Anda di halaman 1dari 4

‫اﻟﺮﺣﯿﻢ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﷲ بﺳﻢ‬

Nama : Nur Fabil


NIM : A1012221001
Kelas : A (PPAPK)
Prodi : Ilmu Hukum
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban UAS Pendidikan Agama Islam

1.) Islam hadir di Nusantara ini sebagai agama baru dan pendatang. Dikarenakan kehadirannya
lebih belakang dibandingkan dengan agama Hindu. Budha, Animisme dan Dinamisme.
Dinamakan agama pendatang karena agama ini hadir dari luar negeri. Terlepas dari subtansi
ajaran Islam, Islam bukan merupakan agama asli bagi bangsa Indonesia, melainkan agama yang
baru datang dari Arab. Sebagai agama baru dan pendatang saat itu, Islam harus menempuh
strategi dakwah tertentu, melakukan Berbagai adaptasi dan seleksi dalam menghadapi budaya
dan tradisi yang berkembang di Indonesia. Perkembangan Islam di Nusantara ini merasakan
berbagai pengalaman, disebabkan adanya keberagaman budaya dan tradisi pada setiap pulau
tersebut. Bahkan dalam satu pulau saja bisa melahirkan berbagai budaya dan tradisi. Perjumpaan
Islam dengan budaya (tradisi) lokal itu seringkali menimbulkan akulturasi budaya. Kondisi ini
menyebabkan ekpresi Islam tampil beragam dan bervariasi sehingga kaya kreativitas kultural-
religius. Realitas ini merupakan risiko akulturasi budaya, tetapi akulturasi hudaya tidak bisa
dibendung ketika Islam memasuki wilayah baru. Jika Islam bersikap keras terhadap budaya atau
tradisi lokal yang terjadi justru pertentangan terhadap Islam itu sendiri bahkan peperangan
dengan pemangku budaya, tradisi atau adat lokal seperti perang Padri di Sumatera. Maka jalan
yang terbaik adalah melakukan seleksi terhadap budaya maupun tradisi yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam untuk diadaptasi sehingga mengekpresikan Islam yang khas. Ekpresi Islam
lokal ini cenderung berkembang sehingga menimbulkan Islam yang beragam. Dalam konteks
sejarah penyebaran Islam di Nusantara tepatnya pada aba ke-15 dan khususnya di tanah Jawa.
Walisongo mempunyai peran yang cukup besar dalam proses akulturasi Islam dengan budaya.
Budaya dijadikan sebagai media dalam menyebarkan Islam dan mengenalkan nilai dan ajaran
Islam kepada masyarakat secara persuasif. Kemampuan memadukan kearifan local dan nilai-
nilai Islam mempertegas bahwa agama dan budaya lokal tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain. Secara sosiologis, keberadaan Walisongo hampir semua berada di titik tempat pusat
kekuatan masyarakat, yaitu di Surabaya, Gresik, Demak, dan Cirebon. Bahkan kerabat mereka
pun memiliki peran yang signifikan juga dalam penyebaran Islam secara kultural Dalam konteks
praktik keagamaan yang dijalankan masyarakat Indonesia yang berhubungan dengan gerakan
dakwah Walisongo dtampak sekali terdapat usaha membumikan Islam. Fakta tentang
pribumisasi Islam yang dilakukan Walisongo dalam dakwahnya terlihat sampai saat ini.
Sejumlah istilah local yang digunakan untuk menggantikan istilah yang berbahasa Arab,
contohnya Gusti Kang Murbeng (Allahu Rabbul Alamin), Kanjeng Nabi. Kyai (al-Alim). Guru
(Ustadz). Bidadari (Hur). Sembahyang (shalat), dan lain-lain.
QS. Al-Hujurat(49) Ayat 6 :
َ‫ﯾٰٓﺎَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾْﻦَ اٰﻣَﻨُﻮْٓا اِنْ ﺟَﺎۤءَﻛُﻢْ ﻓَﺎﺳِﻖٌۢ ﺑِﻨَﺒَﺎٍ ﻓَﺘَﺒَﯿﱠﻨُﻮْٓا اَنْ ﺗُﺼِﯿْﺒُﻮْا ﻗَﻮْﻣًﺎۢ ﺑِﺠَﮭَﺎﻟَﺔٍ ﻓَﺘُﺼْﺒِﺤُﻮْا ﻋَﻠٰﻰ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻢْ ﻧٰﺪِﻣِﯿْﻦ‬
Terjemahan : Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum
karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.
2.) Bassam Tibi (1991) menyebut Islam wahyu sebagai models for reality dan Islam historis
sebagai models of reality. Bila pada model pertama Islam berisi daftar sejumlah doktrin dan
dogma, maka Islam pada model kedua berisi “kotak-kotak” multikultural yang menunjukkan
realitas religio-kultural yang penuh dengan keberagaman Delapan kotak (wilayah) sebagai
cultural domains berikut menggambarkan wilayah yang disebut realms of Islam: 1) Arab, 2)
Persia, 3) Turki, 4) Anak Benua India. 5) Indo Melayu. 6) Sudanic Afrika (Afrika Hitam). 7) Sino
Islamic, dan 8) Western Hemisphere (Barat). Satu hal yang juga harus dipahami, bahwa
keberagaman kultural tersebut sama sekali tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap
syariat Islam yang bersumber pada nash-nash keagamaan (Al-Quran dan As-Sunnah) dan
melahirkan keberagaman pemahaman serta praktik-praktik keagamaan yang sarat dengan
perbedaan Antara umat Islam pada satu realm dengan umat Islam pada realm lain. Dengan kata
lain. Secara religio-kultural pada diri Islam historis tidak hanya dijumpai keberagaman yang
disebut “multikultural”, namun juga didapati keberagaman yang disebut “multisyariat”
Kenyataannya, dalam waktu yang sangat panjang, keberagaman kultural dan syariat tersebut
telah melahirkan berbagai konflik keumatan dan kemasyarakatan yang tak mudah diselesaikan.
Lebih ironis lagi, berbagai bentuk khilafiah dan konflik tersebut termasuk di Indonesia, justru
memperoleh penguatan dari dan dalam proses-proses inkulturasi dan sosialisasi melalui kegiatan
politik, pendidikan, sosial-keagamaan serta sosial-budaya

