Anda di halaman 1dari 85

ANALISIS DAMPAK IMPLEMENTASI SISTEM ZONASI

TERHADAP PSIKOLOGI ANAK


(STUDI KASUS SD N 3 REJOWINANGUN MAGELANG)

ACC Munaqosyah
20/08/2023

Rifka K. Nada, M.Pd.

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah


Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Yogyakarta
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Oleh:
Anni Luklu’ul Fithri
NIM. 16030415

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUNAN PANDANARAN
YOGYAKARTA
2023
ANALISIS DAMPAK IMPLEMENTASI SISTEM ZONASI
TERHADAP PSIKOLOGI ANAK
(STUDI KASUS SD N 3 REJOWINANGUN MAGELANG)

ACC Munaqosyah
20/08/2023

Rifka K. Nada, M.Pd.

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Yogyakarta
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Oleh:
Anni Luklu’ul Fithri
NIM. 16030415

Pembimbing:
Rifka Khoirun Nada, M. Pd
NIK:
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHSEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM SUNAN PANDANARANYOGYAKARTA
2023

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Nomor: ......

Tugas Akhir dengan judul: Analisis Dampak Implementasi Sistem Zonasi


Terhadap Psikologi Anak (Studi Kasus SDN 3
Rejowinangun Magelang).

Yang disusun oleh Mahasiswa:


Nama : Anni Luklu’ul Fithri
NIM : 16030415
Telah diujikan pada :
Nilai Munaqosyah :
Dinyatakan telah diterima oleh Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan.

TIM UJIAN SKRIPSI


Ketua Sidang

Rifka Khoirun Nada, M. Pd


NIK:

Pengiji I Penguji II

Barirotus Sa’adah, M.Pd Ranu Nada Irfani, M.A


NIK: NIK:
Yogyakarta,19 Agustus 2023
STAI Sunan Pandanaran
Ketua

Dr. Sukamta, M.A


NIP. 112004200200

iii
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING

Kepada Yth:
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
STAI Sunan Pandanaran
Di Yogyakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta

mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing Skripsi

Berpendapat bahwa Skripsi saudara:

Nama : Anni Luklu’ul Fithri

NIM : 16030415

Judul Skripsi : Analisis Dampak Implementasi Sistem Zonasi Terhadap Psikologi

Anak (Studi Kasus SDN 3 Rejowinangun Magelang).

Sudah dapat diajukan kepada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah STAI Sunan Pandanaran sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana strata satu pendidikan.

Dengan ini kami harap agar skripsi saudara tersebut diatas dapat segera

dimunaqosyahkan. Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 19 Agustus 2023

Rifka Khoirun Nada, M. Pd

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anni Luklu’ul Fithri

NIM : 16030415

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Implementasi Sistem

Zonasi Terhadap Psikologi Anak (Studi Kasus SDN 3 Rejowinangun Magelang)”

adalah benar-benar merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan duplikasi atau

saduran dari karya orang lainkecuali pada bagian yang telah dirujukdan disebut

dalam footnote dan daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti adanya

penyimpangan dalam karya ini maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada

penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

Yogyakarta,19 Agustus 2023


Penyusun,
materai

Anni Luklu’ul Fithri


NIM. 16030415

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Anni Luklu’ul Fithri
NIM : 16030415
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Jenis Tugas Akhir : Skripsi
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, memberikan hak kepada STAI Sunan
Pandanaran untuk menyimpan, merawat, mengalihmedia formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), dan mempublikasikan secara terbuka
(open acces) secara offline maupun online dengan tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis\pencipta dan pemilik hak cipta Tugas Akhir/Skripsi saya yang
berjudul: Analisis Dampak Implementasi Sistem Zonasi Terhadap Psikologi Anak
(Studi Kasus SDN 3 Rejowinangun Magelang). Bersama persetujuan ini ini juga
melekat hak bebas royalti non eksklusif (nonexclusuve royalty free right) atau
publikasi tugas Akhir\Skripsi tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya sampaikan tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun.
Yogyakarta,19 Agustus 2023
Pemilik hak cipta

Anni Luklu’ul Fithri


NIM. 16030415

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat, rahmat,

dan hidayah-Nya yang tiada batas kepada hamba-Nya. Penulis sangat bersyukur

karena atas ridli-Nya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat serta salam

tetap tercurahkan kepada bagindan Nabi Agung Muhammad SAW yang kita

harapkan syafaatnya besok pada hari qiyamat. Penulisan skripsi ini dapat terwujud

berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan rasa

syukur dan kerendahan hati penulis mempersembahkan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak KH. Mu’tasim Billah, S.Q., M, Pd. I, selaku Pengasuh Pondok

Pesantren Sunan Pandanara.

2. Dr. H. Imaduddin Sukamta, M.A, selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

Sunan Pandanaran.

3. Ibu Dr. Rima Ronika, M. Si selaku wakil ketua bidang Akademik,

Kemahasiswaan, dan Administrasi Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan

Pandanaran.

4. Bapak Azka Sya’bana, M. Pd, selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran.

5. Ibu Rifka Khoirun Nada, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi peneliti,

terimakasih telah meluangkan waktunya untuk bimbingan, arahan, dorongan,

memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyelesaian Skripsi.

6. Seluruh dosen dan staf karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan

Pandanaran, terumata Dosen-Dosen Prodi PGMI yang telah memberikan

vii
banyak ilmu dan bantuan kepada peneliti sehingga dapat diaplikasikan dalam

pembuatan skripsi.

7. Terimakasih kepada Ibu Munifa selaku kepala Sekolah dan Guru wali kelas 5

dan seluruh Guru SD N 3 Rejowinangun Magelang yang telah mengizinkan

peneliti untuk melakukan penelitian di Sekolah.

8. Terimakasih untuk Bapak Muhammad Subhan dan Ibu Fraidatunnasichah

yang telah memberi kasih saying dan suportnya.

9. Terimakasih Untuk kakak, Nailiya dan Nasrul dan Suami saya Muhammad

Fathul Huda yang selalu mengsuport, memotivasi dan mendoakan dan juga

kepada anak saya Humaira,Wardah,Hadad dan Syadad yang ikut berjuang.

10. Terimakasih untuk adik saya Nadhilatul Hasanah dan abang saya Dede Farisi

yang selalu direpotkan, memberikan dukungan kepada penulis dan juga telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

11. Terimakasih untuk teman-teman , MIN 7 Magelang yang selalu menemani dan

membantu dikala kesusahan.

12. Terimakasih untuk sahabat seperjuangan Chofiyanida,Fatkhatul Maskanah,

Aschabul Maimanah, dan Auliya Nur Indahsari yang telah memberi semangat,

dukungan, motivasi, doa dan ilmu peneliti.

13. Keluarga besar Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan

2016, terimakasih atas dukungan dan doa semoga silaturahmi tetap terjaga.

14. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat peneliti sebut satu-

persatu. Atas bantuan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

viii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis

harapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Yogyakarta,19 Agustus 2023


Penulis,

Anni Luklu’ul Fithri


NIM. 16030415

ix
DAFTAR ISI

Sampul Luar ...........................................................................................


Pengesahan Skripsi ................................................................................. ii
Persetujuan Pembimbing...................................................... ………….. iii
Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................... iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Skripsi untuk Tujuan akademik ........ v
Kata Pengantar ........................................................................................ xi
Daftar Isi.................................................................................................. ix
Daftar Gambar......................................................................................... x
Daftar Lampiran ...................................................................................... xi
Abstrak ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................... 8
D. Kajian Pustaka……………………………………………………... 10
E. Kerangka Teoritik………………………………………………….. 12
F. Metode Penelitian………………………………………………….. 20
G. Sistematika Pembahasan…………………………………………… 26

BAB II GAMBARAN UMUM SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN


A. Gambaran Umum Subyek Penelitian………………………………. 28
B. Gambaran Obyek Penelitian……………………………………….. 32
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………… 39
A. Implementasi Kebijakan Zonasi…………………………………… 39
B. Kendala Implementasi Kebijakan Zonasi………………………….. 45
BAB III ANALISIS DATA……………………………...…………… 49
A. Implementasi Kebijakan Zonasi…………………………………… 49
B. Kendala Implementasi Kebijakan Zonasi………………………….. 56
BAB IV PENUTUP…………………………………………………... 62
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 62
B. Saran………………………………………………………………. 64
Daftar Pustaka....................................................................................... 66
Lampiran .............................................................................................. 68

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Wawancara dengan Kepala SDN 3 Rejowinangun ............. 37


Gambar 3.2 Wawancara dengan wali murid SDN 3 Rejowinangun ....... 40

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 instrumen penelitian ........................................................... 68


Lampiran 5 daftar riwayat hidup penulis ................................................ 67

xii
ABSTRAK

Anni Luklu’ul Fithri (16030415). Analisis Dampak Implementasi Sistem Zonasi


Terhadap Psikologi Anak (Studi Kasus SDN 3 Rejowinangun Magelang). Skripsi.
Yogyakarta: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Tinggi Agama Islam
Sunan Pandanaran, 2023. Penelitian ini fokus pada dampak sistem zonasi terhadap
psikologi anak-anak di SDN 3 Rejowinangun Magelang, dengan mengamati
adaptasi sosial, kecemasan, motivasi belajar, dan kepuasan sekolah. Pendidikan
penting untuk anak-anak dan melibatkan pengenalan sistem zonasi, pendidikan
sepanjang hayat, serta jenis dan jenjang pendidikan. Pemerintah berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan melalui sistem zonasi untuk mengurangi
kesenjangan, menghindari sekolah favorit, dan memberikan kesempatan yang
sama. Namun, ada keluhan dari orang tua siswa terkait penerapan zonasi, terutama
di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang, yang berpotensi mempengaruhi
psikologi anak-anak dan minat belajar mereka.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan peneliti sebagai
instrumen utama yang mendeskripsikan fenomena di lapangan dan
menghubungkannya dengan teori-teori terkait. Tujuan penelitian kualitatif adalah
memberikan gambaran sistematis tentang stimulus dan kejadian faktual, serta
menggali faktor-faktor, karakteristik, dan hubungan di antara fenomena yang
diteliti sebagai dasar penelitian. Pendekatan ini lebih menekankan pada indeks dan
pengukuran empiris.
Hasil penelitian diperoleh dari Implementasi kebijakan zonasi di SDN
Rejowinangun 3 Selatan Magelang penting untuk keadilan penempatan siswa dan
pemerataan pendidikan di wilayah tersebut. Kebijakan ini memungkinkan siswa
mendapatkan pendidikan berkualitas di sekolah terdekat. Namun, implementasi
kebijakan zonasi berpotensi memengaruhi psikologi anak-anak di wilayah tersebut,
termasuk dampak emosional, motivasi, sosial, dukungan orang tua, dan tingkat
stres serta kecemasan. Dalam menghadapi dampak psikologis ini, langkah-
langkah diperlukan untuk memastikan semua siswa diperlakukan adil dan
memiliki kesempatan pendidikan yang sama, seperti dukungan psikologis,
konseling, informasi yang jelas, keterlibatan komunitas, serta evaluasi dan
perbaikan.

