Anda di halaman 1dari 2

Nama : Christine Febriyani BR Silaen

NIM : 07041282328109
Kelas : HI B Indralaya
Mata Kuliah : Studi Perdamaian
Dosen Pengampu : Sari Mutiara Aisyah, S.IP., M.A.

Rangkuman Video "A Schoolgirl's Odyssey - Malala Yousafzai Story" Melawan


Feminisme
Dalam Video dokumenter "A Schoolgirl's Odyssey - Malala Yousafzai Story"
menceritakan tentang masa kecil dari seorang aktivis pendidikan, ia berusia 11 tahun yang
berjuang di Swat Valley bernama Malala Yousafzai, bersama dengan ayahnya, Ziauddin. Malala
bercerita bahwa dalam masa kecilnya iya bermimpi menjadi seorang dokter. Namun, ia tumbuh
dalam lingkungan yang memiliki larangan terhadap pendidikan perempuan di wilayahnya yang
dikuasai oleh kelompok teroris yang disebut Taliban. Serangan yang dilakukan oleh Taliban,
yang melanggar pendidikan perempuan membuat sekolah- sekolah harus ditutup, termasuk
sekolah ayah Malala yang juga seorang pendidik dan merupakan pemilik dari sekolah khusus
wanita yang sudah berjalan 40 tahun tersebut dan juga menjadi tempat untuk malala menjalani
pendidikannya ditutup.
Taliban semakin tragis dalam melakukan penyerangan dan kekerasan, sehingga
masyarakat di wilayah tersebut harus meninggalkan tempat tinggalnya hinnga para istri dan
anak-anak harus terpisah dari suami dan ayahnya. Dengan kondisi tersebut, para militer dari
Pakistan juga melakukan penyerangan terhadap Taliban. Selama keadaan tersebut, Malala
mempunyai mimpi baru untuk menjadi seorang politis untuk menyelamatkan negaranya dari
konflik yang terjadi.
Setelah berpisah selama beberapa bulan, Malala kembali bertemu dengan ayahnya dan
Malala mengecek keadaan rumahnya dan bersamaan keluarganya pergi ke sekolah melihat
banyaknya sekolah yang rusak. Lebih dari 200 sekolah yang telah dihancurkan masih ditutup
dan sekolah dibuka kembali pada bulan agustus yang masih dikuasai oleh serangan Taliban. Pada
bulan september Ziauddin menggambarkan bahwa Swat sebagai surga yang hilang.

Konflik dan Kekerasan yang Terjadi Dalam Video Dokumenter dan Solusinya ( Positive
Peace atau Negative Peace)
Kekerasan yang terjadi dalam video tersebut ada tiga, yaitu kekerasan langsung,
kekerasan struktural dan kekerasan budaya. Kekerasan langsung terlihat dalam video tersebut
bahwa Taliban melakukan penyerangan hingga pembunuhan. Kekerasan struktural dilihat dari
pembatasan terhadap individu terutama perempuan, kehilangan rumah, ketidaksetaraan akses
terhadap layanan pendidikan, dan kebebasan hidup di wilayah yang dikuasai oleh Taliban.
Kekerasan budaya dilihat dari bagaimana Taliban mengambil alih wilayah Swat Valley dan
memberlakukan larangan terhadap pendidikan untuk perempuan.
Dari konflik tersebut kondisi ini termasuk dalam positive peace, meskipun kekerasan
masih ada dalam masyarakat dan belum terselesaikan, namun konflik mengenai sekolah harus
ditutup mulai dapat diselesaikan. Sehingga bisa dilakukan dengan cara diplomasi, karena
menyelesaikan konflik dengan kekerasan atau penyerangan balik yang dilakukan oleh militer
Pakistan tidak tentu dan belum bisa diselesaikan.

Anda mungkin juga menyukai