Anda di halaman 1dari 9

BIOGRAFI RATU ZALEHA DAN NILAI PERJUANGANNYA

DALAM PEMBELAJARAN IPS

Rahimah
2010128220022@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Biografi ini juga diperlukan dalam pembelajaran peserta didik agar dapat dijadikan nilai
dalam kehidupan sehari-hari atas perjuangan dan nilai dari tokoh tersebut. Nilai perjuangan
seseorang biasanya melekat pada diri seorang pahlawan. Objek pada penulisan ini adalah
biografi dari Ratu Zaleha dan nilai perjuangannya. Artikel ini bertujuan untuk menceritakan
sedikit dari kisah perjuangan pahlawan wanita di daerah Kalimantan Selatan terutama bagi
Kesultanana Banjar, yaitu Ratu Zaleha. Ratu Zaleha ini keturunan Pangeran Antasari.
Adapun penggunaan metode pada penulisannya adalah Heuristik, Kritik, Interpretasi dan
Historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah lahirnya Gusti Zaleha, masa remajanya Gusti
Zaleha, perjuangan Gusti Zaleha dan nilai perjuangannya.
Kata kunci: Biografi, Ratu Zaleha, nilai perjuangan.
PENDAHULUAN
Biografi adalah sebuah tulisan yang tertuang yang dimana memuat dari riwayat
seseorang. Adapun nilai perjuangan ialah nilai-nilai yang patut di contoh dalam
perjuangannya dalam kehidupan kita kedepannya dan nilai ini akan menjadi acuan dalam
berkehidupan. Di Kalimantan Selatan ini banyak sekali tokoh yang berjuang, salah satu
kaum wanita yang tangguh adalah Ratu Zaleha ini keturunan Pangeran Antasari. Dengan
biografi Ratu Zaleha dan nilai perjuangannya kita tahu bahwa tidak hanya seorang laki-laki
yang berjuang dalam menyerang penjajah pada dulunya namun para kaum perempuan pun
juga ikut berjuang akan hal melawan penjajah. Pendidikan memiliki peranan yang begitu
penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Dengan
mengembangkan dan membangun masyarakat yang berkualitas akan membawa dampak

1
postif bagi kehidupan yang akan datang (Handy, 2015). Melalui sumber local dalam
biografi Ratu Zaleha dapat menjadikan masyarakatnya yang bertanggung jawab dan
berdaulat dan cinta terhadap tanah air ini (Abbas, 2016).
METODE
Penggunaan metode pada penulisan artikel ini dengan metode sejarah: Heuristik,
kritik, interpretasi dan historiografi. Data yang di temukan di peroleh dari jurnal dan buku
lainnya. Bahan yang sudah dikumpulkan lalu di pilah dan dipilih datanya yang valid dan
asli kebenarannya. Setelah hal demikian maka di buatlah dalam sebuah rangkaian
kronologis dan fakta. Lalu dibentuklah dalam sebuah penulisan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Biografi Gusti Zaleha
1. Lahirnya Gusti Zaleha
Gusti Zaleha keturunan dari Pangeran Antasari yang dimana keturunan kerajaan
Banjar. Pangeran Antasari menikah dengan Nyai Fatimah yang berasal dari Dayak dan
Nyai Fatimah ini juga seorang kepala desa Dayak Soerapati Hulu. Hasil pernikahan ini
mereka memiliki keturunan putra yang di beri nama Muhammad Seman. Muhammad
Seman ini merupakan ayah dari Gusti Zaleha dan ibunya bernama Nyai Salamah. Gusti
Zaleha lahir di Muara Lawung tahun 1880 yang dimana daerah tersebut tsekarang
termasuk provinsi Kalimantan Tengah dekat Dewan Pertahanan atau dekat dengan
Pegustian. Daerah ini berada di Gunung Bondang di sungai Lawune.
Gusti Zaleha Pegustian ini hidup di luar istana dan diwarnai oleh perjuan sang ayah.
Pada saat bubarnya Kesultanan Banjar. Keluarga Gusti Zaleha ini jauh dari kata mewah
sebaimana kehidupan dari seorang Pangeran abad 18 dan Sultan Adam pertengahan
abad 19. Ayah Gusti Zaleha juga sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup
terlebih menjadi seorang tokoh perlawanan. Walaupun Gusti Zaleha ini keturunan
bangsawan namun nasibnya bisa dikatakan menjadi seorang keturunan bangsawan.
Pada masa kecilnya Gusti Zaleha menjalani perjuangan untuk melawan Belanda. Ia juga
tergabung dalam kelompok ayahnya untuk bergerilya melawan Belanda. Pada saat
balita ia sering di bawa ibunya dan sering tertidur lelap pada ayunan begantung di
pepohonan oleh ibunya. Tali yang dipakai disini juga bukan tali kuat, karena agar lebih