Kata kunci: Sistem Zonasi, Psikologi Anak

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek penting dalam perkembangan anak-anak,

karena memainkan peran kunci dalam membentuk pola pikir, kemampuan

akademik, dan aspek sosial-emosional mereka. Dalam beberapa tahun terakhir,

sistem zonasi telah diperkenalkan dalam dunia pendidikan sebagai upaya

untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan di tingkat dasar.

Pendidikan juga berlangsung sepanjang hayat (life long education) setiap

orang mengalaminya mulai dari dia dilahirkan dan berakhir saat dimakamkan,

mulai dari ayunan sampai liang lahat.1

Pendidikan adalah kegiatan membudayakan manusia muda mulai dari

perkembangan jasmaniah dan rohaniah, antara lain: perkembangan fisik,

pikiran, perasaan, kemauan, kesehatan, ketrampilan, sosial, hati nurani, dan

kasih sayang.2 Dari pengertian tersebut diambil kesimpulan senderhana bahwa

pendidikan bukan hanya menyangkut bidang jasmaniah dan rohaniah sehingga

bukan hanya kecerdasan yang diperlukan namun kepekaan terhadap

lingkungan sekitar juga merupakan salah satu pentingnya pendidikan.

Pengertian pendidikan dalam Undang-undang sistem pendidikan Nasional No.

20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

1
Sudarja Diwikarta, Sosiolofi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2016),
hal. 3.
Amos Neolaka, Grace Amalia, Landasan Pendidikan “Dasar Pengenalan Diri Sendiri
2

Menuju Perubahan Hidup”, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 2.

1
2

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya dan masyarakat.3

Sistem pendidikan di Indonesia sendiri terbagi ke dalam tiga jalur

utama, yaitu formal, non formal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke

dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah dan tinggi. Dalam

sistem pendidikan formal di Indonesia yang meliputi sekolah pada umumnya

seperti TK, SD, SMP, dan SMA. Walaupun pemerintah sudah berusaha

membuat sistem pendidikan yang bagus namun ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pendidikan di Indonesia diantaranya yaitu mahalnya biaya

pendidikan, fasilitas yang kurang memadai dan rendahnya kesempatan

pemerataan sekolah.

Pemerintah mengupayakan berbagai macam cara guna meningkatkan

kualitas pendidikan. Perkara ini tertuang dalam sistem perundang-undangan.

Sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan

Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerataan pendidikan menjadi misi pemerintah guna menyiapkan sumber

daya manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. Hal ini pula yang

mendorong diterapkannya sistem zonasi.4

3
Armos Neolaka, Grace Amalia, Landasan Pendidikan “Dasar Pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup”, hal. 3.
4
Ika Fitriana, “PPDB Sistem Zonasi Membuat 20 SD di Kota Magelang Kekurangan
Siswa”, dalam https://regional.kompas.com/read/2019/06/19/18404141/ppdb-sistem-zonasi-
membuat-20-sd-di-kota-magelang-kekurangan-siswa#, diakses pada 18 September 2020.
3

Sistem zonasi bagian dari kebijakan yang mengatur pembagian

wilayah geografis menjadi zona atau area yang ditetapkan. Setiap zona

memiliki sekolah yang ditentukan untuk melayani siswa yang tinggal di

wilayah tersebut. Penerapan sistem zonasi ini bertujuan untuk mengurangi

kesenjangan antara sekolah-sekolah yang terletak di area perkotaan dengan

sekolah-sekolah di pedesaan, serta menghindari segregasi sosial-ekonomi

dalam pendidikan. Penerapan sistem zonasi juga dimaksudkan untuk

menghapus anggapan masyarakat mengenai sekolah favorit dan sekolah

unggulan, yang notabenenya dengan biaya yang tinggi dan hanya untuk

masyarakat golongan menengah ke atas saja. Masyarakat golongan bawah,

hanya bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri biasa bahkan swasta.

Pemerintah berharap dengan adanya kebijakan ini mampu memberikan

kesempatan yang sama kepada masyarakat.

Melalui penerapan sistem zonasi ini diharapkan pula sekolah memiliki

kualitas yang sama sehingga tidak ada sekolah favorit bahwa setiap sekolah

memiliki kualitas yang sama dan senantiasa meningkatkan kualitas sekolahnya.

Selain itu, adanya usulan dan keprihatinan Ombudsman Republik Indonesia

terhadap kesenjangan antara sekolah favorit dan sekolah tidak favorit yang

berdampak pada penerimaan bantuan fasilitas pendidikan sehingga informasi

perlombaan nasional maupun internasional yang hanya akan berfokus pada

sekolah favorit saja.5

5
Musfah Jejen, Analisis Kebijakan Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2018), hal. 176-178.
4

Anggapan sekolah favorit dan tidak favorit ini, akan menimbulkan

pengumpulan siswa pada salah satu sekolah saja. Hal ini, dikarenakan hanya

orangtua siswa yang menginginkan anaknya untuk menempuh pendidikan di

sekolah yang bergengsi. Dampaknya, sekolah yang tidak tergolong sekolah

favorit akan kekurangan siswa dan tidak dapat memenuhi standar rombongan

belajar yang sesuai dengan aturan undang-undang. Untuk itu, Pemerintah

mengupayakan pemerataan pendidikan ini dengan kebijakan sistem zonasi.6

Meskipun, percepatan pendidikan yang merata dan berkualitas

memerlukan keterlibatan swasta, baik individu maupun kelompok. Semua

pihak yang mampu di negeri ini harus peduli pendidikan, khususnya

pendidikan dasar dan menengah. Kepedulian ini langka, mahal dan harus

diperjuangkan “The only thing more expensive than education is ignorance”.

Sistem pendidikan di Indonesia juga harus memenuhi kebutuhan populasi

yang besar, berkembang, beragam dan tersebar luas dan dengan perbedaan

tingkat partisipasi antar wilayah.7

Faktanya, upaya pemerintah untuk melakukan pemerataan pendidikan

di Indonesia melalui kebijakan implementasi sistem zonasi menuai beberapa

protes dari orang tua siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa orang tua merasa

kecewa dengan kebijakan sistem zonasi. Protes orang tua itu terjadi karena

adanya mindset orang tua yang menginginkan anaknya masuk ke sekolah

favorit, bahkan ada beberapa orang tua yang beranggapan bahwa sistem zonasi

6
Denty A., “Kerjasama Kemendikbud dan Ombudsman RI Wujudkan Pemerataan
Pendidikan Berkualitas”, (2017) https://www.kemdikbud.go.id/main/ (diakses Jum’at, 15 Mei
2020).
7
Musfah Jejen, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Jakarta Timur: Kencana, 2018), hal. 177-
178.
5

ini menyulitkan anak-anak yang mempunyai nilai bagus tidak bisa sekolah

hanya karena rumah yang tidak masuk zona dimana sistem zonasi ini

memberikan 90% kepada calon siswa di sekitar sekolah8.

Permendikbud nomor 17 tahun 2017 menyebutkan setiap sekolah

harus menerima 90 persen peserta didik dari zona tempat sekolah itu ada.

Sedangkan 10 persen lainnya, 5 persen untuk mereka yang berprestasi dengan

ketentuan dan yang 5 persen untuk perpindahan antar daerah atau luar negeri.

Seleksi siswa baru diatur melalui pertimbangan urutan prioritas sesuai daya

tampung berdasarkan ketentuan jarak tempat tinggal ke sekolah, usia, nilai

hasil ujian dan prestasi. Zonasi memiliki keunggulan seperti meminimalisasi

keterlambatan siswa, siswa lebih lama di sekolah dan mengurangi biaya antar

jemput siswa.9

Namun, walaupun sistem zonasi memiliki niat yang baik, masih perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami pengaruhnya terhadap

psikologi anak-anak yang bersekolah di sekolah-sekolah terkena dampak.

Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa perubahan lingkungan

sekolah dan pengalihan siswa ke sekolah-sekolah yang tidak biasa bagi

mereka dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada anak-anak.

Realita yang terjadi, kebutuhan dan kebijakan ternyata senantiasa terbentang

kesenjangan yang nampak. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang baik

dan mudah dijangkau pada semua jenjangnya belum mampu terpenuhi

8
Ardia Pramesti, Persepsi Orang Tua Terhadap Sistem Zonasi DKI Jakarta Tahun
Pelajaran 2019/2020, Vol. 13, No. 2, Juli 2020, hal. 2.
9
Tim CNN Indonesia, “Curhat Orang Tua Soal Sistem Zonasi PPDB”, dalam
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190620202124-284-405114/curhat-orang-tua-soal-
sistem-zonasi-ppdb, diakses pada 28 September 2020.
6

seluruhnya, baik itu pemerintahnya maupun oleh masyarakat itu sendiri.

