pagar pembatas pada lubang bekas galian
dan ketinggian bangunan, memasang jaring pengaman untuk material runtuhan, menggunakan
perancah sesuai SNI dan lolos uji kelayakan, memakai APD seperti safety helmet, safety glasses,
topeng las, masker, protection hood, sarung tangan, safety belt, safety shoes, safety matting, dan
sebagainya. Risiko yang termasuk dalam risiko dominan (major risk) pada tahap ini
dialokasikan pada pihak yang bertanggung jawab atas risiko K3 tersebut adalah dari pihak
kontraktor yaitu petugas K3 atau dalam proyek ini para pengurus / ta’mir masjid yang memiliki
tanggungjawab pelaksanaan, pengendalian dan penanganan masalah K3 pada pelaksanaan
renovasi pembangunan Masjid Darussalam Bontang.
Kata kunci: Manajemen Risiko K3, Analisis Risiko, HIRARC, Proyek Renovasi Masjid

ABSTRACT
The Darussalam Bontang Mosque renovation project is a multi-storey building
construction project which has HSE risks in its construction implementation. HSE risk
management is carried out with the aim of knowing, analyzing and providing treatment for
identified HSE risks. The method used in this research is the HIRARC method (Hazard
Identification, Risk Assessment, and Risk Control). According to OHSAS 180001: 2007, risk
analysis using the HIRARC method is divided into 3 stages, namely hazard identification, risk
assessment and risk control. The methods used at the risk identification stage in this research
were observation, brainstorming and interviews with a total of six respondents consisting of five
workers and a mosque administrator. Then at the risk assessment or classification stage it is
analyzed according to AS/NZS 4360:2004, the handling stage is obtained from the results of
brainstorming and interviews with workers and the risk allocation stage according to Flanagan
and Norman. The results of risk identification in the research obtained 56 risk items and then
obtained 3 risk level classifications, namely high risk 20 risks (36%), moderate risk 24 risks
(43%), and low risk 12 risks (21%). There are 20 major risks in the high risk category.
Measures to handle identified dominant HSE risks (major risks) can be carried out by
repairing and checking the suitability of equipment before being used for work, installing soil

1
protective sheet piles / cornices / guardrails on excavated holes and building heights, installing
safety nets for collapsed materials, using scaffolding according to SNI and passing the
suitability test, wearing PPE such as safety helmets, safety glasses, welding masks, masks,
protection hoods, gloves, safety belts, safety shoes, safety matting, and so on. The risks included
in the dominant risk (major risk) at this stage are allocated to the party responsible for the HSE
risk, namely the contractor, namely the HSE officer or in this project the mosque administrators
/ ta'mirs who have responsibility for implementation, control, and handling HSE problems
during the renovation of the Darussalam Bontang Mosque.
Keywords: 3-5 words: HSE Risk Management, Risk Analysis, HIRARC, Mosque Renovation
Project

