Anda di halaman 1dari 16

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH GORONTALO
RESOR BONE BOLANGO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TENTANG
PENANGANAN PERKARA GARPLIN ANGGOTA POLRI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .

1. Bahwa untuk kepentingan penegakkan hukum dilingkungan Polri


perlunya dibentuk tata cara penyelesaian pelangggaran disiplin anggota
Polri.
2. Setiap pelanggaran harus diselesaikan baik melalui tindakkan disiplin
maupun hukuman disiplin sesuai dengan petunjuk yang ada dalam PP RI
No.1, 2 dan 3 maupun dalam Keputasan Kapolri No. 42, 43 dan 44.
3. Setiap pelanggaran harus melalui satu proses yang diawali dari
penerimaan laporan, pemeriksaan, pemberkasan yang kemudian di buat
dalam bentuk DP3D dikirimkan kepada Ankum untuk dilakukan
penyelesaian pelanggaran melalui proses sidang disiplin.
4. Sidang disiplin merupakan suatu kewenangan mutlak bagi Ankum untuk
menegakkan peraturan yang ada di tubuh Polri guna mencari dan
menegakkan keadilan dalam setiap kejadian pelanggaran.

B. D a s a r.

1. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.


2. PP RI No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
3. PP RI No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
4. PP RI No. 3 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Teknis Institusional
Peradilan Umum bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

5. Keputusan ……..
2

5. Keputusan Kapolri No. Pol. : KEP/42/IX/2004 tentang Atasan yang


berhak menjatuhkan hukuman disiplin dilingkungan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
6. Keputusan Kapolri No. Pol. : KEP/43//IX/2004 tentang Tata cara
penyelesaian Pelanggaran Disiplin dilingkungan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
7. Keputusan Kapolri No. Pol. : KEP/44//IX/2004 tentang Tata cara Sidang
Disiplin bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud.

Penyusunan pedoman Standart Operation Procedure (SOP) penanganan


perkara pelanggaran disiplin anggota Polri Si Propam polres Bone
Bolango adalah untuk menjadi dasar dan pedoman inplementasi bagi
personil Si Propam polres Bone Bolango dalam pelaksanaan kegiatan
penanganan perkara pelanggaran disiplin anggota Polri.

2. Tujuan.

Untuk menjamin pemahaman prinsip-prinsip dasar Standart Operation


Procedure (SOP) tentang penanganan perkara pelanggaran disiplin
anggota Polri sehingga terwujud persamaan persepsi, kesatuan tindak
dan keseragaman dalam bekerja khususnya penanganan perkara
pelanggaran disiplin anggota Polri.

D. RUANG LINGKUP

Ruag lingkup penyusunan Standart Operation Procedure (SOP) penanganan


perkara pelanggaran disiplin anggota Polri ini meliputi Prosedur pelaksanaan
penerimaan laporan, Pemeriksaan, Pemberkasan dan Pelaksanaan Sidang Displin.

E. PENGERTIAN

1. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut


Anggota Polri adalah Pegawai Negarai pada Kepolisian Neggara Republik
Indonesia.
/ 2. Disiplin ………….
3