Sistem pendidikan di negara kita masih sangat memperihatinkan jika

dibandingkan dengan negara-negara lain. Pendidikan kita masih sangat jauh

ketinggalan.10

Penerapan kebijakan sistem zonasi yang dikeluarkan oleh peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) pun masih mendapat

berbagai respon berupa keluhan termasuk dari lapisan masyarakat disekitar

SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang. Orang tua siswa mengeluh karena

anaknya harus di sekolahkan ke SDN Rejowinangun 3, dimana letak sekolah

satu bangunan dengan sekolah dasar yang lain. Sehingga, murid yang masuk

ke sekolah harus dibagi agar merata antara dua sekolah. Hal ini berdampak

pada daya minat yang semakin berkurang dari masyarakat sekitar.

Selain itu, karena jarak yang berdekatan, lingkungan sosial yang

dihadapi juga tidak mengalami perubahan sehingga lingkungan pertemanan

hanya terpaut di daerah sekitar sekolah saja. Adanya sistem zonasi membuat

siswa yang mempunyai kemampuan kognitif dan minat belajar yang tinggi

serta daya saing yang tinggi terhadap sekolah favorit menjadi tidak tertunaikan.

Hal ini menyebabkan pesimis dari dalam diri siswa dan menyebabkan

semangat yang kurang dalam belajar.11

Hal ini tentunya berkaitan erat dengan kondisi psikologi anak dalam

mengenyam dunia pendidikan. Pengaruh lingkungan, pembawaan dan usaha

10
Heni Akhwat, “Sistem Pendidikan di Indonesia Antara Masalah dan Solusi”, dalam
https://www.kompasiana.com/heniakhwatdamanik/552a9894f17e613625d623b4/sistem-
pendidikan-indonesia-antara-masalah-dan-solusi, diakses pada 18 Sepetember 2020.
11
Wawancara dengan Munifah, tanggal 18 Agustus 2020 di Kantor Kepala SDN
Rejowinangun 2 Selatang Magelang.
7

belajar termasuk faktor yang mempengaruhi perkembangan dinamis yang

terjadi di anak. Keadaan psikologi anak tersebut akan mempengaruhi

kemampuan yang dimilikinya. Seorang anak seharusnya mempunyai

kebebasan untuk melakukan seleksi atau pilihan terhadap sekolah sesuai minat

anak. Sehingga dikemudian hari, anak berusaha menjadi pribadi menurut

pikiran, cita-cita dan keinginan sendiri.

Sehubungan dengan pembatasan kebebasan karena zonasi, minat anak

dalam memilih menjadi berkurang. Karena itu, penelitian ini akan dilakukan

dengan mengambil studi kasus di SD N 3 Rejowinangun Magelang, yang

merupakan sekolah yang terkena dampak dari penerapan sistem zonasi.

Skripsi ini akan menginvestigasi dan menganalisis pengaruh implementasi

sistem zonasi terhadap psikologi anak-anak di SD N 3 Rejowinangun

Magelang. Beberapa aspek psikologis yang akan dianalisis termasuk adaptasi

sosial, kecemasan, motivasi belajar, dan kepuasan sekolah.

Ketika dihadapkan dengan sistem zonasi dalam proses pembelajaran

kondisi psikologi anak akan menjadi pesimis sehingga usaha belajar yang

termasuk dalam perkembangan dinamis pada anak sangat dianggap penting.

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih

baik tentang efek dari implementasi sistem zonasi terhadap psikologi anak-

anak. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan rekomendasi kepada pihak

terkait, termasuk sekolah dan pemerintah, dalam mengembangkan kebijakan

pendidikan yang lebih baik dan mendukung perkembangan psikologis anak-

anak di era implementasi sistem zonasi. Hal ini menjadi landasan penulis
8

untuk mengambil judul skripsi “Analisis Dampak Implementasi Sistem Zonasi

Terhadap Psikologi Anak (Studi Kasus SDN 3 Rejowinangun Magelang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah pokok yang

menjadi kajian adalah:

1. Bagaimana implementasi kebijakan zonasi dalam proses pembelajaran di

SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang?

2. Apa kendala implementasi kebijakan zonasi yang dihadapi di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui implementasi kebijakan zonasi dalam proses pembelajaran

di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang.

b. Mengetahui kendala implementasi kebijakan zonasi yang dihadapi di

SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang.


9

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan pengembangan pengetahuan di bidang Psikologi

anak yang berkenaan dengan Zonasi.

2) Untuk memperkuat khazanah ilmu tentang psikologi pendidikan

anak terkait kebijakan pendidikan.

3) Untuk memperkaya pengetahuan tentang bagaimana suatu

kebijakan itu diterapkan dalam pendididikan.

4) Untuk dijadikan rujukan selanjutnya, agar dilakukan penelitian yang

lebih serta memberikan pemikiran baik teori praktek dalam bidang

pendidikan.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

1) Bagi sekolah di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang sebagai

sumbangan pemikiran terhadap perkembangan psikologi pada anak

dan konstribusi ilmiah terhadap psikologi siswa.

2) Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman mengenai sistem zonasi terhadap perkembangan

psikologi anak.
10

D. Kajian Pustaka

Adapun penelitian terdahulu yang relevan dan terkait dengan

penelitian ini yaitu: Pertama, Skripsi yang berjudul Implementasi Sistem

Zonasi dalam Menjamin Pemerataan Pendidikan pada Masyarakat Pedesaan

(Penelitian di Desa Patengan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung).

Penelitian ini menjelaskan bahwa sistem zonasi yang dicanangkan pemerintah

dalam menjamin pemerataan pendidikan di Desa Patengan Kecamatan

Rancabali Kabupaten Bandung belum maksimal. Hal ini disebabkan karena

adanya fasilitas yang kurang memadai dan kondisi sekolah yang berada di

pelosok dan masih sangat tradisional. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk dapat menjelaskan fenomena-

fenomena dan gejala sosial yang terjadi di Desa Patengan yang berkenaa

dengan masalah pendidikan.12

Kedua, tesis yang berjudul Analisis Implementasi Kebijakan Sistem

Zonasi Perspektif Stakeholher Sekolah. Penelitian ini menjelaskan bahwa

empat hal dalam proses implementasi yang perlu diperhatikan yaitu

Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi telah dilakukan

dengan baik. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan

rancangan studi Multisitus dengan pendekatan kualitatif. Kemudian teknik

12
Nurjanah, “Implementasi Sistem Zonasi dalam Menjamin Pemerataan Pendidikan pada
Masyarakat Pedesaan (Penelitian di Desa Patengan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung)”
(Skripsi Jurusan Sosiologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung: 2019).
11

pengumpulan data diperoleh dari wawancara, dokumentasi dan observasi

secara mendalam.13

Ketiga, skripsi yang berjudul Hubungan Antara Presepsi peserta Didik

Baru Terhadap Sistem Zonasi Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru Dengan

Minat Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Banguntapan Bantul.

Penelitian ini membahas tentang proses peserta didik baru dalam menanggapi

sistem zonasi dan proses masuknya peserta didik yang di pengaruhi oleh minat

belajar anak. Dengan sistem zonasi peserta didik diterima bukan berdasarkan

prestasi dan kemampuan kognitif. Dengan mudahnya proses seleksi

penerimaan peserta didik baru membuat peserta didik memiliki minat belajar

yang menurun, karena untuk memperoleh sekolah yang favorit ia tidak perlu

memiliki nilai dan kemampuan yang tinggi. Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif dengan cara pengumpulan data dengan menggunakan

angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi.14

Beberapa penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian

yang akan peneliti kaji yaitu membahas mengenai sistem zonasi. Perbedaan

penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah peneliti fokus membahas

pengaruh implementasi sitem zonasi terhadap psikologi anak, dengan

melakukan studi kasus di SDN 3 Rejowinangun Magelang. Fokus subjek

13
Umi Latifatul Khasanah, “Analisis Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi Perspektif
Stakeholher Sekolah” (Tesis Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, UIN Maulana Malik Ibrahim,
2018).
14
Ahyani Cahyani, “Hubungan Antara Presepsi peserta Didik Baru Terhadap Sistem
Zonasi Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru Dengan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam di
SMP Bantul” (Skripsi Jursan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2018).
12

penelitian siswa dan guru di SDN 3 Rejowinangun Magelang dan objek

penelitian penerapan sistem zonasi di SDN 3 Rejowinangun Magelang.

E. Kerangka Teoritik

1. Sistem Zonasi

a. Pengertian Sistem Zonasi

Zonasi merupakan konsep pembagian atau pemecahan suatu

wilayah menjadi beberapa bagian yang disesuaikan dengan fungsi dan

tujuan pengelolaannya. Penerapan sistem zonasi bertujuan agar semua

tingkatan pendidikan, terutama sekolah negeri, dapat menyediakan

pelayanan pendidikan yang berkualitas secara merata kepada

masyarakat dalam suatu area atau kawasan tertentu.

Dalam sistem zonasi, terdapat perubahan paradigma di mana

peserta didik terbaik tidak perlu lagi mencari sekolah terbaik yang

berlokasi jauh dari tempat tinggalnya. Sebaliknya, dengan adanya

zonasi, peserta didik dapat memperoleh pendidikan berkualitas di

sekolah yang terletak lebih dekat dengan tempat tinggal mereka.