2
mudah menghidar dan menjauh dari serangan Belanda yang datang dan talinya pun
disimpan agar di anggap aman.
2. Masa remajanya Gusti Zaleha
Pada masa pertumbuhannya Gusti Zaleha menghabiskan waktu berada disekitar
sungai Menawing di Kalimantan Tengah untuk belajar ilmu bela diri. Karena suku
Dayak disini terkenal akan hebatnya pencak silat. Tidak hanya ilmu bela diri yang di
pelajari, Gusti Zaleha juga belajar ilmu batin agar menambah kekuatannya untuk
menghadapi pasukan Belanda. Gusti Zaleha tahu betul perjuangan keluarganya untuk
melawan Belanda, Jadi Gusti Zaleha tidak tinggal berdiam diri saja. Namun malah ikut
dalam memperjuangkan untuk melawan Belanda. Ayah Gusti Zaleha Muhammad
Seman juga tidak lupa memberikan pengajaran terhadap anaknya terutama ilmu agam
yaitu di ajarkan untuk membaca Al-Qur’an dan doa-doa. Selain itu ayahnya juga
mengajarkan ilmu peperangan dalam mengahdapi penjajah Belanda. Tidak hanya
ayahnya yang memberikan pembelajaran, ibunya juga mengajarkan mengenai
keterampilan seorang perempuan dalam memasak, tata kelakuan terhadap ayah, ibu dan
terhadap suami. Terlahir dan hidup pada masa perlawanan mengahdapi Belanda, yang
dimana hal ini menciptakan karakter tersendiri bagi Gusti Zaleha. Karakter yang
terbentuk dari dalam diri Gusti Zaleha tidak lepas dari peran kedua orang tuanya.
3. Perjuangan seorang Gusti Zaleha
Tahun 1900 Gusti Zaleha di lamar Gusti Muhammad Arsyad yang dimana dia
adalah anak dari Bungsu Penambahan Muhammad Said, jabatannya lebih tinggi dari
Muhammad Seman yang merupakan sepupunya. Gusti Abdullah yang menjadi
saudaranya gugur di pertempuran Benteng Manduruin dan saudara perempuannya tahun
1883. Pangeran Perbatasari di tempatkan ke pengasingan Tondano tahun 1885,
sehingga Gusti Muhammad Arsyad menjadi satu-satunya Penambaan Muhammad Said
dan Penambaan menjadi miliknya dan dari kedudukannya akan menjadi kuat menikahi
Gusti Gusti Zaleha.
Para Belanda menggap Gusti Muhammad Arsyad ini sebagai orang yang cerdas dan
berbudaya hal ini di usianya yang muda. Muhammad Arsyad ini sangat disegani oleh
belanda dan ia merupakan tangan kanan dari Muhammad Seman. Pada perlawanan