QS. Al-Hujurat Ayat 13


ٌ‫ﱠَ ﻋَﻠِﯿﻢٌ ﺧَﺒِﯿﺮ‬V‫ﱠِ أَﺗْﻘَٮٰﻜُﻢْ ۚ إِنﱠ ٱ‬V‫وَأُﻧﺜَﻰٰ وَﺟَﻌَﻠْﻨَٰﻜُﻢْ ﺷُﻌُﻮﺑًﺎ وَﻗَﺒَﺂﺋِﻞَ ﻟِﺘَﻌَﺎرَﻓُﻮٓا۟ ۚ إِنﱠ أَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ ﻋِﻨﺪَ ٱ‬
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
Wahai manusia! Sesungguhnya Aku menciptakan kalian dari satu laki-laki, yaitu bapak kalian
Adam, dan satu wanita, yaitu ibu kalian Hawa, jadi nasab kalian itu satu, maka janganlah
sebagian dari kalian menghina nasab sebagian yang lain. Dan kemudian Kami menjadikan kalian
suku-suku yang banyak dan bangsa-bangsa yang menyebar agar sebagian dari kalian mengenal
sebagian yang lain, bukan untuk saling merasa lebih tinggi, karena kedudukan yang tinggi itu
hanya didapat dengan ketakwaan. Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian di sisi
Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala kondisi kalian, Maha Mengenal kelebihan dan kekurangan kalian, tidak ada
sesuatu pun dari hal itu yang luput dari-Nya.
3.) Para pemimpin itu dituntut untuk mewujudkan kepemimpinan yang di ridhai Allah serta
bertanggung jawab dalam mewujudkan ketentraman, kedamaian, ketertiban, dan kesejahteraan
hidup masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, terdapat hubungan antara
perilaku pemimpin dengan corak pemikiran masyarakat yang dipimpinnya. Hubungan tersebut
dapat ditinjau dari sebuah teori yang mengemukakan bahwa perilaku pemimpin sangat
berhubungan erat, sebab segala karakter dan pemikiran pemimpin memang seyogyanya
terimplementasi di dalam ruang lingkup kepemimpinan yang bersangkutan. Berkaitan dengan
konsep tersebut, islam menganjurkan umatnya untuk mengikuti keteladanan yang dicontohkan
oleh orang-orang yang saleh dan memiliki akidah yang baik.
4.) -Perspektif islam dalam implementasi Iptek
Islam mementingkan untuk menjadi sarana dan penguasaan iptek untuk menjadi sarana ibadah.
Selain itu iptek juga sebagai pengabdian muslim kepada Allah dan mengembangkan amanat
khalifatullah di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat
bagi seluruh alam.
-Perspektif islam dalam implementasi Pemerintahan
Dalam pemerintahan, moralitas agama sebagai corak pewarna utama, bukan sekedar menolak
sekularisme tapi mendirikan pemerintahan, bermusyawarah secara politis, keharusan
mengutamakan perdamaian bangsa. Peluang penerapan Al-Qur’an dalam kehidupan
pemerintahan, Al-Qur’an memberikan nutrisi mengenai ilmu pengetahuan sosial, menjadikan
dunia dan manusianya menjadi modern dalam kehidupan integrasi di kancah sosial.
-Perspektif islam dalam implementasi Hukum
Hukum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran islam, dikarenakan segala aturan
yang berasal dari Allah swt. tujuannya adalah untuk kemashalatan seluruh umat manusia. Akan
tetapi dalam implementasinya masih banyak menimbulkan persoalan disebabkan penerapan
hukum islam. Hukum islam itu sendiri belum bisa diterapkan secara menyeluruh, sementara itu
umat islam tersebar di berbagai penjuru dunia yang tidak semua dalam bentuk negara islam.
Karena menurut yang saya tahu pada satu sisi islam memerintahkan agar umatnya melaksanakan
syariat islam secara kaffah, di sisi lain ada ajaran islam yang tidak dapat dilaksanakan tanpa
keterlibatan institusi negara.