2. Disiplin adalah Ketaatan dan Kepatuhan yang sungguh-sungguh terhadap


Peraturan Disiplin Anggota Polri.
3. Pelanggaran Peraturan Disiplin adalah Ucapan, tulisan, atau perbuatan
angota Polri yang melanggar Peraturan Disiplin.
4. Laporan adalah Pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak
atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang
tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya pelanggaran disiplin.
5. Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang anggota Polri pada waktu
sedang melakukan pelanggaran disiplin, atau dengan segera sesudah
beberapa saat pelanggaran itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan
oleh kalayak ramai sebbagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat
kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan
untuk melakukan pelanggaran disiplin yang menunjukkan bahwa ia adalah
pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan.
6. Temuan adalah Pelanggaran Disiplin yan ditemukan baik langsung maupun
tidak langsung oleh pejabat pengawasan fungsional maupun struktural.
7. Penyelesaian Pelanggaran Disiplin adalah Proses penanganan perkara disiplin
oleh Provos atau Pejabat yang berwenang atas pelanggaran disiplin yang
dilakukan oleh Anggota Polri, sampai memperoleh keputusan hukuman
disiplin berkekuatan tetap.
8. Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin adalah Proses kegiatan yang dimulai dari
pemeriksaan oleh Provos Polri atau Pejabat yang ditunjuk sampai dengan
pemeriksaan di depan siding disiplin.
9. Atasan Yang Berhak Menghukum yang selanjutnya disebut Ankum adalah
Atasan yang karena jabatannya diberikan wewenang menjatuhka hukuman
disiplin kepada bawahan yang dipimpinnya.
10. Pemeriksa adalah Anggota Provos Polri atau Pejabat yang diberi wewenang
berdasarkan Surat Perintah dari Ankum atau Atasan Ankum untuk melakukan
pemeriksaan.
11. Terperiksa adalah Anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran disiplin
dan diperiksa pada tingkat pemeriksaan pendahuluan sampai dengan tingkat
siding disiplin.
12. Saksi adalah Setiap orang yang dapat memberikan keterangan dalam tingkat
pemeriksaan provos atau pada pemeriksaan siding disiplin guna pembuktian
atas terjadinya pelanggaran disiplin, kecuali orang yang dalam keadaan sakit
ingatan dengan dikuatkan keterangan dokter.

/ II. PELAKSANAAN …….


4

II. PELAKSANAAN

1. Tahap Pelayanan Penerimaan Laporan / Pengaduan :

a. Laporan / Pengaduan

1) disampaikan oleh setiap masyarakat kepada petugas Polri,


untuk tingkat Polda disampaikan kepada Subbid Yanduan Bid
Propam Polda sedangkan untuk tingkat Polresta disampaikan ke
Unit Provos atas adanya pelanggaran disiplin dan dituangkan
dalam bentuk Laporan Polisi.
2) laporan / Pengaduan dapat disampaikan melalui Sentra
Pelayanan, Surat dan SMS/Email.

b. Tertangkap Tangan

1) adalah tertangkapnya seorang anggota Polri pada waktu sedang


melakukan pelanggaran disiplin, atau dengan segera sesudah
beberapa saat pelanggaran itu dilakukan, atau sesaat kemudian
diserukan oleh kalayak ramai sebbagai orang yang
melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan pelanggaran disiplinyang menunjukkan bahwa ia
adalah pellakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan.
2) dalam penindakan dan pemeriksaan terhadap pelaku yang
tertangkap tangan dapat dilakukan tanpa Surat Perintah.

c. Temuan oleh Petugas

1) Pelanggaran disiplin yang ditemukan baik langsung maupun


tidak langsung oleh pejabat pengawas fungsional maupun
struktural.
2) Dari hasil temuan Ankum menyerahkan kepada Provos untuk
proses penyelesaiannya.

/ 2. Tahap ………..
5

2. Tahap Pemeriksaan Terhadap Laporan / Pengaduan :

a. Laporan / Pengaduan :
1) Melakukan pemeriksaan awal terhadap pelapor berkaitan
dengan laporan / pengaduan;
2) Setelah dilakukan pemeriksaan awal terhadap pelapor,
selanjutnya hasil BAP awal tersebut dikembalikan ke Ba
Yanduan;
3) Hasil BAP awal dikembalikan ke Ba Yanduan diteruskan ke Kasi
Propam Polres Bone Bolango dengan Nota Dinas;
4) Setelah Laporan Polisi diterima oleh Baurmintu Si Propam
kemudian oleh Petugas Baurmintu Si Propam dimasukkan ke
ddalam Ruang Kasi Propam Polres Bone Bolango untuk
dimintakan Disposisi;
5) Kasi Propam Polres Bone Bolango menelaah dan disposisikan
kepada Kanit Provos, selanjutnya kanit Provos mendisposisikan
Laporan Polisi ke Unit Idik;
6) Tindak lanjut dari Laporan Polisi tersebut turun ke Unit Idik
selanjutnya Unit Idik yang menangani membuat Surat Perintah
Pemeriksaan (Sprin Riksa);
7) Setelah Sprin Riksa ditanda tangani oleh Kasi Propam Polres
Bone Bolango selanjutnya Unit yang menangani membuat Surat
panggilan Saksi untuk melakukan pemeriksaan terhadap Saksi-
saksi berkaitan dengan perkara yang dilaporkan;
8) Berikutnya melakukan pemeriksaan terhadap semua keterangan
saksi, dan bilamana hasil pemeriksaan dirasa cukup selanjutnya
unit yang menangani membuat Surat Pemanggilan Terperiksa
untuk Pemeriksaan terhadap Terperiksa;
9) Bilamana dianggap perlu pada tahap pemeriksaan ini dapat
dilakukan gelar perkara, hasil gelar bila tidak cukup kuat untuk
diteruskan pada tingkat pemberkasan, maka setelah adanya
petunjuk dari Pimpinan diterbitkan SP3.