PENDAHULUAN
Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan renovasi pembangunan
merupakan indikator penting yang mempengaruhi kemajuan pelaksanaan suatu pekerjaan
konstruksi. Pelaku proyek mengharapkan pekerja mampu menerapkan K3 secara mutlak di
lapangan. Namun kenyataannya pelaksanaan K3 di lapangan masih belum optimal, bahkan bisa
sampai terjadi kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian bahkan kegagalan proyek
konstruksi. Berdasarkan laporan tahunan BPJS Ketenagakerjaan, data kecelakaan kerja selama
tiga tahun terakhir terus meningkat. Tahun 2021 angka kecelakaan kerja berjumlah 234.371
kasus. Kemudian pada 2022 naik menjadi 298.137 kasus hingga Oktober 2023 jumlahnya
menjadi 315.579 kasus. Kategori kecelakaan kerja yang terjadi dari yang ringan hingga berat
atau fatal, dan untuk kecelakaan kerja kategori fatalitas tinggi didominasi salah satunya oleh
pekerjaan dari bidang konstruksi (Widianto, 2019).
Renovasi pembangunan Masjid Darussalam Bontang merupakan proyek konstruksi
rumah ibadah yang diinisiasi oleh pengurus/ta’mir Masjid Darussalam dengan melibatkan lima
pekerja kuli harian lepas. Pelaksanaan renovasi pembangunan masjid dimulai dari pekerjaan
pondasi untuk memperluas area dalam masjid bagian belakang. Lalu dilakukan pekerjaan
struktur yang dikerjakan antara lain fabrikasi besi tulangan, pasang-bongkar bekisting, pasang-
bongkar scaffolding, dan pengecoran. Tahap ketiga adalah pekerjaan atap antara lain fabrikasi
rangka atap, perakitan rangka atap, dan pemasangan penutup atap. Dan untuk tahap finishing
yang dikerjakan antara lain pemasangan plafon, pemasangan penutup lantai, pemasangan
dinding, plesteran, acian dan pengecatan. Terakhir dilakukan pemasangan instalasi listrik dan
instalasi plumbing.
Saat ini proyek pembangunan dapat dikatakan belum menerapkan K3 dengan baik.
Sebagai contoh lingkungan kerja proyek yang belum cukup aman seperti tempat kerja yang
rawan terkena runtuhan material konstruksi, lokasi proyek yang berada di pinggir jalan raya,
maupun risiko khusus yang mungkin terjadi akibat sikap tubuh yang tidak ergonomis pada saat
bekerja. Pekerja diharuskan bekerja dengan postur kerja yang tidak ergonomis pada beberapa
kegiatan misalnya pada proses pengangkatan material bangunan dan proses-proses yang
membutuhkan posisi membungkuk dalam waktu yang cukup lama. Para pekerja pada proyek
ini juga belum menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan manajemen
risiko K3 pada proyek renovasi pembangunan Masjid Darussalam Bontang yang dilaksanakan
oleh pengurus/ta’mir masjid. Adapun tahapan yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi
risiko-risiko K3 berdasarkan sumber risiko, menganalisis dan memberikan penilaian terhadap
risiko-risiko K3, serta merencanakan tindakan penangangan atau mitigasi yang bisa dilakukan.

2
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode HIRARC (Hazard
Identification, Risk Assesment, and Risk Control). Menurut OHSAS 180001 : 2007, analisis
risiko menggunakan metode HIRARC dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama adalah
identifikasi bahaya, kemudian dilanjutkan dengan penilaian risiko, dan tahap terakhir adalah
pengendalian risiko. Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada
di setiap tahapan aktivitas yang dilakukan. Sumber bahaya dapat berasal dari suatu bahan, alat
atau sistem (Department of Occupational Safety and Health, 2008). Identifikasi bahaya
dilakukan dengan cara melakukan observasi dan wawancara kepada pihak pekerja dan
pengurus atau ta’mir Masjid Darussalam Kelurahan Gunung Telihan, Bontang dengan total
responden berjumlah enam yang terdiri dari lima orang pekerja dan seorang responden dari
pihak pengurus masjid.
Setelah ditemukan potensi bahaya pada tahap identifikasi bahaya, tahap selanjutnya
adalah melakukan penilaian risiko guna menentukan tingkat risiko dari bahaya tersebut.
Penilaian risiko dilakukan dengan berpedoman pada skala Australian Standard/New Zealand
Standard for Risk Management (AS/NZS 4360 : 2004). Ada 2 parameter yang digunakan dalam
penilaian risiko yaitu pertama adalah tingkat kemungkinan terjadinya bahaya atau frekuensi
terjadinya bahaya dan kedua adalah tingkat keparahan dari bahaya tersebut. Skala penilaian
risiko yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.

Tabel 1. Skala Tingkat Kemungkinan

3
Tabel 2. Skala Tingkat Keparahan

Tabel 3. Skala Tingkat Risiko

Tabel 4. Kategori Tingkat Risiko

Tingkat
Tindakan
Risiko
Low Pemantauan untuk memastikan tindakan
pengendalian telah berjalan dengan baik
Medium Perlu perhatian dan tambahan prosedur
High Perlu mendapatkan perhatian pihak
manajemen dan tindakan perbaikan
Very high Perlu segera dilakukan tindakan
perbaikan

Penilaian risiko dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada pekerja dan
pengurus atau ta’mir Masjid Darussalam kelurahan Gunung Telihan, Bontang. Total responden
berjumlah 6 orang yang mana masing-masing responden melakukan penilaian tingkat
kemungkinan dan tingkat keparahan dari masing-masing potensi bahaya yang telah
diidentifikasi pada tahapan sebelumnya.