Tujuan utamanya adalah memberikan kesempatan yang setara bagi

semua peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang baik tanpa

harus mengorbankan jarak yang jauh. Dengan demikian, sistem zonasi

bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan dan mengurangi

disparitas dalam pemilihan sekolah. Sejauh penerapannya, sistem

zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) diklaim mampu


13

memberi implikasi terhadap kesiapan seluruh sekolah dengan mutu

yang setara sekolah unggul atau sekolah favorit.15

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

sistem zonasi sekolah adalah kebijakan pemerintah yang mengatur

penerimaan peserta didik baru dengan menetapkan bahwa sekolah yang

dipilih harus sesuai dengan domisili atau radius zona terdekat. Artinya,

peserta didik akan ditugaskan ke sekolah yang berada di wilayah atau

zona terdekat dengan tempat tinggal mereka. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan aksesibilitas dan meratakan pelayanan pendidikan di

berbagai area atau kawasan. Dengan menerapkan sistem zonasi,

diharapkan peserta didik dapat mengakses pendidikan berkualitas tanpa

harus menghadapi kesulitan dalam mencari sekolah yang jauh dari

tempat tinggal mereka.

b. Tujuan dan Fungsi Zonasi

Sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

memiliki tujuan dan fungsi khusus, yang di antaranya adalah:

1) Menjamin penerimaan peserta didik baru dilaksanakan secara

objektif, transparan, akuntabel, nondiskriminatif, dan berkeadilan

dalam rangka mendorong peningkatan akses layanan pendidikan.

Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua peserta didik

memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan

berkualitas.

15
Informasi Seputar Sistem Zonasi Sekolah, https://www.rumah.com/panduan-
properti/sistem- zonasi-38762, (Diakses pada 27 Mei 2023)
14

2) Menjamin ketersediaan dan kesiapan satuan pendidikan, terutama

sekolah negeri, untuk memberikan layanan pendidikan yang

berkualitas. Dalam konteks ini, sistem zonasi bertujuan untuk

mengatur distribusi peserta didik baru secara merata ke setiap

sekolah di zona terdekat, sehingga setiap sekolah dapat siap dalam

menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas.

3) Menjamin adanya pemerataan akses dan mutu pendidikan yang

berkeadilan di setiap zona atau wilayah yang ditetapkan berdasarkan

tempat tinggal peserta didik. Dengan menerapkan zonasi,

diharapkan tercipta pemerataan akses dan kualitas pendidikan

sehingga tidak terjadi kesenjangan antara sekolah-sekolah di daerah

perkotaan dan pedesaan.

4) Memastikan terpenuhinya tenaga pendidik dan kependidikan yang

kompeten, didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai, yang

dapat disediakan dan digunakan bersama oleh setiap satuan

pendidikan di wilayah atau zona yang telah ditetapkan. Hal ini

bertujuan untuk menjamin bahwa setiap sekolah memiliki tenaga

pendidik yang berkualitas dan fasilitas yang memadai untuk

mendukung proses pembelajaran.

5) Mengendalikan dan menjamin mutu lulusan serta melakukan

pengawasan terhadap proses dan hasil pembelajaran secara

komparatif dan kompetitif di wilayah atau zona layanan pendidikan.

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa lulusan sekolah di


15

setiap zona atau wilayah mencapai standar mutu yang ditetapkan,

serta untuk memantau dan memperbaiki kualitas pembelajaran

secara berkelanjutan.16

Dengan demikian, melalui sistem zonasi PPDB, diharapkan

tercipta pendidikan yang lebih objektif, transparan, akuntabel,

nondiskriminatif, merata, dan berkeadilan, sesuai dengan prinsip-

prinsip yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 bahwa setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

c. Ketentuan Sistem Zonasi

Pemberlakuan sistem zonasi dalam PPDB dalam sistem

pendidikan kita pada awalnya dilatar belakangi oleh adanya anggapan

tentang kastanisasi pada sekolah negeri. Kastanisasi mengacu pada

fenomena di mana sekolah-sekolah negeri cenderung menjadi tempat

yang dikhususkan bagi siswa dengan latar belakang sosial-ekonomi

yang lebih tinggi, sedangkan siswa dari latar belakang sosial-ekonomi

rendah cenderung terkonsentrasi di sekolah-sekolah swasta atau

sekolah negeri yang kurang berkualitas.

Untuk mengatasi ketimpangan ini, sistem zonasi diberlakukan

sebagai langkah untuk menghapus adanya kastanisasi sekolah secara

bertahap. Dengan menerapkan sistem zonasi, penempatan peserta didik

baru dilakukan berdasarkan domisili atau zona terdekat, sehingga

semua peserta didik, tanpa memandang latar belakang sosial-ekonomi,

16
Informasi Seputar Sistem Zonasi Sekolah, (Diakses pada 6 Desember 2021).
16

memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses sekolah negeri

berkualitas di wilayah atau zona tempat tinggal mereka.

Perlahan-lahan, dengan penerapan sistem zonasi yang konsisten,

diharapkan adanya kastanisasi sekolah dapat teratasi dan akses

pendidikan yang merata serta berkeadilan dapat tercapai bagi seluruh

peserta didik. Ketentuan-ketentuan dalam sistem zonasi PPDB dapat

bervariasi tergantung pada kebijakan dan regulasi yang berlaku di

setiap wilayah atau daerah. Namun, berikut adalah beberapa ketentuan


17
umum yang sering diterapkan dalam sistem zonasi PPDB.

Pendaftaran PPDB dapat dilaksanakan melalui sebagian jalur-jalur

berikut:

1) Zonasi: Jalur zonasi merupakan jalur utama dalam sistem PPDB

yang memprioritaskan penempatan peserta didik berdasarkan zona

atau wilayah tempat tinggal. Peserta didik yang berada di zona

terdekat dengan sekolah akan memiliki prioritas dalam penerimaan.

2) Prestasi: Jalur prestasi memberikan kesempatan kepada peserta

didik yang memiliki prestasi akademik, olahraga, seni, atau prestasi

lainnya yang diakui oleh pihak sekolah. Peserta didik yang

menunjukkan prestasi yang luar biasa dapat ditempatkan di sekolah

pilihan mereka meskipun tidak berada di zona terdekat.

3) Perpindahan tugas orang tua/wali: Jalur ini diberikan kepada peserta

didik yang harus melakukan perpindahan tugas orang tua atau wali

17
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Pasal 16 Tahun 2019 tentang
Sistem Zonasi.
17

ke suatu wilayah baru. Peserta didik yang mengalami perpindahan

tugas orang tua atau wali dapat mengajukan permohonan untuk

diterima di sekolah di wilayah baru tersebut.

Selain jalur-jalur di atas, terdapat juga kemungkinan adanya

jalur tambahan yang disesuaikan dengan kebijakan setempat, seperti

jalur afirmasi atau jalur khusus untuk anak dengan kebutuhan khusus.

Setiap jalur memiliki ketentuan, persyaratan, dan prosedur pendaftaran

yang berbeda, dan peserta didik harus memenuhi persyaratan yang

ditetapkan untuk setiap jalur yang dipilih.

Informasi mengenai jalur-jalur pendaftaran, persyaratan, dan

prosedur pendaftaran akan diumumkan oleh pihak sekolah atau

lembaga terkait saat jadwal pendaftaran PPDB. Perlu dicatat bahwa

ketentuan-ketentuan tersebut dapat berbeda antara satu daerah dengan

daerah lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengacu pada aturan

dan kebijakan yang berlaku di wilayah atau daerah tempat Anda tinggal.

2. Psikologi Anak

a. Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari kata bahasa Yunani "Psychologi" yang

bermakna "ilmu jiwa", dan "logos" yang berarti "pengetahuan". Jadi,

secara etimologi, psikologi merupakan ilmu yang membahas seluruh

aspek terkait jiwa, termasuk gejala, proses terjadinya, dan latar

belakang kejadian tersebut. Banyak pakar yang menyampaikan


18

18
pandangan mereka mengenai pengertian psikologi itu sendiri,

diantaranya:

1) Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (jilid 13, 1990), psikologi

adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia, baik yang dapat

diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara

langsung.

2) Menurut Dakir, psikologi membahas tingkah laku manusia dalam

hubungannya dengan lingkungannya.

3) Menurut Muhibbin Syah, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup manusia baik sebagai

individu maupun dalam kelompok, dalam hubungannya dengan

lingkungan. Tingkah laku terbuka mencakup aktivitas psikomotor

seperti berbicara, duduk, berjalan, dan sejenisnya, sedangkan

tingkah laku tertutup melibatkan aspek berfikir, keyakinan, perasaan,

dan lain sebagainya.

Berdasarkan beberapa definisi yang disebutkan sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari tingkah laku manusia baik sebagai individu maupun dalam

kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Psikologi

melibatkan dua jenis tingkah laku, yaitu tingkah laku terbuka yang

mencakup aktivitas psikomotor yang dapat diamati secara langsung,

18
Muhibbinsyah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2001)
19

serta tingkah laku tertutup yang melibatkan aspek berfikir, keyakinan,

perasaan, dan lain sebagainya yang tidak dapat diamati secara langsung.

b. Aspek Perkembangan Psikologis Anak

Perkembangan psikologi memerhatikan perkembangan individu

dari masa sebelum lahir (prenatal) hingga masa dewasa tua, serta masa

usia lanjut. Rentang tahap perkembangan yang dikaji meliputi masa

bayi, masa kanak-kanak, masa anak kecil, masa anak sekolah dasar,

masa remaja awal, masa remaja tengah dan remaja akhir, serta masa

dewasa muda dan dewasa. Psikologi perkembangan berfokus pada

pemahaman mengenai perubahan fisik, kognitif, sosial, dan emosional

yang terjadi pada individu selama proses perkembangannya. Tiap tahap

masa perkembangan tersebut menjadi obyek studi dari psikologi sebab

setiap masa memiliki ciri-ciri atau karakteristik perkembangan yang

berbeda.19

Menurut Vernon (1977), perkembangan fisik dan motorik yang

tidak jelas tidak secara langsung menunjukkan keunggulan mental.