/ 10) Tindak………….
6

10) Tindak lanjut pemeriksaan terhadap Saksi tersebut jika


dianggap sudah selesai maka Unit yang menangani perkara
dimaksud membuat Resume untuk pemberkasan.

b. Tertangkap Tangan :

1) Petugas yang telah melakukan penangkapan membuat Laporan


Polisi dalam bentuk Laporan Polisi Model A;
2) Provos dapat langsung melakukan pemeriksaan tterhadap
anggota Polri yang melanggar tanpa deilengkapi dengan Surat
Perintah Pemeriksaan;
3) Laporan Polisi dan Berita Acara Pemeriksaan awal dilaporkan
kepada Kasi Propam Polres Bone Bolango melalui Ba Urmintu
Polres Bone Bolango selanjutnya Baurmintu memasukan ke
dalam Ruang Kasi Propam Polres Bone Bolango untuk
dimintakan Disposisi;
4) Tindak lanjut dari Laporan Polisi tersebut turun ke Unit Idik
selanjutnya Unit Idik yang menangani membuat Surat Perintah
Pemeriksaan (Sprin Riksa) dan Melaporkan kepada Ankum si
pelanggar pada kesempatan pertama dan menghadapkan
pelanggar kepada Ankum jika pemeriksaan telah selesai
dilakukan;
5) Setelah Sprin Riksa ditanda tangani oleh Kasi Propam Polres
Bone Bolango selanjutnya Unit yang menangani membuat Surat
panggilan Saksi untuk melakukan pemeriksaan terhadap Saksi-
saksi berkaitan dengan perkara yang dilaporkan;
6) Berikutnya melakukan pemriksaan terhadap semua keterangan
saksi, dan bilamana hasil pemeriksaan dirasa cukup selanjutnya
unit yang menangani membuat Surat Pemanggilan Terperiksa
untuk Pemeriksaan terhadap Terperiksa;
7) Tindak lanjut pemeriksaan terhadap Saksi tersebut jika
dianggap sudah selesai maka Unit yang menangani perkara
dimaksud membuat Resume untuk pemberkasan.

/ c. Temuan …………
7

c. Temuan Petugas

1). Ankum membuat Nota Dinas kepada Kasi Propam Polres Bone
Bolango agar melakukan pemeriksaan terhadap anggotanya
yang telah melakukan pelanggaran disiplin;
2). Petugas Baurmintu Si Propam Polres Bone Bolango setelah
menerima Nota Dinas dari Ankum si Pelanggar selanjutnya
memasukan ke dalam Ruang Kasi Propam Polres Bone Bolango
untuk dimintakan Disposisi;
3). Kasi Propam Polres Bone Bolango mendisposisikan kepada kanit
Provos, selanjutnya kanit Provos mendisposisikan Laporan Polisi
ke Unit Idik;
4). Tindak lanjut Nota Dinas dari Ankum tersebut turun ke Unit Idik
selanjutnya Unit Idik yang menangani membuat Surat Perintah
Pemeriksaan (Sprin Riksa);
5). Setelah Sprin Riksa ditanda tangani oleh Kasi Propam Polres
Bone Bolango selanjutnya Unit yang menangani membuat Surat
panggilan Saksi untuk melakukan pemeriksaan terhadap Saksi-
saksi berkaitan dengan perkara yang dilaporkan;
6). Berikutnya melakukan pemeriksaan terhadap semua keterangan
saksi, dan bilamana hasil pemeriksaan dirasa cukup selanjutnya
unit yang menangani membuat Surat Pemanggilan Terperiksa
untuk Pemeriksaan terhadap Terperiksa;
7). Tindak lanjut pemeriksaan terhadap Saksi tersebut jika
dianggap sudah selesai maka Unit yang menangani perkara
dimaksud membuat Resume untuk pemberkasan.