4
Kemudian dilakukan perhitungan rata-rata tingkat kemungkinan dan rata-rata tingkat
keparahan menggunakan rumus pada persamaan (1) dan persamaan (2), sehingga bisa
didapatkan tingkat dari risiko. Hasil dari rata- rata peluang dan rata-rata dampak dibulatkan
untuk memudahkan dalam perhitungan indeks risiko.
∑ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛 = (1)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

∑ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 = (2)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya K3 pada pelaksanaan proyek renovasi pembangunan Masjid
Darussalam Bontang dilakukan dengan cara risk breakdown structure yaitu memecah risiko
K3 berdasarkan 6 pengelompokan jenis bahaya dalam pekerjaan konstruksi, yakni bahaya fisik,
bahaya biologis, bahaya kimiawi, bahaya teknologi (termasuk bahaya elektrikal dan
mekanikal), bahaya psikososial, dan kombinasi. Kemudian dilakukan penyusunan risiko K3
dari penelitian sebelumnya dan dilakukan diskusi dengan pihak yang terkait sehingga diperoleh
sebanyak 56 risiko yang kemudian akan dijadikan bahan untuk mewawancarai para pekerja
dan pengurus masjid.

B. Penilaian Risiko
Berdasarkan hasil studi lapangan dan hasil penelitian yang dilakukan terhadap keenam
responden, diperoleh jawaban terhadap frekuensi (likelihood) risiko berdasarkan skala
penilaian AS/NZS 4630 : 2004. Representasi dari tingkat risiko proyek renovasi pembangunan
Masjid Darussalam Bontang diperoleh 3 klasifikasi risiko yang terdiri dari pekerjaan berisiko
rendah, sedang, dan tinggi, tetapi tidak teridentifikasi risiko dengan skala nilai sangat tinggi
seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Penilaian Risiko dan Peringkat Risiko

Tingkat
Kemungkinan Keparahan Tingkat
No Item Pekerjaan Potensi Bahaya Akibat
/ Probability / Severity Risiko
(P) (S)
A Pekerjaan Pondasi
1a Pengeboran Alat drilling menabrak Cidera, luka
pekerja atau fasilitas 1 5 High
1b Pekerja jatuh ke dalam Cidera
1 4 Moderate
galian
1c Pekerja tertimbun Cidera,
longsornya galian gangguan 1 5 High
pernafasan
2 Pembesian Pekerja terkena bar Cidera, luka
cutter-bender saat
3 3 High
pemotongan dan
pembengkokan besi
3a Hot work Pekerja terkena Luka bakar
3 2 Moderate
(welding, cutting) percikan api las