3
melawan penajajah Belanda Muhammad Seman menunjuk Muhammad Arsyad untuk
menjadi tangan kanannya dan panglima perang dalam berperang melawan Belanda.
Tahun 1901 belanda melakukan penyerangan secara fisik ke daerah Sungai Barito. Pada
saat itu Muhammad Arsyad bersama-sama untuk melawan penjajah Belanda dan terjun
langsung dalam perang tersebut. dari berbagai Ngaju, Desa Dayak, Makan Siang
Bakumpai dan Banjar atau Kaharingan Hulu bersama bergotong royong untuk mengusi
dan melawan penjajah pada saat itu.
Pada saat itu juga Gusti Zaleha menjadi asistem komandan dari suaminya, mereka
bersama-sama untuk melawan penjajah atas serangan yang di gencarkan oleh Belanda.
Pada pertempuran ini Gusti Zaleha menjadi pemimpin perang bagi wanita suku Dayak.
Dengan ini maka terjalinlah kedekatan kesetaraan dan jiwa. Gusti Zaleha banyak
mendapat dukungan dari perempuan Dayak lainnya. Gusti Zaleha juga memiliki
warisan pedang yang tajam dan senjata. Dalam pertempuran yang sengit pada saat itu,
Gusti Zaleha terkena peluru yang dimana menyebabkan bahnya terluka dan patah.
Namun hal tersebut tidak membuat kendor semangat baginya dalam berjuang. Gusti
Zaleha sudah di lati dari kecil oleh orang tuanya dan berada dilingkungan yang
memiliki kekuatan mental dan fisik. Gusti Zaleha tidak pernah takut untuk ikut
pertempuran melawan Belanda. Dengan adanya komunitas dan saran yang memperkuat
Gusti Zaleha atas kemampuannya.
Pada saat Muhammad Arsyad di tawan oleh Belanda, Gusti Muhammad Arsyad
begitu di introgasi oleh Belanda. Pada saat itu di introgasi oleh C. Snouck Hurgronje
dan dia memiliki kesan bahwa Muhammad Arsyad ini orang yang energi dan cerdas.
Selama Muhammad Arsyad di tawan beliau memberi kesan bahwa Snouck sangat tidak
bisa di andalkan. Pada tahun 1904 Muhammad Arsyad di asingkan ke Bogor. Karena
penahanan suaminya, Gusti Zaleha mengalami kesedihan karena suaminya di asingkan
ke Bogor. Dengan demikian membuat Gusti Zaleha memiliki semangat yang berkobar
untuk melawan Belanda tersebut. Pada tahun 1905 ayah dari Gusti Zaleha juga tewas di
Medan pertempuran di bukit Menawing. Hal tersebut membuat Gusti Zaleha
mengalami kesedihan yang begitu dalam bagi dirinya. Sebelum ayahnya tewas, Gusti
Zaleha di berikan cincin oleh sang ayah yang berarti kedudukan Ratu bagi kesultanan.

