SUNAN KALIJAGA
Salah satu Walisongo yang berdakwah di wilayah Demak dan sekitarnya yang dulu juga
terdapat sebuah kerajaan yaitu Demak Bintoro adalah Sunan Kalijaga, dengan chiri khas
yang berbeda Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai Ulama besar dan seorang Wali yang
memiliki kharisma tersendiri diantara Wali-wali lainnya dan paling terkenal dikalangan
atas maupun dikalangan bawah. Sehingga Sunan Kalijaga berhasil membentuk
masyarakat Islam di wilayah Demak dan sekitarnya
3. Apa saja kelemahan dan kelebihan dakwah Sunan Kalijaga dalam konteks
kekinian?
III. PEMBAHASAN
Beliau lahir dari kalangan keluarga bangsawan asli di Istana Tumenggung Ario Tejo
alias Adipati Wilwatikto di Tuban, Sunan Kalijaga juga mempunyai banyak nama
diantaranya Lokajaya, syekh malaya, dan pangeran Tuban. Sedangkan gelar Kalijaga ini
berasal dari kata jaga (menjaga) dan kali (sungai).[2] ia di didik dalam bidang
pemerintahan dan kemiliteran, khususnya di bidang Angkatan laut, ia juga ahli dibidang
pembutan kapal laut yang dibuat dari kayu jati, yang nama mudanya atau nama kecil
adalah Raden Mas Syahid atau Jaka said. Raden Sahid sewaktu kecil sudah mempunyai
rasa solidaritas yang tinggi pada kawan-kawannya, ia bahkan tak segan-segan masuk
dan bergaul kedalam lingkungan rakyat jelata. Ketika itulah ia tidak tahan lagi melihat
penderitaan orang-orang miskin pedesaan.
Keika Raden syahid lahir di bumi Tuban, keadaan Majapahit mulai surut. Beban upeti
kadipaten terhadap pemerintah pusat semakin besar sehingga masa muda Raden syahid
dipenuhi dengan keprihatinan. Lebih-lebih ketika Tuban dilanda musim panjang, gelora
jiwa syahid tak tertahan. Napas panjang dihelanya, dan dia berkata “mengapa rakyat
kadipaten Tuban yang sudah hidup sengasara dibuat lebih menderita, Ramanda?”
Muka sang ayah memerah. Namun sang ayah merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Ia
hanya seorang raja bawahan. banyak orang yang prihatin atas kondisi serba kesulitan
yang tidak bisa berbuat apa-apa. Sebaliknya, banyak elite yang ketahuan berbuat salah
bahkan terbukti secara hukum tetapi dengan enteng menyatakan pada khalayak ramai
bahwa dirinya tak bersalah.
Raden syahid akhirmya memilih menjadi maling cluring. Yaitu istilah yang digunakan
bagi pencurian yang hasil curiannya dibagikan kepada orang miskin. Mula-mula dia
bongkar gudang kadipaten, ambil bahan makanan, dan membagi-bagikannya kepada
orang-orang yang memerlukannya denga cara diam-diam. Penerima bahan makanan tk
pernah tau siapa yang membagikannya. Namun, lewat intaian para penjaga keamanan
kadipaten, akhirnya Raden Syahid tertangkap basah. Ia dibawa dan dihadapkan kepada
adipati Tumenggung Wilatikta.
Dari peristiwa itu akhirnya Raden syahid diusir dari kadipaten karena keluarganya
merasa tercoreng atas perilakunya. Akan tetapi pengusiran itu bukannya membuat
Raden syahid kapok dan jera, malahan dia memrampok dan mebegal orang-orang kaya.
di daerah hutan Jati Wangi, ia melihat seorang laki-laki Tua yang tak lain adalah sunan
bonang, akan tetapi Raden syahid tidak mengenalinya. Singkat cerita dengan kesaktian
Sunan bonang akhirnya membuat Raden syahid Tercerahkan hidupnya. Menyadari
bahwa perbuatan yang telah dilakukannya tersebut meskipun tampak mulia akan tetapi
tetap jalan yang salah. Hingga akhirnya Raden syahid berguru pada sunan Bonang.