5
3b Pekerja terpapar asap Gangguan
las pernafasan, 1 2 Low
iritasi mata
4a Pemasangan Pekerja jatuh ke galian Cidera, luka 1 3 Moderate
4b kerangka baja Kerangka jatuh Cidera, luka
tulangan 1 4 Moderate
menimpa pekerja
5a Pengecoran Pekerja jatuh ke galian Cidera, luka 1 4 Moderate
5b Pekerja tertimpa Cidera, luka
2 4 Moderate
robohnya cetakan beton
B Pekerjaan Struktur
1a Fabrikasi besi Pekerja tergores besi / Luka, iritasi kulit
4 2 Moderate
tulangan kawat bendrat
1b Pekerja tertusuk besi / Luka, iritasi kulit
3 2 Moderate
kawat bendrat
1c Tangan terjepit tang Luka, cidera
gegep untuk memotong 3 2 Moderate
kawat bendrat
1d Pekerja terkena bar Luka, cidera
cutter-bender saat
1 2 Low
pemotongan dan
pembengkokan besi
1e Pekerja terpapar debu Iritasi mata,
1 2 Low
halus dari besi iritasi kulit
1f Pekerja tertimpa besi Cidera, luka
tulangan saat
2 5 High
pengangkutan atau besi
terjatuh dari ketinggian
2a Pasang dan Pekerja tergores besi / Luka, iritasi kulit
bongkar bekisting kawat bendrat / kayu 2 2 Low
bekisting
2b Pekerja tertusuk paku Luka, iritasi kulit 3 2 Moderate
2c Pekerja terpukul palu Cidera, luka 2 2 Low
2d Pekerja terkena gergaji Luka
tajam untuk memotong 1 4 Moderate
kayu bekisting
2e Pekerja terjepit Cidera, luka
bekisting saat 1 4 Moderate
pemasangan
2f Pekerja terpapar debu Iritasi mata,
2 2 Low
halus kayu bekisting iritasi kulit
2g Pekerja jatuh dari Cidera, luka
ketinggian saat 2 5 High
pemasangan bekisting
2h Pekerja tertimpa Cidera, luka
bekisting saat
pemasangan atau 2 5 High
material bekisting jatuh
dari ketinggian
3a Pasang dan Pekerja tertimpa Cidera, luka
2 5 High
bongkar formwork yang runtuh
3b scaffolding Pekerja jatuh dari Cidera, luka
ketinggian saat 2 5 High
pemasangan scaffolding
4 Pembersihan debu Pekerja terpapar debu Penyakit kulit
kotoran pada dan asap saat dermatitis,
3 2 Moderate
pekerjaan pelat pembersihan dengan gangguan
kompresor pernafasan

6
5a Pengecoran Pekerja jatuh dari Cidera, luka
ketinggian saat 2 5 High
pengecoran
5b Pekerja terpapar Iritasi kulit
1 2 Low
campuran kimia beton
5c Pekerja tertimpa Cidera, luka
jatuhnya adonan / 3 4 High
robohnya cetakan beton
C Pekerjaan Atap
1a Fabrikasi rangka Pekerja terkena bar Luka, cidera
atap cutter saat pemotongan 2 4 Moderate
baja fabrikasi
1b Pekerja tergores baja Luka, iritasi kulit
2 2 Low
fabrikasi
1c Pekerja terkena cipratan Luka bakar,
2 3 Moderate
pengelasan iritasi mata
1d Pekerja terpapar debu Gangguan
dan asap pengelasan pernafasan, 3 2 Moderate
iritasi mata
2a Perakitan rangka Pekerja jatuh dari Cidera, luka
2 5 High
atap ketinggian
2b Pekerja tergores baja Luka, iritasi kulit
2 2 Low
hasil fabrikasi
2c Pekerja terkena cipratan Luka bakar,
4 3 High
pengelasan iritasi mata
2d Pekerja terpapar debu Gangguan
dan asap pengelasan pernafasan, 3 3 High
iritasi mata
3a Pemasangan Pekerja tertimpa Cidera, luka
2 5 High
penutup atap penutup atap
3b Pekerja tertusuk screw Luka
2 3 Moderate
pengencang
3c Pekerja jatuh dari Cidera, luka
2 5 High
ketinggian
D Pekerjaan Finishing
1a Pemasangan Pekerja tertimpa Cidera, luka
2 3 Moderate
dinding, plesteran, material
1b acian, dan Pekerja terpapar debu Gangguan
pengecatan pasir / semen / bahan pernafasan,
2 2 Low
campuran iritasi mata,
iritasi kulit
1c Pekerja jatuh dari Cidera, luka
2 4 Moderate
ketinggian
1d Pekerja tersetrum akibat Luka bakar
pemakaian mixer listrik 1 4 Moderate
2a Pemasangan Pekerja terkena mesin Luka, cidera
1 5 High
penutup lantai pemotong ubin
2b Pekerja terkena Luka bakar
1 5 High
sengatan listrik
2c Pekerja terkena cipratan Luka, iritasi
2 3 Moderate
serpihan ubin mata
3a Finishing politur Pekerja terkontaminasi Gangguan
cat zat kimia cat pernafasan,
1 2 Low
iritasi kulit,
iritasi mata
3b Pekerja terkena mesin Luka, cidera
1 4 Moderate
sander listrik
3c Pekerja terkena Luka bakar
1 4 Moderate
sengatan listrik