4
Dengan hal tersebut Gusti Zaleha memiliki prinsip ”haram manyarah Waja sampai
kaputing”. Pada abad 20 Gusti Zaleha di angkat menjadi seorang Ratu. Dan disini Ratu
Zaleha terjun langsung memimpin pertempuran tersebut.
Setelah sepeninggal ayahnya Ratu Zaleha para komandan pun pulang ke
daerahnya dalam rangka melanjutkan perjuangan sebagai seorang Panglima Batur.
Panglima Batur berjuang di Kampung Lemo pada 24 Agustus 1905 dan di tahan lalu di
bawa ke Banjarmasin pada 15 September 1905 lalu di gantung oleh Belanda.
Sepeninggal Muhammad Seman, para komandan Panglima Batur dan Antung Kuwin
yang tertangkap. Ratu Zaleha tetap melanjutkan perjuangan bersama orang Dayak dan
juga diiringi Jihad Bulan. Mereka melakukan gerilya di Pedalaman Barito Hulu yang
termasuk kampung Dayak etnis, Kayan, Ngaju, Makam Siang Dusun utang Banjar dan
Bakumpai. Pasukan Ratu Zaleha ini melakukan perjalanan Long Match ke Mia dan
sepanjang sungai tepi Teweh. Ratu Zaleha banyak mengandung beban penderitaan
karena tanpa dukungan dari suaminya dan melanjutkan kesultanan sebagai Ratu. Para
Belanja selalu saja menyerang pasukan Ratu Zaleha di tempat persembunyiannya.
Namun hal tersebut tentu saja membuat pasukan Ratu Zaleha sigap dan cepat dalam
mengatasinya. Dan disini Ratu Zaleha di bantu oleh orang pribumi. Tetapi Belanda
tetap saja tidak menyerah untuk menyerangnya walupun Medan yang sulit di lewati. Di
tambah juga dengan para penghianat Ratu Zaleha sehingga memudahkan penyerangan
yang di lakukan Belanda. Namun peperangan di menangkan oleh Belanda dan Belanda
meminta agar Ratu Zaleha menyerah yang dimana jika menyerah akan mendapatkan
keuntungan. Tentu saja Ratu Zaleha menolak dengan keras akan tawaran tersebut. Dan
pertarungan sengit pun terjadi, Belanda terus saja menyerangnya dengan peluru. Namun
peluru tersebut, namun pelurunya hanya membuat sanggul Ratu Zaleha terlepas. Pada
saat itu juga Datu Zaleha melarikan diri dengan keadaan yang terluka dan compang-
camping.
Penangkapan Ratu Zaleha di lakukan 2 kali. Pada penangkapan pertama Ratu
Zaleha berhasil mengloloskan diri menurut Gusti Hind. Pada saat itu perangnya terjadi
di Lembah Barito. Karena pengepungan yang gencar di lakukan Belanda. Ratu Zaleh
dapat keluar dari hutan. Sanggul Ratu Zaleha jatuh tertembak Belanda dan tangan

5
kirinya tertembus peluru. Setelah perang pakaian Ratu Zaleha terlihat kotor dan
compang-camping. Dan ia melakukan bersih-bersih sendiri. Tanpa ada rasa curiga ia
menerima tewaran bersih-bersih tersebut. Namun pada saat bersih-bersih tanpa ada
senjata, ternyata dirinya sudah di kepung oleh Belanda. Namun Ratu Zaleha meminta
dulu untuk mengenakan pakaian bersih. Karena ada ilmu batin yang dimilikinya Ratu
Zaleha berhasil lolos dan ia mengungsi di Muara Teweh. Adapun pada penangkapan
kedua, seperti yang dikatakan oleh Gueti Putera Syuria. Belanda telah mengetahui atas
bantuan para pengkhianat bahwa Ratu Zaleha berada di Muara Teweh. Saat itu Ratu
Zaleha sedang shalat Zuhur berjamaah dengan pasukan Banjar lainnya yang berasal
dari Tanjung Pura yaitu dia adalah Pangeran Muhammad Thalib dan Muhammad
Roem. Mereka membuat formasi segitiga dan Pangeran Muhammad Roem memberi
lindungan Shaft dan dengan ilmu batin yang dimilikinya melakukan perlindungan Ratu
Zaleha dengan tongkat di minyak tanah. Yang merupakan senjata ajaib selain dari pisau
belati. Setelah usai melakukan shalat yang di pimpin oleh Muhammad Roem, Ratu
Zaleha di kepung dan pada saat itu Ratu Zaleha belum siap apa-apa. Namun para
pasukan Muhammad Thalib dan Muhammad Roem berhasil untuk meloloskan diri.
Dari Martapura Ratu Zaleha dan ibunya di berangkat ke Bogor. Ratu Zaleha di
asingkan selama 31 tahun. Dengan sangat terpaksa Ratu Zaleha karena berhenti
melanjutkan perjungannya yang telah dirampas Belanda. Selama diasingkan disana
Ratu Zaleha melayani suaminya dan ia merupaka seorang istri yang berbakti dengan
suaminya. Meskipun di sana suasanya nyaman namun tetap saja terasa berbeda karena
di tempat itu adalah sebuah penjara. Pada 1937 Belanda memulangkan Ratu Zaleha ke
Banjarmasin. Tepat usia Ratu Zaleha 70 tahun Ratu Zaleha meninggal pada 24
September 1953. Dan dimakamkan di Jalan Perang Banjar Hero Jami Banjarmasin.
B. Nilai Perjuangan Ratu Zaleha
1. Tanggung jawab
Pada saat cincin di berikan ke Gusti Zaleha yang menandakan bahwa Gusti Zaleha
memiliki tanggung jawab sebagi seorang Ratu. Dan melanjutkan kesultanan Banjar dan
juga melawan pertempuran dalam menghadapi penjajah. Dan Ratu Zaleha memiliki
tanggung jawab yang begitu besar. Tanggung jawab ini adalah sikap berani mengambil