3. Tahap Pemeriksaan dan Pemberkasan :

a. Petugas pemeriksa setelah menerima Sprin Riksa selanjutnya


membuat Surat Panggilan terhadap saksi-saksi yang melihat,
mendengar ataupun mengetahui perkara pelanggaran disiplin untuk
dilakukan pemeriksaan;
b. Setelah pemeriksaan terhadap saksi dianggap cukup selanjutnya
petugas pemeriksa membuat surat panggilan kepada Terperiksa untuk
dilakukan pemeriksaan;

/ c. Setelah ……..
8

c. Setelah pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan terperiksa sudah cukup


selanjutnya Petugas Pemeriksa membuat resume dan melengkapi
mindik seperti Sampul Berkas Perkara, Daftar Isi, Daftar Saksi,
terperiksa, daftar barang bukti dan lampiran-lamppiran lainnya untuk
dilakukan pemberkasan;
d. Setelah jadi dalam bentuk DP3D ( Daftar Pemeriksaan Pendahuluan
Pelanggaran Disiplin) selanjutnya DP3D tersebut dikirimkan kepada
Ankum Terperiksa;
e. Kemudian Ankum Terperiksa menerima DP3D dari fungsi Provos sesuai
pasal 23 PP RI No. 2 Tahun 2003 Ankum harus melaksanakan Sidang
Disiplin paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah menerima DP3D dari
funsi Provos.

4. Tahap Pelaksanaan Sidang Disiplin :

a. Persiapan Sidang

Tahap persiapan dilaksanakan oleh Urmintu Satker


meliputi penyiapan :

1) Kesiapan perangkat sidang meliputi :

(a) Penunjukan pimpinan sidang apabila


ankum berhalangan;
(b) Pendamping pimpinan sidang;
(c) Sekretaris;
(d) Penuntut;
(e) Pendamping terperiksa;
(f) Petugas.

2) Kesiapan sarana dan prasaran ruang sidang meliputi :

(a) Tempat sidang disiplin berada di Satker/Sub Satker


atau di tempat lain yang ditentukan;

(b) Ruang sidang terdiri dari :


(1) Ruang sidang disiplin;
(2) Ruang tunggu bagi terperiksa, penuntut,
saksi, pendamping, petugas dan pengunjung.

/ (c) Perlengkapan .........


9

(c) Perlengkapan ruang sidang terdiri dari :


(1) Susunan meja sidang berbentuk “U” dan diberi
alas warna hijau;
(2) Kursi untuk sidang disesuaikan dengan jumlah
anggota perangkat sidang;
(3) Palu sidang dan papan nama masing-masing
pejabat dalam persidangan;
(4) Bendera Merah Putih 1(satu) buah yang dipasang
disebelah kanan dan sejajar dengan kursi
pimpinan.
(5) Lambang Negara diapit gambar Presiden dan
gambar Wakil Presiden;
(6) Mesin ketik/computer, ATK, alat pengeras suara,
dokumentasi dan sebagainya.

3. Kesiapan acara sidang meliputi :


a) Membuat susunan acara sidang;
b) Membuat susunan tata tertib sidang;
c) Menyiapkan resume perkara pelanggaran disiplin;
d) Menyiapkan barang bukti;
e) Menyiapkan konsep tuntutan;
f) Menyiapkan konsep putusan;
g) Menyiapkan konsep berita acara sidang.

b. Pelaksanaan Sidang Disiplin

Tahap pelaksanaan sidang meliputi :

1) Kesiapan perangkat sidang di ruang sidang.


(a) Sekretaris telah menyiapkan kelengkapan persidangan;
(b) Perangkat Sidang memasuki ruangan sidang;
(c) Perangkat sidang memakai PDU-IV, sedangkan
Terperiksa dan Saksi dari anggota Polri memakai PDH,
Saksi dan pengunjung sidang yang bukan anggota Polri
berpakaian bebas rapi;
(d) Sidang dilaksanakan dengan khidmat, tertib dan penuh
wibawa sehingga melambangkan kehormatan Polri;
(e) Sekretaris membacakan susunan acara persidangan.