7
3d Pekerja jatuh dari Cidera, luka
1 4 Moderate
ketinggian
4a Pemasangan Pekerja tertimpa Cidera, luka
3 4 High
plafon material plafon
4b Pekerja jatuh dari Cidera, luka
1 5 High
ketinggian
E Pekerjaan Electrical dan Plumbing
1 Pemasangan Pekerja tersengat listrik Luka bakar
instalasi dan panel 2 5 High
listrik
2 Pemasangan Pekerja terpapar asap Gangguan
instalasi plumbing pengeleman HDPE pernafasan, 1 2 Low
iritasi mata

Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa dari 5 jenis item pekerjaan renovasi
pembangunan masjid, pekerjaan atap dan pekerjaan struktur memiliki tingkat risiko tinggi
(high risk) terbanyak, lalu diikuti dengan pekerjaan finishing dan pekerjaan pondasi.

Gambar 1. Persentase Tingkat Risiko pada Pekerjaan Atap

18%

46%

36%

High Moderate Low

Gambar 2. Persentase Tingkat Risiko pada Pekerjaan Struktur

30%
35%

35%

High Moderate Low

8
Gambar 3. Persentase Tingkat Risiko pada Pekerjaan Finishing

15%
31%

54%

High Moderate Low

Gambar 4. Persentase Tingkat Risiko pada Pekerjaan Pondasi

10%

30%

60%

High Moderate Low

Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa jumlah sebaran pekerjaan dengan tingkat
risiko tinggi lebih banyak dari jumlah sebaran pekerjaan tingkat risiko rendah dan sedang. Pada
pekerjaan atap, persentase tingkat risiko tinggi sebesar 46% atau sebanyak 5 risiko dari total
11 risiko yang teridentifikasi. Sedangkan berdasarkan gambar 2, dapat diketahui bahwa jumlah
sebaran pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi hampir sama dengan jumlah sebaran pekerjaan
tingkat risiko rendah dan sedang. Pada pekerjaan struktur, persentase tingkat risiko tinggi
sebesar 35% atau sebanyak 7 risiko dari total 20 risiko yang teridentifikasi. Menurut hasil studi
dari observasi bersama responden dan beberapa penelitian sebelumnya, pekerjaan atap dan
pekerjaan struktur memiliki tingkat risiko tinggi paling banyak karena banyak aktivitas yang
sangat berisiko terutama karena adanya multitask yang dilakukan bersamaan oleh pekerja
terhadap objek dan mesin kerja di ketinggian bangunan.
Sementara itu, total jumlah risiko yang teridentifikasi dalam tahap pengerjaan proyek ini
adalah sebanyak 56 risiko dengan persentase tingkat risiko rendah (low risk) sebesar 21%,
tingkat risiko sedang (moderate risk) sebesar 43%, dan tingkat risiko tinggi (high risk) sebesar
36% yang dapat dilihat pada gambar 5.

9
Gambar 5. Persentase Tingkat Risiko Semua Item Pekerjaan

21%
36%

43%

High Moderate Low

Dengan diketahui klasifikasi tingkat risiko pekerjaan yang terdapat pada proyek renovasi
pembangunan Masjid Darussalam Bontang, maka tentunya manajemen proyek dapat
melakukan pengendalian dan memitigasi risiko yang ada dengan lebih efektif dan efisien.

C. Pengendalian Risiko
Risiko dominan (major risk) yang teridentifikasi terdiri dari kategori tingkat risiko
tinggi (high risk) direncanakan tindakan penanganan atau mitigasi yang dapat dilakukan
seperti dijelaskan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Penanganan Risiko Kategori High Risk