Namun, anak-anak yang berbakat setidaknya memiliki perkembangan

fisik dan motorik yang normal. Menurut Parker (1975), anak-anak yang

berbakat cenderung lebih aktif dan lebih tertarik pada lingkungannya

sejak usia dini. Meskipun demikian, masih ada pengecualian, di mana

19
Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, hal. 2
20

beberapa anak berbakat mungkin mengalami keterlambatan dalam

perkembangan motorik.20

Penting bagi orang tua untuk memberikan lingkungan yang kaya

akan bahasa dan memberikan dorongan positif saat anak berusaha

berbicara. Hal ini akan membantu perkembangan bahasa anak secara

lebih optimal. Peran keluarga sangat penting dalam membentuk dasar

moral dan keagamaan anak. Lingkungan yang memberikan contoh

perilaku bermoral dan memperkenalkan nilai-nilai agama secara

konsisten akan memberikan pondasi yang kuat bagi perkembangan

aspek ini. Serta menyadari sepenuhnya bahwa hal tersebut adalah

sebuah kewajiban baginya. Secara potensial tingkatan moral ini dapat

dicapai oleh individu pada saat telah balig dan berakal.21

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif di mana peneliti

berperan sebagai instrumen utama dalam penelitian dan bertanggung

jawab untuk menggambarkan berbagai fenomena yang terjadi di lapangan

serta menghubungkannya dengan teori-teori terkait. Penelitian kualitatif

bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai stimulus

dan kejadian faktual, termasuk faktor-faktor, karakteristik, dan hubungan

20
Ibid., hal. 9
21
Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, hal. 10
21

yang ada antara fenomena yang diteliti sebagai dasar penelitian. Penelitian

kualitatif lebih menekankan pada indeks-indeks dan pengukuran empiris.22

Dengan memperhatikan rumusan masalah yang diungkapkan oleh

peneliti, dapat disimpulkan bahwa jenis permasalahan dalam penelitian ini

adalah masalah dalam mencari hubungan antara dua penomena, yang

sering disebut sebagai masalah korelasi. Problema korelasi dengan tipe

yaitu korelasi sebab-akibat. 23 Peneliti mencoba mencari korelari antara

dampak Implementasi Sistem Zonasi Terhadap Psikologi Anak Studi

Kasus SDN 3 Rejowinangun Magelang.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian berfokus pada SD Negeri

Rejowinangun Utara 3, yang merupakan salah satu sekolah dasar di

Rejowinangun Utara, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang,

Jawa Tengah. SD Negeri Rejowinangun Utara 3 beroperasi di bawah

naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan menjadi subjek

penelitian untuk menginvestigasi fenomena yang relevan dengan tujuan

penelitian tersebut.

22
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rinneka Cipta, 1997), Cet.
I, hal. 35
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi
23

V”, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), Cet. XII; hal. 29-30.


22

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu tentang psikologi anak akibat

pengaruh implementasi sistem zonasi di SDN 3 Rejowinangun

Magelang.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data umumnya

melibatkan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode penelitian

merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data

dalam penelitiannya. Suharsimi Arikunto adalah seorang metodolog yang

terkenal dan karyanya banyak digunakan dalam konteks penelitian di

Indonesia, mengungkapkan bahwa Dimana variasi metode yang dimaksud

adalah angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dan

dokumentasi. 24 Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau

gejala-gejala pada objek penelitian untuk mengetahui keberadaan objek,

situasi, konteks dan makna dalam upaya mengumpulkan data

penelitian. 25 Adapun hal yang diamati dalam penelitian ini adalah

psikologi anak akibat dampak implementasi sistem zonasi di SDN 3

Rejowinangun Magelang.
24
Ibid., hal. 163
Hadari Nawawi dan Martini Hadari, “Instrumen Penelitian Bidang Sosial”, (Pontianak:
25

Gajamadah University Press, 2006), Cet. I, hal. 74.


23

b. Interview (Wawancara)

Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengupulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

informan relatif kecil/sedikit. 26 Untuk penelitian mengenai psikologi

anak akibat dampak implementasi sistem zonasi di SDN 3

Rejowinangun Magelang, peneliti melakukan wawancara dengan

beberapa kelompok informan yang relevan, diantaranya: kepala sekolah,

guru dan orang tua siswa SDN 3 Rejowinangun Magelang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu proses pencarian data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.27

4. Tehnik Olah Data

Proses analisis data yang dilakukan secara simultan di lapangan

dalam penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang dikenal sebagai

analisis data berbasis lapangan atau analisis data sejalan dengan

pengumpulan data (concurrent data analysis). Pendekatan ini

memungkinkan peneliti untuk menganalisis data secara bertahap dan terus-

menerus seiring dengan pengumpulan data yang sedang dilakukan.

26
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. I, hal. 137
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V
(Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), Cet. XII, hal. 206.
24

Hal ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman

yang lebih mendalam dan memperoleh klarifikasi langsung dari informan

jika ada kebutuhan yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Sebagaimana

dikemukakan oleh Miles and Huberman bahwa analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.28 Terdapat beberapa langkah umum

yang dapat diikuti dalam melakukan olah dan analisis data dalam

penelitian kualitatif. Berikut adalah langkah-langkah tersebut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penyederhanaan atau

pengurangan data yang kompleks menjadi bentuk yang lebih terkelola

dan dapat dianalisis dengan lebih efektif. Tujuan utama dari reduksi

data adalah untuk mengurangi kompleksitas data tanpa mengorbankan

informasi yang penting dan relevan, serta untuk memperoleh

pemahaman yang lebih fokus, terorganisir, dan terkelola dari data yang

telah dikumpulkan. Dengan menyederhanakan data, peneliti dapat

mengidentifikasi pola-pola yang muncul, mengembangkan tema-tema

yang relevan, dan memperoleh gambaran yang lebih komprehensif

tentang fenomena yang sedang diteliti.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan cara-cara yang digunakan untuk

mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dari analisis data secara

28
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,. hal. 346.
25

visual atau dalam bentuk yang lebih terstruktur. Tujuan dari penyajian

data adalah untuk memudahkan pemahaman dan interpretasi data, serta

memfasilitasi komunikasi temuan penelitian kepada pembaca atau

audiens.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses mengambil

kesimpulan atau membuat pernyataan yang didasarkan pada hasil

analisis data dan temuan penelitian. Langkah ini penting dalam

penelitian kualitatif untuk menyimpulkan temuan penelitian,

memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, dan

menghasilkan kontribusi pengetahuan yang relevan. Disamping itu

penarikan kesimpulan tidak bersifat absolut, tetapi dapat diperbarui

atau dikembangkan lebih lanjut dengan penelitian masa depan atau

melalui validasi ulang oleh peneliti lain. Oleh karena itu, kesimpulan

harus disajikan dengan sifat provisional (sifat sementara) dan dibuka

untuk diskusi lebih lanjut.

5. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam memastikan sah atau tidaknya data, diperlukan metode

berupa review. Sebuah penelitian kualitatif dapat di katakan abasah apabila

penelitian tersebut telah memenuhi derajat kepercayaan dan kepastian

yang jelas. Peneliti menggunakan 2 teknik keabsahan data dalam

penelitian ini, yaitu:


26

a. Triangulasi Data

Teknik ini merupakan sebuah teknik pemeriksaan data yang

dilakukan dengan cara membandingkan dan memeriksa kembali hasil

data dari informan, yang diperolah melalui beberpapa alat dan waktu

yang tidak sama dalam penelitian kualitatif.29

b. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diberikan

oleh pemberi data kepada peneliti yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data.30

Dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan keabsahan data ini

secara cermat, penelitian akan mendapatkan data yang lebih valid dan

dapat diandalkan, sehingga kesimpulan yang dihasilkan dapat lebih

meyakinkan dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk memudahkan dalam

penulisan skripsi agar tertera jelas keterkaitan pembahasan antara bab I

sampai bab IV. Penulis membagi menjadi empat bab yang disusun secara

sistematis sebagai berikut:

Bab I, berisi pendahuluan. Mencakup latar belakang masalah, yang

memaparkan alasan penelitian. Kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan

29
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif... hlm. 330.
30
M Idrus, Metedeologi Penelitian Ilmu Sosial…, hlm. 155.
27

rumusan masalah yang mengarahkan fokus penelitian pada

pembahasannya, selanjutnya, tujuan dan kegunaan penelitian, memaparkan

tentang tujuan penelitian. Dilanjutkan dengan kajian pustaka, guna

memposisikan penelitian tersebut. Dilanjutkan dengan kerangka teori,

yang membahas tentang definisi tentang sistem zonasi dan psikologi anak.

Dilanjutkan dengan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II, berisi gambaran umum tentang SD Negeri 3 Rejowinangun

Magelang yang meliputi letak dan keadaan geografis SD Negeri 3

Rejowinangun Magelang, sejarah berdiri, visi dan misi, tujuan sekolah,

struktur organisasi, guru dan karyawan, peserta didik, sarana dan prasarana

serta prestasi.

Bab III, berisi tentang temuan data. Penulis akan memaparkan data

terkait bagaimana hubungan antara kebijakan sistem zonasi dengan

psikologi anak di SD Negeri 3 Rejowinangun Magelang.

Bab IV, membahas analisis data, yang menguraikan tentang

kebijakan sistem zonasi dan landasan hukumnya dilanjutkan dengan

pemaparan pengertian psikologi anak kemudian kondisi psikologi anak

terhadap sistem zonasi dalam proses pembelajaran di SD Negeri 3

Rejowinangun Magelang.

Bab V, merupakan penutup dari penelitian, meliputi kesimpulan

dari hasil penelitian yang dilakukan dan juga saran-saran.