/ 2) Pembukaan .........
10

2) Pembukaan oleh Pimpinan Sidang.


Pimpinan Sidang menyatakan sidang dibuka dan dinyatakan
terbuka/tertutup untuk umum.

3) Penghadapan terperiksa di persidangan.


(a) Pimpinan Sidang memerintahkan petugas
agar menghadapkan Terperiksa ke ruang
sidang;
(b) Penghormatan petugas dan Terperiksa kepada
Pimpinan Sidang;
(c) Laporan Petugas kepada Pimpinan Sidang
siap menghadapkan Terperiksa;
(d) Petugas keluar mengambil tempat;
(e) Terperiksa duduk di tempat yang disediakan;
(f) Pimpinan Sidang mempertanyakan identitas Terperiksa.

4) Pembacaan sangkaan.
Penuntut membacakan persangkaan pelanggaran
disiplin Terperiksa.

5) Proses pemeriksaan dalam persidangan.


(a) Petugas menghadirkan Saksi-Saksi atas perintah
Pimpinan Sidang;
(b) Pimpinan Sidang menanyakan kesaksian atas
pelanggaran disiplin Terperiksa.
(c) Petugas menyerahkan barang bukti dalam persidangan
atas perintah Pimpinan Sidang;
(d) Pimpinan Sidang memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada Terperiksa atas keterangan para Saksi dan bukti-
bukti yang ditunjukkan;
(e) Pimpinan Sidang mempersilahkan Pendamping Pimpinan
Sidang mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
Terperiksa maupun Saksi;
(f) Pimpinan Sidang memberikan kesempatan kepada
Terperiksa dan Pendamping Terperiksa untuk
menyampaikan tanggapan.

/ 6) Membacakan ……..
11

6) Membacakan tuntutan dalam persidangan.

(a) Pimpinan Sidang memerintahkan Penuntut untuk


membacakan tuntutan atas asal-pasal yang dilanggar
dan sanksi-sanksi yang dijatuhkan;
(b) Pada kegiatan ini, Pimpinan Sidang dapat menyatakan
sidang diskors/ditunda untuk memberi kesempatan
kepada Pimpinan Sidang dan Pendamping Pimpinan
dalam rangka musyawarah dan selanjutnya Pimpinan
Sidang membuka sidang kembali.

c. Tahap Putusan Sidang Disiplin.

Pembacaan putusan penjatuhan hukuman oleh Pimpinan Sidang.


1) Pimpinan Sidang menjatuhkan putusan hukuman disiplin;
2) Pimpinan Sidang menanyakan kepada Terperiksa apakah
menerima atau menolak putusan yang dijatuhkan oleh Ankum;
3) Apabila Terhukum tidak menerima keputusan Ankum atau ragu-
ragu atas keputusan hukuman disiplin maka Terhukum dapat
mengajukan keberatan secara tertulis kepada Atasan Ankum
dalam jangka waktu selama 14 (empat belas) hari;
4) Pimpinan sidang menutup persidangan.

d. Tahap Pengajuan Keberatan

1) Apabila Terhukum tidak menerima keputusan hukuman disiplin,


dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Atasan
Ankum melalui Ankum dalam waktu 14 (empat belas) hari;
2) Apabila dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhukum
tidak mengajukan keberatan maka putusan yang dijatuhkan
Ankum berlaku pada hari ke 15 (lima belas);
3) Ankum wajib menerima pengajuan keberatan terhadap
Keputusan Hukuman Disiplin yang dijatuhkan dan
meneruskannya kepada Atasan Ankum;
4) Atasan Ankum berwenang menolak atau mengabulkan seluruh
atau sebagian keberatan;