6
keputusan dan tentunya juga berani dalam bertanggung jawab atas hasil dari keputusan
tersebut. orang yang bertanggung jawab ini akan dengan tegas mengeluarkan
keputusannya dan tentu saja berani bertanggung jawab atas resikonya.
2. Kerja keras
Pada saat peristiwa perang Ratu Zaleha begitu bekerja keras dalam
mempertahankan Pegustian ini dari Belanda. Ia selalu bekerja keras dan gigih dalam
memperjuangkan tanah Banjar ini. Tanpa ada rasa sedikit pun putus asa yang di lakukan
Ratu Zaleha. Meskipun banyak rintangan yang dihadapi Ratu Zaleha tetap saja berusaha
keras dengan sekuat tenaganya. Dengan sikap kerja keras ini kita dapat teladani bahwa
semua dalam menjalani kehidupan ini tidak ada yang mudahnya. Perlu adanya kerja
keras dan penuh semangat dalam menghadapi kesulitan yang di alami. Orang di luar
sana yang sukses tidak mungkin karena sukses yang datang secara tiba-tiba, pasti
perjuangan yang di lakukan menuju kesuksesan mulai dari nol atau dari yang kecil dulu
dan selanjutnya bekerja keras dalam menginginkan kesuksesan atas apa yang mau
dicapai kedepannyaa.
3. Teguh pendirian
Ratu Zaleha memiliki siakp teguh pada pendiriannya walaupun di tawarkan Belanda
sebuah keuntungan agar menyerah terhadap Belanda. Ratu Zaleha teguh pada
pendiriannya agar terus berusaha keras terhadap melakukan perlawanan melawan
Belanda. Prinsip yang dipegang oleh Ratu Zaleha dan keluarganyanya adalah “haram
manyarah waja sampai kaputing”.

Dari penjelasan nilai perjuangan di atas kita tahu bahwa dalam menjalani kehidupan ini
sangat berhubungan dengan teguh dalam pendirian, kerja keras dan juga tanggung jawab.
Dari nilai perjuangan ini dapat kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
manusia dan juga makhluk sosial. Dengan adanya sikap teguh pendirian, kerja keras dan
tanggung jawab dapat mewujudkan masyarakat yang baik dalam kehidupan. Karena dalam
pendidikan IPS itu sendiri diman bertujuan agar menjadikan masyarakatnya lebih baik lagi
dalam bermasyarakat. Dengan sikap teguh pendirian maka kita tidak akan pernah goyang
atas tawaran yang mengguirkan yang dimana akan merusak kedamaian di negara Indonesia

7
ini. Adapun juga dengan sikap kerja keras kita terlebih lagi seorang peserta didik bekerja
keras untuk belajar yang berupaya demi memajukan bangsa ini dengan ilmu yang di
dapatkan dan menafaatkan bagi kehidupan dan kemajuan bangsa. Selain itu juga, dengan
sikap tanggung jawab seseorang akan berani dalam mengambil keputusan dan juga berani
mengambil bertanggung jawab atas resiko dari keputusan tersebut. Dengan itu dapat
mewujudkan masyarakat yang baik bagi bangsanya.