BAB II

GAMBARAN UMUM SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

SDN 3 Rejowinangun Magelang adalah salah satu satuan

pendidikan dengan jenjang Sekolah Dasar di Magelang. SDN

RejowinangunMagelang beralamat di Jalan Beringin V No. 4 Desa

Kecamata Rejowinangun Selatan Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Dalam

menjalankan kegiatanya SDN 3 Rejowinangun Magelang memiliki

bangunan sekolah yang didirikan di area seluas tanah 924 m2 dan luas

bangunan 424 m2.

Kondisi bangunan tersebut sangat memadai untuk mendukung

kegiatan belajar mengajar dan mengalami banyak perkembangan. Sarana

dan prasarana SDN Rejowinangun Selatan 3 antara lain meliputi: ruang

kepala sekolah dan ruang tamu kepala sekolah, musholla dan tempat

wudhu, ruang guru dan ruang tamu, uang tata usaha, ruang UKS (Unit

Kesehatan Sekolah), WC guru dan siswa, ruang kelas yang terdiri dari 6

ruang kelas, gudang untuk peralatan kebersihan, ruang koperasi dan ruang

perpustakaan, sumber listrik dari PLN, WIFI, dan sumber air dari PDAM.

Ruang belajar SDN Rejowinangun Selatan 3 berjumlah 6 ruangan

dan dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut: meja dan kursi guru,

lemari administrasi kelas, meja dan kursi siswa, papan tulis whiteboard

28
29

dan blackboard, papan absen, papan mading kelas, kalender dan kalender

pendidikan, jadwal pelajaran, jam dinding, kipas angina, gambar presiden

dan wakil presiden serta lambang Negara, alat kebersihan dan alat peraga

sekolah.31

Semua fasilitas ini berperan penting dalam menciptakan

lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif bagi para peserta didik di

SDN Rejowinangun Selatan 3 Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi

ini karena dari observasi awal yang telah dilakukan, terungkap bahwa

SDN 3 Rejowinangun Magelang menerapkan sistem zonasi untuk

penerimaan siswa di sekolah tersebut.

2. Guru dan Karyawan

Jumlah guru dan karyawan di SDN 3 Rejowinangun Magelang

adalah 13 orang. Semua guru sebagai PNS dan ada 3 karyawan sebagai

honorer. Berikut adalah daftar nama-nama guru dan karyawan yang berada

di SDN 3 Rejowinangun Magelang:

No Nama Guru NIP Jabatan


1 Munifah, S.Pd.SD 19661210 199111 2 002 Kepala Sekolah
Indinus Juan, S.PAK. Guru Agama
2 19820323 200903 1 006
Kristen
3 Budi Suparti, S.Pd.SD. 19751115 200903 2 002 Guru Kelas

4 Himatul Annisa, S.Pd. 19920228 201902 2 001 Guru Kelas

5 Siti Ngaisah, S.Pd. 19860611 202012 2 005 Guru Kelas

6 Rokhayani, S.Pd. 19901216 202012 2 004 Guru Kelas

31
Observasi di SDN 3 Rejowinangun Magelang pada 6 Juni 2023
30

Patricia Puspita S,
7 S.Pd. 19920120 202012 2 006 Guru PJOK

8 Feri Yogiantono 19810510 201406 1 001 Guru Kelas

9 Suyanto 19640828 200701 1 011 Guru PJOK


Novi Kurniawati, S.Pd. Guru Agama
10 19941115 202221 2 005
Islam
11 Siti Puji Astuti, S.Pd. - Perpustakaan

12 Indri Septiyani - Administrasi

13 Nur Fatikin - Penjaga


Tabel 2.1 Guru dan Karyawan SDN 3 Rejowinangun Magelang

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa di SDN 3

Rejowinangun Magelang terdapat kepala sekolah, guru yang mengajar,

serta karyawan. Jumlah guru perempuan adalah 8 orang, sedangkan jumlah

guru laki-laki adalah 5 orang. Jika dilihat pada tabel, terdapat status

kepegawaian, di mana jumlah karyawan honorer adalah 3 orang dan PNS

sebanyak 10 orang. Dalam jenis PTK (Pegawai Tidak Tetap), terdapat 1

orang kepala sekolah, 9 orang guru, dan 3 orang karyawan.32

Dalam penelitian mengenai implementasi kebijakan zonasi dalam

proses pembelajaran di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang, peneliti

melakukan pendekatan data melalui wawancara terhadap lima subjek

utama, yaitu Kepala Sekolah Ibu Munifah, serta empat guru, Bapak Budi

Suparti, Bu Himatul Annisa, Bapak Feri Yogiantono dan Ibu Rokhayani.

Dengan mengambil metode wawancara, peneliti bertujuan untuk

mendapatkan wawasan mendalam tentang pandangan, pengalaman, serta

32
Observasi di SDN 3 Rejowinangun Magelang pada 6 Juni 2023
31

pemahaman mereka terhadap pelaksanaan kebijakan zonasi dan

dampaknya pada proses pembelajaran di lingkungan SDN Rejowinangun 3

Selatan Magelang.

3. Peserta Didik

Dilihat dari data siswa, di setiap tahun terdapat penurunan dan

tahun terahir terdapat kenaikan pada jumlah siswa yang masuk di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang, seperti dalam tabel berikut:

Jumlah Siswa
Kelas
L P Jumlah
I 14 5 19

II 8 8 16

III 8 8 16

IV 11 9 20

V 10 15 25

VI 16 9 25

Jumlah 67 54 121
Tabel 2.2 Peserta Didik SDN 3 Rejowinangun Magelang

Tabel di atas menjelaskan bahwa di SDN Rejowinangun 3 Selatan

Magelang terdapat 121 siswa/siswi, dengan jumlah laki-laki sebanyak 67

orang dan perempuan sebanyak 54 orang. Dalam rangka penelitian yang

fokus pada implementasi kebijakan zonasi dalam proses pembelajaran di

SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang, peneliti memilih untuk

mengadopsi metode pendekatan data tertentu. Lebih khususnya, penelitian

ini melibatkan wawancara dengan 3 wali siswa sebagai informan kunci,

sementara tidak ada wawancara langsung yang dilakukan dengan siswa itu

sendiri.
32

Sebagai alternatif, peneliti memilih untuk melakukan observasi

terhadap perilaku dan respons siswa dalam lingkungan pembelajaran.

Dengan pendekatan ini, peneliti berharap dapat mengumpulkan wawasan

yang kuat tentang pandangan dan pengalaman wali siswa terkait

pelaksanaan kebijakan zonasi, sambil juga mengamati bagaimana siswa

merespon perubahan tersebut dalam praktik pembelajaran sehari-hari.

B. Gambaran Obyek Penelitian

1. Sistem Zonasi

Zonasi merupakan konsep pembagian atau pemecahan suatu

wilayah menjadi beberapa bagian yang disesuaikan dengan fungsi dan

tujuan pengelolaannya. Dengan demikian, sistem zonasi bertujuan untuk

meningkatkan aksesibilitas pendidikan dan mengurangi disparitas dalam

pemilihan sekolah. Sejauh penerapannya, sistem zonasi Penerimaan Peserta

Didik Baru (PPDB) diklaim mampu memberi implikasi terhadap kesiapan

seluruh sekolah dengan mutu yang setara sekolah unggul atau sekolah

favorit.33

SDN 3 Rejowinangun Selatan di Magelang menerapkan sistem zonasi

sebagai metode penerimaan siswa. Sistem zonasi ini merupakan langkah dalam

upaya menciptakan keadilan dalam penempatan siswa dan pemerataan

pendidikan di wilayah tersebut. Melalui sistem zonasi, wilayah sekitar sekolah

33
Informasi Seputar Sistem Zonasi Sekolah, https://www.rumah.com/panduan-
properti/sistem- zonasi-38762, (Diakses pada 27 Mei 2023)
33

dibagi menjadi zona-zona tertentu, dan setiap zona memiliki sekolah yang

ditunjuk untuk melayani siswa yang tinggal di wilayah tersebut.

Dalam kasus SDN 3 Rejowinangun Selatan, zona-zona geografis telah

ditentukan, dan setiap zona dihubungkan dengan sekolah yang sesuai. Para siswa

diwajibkan mendaftar di sekolah yang berada di zona tempat tinggal mereka.

Oleh karena itu, siswa-siswa yang tinggal di sekitar wilayah SDN 3

Rejowinangun Selatan akan diarahkan untuk mendaftar di sekolah tersebut.

Sistem zonasi ini memiliki tujuan untuk mengurangi kesenjangan

pendidikan antara sekolah-sekolah di area perkotaan dan pedesaan serta

mencegah segregasi sosial-ekonomi dalam pendidikan. Dengan

mengutamakan penempatan berdasarkan zona tempat tinggal, diharapkan

semua siswa, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi

mereka, memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan

berkualitas.