5) Dalam ..................
12

5) Dalam hal keberatan terhukum ditolak seluruhnya, maka Atasan


Ankum menguatkan keputusanyang telah dibuat oleh Ankum
yang menjatuhkan hukuman disiplin;
6) Apabila keberatan diterima seluruhnya, maka Atasan Ankum
membatalkan keputusan yang telah dibuat oleh Ankum yang
menjatuhkan hukuman disiplin dan mengembalikan semua
haknya;
7) Apabila keberatan terhukum ditolak atau diterima sebagian,
maka Atasan Ankum mengubah keputusan yang dibuat oleh
Ankum yang menjatuhkan hukuman disiplin;
8) Keputusan Atasan Ankum ditetapkan paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya pengajuan keberatan;
9) Putusan Atasan Ankum atas keberatan Terhukum merupakan
putusan akhir.

e. Ketentuan-ketentuan Yang harus diperhatikan

Dalam pelaksanaan sidang disiplin ada beberapa hal yang harus


diperhatikan antara lain :
1) Mengenai mekanisme sidang disiplin, tata cara sidang, format
surat-surat dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
sidang disiplin sesuai dengan lampiran A sampai dengan O yang
tercantum dalam Keputusan Kapolri No. Pol : Kep /44/IX/2004;
2) Sidang Disiplin dilaksanakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
setelah Ankum menerima berkas Daftar Pemeriksaan
Pendahuluan (DPP) pelanggaran disiplin dari provos atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh ankum;
3) Apabila ankum dalam tenggang waktu 30 hari tidak melakukan
sidang disiplin, maka harus segera melaporkan kepada Atasan
Ankum disertai alasannya;
4) Dalam hal ankum tidak melakukan sidang disiplin terhadap
anggotanya dengan alasan yang tidak dapat diterima, maka
atasan ankum berwenang mengambil alih untuk melaksanakan
sidang disiplin;

/ 5) Sidang .............
13

5) Sidang disiplin dapat dilaksanakan tanpa kehadiran pelanggar


disiplin setelah melalui proses pencarian menurut ketentuan
yang berlaku;
6) Sidang disiplin dapat dilaksanakan secara terbuka dan trtutup
untuk umum dengan memperhatikan materi pelanggaran yang
dilakukan;
7) Pernyataan sidang secara terbuka atau tertutup untuk umum
menjadi kewenangan pimpinan sidang;
8) Pelaksanaan putusan sidang dilaksanakan setelah ditetapkannya
surat putusan sidang disiplin oleh pimpinan sidang, selanjutnya
ditindaklanjuti dengan dikeluarkan surat perintah pelaksanaan
putusan sidang yang ditetapkan juga ankum selaku pimpinan
sidang;
9) Terhukum setelah menerima surat putusan hukuman disiplin
dan perintah pelaksanaan hukuman segera melaksanakan
hukuman disiplin;
10) Keputusan hukuman disiplin dan pelaksanaan hukuman dicatat
dalam Buku Data Personel (BDP) yang bersangkutan dengan
mencantumkan :
(a) Nomor dan tanggal surat keputusan penjatuhan hukuman;
(b) Jenis hukuman yang dijatuhkan;
(c) Ada tidaknya pengajuan keberatan atas hukuman disiplin;
(d) Waktu mulai dan berakhirnya hukuman;

11). Untuk pelaksanaan hukuman disiplin berupa penempatan dalam


tempat tempat khusus, Ankum menyerahkan kepada fungsi
provos;
12. Bagi terhukum yang telah selesai melaksanakan hukuman
berupa penempatan dalam tempat khusus, maka personel yang
bersangkutan dikembalikan kepada ankum atau kesatuan asal
dengan disrtai surat pembebasan dan surat penghadapan;
13. Apabila terperiksa pada pemeriksaan sidang disiplin ternyata
tidak terbukti melakukan pelanggaran disiplin, dilakukan
rehabilitasi.

/ f. Pelaksanaan ..........
14

f. Pelaksanaan Hukuman Disiplin.