1. Wayang
Sunan Kalijaga terkenal pandai mendalang. Sebagai dalang, Sunan Kalijaga dikenal
dengan nama Ki Dalang Sida Brangti. Sunan Kalijaga mengarang lakon-lakon wayang
dan menyelanggarakan pagelaran-pagelaran wayang kulit dengan upah berupa Jimat
Kalimasada atau ucapn kalimat syahadat. Beliau mau memainkan lakon-lakon wayang
yang biasanya untuk meramaikan suatu pesta peringatan-peringatan asal yang
memanggil itu mau bersyahadat sebagai kesaksian bahwa ia rela masuk Islam.
Ketika mendalang itulah Sunan Kalijaga menyisipkn ajaran-ajaran Islam. Lakon yang
dimainkan tak lagfi bersumber dari kisah ramayana dan mahabarata yang bernuansa
Hindu, melaiinkan kisah-kisah ciptaan Sunan Kalijaga, diantaranya adalh lakon Jimat
Kalimasada, Dewa Ruci, dan Petruk Dadi Ratu. Jimat kalimasada tak lain adalah
perlambang dari kalimat syahadat. Lakon jimat kalimasada inilah yang paling sering
dipentaskan. Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang Wayang Purwa. Ia terkenal sebagai
dalang wayang kulit yang sangat menarik. Bila Sunan Kalijaga pentas di suatu Desa,
penonton berjubel-jubel memadati halaman. Pentas wayang Sunan Kalijaga adalah
dalam rangka mendakwahkan Islam. Ia tidak pernah menarik bayaran materi. Sebagai
bayarannya ia mengajak kepada seluruh hadirin untuk bersyahadat mengucapkan
sumpah pengakuaan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui bahwa nabi
Muhammad adalah utusan Allah.
Ahli sejarah mencatat, wayang yang digemari masyarakat sebelu kehadiran Sunan
Kalijaga adalah wayang beber. Wayng beber berupa kain bergambar kisah
pewayangan. Pada mulanya penggambaran tokoh wayang itu mirip manusia, da dinilai
bertentnangan dengan syara’ oleh sebagian ulama’. Ppara wali, terutama Sunan Kalijaga
kemudian menyiasatinya dengan mengubah menjadi lukisan yang menghadap ke
samping. Jadi, dengan menguvah bentuk dan lukisan wayang tersebut, maka tidak ada
lagi alasan untuk mebuduh bahwa wujud wayang melnggar hukum Islam karena berbed
dengan bentuk manusia yang sesungguhnya. Selain itu, atas saran para wali, Sunan
Kalijaga juga membuat tokoh semar, petruk, gareng, dan bagong sebagai tokoh
punakwan yang lucu.
2. Kidung
Sunan Kalijaga juga melakukan dakwah melalui kidung. Kidung Rumeksa ing Wengi
merupakan sarana dakwah dalam bentuk tembang yang populer, karena dipercaya
membawa tuah seperti mantera sakti. Fungsi Kidung rumeksa ing wengi ini bagi rakyat
Jawa dalah:
d. Pembebas bencana
e. Mempercepat jodoh
a. Disebutnya nama Allah, malaikat, Rasul dan nabi-nabi, serta keluiarga dan para
sahabat Nabi Muhammad seperti baginda Ali, USMAN, Abu Bakar, dan lain-lain.