KESIMPULAN

Gusti Zaleha keturunan dari Pangeran Antasari. Ayahnya bernama Muhammad


Seman dan ibunya bernama Nyai Salamah. Gusti Zaleha lahir di Muara Lawung tahun 1880
yang dimana daerah tersebut tsekarang termasuk provinsi Kalimantan Tengah dekat Dewan
Pertahanan atau dekat dengan Pegustian. Pada tahun 1900 Gusti Zaleha menikah dengan
Muhammad Arsyad. Mereka berdua juga bersama-sama berjuang untuk melawan Belanda.
Pada tahun 1904 suaminya di asingkan dan di han Belanda di Bogor dan pada tahun 1905
ayah Gusti Zaleha tewas melawan Belanda. Hal tersebut tentu saja membuat Gusti Zaleha
merasakan kesedihan yang begitu dalam. Namun ia tidak mau terlarut dlam kesedihan dan
menghilangkan semangat untuk berjuang mengusi penjajah. Pada abad ke-20 Gusti Zaleha
di angkat menjadi seorang Ratu. Dan dengan hal tersebut membuat semangat yang
berkobar bagi dirinya dalam melawan penjajah. Ratu Zaleha di tangkap sebanyak 2 kali
namun ia tetap bisa lulus dari penangkapan tersebut. Ratu Zaleha juga di asingkan ke Bogor
selam 31 tahun. Pada tahun 1937 ia dipulangkan ke Banjarmasin dan merasakan kebebasan.
Tepat usia Ratu Zaleha 70 tahun Ratu Zaleha meninggal pada 24 September 1953. Dan
dimakamkan di Jalan Perang Banjar Hero Jami Banjarmasin. Ada nilai perjuangan yang
patut kita teladani adalah kerja keras, tanggung jawab dan juga teguh terhadap pendirian.

REFERENSI
Abbas, E. W. (2016). Building Education Based on Nationalisme Values.

Farida, I. (2019). Reaveling Struggle Value Through Biography of Queen Zaleha (1880-
1953). The Kalimantan Social Studies Journal, 1(1), 66-80.

8
Handy, MRN (2015). Pendidikan Sejarah dan Isu Kebangsaan. Prosiding Seminar
Nasional dan Pertemuan Asosiasi Pendidik dan Peneliti Sejarah.
http://eprints.ulm.ac.id/8584/

Handy, M. R. N., & Fatimah, S. N. (2019). Biography of Syekh Muhammad Nafis Al-
Banjari: An Investigation of Value in the Spread of Islam as a Learning Source on
Social Studies. The Kalimantan Social Journal, 1(1), 40-50.

Harpriyanti, H. (2019). Peran Ratu Zaleha dalam Memperjuangkan Kemerdekaan di Tanah


Banjar. STILISTIKA: Jurnal Bahasa, dan Pengajarannya, 4(1), 74-88.

Hendraswati, H., & Jamalie, Z. (2017). PEDAGANG DAN GERAKAN PERLAWANAN


TERHADAP KOLONIAL BELANDA PADA MASA PERANG BANJAR (1859-1905).
Pontianak: Kepel Press.

Janah, W. A., Abbas, E. W., & Mutiani, M. (2020). The Contribution of Leadership Value
of Nadjmi Adhani as a Learning Resource on Social Studies. The Innovation of
Social Studies Journal, 1(2), 188-196.

Jumadi, J., Effendi, R., Anis, M. A.,& Mansyur, M. (2016). RINGKASAN HASIL-HASIL
KAJIAN BUDAYA DAN SEJARAH BANJAR.

Mansyur, M., & Mattiro, S. (2020). Ensiklopedia Tokoh-Tokoh Sejarah Lokal Banjar
Sebagai Sumber Belajar Muatan Lokal Mandiri Bagi Siswa SMP/MTS di
Kalimantan Selatan.

Mursalin, M. (2019). Perempuan Banjar. Kajian Awal Tentang Gender Abad XVIII-XX.
Yupa: Historical Studies Journal, 3(2), 49-58.

Salasiah, S. (2014). Peranan perempuan Banjar dalam pendidikan Islam abad XIX dan XX.
IAIN Antasari Press.

Anda mungkin juga menyukai