1) Hukuman Disiplin sebagaimana di maksud dalam Pasal 14 huruf


a Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/43/IX/2004 dicantumkan
dalam Surat Keputusan Hukuman Disiplin, yang aslinya
diberikan kepada Terhukum dan tembusannya diberikan kepada
Pejabat Personil, Provos dan Atasan Ankum;
2) Hukuman Disiplin sebagaimana di maksud dalam Pasal 14 huruf
b,c,dan d Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/43/IX/2004
dicantumkan dalam Surat Keputusan Hukuman Disiplin dengan
menyebutkan waktu penundaan yang jelas dan tidak melebihi
masa 1 (satu) tahun, yang aslinya diberikan kepada Terhukum
dan tembusannya diberikan kepada Pejabat Personil, Provos
dan Atasan Ankum;
3) Hukuman Disiplin sebagaimana di maksud dalam Pasal 14 huruf
e dan f Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/43/IX/2004
dicantumkan dalam Surat Keputusan Hukuman Disiplin, yang
aslinya diberikan kepada Terhukum dan tembusannya diberikan
kepada Pejabat Personil, Provos dan Atasan Ankum;
4) Hukuman Disiplin sebagaimana di maksud dalam Pasal 14 huruf
g Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/43/IX/2004 dicantumkan
dalam Surat Keputusan Hukuman Disiplin, yang aslinya
diberikan kepada Terhukum dan tembusannya diberikan kepada
Pejabat Personil, Provos dan Atasan Ankum;
5) Putusan Sidang Disiplin yang dijatuhkan kepada Terhukum
sebagaimana diatur dalam Pasal 14 huruf a, b, c, d, e dan f
Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/43/IX/2004 harus sudah
ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan oleh pejabat yang
berwenang selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari, yang
tembusannya disampaikan kepada Ankum;
6) Putusan Sidang Disiplin yang dijatuhkan kepada Terhukum
sebagaimana diatur dalam Pasal 14 huruf g Keputusan Kapolri
No. Pol. : Kep/43/IX/2004 yang pelaksanaannya di serahkan
kepada Provos;
7) Pengawasan terhadap terhukum yang dijatuhi hukuman disiplin
berupa :

/ (a) Penundaan ..........


15

(a) Penundaan mengikuti pendidikan, Penundaan Kenaikkan


Gaji Berkala, Penundaan Kenaikkan Pangkat, Mutasi
bersifat Demosi, dan Pembebasan dari Jabatan langsung
dilakukan pengawasan sejak ditetapkan SKHD sampai
dengan pelaksanaan hukuman disiplin;
(b) Teguran Tertulis masa pengawasan selama 6 (enam)
bulan setelah diterbitkan SKHD;
(c) Penempatan dalam Tempat Khusus masa pengawasan
hukuman disiplin selama 6 (enam) bulan setelah
pelaksanaan putusan penempatan dalam tempat khusus.

8) Setiap penjatuhan hukuman disiplin dilakukan pencatatan dalam


buku Pencatatan Data Personil Perseorangan, yang selanjutnya
dijadikan masukan bagi pengisian Riwayat Hidup Personil
Perseorangan (RHPP) yang dilaksanakan oleh fungsi Personil,
Provos, Paminal dan Ankum Pelanggar;
9) Buku Pencatatan Data Personil Perseorangan berisi :
(a) Identitas pelanggar;
(b) Waktu dan tempat pelanggaran;
(c) Jenis pelanggaran;
(d) Jenis hukuman;
(e) Nomor putusan hukuman;
(f) Batas waktu pelaksanaan hukuman.

g. Adminitrasi Sidang Disiplin.

Administrasi sidang disiplin bagi anggota Polri


menggunakan ketentuan-ketentuan yang berlaku
dilingkungan Polri sebagai berikut :
1) Berkas perkara (Daftar Pemeriksaan Pendahuluan);
2) Surat perintah penunjukan perangkat sidang disiplin;
3) Surat perintah pelaksanaan sidang disiplin;
4) Acara persidangan;
5) Surat persangkaan;
6) Surat penuntutan;
7) Surat keputusan penjatuhan hukuman / pembebasan
dari persangkaan;
8) Surat keputusan hukuman disiplin;
9) Surat perintah pelaksanaan hukuman disiplin;
10) Berita Acara Persidangan.

/ III. Penutup ...........


16

III. Penutup.

Demikianlah Standart Operation Procedure (SOP) ini dibuat guna


persamaan persepsi dalam bekerja khususnya penanganan perkara
pelanggaran disiplin angggota Polri.

Anda mungkin juga menyukai