Jadi, secara maknawi kidung ini merupakan dakwah Islam yang sangat kental yang
membuktikan bahwa Sunan Kalijaga adaalah guru spiritual rakyat Jawa. Sunan Kalijaga
juga dikenal sebagai pencipta tembang Lir-ilir yang masih populer hingga saat ini.
adapun syairnya adalah sebagai berikut
Lir-ilir
Terjemahan:
Lir-ilir
3. Karawitan
Cara berdakwah melalui karawitan oleh Sunan Kalijaga diketahui dari gamelan yang
diduga sebagai peninggalan Sunan Kalijaga. Gamelan-gamelan ini diberi nama Knjeng
Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Madu. Kini, gamelan-gamelan, yang dikenal
sebagai gamelan Sekaten, itu disimpan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Kesunanan
Surakarta, seiring dengan bepindahnya Islam ke Mataram.
Sunan Kalijaga juga mengganti puja-puji dalam sesaji yang biasa dilakukan umat hindu
pada waktu itu dengan do’a dan bacaan dari kitab suci Al-Qur’an. Diawal syiarnya,
Sunan Kalijaga selalu berkeliling ke pelosok desa. Menurut catatan Husein
Jayadiningrat, Sunan Kalijaga berdakwah hingga ke Palembang dan Sumatra Selatan.
Setelahg beberaa lama di Palembang, Sunan Kalijaga diperintahkan balik ke Jawa oleh
Syekh Maulana Maghribi. Babad cirebon menceritakan, Sunan Kalijaga tiba dikawasan
Cirebon setelah berdakwah dari palembang.
Adapun tata cara ayang menjadi kepercayaan Agama lama yang harus dirubah menurut
Sunan Kalijaga ada 3 hal:
1) Bab Samadi, sebagai puji mengheningkan cipta itu mengandung maksud untuk
mencari Sasmita dan berita batin mengenai hal-hal yang sudah lewat dan yang akan
datang, itu harus diusahakan agar berubah menjadi Sholat wajib.
2) Bab Sesaji dan Kekutug atau membakar kemenyan, itu dengan maksud
menyajikan kebaktian kepada lelembut, yakni mahkluk-mahkluk halus yang Ghaib
seperti Jin dan Syetan agar membantu maksud serta keinginannya, dan terutama jangan
hendaknya menggoda dan menggagu raktyat setempat. Hal ini sedikit demi sedikit harus
diubah sehinga menjadi tata cara pemberian sedekah kepada Fakir miskin, tetangga
dekatnya, sanak keluarga, famili, dan sebagainya.
3) Bab Keramaian upacara tradisi keAgamaan, pemeluk Agama yang lama jika
mengadakan peralatan perkawinan, yang kaya membuat keramaian meniru dewa yang
dianutnya, misalnya:
a. Upacara atau hiasan tumbuh-tumbuhan serta kembar mayang yang diatur sebagai
Hiasan dalam upacara perkawinan. Itu yang ditiru pertamanan pohon Kelepu Dewa
Daru.
b. Suara Gamelan yang dipukul oleh para niaga itu meniru Gamelan Lokananta
dikhayangan.
c. Wanita menari sambil Sesindenan atau menyanyi menurutkan Irama Gamelan, itu
yang ditiru tarian Waranggana mengelu-elukan datangnya para dewa.
d. Pria yang menanggapi tarian Waranggana, yang diikuti oleh yang lain-lain yang
kemudian dinamai Tayuban, itu yang ditiru adalah gerak kedatangan para Dewa.
Tata cara yang ada hubungannya dengan kepercayaan Agama tadi (Semadi, sesaji,
keramaian), apabila justru di gunakan alat penerangan dengan cara yang bijaksana,
artinya kekeliruan itu di luruskan dengan perlahan-lahan, maka rakyat lekas sekali bisa
mengikuti ajaran Islam yang benar, misalnya upacara memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW di Surakarta dan Yogyakarta dengan keramaian sekaten, grebeg
maulud, grebeg besar dan grebeg syawal.
