Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mirnawati

Nim : 220502086

Kelas : IVC_Perbankan Syariah

Industri perbankan syariah di Indonesia telah mencapai 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha
Syariah, dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan total jaringan kantor sebanyak 2,301
kantor di seluruh Indonesia. Namun, industri perbankan syariah mengalami penurunan performa
dibanding perbankan konvensional. Faktor-faktor yang menjadi penghambat berkembangnya
industri perbankan syariah di Indonesia antara lain adalah belum memadainya sumber daya
manusia yang terdidik dan profesional, manajemen sumber daya manusia dan pengembangan
budaya serta jiwa wirausaha bangsa kita yang masih lemah, permodalan (dana) yang relatif
kecil dan terbatas, adanya ambivalensi antara konsep syariah pengelolaan bank syariah dengan
operasionalisasi di lapangan, tingkat kepercayaan yang masih rendah dari umat Islam dan
secara akademik belum terumuskan dengan sempurna untuk mengembangkan lembaga
keuangan syariah dengan cara sistematis dan proporsional. Kompleksitas persoalan tersebut
menimbulkan dampak terhadap kepercayaan masyarakat tentang keberadaan bank syariah di
antara lembaga keuangan konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan pengembangan perbankan syariah di


Indonesia dapat dibagi menjadi empat aspek, yaitu sumber daya manusia, teknikal,
legal/struktural, dan pasar/komunal. Cluster-cluster secara keseluruhan dikelompokkan
menjadi cluster problem, solusi, dan strategi.

Aspek sumber daya manusia menjadi salah satu masalah utama dalam pengembangan
perbankan syariah di Indonesia karena kurangnya pemahaman praktisi bank syariah baik dari
sisi pengembangan bisnis maupun sisi syariah. Hal ini disebabkan oleh belum terpenuhinya
sumber daya insani yang mumpuni di bidang ekonomi syariah. Selain itu, masalah teknikal juga
menjadi kendala dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia karena kurangnya
dukungan teknologi informasi yang memadai serta kurangnya standarisasi produk dan layanan
perbankan syariah. Masalah legal/struktural juga menjadi faktor penting dalam pengembangan
perbankan syariah di Indonesia karena masih adanya ketidakpastian hukum serta regulasi yang
belum memadai untuk mendukung perkembangan perbankan syariah. Terakhir, aspek
pasar/komunal juga menjadi masalah dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia
karena masih rendahnya kesadaran masyarakat akan produk dan layanan perbankan syariah
serta kurangnya dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan industri perbankan syariah.

Bank syariah menghadapi beberapa masalah yang membatasi pertumbuhan dan efisiensi
mereka. Pertama, permodalan bank syariah masih belum memadai dan biaya dana yang mahal
membatasi segmen pembiayaan. Kedua, inovasi di bidang produk dan layanan, pemasaran, dan
pengembangan bisnis masih lemah. Ketiga, infrastruktur teknologi informasi yang kurang
memadai juga menjadi kendala.

Masalah legal/struktural juga menjadi hambatan bagi perkembangan bank syariah. Pertama,
belum selarasnya visi dan kurangnya koordinasi antar pemerintah dan otoritas dalam
pengembangan perbankan syariah. Kedua, pengaturan dan pengawasan yang masih belum
optimal. Ketiga, kurangnya dukungan pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah.

Masalah pasar/komunal juga mempengaruhi pertumbuhan bank syariah. Pertama, persaingan


antarbank syariah sendiri maupun dengan lembaga keuangan lainnya menjadi masalah. Kedua,
kurangnya kepercayaan masyarakat dalam menyimpan dana di bank syariah karena rasa tidak
percaya atau return yang rendah dibandingkan dengan bank konvensional. Ketiga, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang keberadaan bank syariah menjadi kendala dalam
meningkatkan minat mereka untuk menggunakan layanan tersebut.

Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan roadmap pengembangan perbankan syariah


Indonesia yang mencakup 7 arah kebijakan terkait perbankan syariah di Indonesia.
Pengembangan perbankan syariah di Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai visi
pengembangan perbankan syariah. Terdapat tujuh arah kebijakan yang harus diperkuat, yaitu
sinergi kebijakan antara otoritas dengan pemerintah dan stakeholder lainnya, permodalan dan
skala usaha serta efisiensi, struktur dana untuk mendukung perluasan segmen pembiayaan,
kualitas layanan dan keragaman produk, kuantitas dan kualitas SDM, TSI serta infrastruktur
lainnya, literasi dan preferensi masyarakat, serta pengaturan dan pengawasan yang kuat dan
harmonisasi. Berdasarkan identifikasi masalah dan arah kebijakan pengembangan perbankan
syariah Indonesia di atas, terbentuklah jaringan struktur ANP sebagaimana pada Gambar 3.
Hasil yang diperoleh memperlihatkan secara statistik konsensus dari para pakar dan praktisi
terkait problem dan alternatif pengembangan bank syariah di Indonesia.

Gambar 1 menunjukkan daftar prioritas masalah yang perlu diatasi. Prioritas ini dibuat untuk
membantu para ahli dan pemimpin organisasi dalam mengambil keputusan tentang tindakan
apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Masalah-masalah tersebut dikelompokkan
berdasarkan tingkat urgensi dan dampaknya pada organisasi atau masyarakat secara
keseluruhan.

Contohnya, masalah dengan urgensi tinggi dan dampak besar seperti bencana alam akan
menjadi prioritas utama karena dapat mempengaruhi banyak orang secara langsung.
Sementara itu, masalah dengan urgensi rendah tetapi dampak besar seperti perubahan iklim
masih penting namun tidak segera memerlukan tindakan darurat. Dengan memiliki daftar
prioritas seperti ini, para ahli dan pemimpin organisasi dapat lebih efektif dalam
mengalokasikan sumber daya mereka untuk menyelesaikan masalah-masalah yang paling
mendesak dan kritis terlebih dahulu.

Gambar 2 menunjukkan daftar kebijakan strategis yang memiliki prioritas tinggi. Prioritas
adalah urutan penting dari suatu hal atau tindakan. Dalam konteks ini, prioritas kebijakan
strategis berarti bahwa kebijakan-kebijakan tersebut harus diberikan perhatian utama dan
diutamakan dalam pelaksanaannya. Kebijakan strategis sendiri adalah rencana tindakan jangka
panjang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan-tujuan ini biasanya berkaitan dengan visi dan
misi organisasi atau negara. Dalam gambar 2, terdapat beberapa contoh kebijakan strategis
yang menjadi prioritas tinggi seperti penguatan ekonomi nasional, peningkatan kualitas
pendidikan, pengembangan infrastruktur transportasi dan energi bersih serta perlindungan
lingkungan hidup.Hal-hal inilah yang dianggap sangat penting bagi pembangunan negara atau
organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih dalam pelaksanaannya.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan bank syariah di Indonesia menghadapi


empat aspek masalah penting, yaitu SDM, teknikal, legal/struktural, dan pasar/komunal.
Prioritas masalah yang diidentifikasi adalah permodalan yang belum memadai, pemahaman
praktisi bank syariah yang lemah, kurangnya dukungan pemerintah, dan rendahnya trust dan
minat masyarakat terhadap bank syariah. Strategi kebijakan yang dianggap mampu
menyelesaikan permasalahan industri perbankan syariah di Indonesia meliputi memperkuat
permodalan dan skala usaha serta memperbaiki tingkat efisiensi; memperbaiki kuantitas dan
kualitas sumber daya manusia bank syariah; serta perbaikan struktur dana bank syariah dan
harmonisasi pengaturan dan pengawasan.

Penulis memberikan beberapa saran dan rekomendasi untuk mendukung pengembangan


industri keuangan syariah di Indonesia. Diharapkan adanya komitmen bersama dari pembuat
kebijakan dalam menunjang upaya pengembangan industri keuangan syariah khususnya dalam
hal ini bank syariah. Penelitian ini juga dapat memperluas kajian penelitian akademik terkait
bank syariah. Penelitian selanjutnya dengan pendekatan yang sama disarankan agar dapat
menambah jumlah responden dari pihak-pihak terkait yang dipandang paham akan masalah
bank syariah di Indonesia serta menggunakan model BOCR.

Anda mungkin juga menyukai