Item Tingkat
No Potensi Bahaya Akibat Penanganan Risiko
Pekerjaan Risiko

A Pekerjaan Pondasi
1a Pengeboran Alat drilling menabrak pekerja Cidera, luka High Melakukan pengecekan dan
atau fasilitas perbaikan posisi penyimpanan
alat sementara
1b Pekerja tertimbun longsornya Cidera, High Memasang turap pelindung
galian gangguan tanah / kornes / pagar pembatas
pernafasan pada lubang bekas galian
2 Pembesian Pekerja terkena bar cutter- Cidera, luka High Memakai APD seperti sarung
bender saat pemotongan dan tangan / protection hood
pembengkokan besi
B Pekerjaan Struktur
1 Fabrikasi besi Pekerja tertimpa besi tulangan Cidera, luka High Memasang jaring pengaman,
tulangan saat pengangkutan atau besi memakai APD seperti safety
terjatuh dari ketinggian helmet
2a Pasang dan Pekerja jatuh dari ketinggian Cidera, luka High Memasang kornes / pagar
bongkar saat pemasangan bekisting pembatas, memakai APD
bekisting seperti safety belt
2b Pekerja tertimpa bekisting saat Cidera, luka High Menggunakan sistem perancah
pemasangan atau material yang baik, rutin cek kelayakan
bekisting jatuh dari ketinggian perancah / alat yang digunakan,
memakai APD seperti safety
helmet

10
3a Pasang dan Pekerja tertimpa formwork Cidera, luka High Menggunakan formwork yang
bongkar yang runtuh baik, memakai APD seperti
scaffolding safety helmet
3b Pekerja jatuh dari ketinggian Cidera, luka High Memasang kornes / pagar
saat pemasangan scaffolding pembatas, memakai APD
seperti safety belt
4a Pengecoran Pekerja jatuh dari ketinggian Cidera, luka High Memasang kornes / pagar
saat pengecoran pembatas, memakai APD
seperti safety belt
4b Pekerja tertimpa jatuhnya Cidera, luka High Menggunakan perancah sesuai
adonan / robohnya cetakan SNI dan lolos uji kelayakan,
beton memakai APD seperti safety
helmet
C Pekerjaan Atap
1a Perakitan Pekerja jatuh dari ketinggian Cidera, luka High Memasang kornes / pagar
rangka atap pembatas, memakai APD
seperti safety belt
1b Pekerja terkena cipratan Luka bakar, High Memakai APD seperti safety
pengelasan iritasi mata glasses, sarung tangan, topeng
las / masker
1c Pekerja terpapar debu dan Gangguan High Memakai APD seperti safety
asap pengelasan pernafasan, glasses, sarung tangan, masker
iritasi mata
2a Pemasangan Pekerja tertimpa penutup atap Cidera, luka High Memasang jaring pengaman,
penutup atap memakai APD seperti safety
helmet
2b Pekerja jatuh dari ketinggian Cidera, luka High Memasang kornes / pagar
pembatas, memakai APD
seperti safety belt
D Pekerjaan Finishing
1a Pemasangan Pekerja terkena mesin Luka, cidera High Memakai APD seperti sarung
penutup lantai pemotong ubin tangan / protection hood
1b Pekerja terkena sengatan Luka bakar High Memakai APD seperti sarung
listrik tangan / protection hood,
meningkatkan fasilitas
pengaman seperti safety
matting (alas pengaman)
2a Pemasangan Pekerja tertimpa material Cidera, luka High Memasang jaring pengaman,
plafon plafon memakai APD seperti safety
helmet
2b Pekerja jatuh dari ketinggian Cidera, luka High Memasang kornes / pagar
pembatas, memakai APD
seperti safety belt
E Pekerjaan Electrical dan Plumbing
1 Pemasangan Pekerja tersengat listrik Luka bakar High Memakai APD seperti sarung
instalasi dan tangan / protection hood,
panel listrik meningkatkan fasilitas
pengaman seperti safety
matting (alas pengaman)

D. Rekomendasi
Risiko yang termasuk dalam risiko dominan (major risk) pada tahap ini dialokasikan pada
pihak yang bertanggung jawab atas risiko K3 tersebut adalah dari pihak kontraktor yaitu petugas
K3 atau dalam proyek ini para pengurus / ta’mir masjid yang memiliki tanggungjawab
pelaksanaan, pengendalian dan penanganan masalah K3 pada pelaksanaan renovasi