Sunan Kalijaga adalah seorang sufi yang ajarannya diikuti oleh oara penguasa waktu
itu. Sunan Kalijaga megajarkan sikap Narima ing pandum yang urainnya menjadi lima
ikap, yakni rela, narima, temen, sabar, dan budi luhur. Kelima sifat itu sebenarnya
bersumber dari ajaran Islam yakni: rela dari ridho atau ikhlas, narima dari Qona’ah,
temen dari sifat amanah, sabar dari kata Shabar, dn budi luhur dalah akhlak alkarimah
Sunan Kalijaga juga megajrkan jalan menuntut ilmu menuju kesempurnaan hidup.
Ajaran yang terdapat dalam serat wali sanga pada intinya mengajarkan manusia agar
dapat mencapai kedmaian dan ketentraman. Adapun caranya adalah dengan
mengendalikan nafsu manusia seperti nafsu amarah, nafsu birahi, nafsu lawwanah
(mementingkan diri sendiri), dn nafsu mutma-innah( cenderung dekat kepada Tuhan).
Menurut Sunan Kalijaga, ketika seseorang sudah bisa menyingkirkan tiga nafsu amarah,
birahi, dan lawwanah, maka ia akan sampai kepada mtma-innah.
7. Masjid
Dalam mengajarkan Agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan saran masjid sebagai
tempat penyampaian dakwah. Salah satu bukti arkeologisnya adalah masjid Demak.
Menurut cerita, beliau berperan aktif dalam pendirian masjid pertama di tanah Jawa itu.
Sunan Kalijaga dikisahkan membuat tiang tatal. Kisah tatal untuk sokoguru dalam
pendirian masjid Demak sendiri banya bercampus dengan diongeng. Sunan Kalijaga
dikisahkan mempeetemukan puncak masjid Demak dengan Ka’bah setelah masjud
Demak berdiri
Kelebihan: menggunakan kesenian dan budaya dakwah Walisongo yang jika diresapi
akan ada makna-makna atau pesan yang berisi nilai-nilai Agama Islam di dalamnya. dan
hal tersebut mudah diterima oleh masyarakat. Sosok Walisongo dapat menjadi teladan
bagi umatnya karena ia adalah seorang Ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga seorang
Politikus yang mengasuh para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu Sunan Kalijaga
juga dikenal sebagai Budayawan yang santun dan Seniman Wayang yang hebat.
Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Walisongo.Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1430
M. Ayahnya adalah seorang adipati Tuban bernama Tumenggung wilatikta. Semasa
mudanya Raden syahid sudah merasa prihatin terhadap musibah yang menimpa
masyarakat ditambah dengan beban upeti dari kadipaten yangsemakin tinggi sehingga
memberatkan para rakyat miskin, sehingga ia memilih untuk menjadi maling cluring
yaitu mencuri harta orang-orang pemerintahan dan hasilnya dibagikan kepada rakyat
miskin. Akan tetapi hal tersebut tetaplaah salah hingga akhirnya ia bertemu dengan
sunan Bonang dan berguru kepadanya. Dan mendapatkan jati dirinya yang kemudian
memdakwahkan Islam di masyarakat Jawa
Adapun metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga adalah melalui wayang,
kidung, karawitan, do’a, ajaran narima ing pandum, ilmu mencari kesempiurnaan hidup
dan melalui masjid.
Adapun kelebihan dakwah Sunan Kalijaga adalah nilai-nilai Islam disampaikan dengan
penyampaian yang lembut sehingga ajaran Islam dapat diresapi dengan baik oleh
masyarakat, akan tetapi di era modern ini masyarakat lebih tertarik ke budaya modern
daripada harus mempelajari budaya yang dianggap kuno.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Achmad Chodjim. Sunan Kalijaga (Mistis dan Ma’rifat). Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta. Hlm 8
[2] Ranu Muda. Walisongo kisah-kisah yang nyaris tak terungkap. Solo: penerbit
KATTA. Hlm 84
[3] Balai pelestarian peninggalan purbakala Jawa Tengah. Jejak Para Wali dan Ziarah
Spiritual. (jakarta:media kompas Nusantara) 2006. Hlm 147-155