2. Psikologi Anak

Psikologi anak merupakan bagian dari psikologi perkembangan, dimana

mempelajari tentang perkembangan anak. 34 Psikologi anak adalah cabang

ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan, perilaku, dan proses

mental anak-anak dari masa bayi hingga remaja awal. Studi psikologi anak

sangat penting karena memahami perkembangan anak membantu orang

dewasa seperti orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan mental

dalam memberikan dukungan yang tepat dan mendukung perkembangan

optimal anak-anak. Psikologi anak merupakan psikologi yang membahas

34
Lilik Sriyanti, Psikologi Anak Mengenal Autis Hingga Hiperaktif, (Salatiga: STAIN
Salatiga Press, 2014), hlm. 1.
34

tentang fase-fase perkembangan anak dan karakteristiknya dari pranatal hingga

usia 11 atau 12 tahun. Fase anak dibagi lagi menjadi fase bayi, anak-anak awal,

anak-anak pertengahan dan akhir anak-anak.35

Perkembangan psikologi memerhatikan perkembangan individu

dari masa sebelum lahir (prenatal) hingga masa dewasa tua, serta masa

usia lanjut. Rentang tahap perkembangan yang dikaji meliputi masa bayi,

masa kanak-kanak, masa anak kecil, masa anak sekolah dasar, masa

remaja awal, masa remaja tengah dan remaja akhir, serta masa dewasa

muda dan dewasa. Psikologi perkembangan berfokus pada pemahaman

mengenai perubahan fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang terjadi

pada individu selama proses perkembangannya. Tiap tahap masa

perkembangan tersebut menjadi obyek studi dari psikologi sebab setiap

masa memiliki ciri-ciri atau karakteristik perkembangan yang berbeda.36

3. Penerapan Sistem Zonasi di SDN 3 Rejowinangun Magelang

Penerapan sistem zonasi dalam konteks pendidikan menghadirkan

beberapa masalah yang memiliki dampak pada psikologi anak-anak. Salah

satu masalah tersebut adalah penempatan siswa di sekolah-sekolah yang

tidak sesuai dengan minat atau kemampuan mereka, karena sistem zonasi

cenderung lebih mengutamakan faktor geografis. Hal ini berpotensi

mengakibatkan ketidakcocokan antara lingkungan sekolah dan keinginan

35
Ibid.,,hlm. 4.
36
Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, hal. 2
35

serta potensi siswa, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada

motivasi belajar dan kesejahteraan psikologis mereka.37

Dampak utama dari masalah tersebut adalah kesulitan dalam

berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung. Siswa yang merasa kurang

termotivasi atau kurang terhubung dengan lingkungan sekolah dapat

mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian pada materi pelajaran.

Rasa frustrasi atau kebingungan mengenai penempatan di sekolah yang

tidak diinginkan juga bisa mempengaruhi perhatian dan fokus siswa

selama pembelajaran. Dampak ini dapat memengaruhi pencapaian

akademis mereka dan menyebabkan penurunan performa belajar.

Selain itu, situasi ini juga berpotensi memicu perasaan cemas atau

stres pada anak-anak. Perasaan tidak nyaman atau tidak cocok dengan

lingkungan sekolah dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan pada

siswa. Mereka mungkin merasa terbebani oleh ekspektasi atau tuntutan

dari lingkungan yang baru dan tidak familiar. Hal ini dapat merusak

keseimbangan emosional mereka dan mengganggu kemampuan mereka

untuk belajar secara efektif.

Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan dan para

pendidik untuk mengatasi masalah ini dengan pendekatan yang bijaksana.

Mereka dapat memberikan dukungan psikologis kepada siswa yang

mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Program

konseling dan pembinaan emosional dapat membantu siswa mengatasi

37
Observasi di SDN 3 Rejowinangun Magelang pada 6 Juni 2023
36

perasaan cemas atau stres. Selain itu, menciptakan lingkungan

pembelajaran yang inklusif dan mendukung dapat membantu siswa merasa

lebih nyaman dan berkontribusi positif pada konsentrasi dan motivasi

mereka dalam belajar.

4. Dampak Implementasi Sistem Zonasi Terhadap Psikologi Anak di

SDN 3 Rejowinangun Magelang

Implementasi sistem zonasi dalam konteks pendidikan dapat

memiliki dampak yang beragam terhadap psikologi anak-anak. Berikut

adalah rincian lebih lanjut mengenai dampak-dampak tersebut:

a. Dampak Emosional

Sistem zonasi dapat memengaruhi emosi anak-anak. Beberapa

anak mungkin merasa senang dan nyaman dengan penempatan di

sekolah terdekat, sementara yang lain mungkin merasa kecewa atau

frustasi karena tidak dapat bersekolah di sekolah yang diinginkan.

Emosi tersebut dapat berdampak pada kepercayaan diri dan

kebahagiaan anak-anak.

b. Dampak Sosial

Penempatan anak-anak di sekolah berdasarkan zona dapat

mengubah lingkungan sosial mereka. Mereka mungkin harus berpisah

dengan teman-teman lama dan berinteraksi dengan teman sekelas baru.

Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam membangun

hubungan sosial dan adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda.

c. Dampak Motivasi Belajar


37

Sistem zonasi bisa mempengaruhi motivasi anak-anak dalam

belajar. Jika anak merasa kurang tertarik dengan sekolah yang

ditentukan oleh zona, motivasi belajar mereka bisa menurun. Ini bisa

berdampak pada partisipasi aktif dalam kelas dan pencapaian akademis

mereka.

d. Dampak Kecemasan dan Stres

Perubahan lingkungan dan rutinitas akibat zonasi bisa

menyebabkan tingkat kecemasan dan stres meningkat pada beberapa

anak. Mereka mungkin merasa cemas tentang bertemu teman baru,

beradaptasi dengan guru baru, atau berprestasi di lingkungan sekolah

yang belum familiar.

e. Dampak Dukungan Orang Tua

Implementasi sistem zonasi juga dapat memengaruhi dukungan

yang diberikan oleh orang tua. Orang tua mungkin merasa khawatir

jika anak-anak mereka harus bersekolah jauh dari rumah atau di

sekolah yang tidak sesuai dengan pilihan mereka. Dukungan orang tua

dapat memengaruhi persepsi dan emosi anak-anak.

f. Dampak Identitas dan Pilihan

Zonasi dapat membatasi pilihan anak-anak dalam memilih

sekolah yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Hal ini bisa

mempengaruhi perkembangan identitas mereka serta aspirasi untuk

masa depan.

g. Dampak Pengalaman Belajar


38

Kualitas pengalaman belajar anak-anak juga dapat dipengaruhi

oleh sekolah yang mereka tempati melalui sistem zonasi. Jika

lingkungan sekolah tidak sesuai dengan preferensi atau gaya belajar

mereka, ini bisa memengaruhi keterlibatan dan hasil belajar mereka.

h. Dampak Pendukung Emosional

Dampak implementasi zonasi dapat memicu kebutuhan akan

dukungan emosional dari guru, konselor, atau teman sekelas. Anak-

anak mungkin memerlukan bantuan untuk mengatasi tantangan

emosional yang muncul karena perubahan dalam situasi pendidikan

mereka.

Penting untuk memperhatikan dampak-dampak ini dan mengambil

langkah-langkah yang diperlukan untuk meresponsnya. Pendidik, orang

tua, dan lembaga pendidikan perlu bekerjasama dalam memberikan

dukungan dan lingkungan yang positif bagi anak-anak agar mereka dapat

mengatasi dampak psikologis dari implementasi sistem zonasi dengan baik.


BAB III
TEMUAN DATA

A. Implementasi Kebijakan Zonasi Dalam Proses Pembelajaran di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang

Implementasi kebijakan zonasi dalam proses pembelajaran di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang merupakan langkah yang penting untuk

memastikan keadilan dalam penempatan siswa dan pemerataan pendidikan di

wilayah tersebut. Kebijakan zonasi merupakan salah satu cara untuk mengatur

dan membatasi wilayah penerimaan siswa berdasarkan jarak atau lokasi rumah

mereka ke sekolah.

Sesuai dengan pendapat Bu Munifah, kepala sekolah SDN 3

Rejowinangun Selatan Magelang, implementasi kebijakan zonasi dalam

proses pembelajaran di sekolah ini menjadi langkah penting untuk menjamin

adilnya penempatan siswa dan pemerataan pendidikan di wilayah tersebut.

Kebijakan zonasi ini adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengatur

dan membatasi wilayah penerimaan siswa berdasarkan jarak atau lokasi rumah

mereka ke sekolah. Beliau menyatakan bahwa:

“Implementasi kebijakan zonasi dalam proses pembelajaran di sekolah


ini menjadi langkah penting untuk menjamin keadilan dalam
penempatan siswa dan pemerataan pendidikan di wilayah tersebut.
Kebijakan zonasi ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengatur dan membatasi wilayah penerimaan siswa berdasarkan jarak
atau lokasi rumah mereka ke sekolah. Dengan adanya kebijakan zonasi,
diharapkan distribusi siswa menjadi lebih merata antara sekolah-
sekolah di wilayah tersebut, sehingga setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses pendidikan
berkualitas di sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Hal ini
dapat meningkatkan keterlibatan orang tua dan komunitas dalam

39
40

pendidikan serta meminimalisir permasalahan kesenjangan akses


pendidikan di wilayah tersebut”.38

Gambar 3.1
Wawancara Bu Munifah kepala SDN 3 Rejowinangun

Dengan demikian, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

mendapatkan akses pendidikan berkualitas di sekolah terdekat. Kebijakan ini

juga dapat meningkatkan keterlibatan orang tua dan komunitas dalam

pendidikan serta mengurangi kesenjangan akses pendidikan di wilayah

tersebut. Didukung oleh pendapat Bu Rokhayani selaku guru SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang, beliau mengungkapkan bahwa:

“Implementasi kebijakan zonasi di sekolah ini penting untuk menjamin


kesetaraan akses pendidikan berkualitas bagi setiap siswa di wilayah
tersebut. Dengan kebijakan zonasi, semua siswa memiliki kesempatan
yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas di sekolah
terdekat dengan tempat tinggal mereka. Selain itu, kebijakan ini juga
dapat mendorong keterlibatan yang lebih aktif dari orang tua dan
komunitas dalam dunia pendidikan. Dengan adanya partisipasi lebih
besar dari orang tua dan masyarakat sekitar, diharapkan kualitas
pendidikan akan meningkat dan kesenjangan akses pendidikan dapat
dikurangi”.39

38
Wawancara dengan Munifah, selaku Kepala SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang
pada hari Senin 5 Juni 2023 pukul 09.15 WIB.
39
Wawancara dengan Rokhayani, selaku guru SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang
pada hari Selasa 6 Juni 2023 pukul 09.00 WIB.
41

Pernyataan diatas menggambarkan bahwa implementasi kebijakan

zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang ini penting untuk menjamin

kesetaraan akses pendidikan berkualitas bagi semua siswa di wilayah tersebut.