11
pembangunan Masjid Darussalam Bontang. Mengacu pada hasil studi ini, maka rekomendasi
yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Pada pihak kontraktor, dalam tahap penanganan (mitigasi) risiko dan kepemilikan
terhadap risiko K3 diperoleh semua risiko dominan merupakan milik dari pihak
kontraktor, sehingga diharapkan penanganan yang ada pada penelitian ini dapat menjadi
referensi untuk diimplementasikan pada pelaksanaan proyek guna meminimalisir
adanya risiko K3 dan memenuhi target zero accident.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk mengidentifikasi risiko
serta melakukan tindakan penanganan (mitigasi) sehingga dapat menekan angka
kecelakaan kerja pada pekerjaan-pekerjaan konstruksi utamanya pada pelaksanaan
konstruksi gedung. Jika diperlukan, sebaiknya dilakukan analisis risiko K3 secara
kuantitatif sehingga dampak risiko dapat terukur terhadap waktu dan biaya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi analis risiko renovasi pembangunan Masjid Darussalam Bontang,
risiko K3 yang teridentifikasi sebanyak 56 item risiko berdasarkan hasil risk breakdown
structure 6 sumber risiko jenis pekerjaan konstruksi. Dari hasil studi ini diperoleh 3 klasifikasi
tingkat risiko yaitu kategori high risk 20 risiko (36%), kategori moderate risk 24 risiko (43%),
dan kategori low risk 12 risiko (21%). Risiko dominan diperoleh sebanyak 20 risiko yang
seluruhnya diperoleh dari risiko yang masuk pada kategori high risk. Tidak diperoleh risiko
dengan kategori very high risk pada penelitian ini. Sementara itu, dari 5 jenis item pekerjaan
renovasi pembangunan masjid, pekerjaan atap dan pekerjaan struktur memiliki tingkat risiko
tinggi (high risk) terbanyak, lalu diikuti dengan pekerjaan finishing dan pekerjaan pondasi.
Tindakan penanganan atau mitigasi terhadap risiko K3 dominan (major risk) yang
teridentifikasi dapat dilakukan dengan cara melakukan perbaikan dan pengecekan kelayakan
alat sebelum dipakai bekerja, memasang turap pelindung tanah / kornes / pagar pembatas pada
lubang bekas galian dan ketinggian bangunan, memasang jaring pengaman untuk material
runtuhan, menggunakan perancah sesuai SNI dan lolos uji kelayakan, memakai APD seperti
safety helmet, safety glasses, topeng las, masker, protection hood, sarung tangan, safety belt,
safety shoes, safety matting, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Departmen of Occupational Safety ang Health, “Guidelines for Hazard Identification,
Risk Assessment and Risk Control”, Malaysia, 2008.
[2] Joint Standards Australia/Standards New Zealand Commitee, “AS/NZS 4360:2004 : Risk
Management”, Standards Australia/Standards New Zealand, 2004.
[3] Jaya, Nyoman, M, Dharmayanti, Candra, dan Mesi, Dewa, Ayu, R. U, “Manajemen Risiko
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Bali
Mandara”, Jurnal Spektran, vol. 9, no. 1, 2021.
[4] Triswandana, I, Wayan, Gede, E, dan Armaeni, Ni, Komang, “Penilaian Risiko K3
Konstruksi dengan Metode HIRARC”, Ukarst, vol. 4, no. 1, 2020.
[5] Trijeti, dan Istiqlal, Ghiffari, H, “Identifikasi Risiko Kecelakaan Kerja pada
Pembangunan Gedung”, Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ, 2020.
[6] Fathimahhayati, Lina, D, Wardana, Muhammad, R, dan Gumilar, Nadine, A, “Analisis
Risiko K3 dengan Metode HIRARC pada Industri Tahu dan Tempe Kelurahan Selili
Samarinda”, Jurnal Rekavasi (Rekayasa dan Inovasi Teknik Industri), vol. 7, no. 1, 2019.
[7] Hansen, Seng, “Identifikasi Jenis Bahaya dan Parameter Penilaian Bahaya pada Pekerjaan
Konstruksi”, Paduraksa: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa, vol. 11, no. 1,
2022.

12

Anda mungkin juga menyukai