-Perspektif islam dalam implementasi Ekonomi


Ekonomi dengan segala bentuknya senantiasa berkembang mengikuti perkembangan zaman
dan tingkat kemajuan kebudayaan manusia. Sehingga, semakin berkembang kebudayaan
manusia semakin banyak jenis muamalah yang muncul. Meskipun demikian, tentu tidak berarti
bahwa nilai-nilai atau norma islam luput dari persoalan ekonomi yang berkembang di zaman
sekarang dan yang akan datang.
-Perspektif islam dalam implementasi Politik
Dari yang saya amati politik mencakup berbagai aktivitas yang berkenaan dengan state, power,
decision making, policy, and distribution or allocation. Dengan demikian, politik semata mata
tidak dapat dikatakan sebagai way to get a power, menggunakan kekuasaan dan sekaligus
mempertahankan kekuasaan. Politik dalam Al-Qur’an sejatinya menjalankan pelayanan publik
sebagai provider bukan pengarahan. Perbedaan itu akan tampak dan terasa saat pelaksanaan
ketatanegaraan berdasarkan perspektif fikih yang mesti senantiasa sesuai dengan ketentuan
syara’.
-Perspektif islam dalam implementasi Sosial
Dalam agama islam masalah sosial bukan merupakan hal yang asing, karena islam tidak
sekedar agama yang mengajarkan tata cara kontemplasi ritual melainkan merangkum aspek
ajaran yang meliputi aktivitas sosial termasuk didalamnya masalah budaya yang berkembang di
masyarakat. Sedangkan hubungannya dengan umat islam adalah merupakan prestasi dan kreasi
manusia ( muslim ) yang dalam wujud operasionalnya bersumber dari ajaran pokok yaitu Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
-Perspektif islam dalam implementasi Kelautan
Di Pendidikan Agama Islam berupaya membangun moral secara individual maupun secara
sosial kepada masyarakat. Moral dalam kehidupan di daratan maupun di lautan, dalam kurikulum
secara formal maupun ekstra sekolah berupaya membangun pemahaman keagamaan dan
menciptakan karakter masyarakat yang baik. Dalam hal ini masyarakat yang ingin diiwujudkan
adalah calon pelaut yang taat beribadah dan memiliki moral yang baik. Namun demikian, secara
implementatif masih terdapat problem dalam pendidikan agama islam, yakni terkait dengan
integrasi materi kebaharian dalam islam yang belum di kembangkan.

Anda mungkin juga menyukai