Dengan kebijakan ini, siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

mendapatkan pendidikan berkualitas di sekolah terdekat dengan tempat

tinggal mereka. Selain itu, kebijakan ini juga mendorong keterlibatan aktif

orang tua dan komunitas dalam dunia pendidikan, yang diharapkan

meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi kesenjangan akses

pendidikan.

Implementasi kebijakan zonasi dalam proses pembelajaran di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang dapat memberikan dampak terhadap

psikologi anak-anak yang berada di wilayah tersebut. Sesuai dengan pendapat

Bu Munifah, beliau mengungkapkan bahwa:

“Implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan


Magelang memiliki dampak terhadap psikologi anak-anak di wilayah
tersebut. Dampaknya mencakup aspek emosional, motivasi, sosial,
dukungan orang tua, serta tingkat stress dan kecemasan yang mungkin
dialami siswa dan orang tua. Anak-anak yang tinggal di dalam zona
penerimaan mungkin merasa lebih aman dan termotivasi, sementara
mereka yang berada di luar zona penerimaan mungkin merasa kecewa
dan kurang termotivasi. Selain itu, implementasi kebijakan ini dapat
mempengaruhi interaksi sosial di antara siswa dari zona yang berbeda
dan memengaruhi juga dukungan psikologis dari orang tua”.40

Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan

zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang berdampak pada psikologi

anak-anak, meliputi aspek emosional, motivasi, sosial, dukungan orang tua,

40
Wawancara dengan Munifah, selaku Kepala SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang
pada hari Senin 5 Juni 2023 pukul 09.15 WIB.
42

serta tingkat stress dan kecemasan. Senada dengan pendapat Bapak Budi

Suparti, selaku guru SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang menyatakan

bahwa:

“Benar, implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3


Selatan Magelang berdampak pada psikologi anak-anak. Dampaknya
mencakup aspek emosional, motivasi, sosial, dukungan orang tua,
tingkat stress, dan kecemasan. Anak-anak yang berada di dalam zona
penerimaan merasa aman dan termotivasi, sementara yang di luar zona
penerimaan merasa kecewa dan kurang termotivasi. Interaksi sosial
antar siswa dari zona berbeda juga terpengaruh, serta dukungan
psikologis dari orang tua”.41

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Implementasi

kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang memiliki dampak

yang signifikan pada psikologi anak-anak. Dampaknya mencakup berbagai

aspek, seperti emosional, motivasi, sosial, dukungan orang tua, tingkat stres,

dan kecemasan. Anak-anak yang berada di dalam zona penerimaan merasa

lebih aman dan termotivasi karena memiliki prioritas dalam penempatan

sekolah. Di sisi lain, anak-anak yang berada di luar zona penerimaan mungkin

merasa kecewa dan kurang termotivasi karena harus bersaing dengan siswa

dari zona yang lebih dekat untuk mendapatkan tempat di sekolah pilihan

mereka.

Berbeda dengan pendapat salah wali murid yang bernama Ibu Ninik,

wali murid dari Ayu Diah menyatakan bahwa:

”Sistem zonasi memiliki dampak yang kontroversial bagi siswa.


Beberapa siswa merasa dirugikan karena mayoritas siswa yang
diterima berada di dekat lokasi tempat tinggal mereka, sehingga
mereka tidak dapat memilih sekolah favorit yang diinginkan. Namun,

41
Wawancara dengan Budi Suparti, selaku guru SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang
pada hari Rabu 7 Juni 2023 pukul 09.15 WIB.
43

ada juga siswa yang menginginkan sekolah jauh dari lokasi tempat
tinggal mereka karena terdapat sekolah favorit di tempat tersebut.
Dalam hal ini, implementasi sistem zonasi dapat menciptakan perasaan
keuntungan dan kerugian bagi siswa tergantung pada preferensi
mereka terhadap lokasi sekolah yang diinginkan”.42

Gambar 3.2
Wawancara Bu Ninik wali siswa SDN 3 Rejowinangun

Dari pemaparan Diatas Dapat Disimpulkan bahwa sistem zonasi dapat

membatasi kemampuan siswa untuk memilih sekolah favorit dapat

menyebabkan beberapa dampak negatif, seperti perasaan tertekan, kurang

semangat dalam belajar, keterbatasan interaksi sosial, rendahnya kepuasan diri,

dan penurunan motivasi dan prestasi akademik. Hal serupa diungkapkan oleh

Bapak Feri Yogiantono, selaku guru di SDN 3 Rejowinangun Selatan

Magelang, beliau menyatakan bahwa:

“Dengan implementasi sistem zonasi, akan berdampak pada aspek


sosial dan psikologis anak atau siswa. Oleh karena itu, pemerintah
perlu secara terus-menerus mengevaluasi sistem penerimaan siswa
baru agar lebih efektif dan mengurangi dampak negatif sebisa
mungkin”.43

42
Wawancara dengan Ninik, selaku wali murid siswa SDN Rejowinangun 3 Selatan
Magelang pada hari Rabu 7 Juni 2023 pukul 12.30 WIB.
43
Wawancara dengan Feri Yogiantono, selaku guru SDN Rejowinangun 3 Selatan
Magelang pada hari Rabu 7 Juni 2023 pukul 10.15 WIB.
44

Pada pernyataan tersebut dijelaskan bahwa implementasi sistem zonasi

berdampak pada aspek sosial dan psikologis anak atau siswa, dan penting bagi

pemerintah untuk terus mengevaluasi sistem penerimaan siswa baru agar lebih

efektif dan mengurangi dampak negatif sebisa mungkin. Hal ini menunjukkan

kesadaran akan pentingnya mengoptimalkan kebijakan zonasi agar dapat

memberikan manfaat yang lebih baik bagi anak-anak atau siswa dalam

konteks pendidikan. Sedangkan Ibu Zulmayeti wali murid dari Naila Zulfaira,

menyatakan bahwa:

“Kami sangat mendukung adanya sistem zonasi dalam penerimaan


peserta didik baru karena dapat memungkinkan siswa yang tinggal di
sekitar lingkungan setempat untuk bersekolah di sekolah yang terdekat.
Dengan adanya sistem ini, orangtua akan memiliki waktu lebih banyak
untuk memantau anak-anak saat berada di sekolah dan di lingkungan
keluarga”.44

Pernyataan tersebut menggambarkan sistem zonasi dalam penerimaan

peserta didik baru mendapat dukungan dari wali murid karena memungkinkan

siswa yang tinggal di sekitar lingkungan setempat untuk bersekolah di sekolah

yang terdekat. Selain itu, sistem ini juga memberikan keuntungan bagi

orangtua karena memudahkan mereka memantau anak-anak di sekolah dan di

lingkungan keluarga.

44
Wawancara dengan Zulmayeti, selaku wali murid siswa SDN Rejowinangun 3 Selatan
Magelang pada hari Rabu 7 Juni 2023 pukul 13.00 WIB.
45

B. Kendala Implementasi Kebijakan Zonasi Yang Dihadapi Di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang

Dalam implementasi sistem zonasi penerimaan peserta didik baru,

terdapat beberapa kendala dan penghambat yang dapat mempengaruhi

optimalitas perencanaan dan tindakan. Meskipun tujuannya adalah untuk

mempermudah calon peserta didik dalam pendaftaran ke sekolah, Sistem

zonasi ini yang membutuhkan alat komunikasi dan juga jaringan internet.

Sistem zonasi dapat menghadapi kendala dalam akses internet dan komunikasi.

Beberapa daerah belum sepenuhnya terjangkau internet, dan bahkan daerah

yang telah memiliki akses internet sering mengalami gangguan jaringan.

Hal ini menjadi kendala bagi sekolah dan calon peserta didik yang

bergantung pada alat komunikasi dan jaringan internet. Selain itu, orang tua

juga mungkin menghadapi kesulitan dalam membeli alat komunikasi untuk

mengakses pendaftaran dan informasi tersebut. Sesuai dengan pendapat Bu

Munifah, beliau mengungkapkan bahwa:

“Kendala dalam implementasi sistem penerimaan peserta didik baru


meliputi sistem zonasi ini yang membutuhkan alat komunikasi,
sehingga akan menjadi kendala bagi jaringan internet yang kurang
bagus, siswa yang tidak memiliki alat komunikasi untuk akses online
dan wilayah-wilayah yang tidak terjangkau internet”.45

Dari ungkapan diatas dapat disimpulkan kendala dalam implementasi

sistem penerimaan peserta didik baru mencakup kebutuhan alat komunikasi

untuk sistem zonasi, jaringan internet yang kurang bagus, siswa yang tidak

memiliki akses alat komunikasi online, dan wilayah-wilayah yang tidak

45
Wawancara dengan Munifah, selaku Kepala SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang pada hari
Senin 5 Juni 2023 pukul 09.15 WIB.
46

terjangkau internet. Hal tersebut juga diperjelas Bu Himatul Annisa selaku

guru di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang, beliau mengungkapkan:

“Dalam pendaftaran online, terdapat kendala pada masalah jaringan


yang menyebabkan kesulitan dalam mengunggah berkas. Di daerah ini,
sebagian calon wali siswa meminta bantuan sekolah untuk melakukan
pendaftaran karena terkendala faktor perangkat jaringan. Sebagian
besar, sekitar 90%, peserta didik dibantu oleh sekolah dalam proses
pendaftaran, sementara sisanya calon wali siswa mendaftarkan sendiri
untuk anak mereka”.46

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kendala utamanya

adalah masalah jaringan yang menyebabkan lambatnya proses upload.

Meskipun sebenarnya pendaftaran online dilakukan oleh calon wali peserta

didik sendiri di rumah masing-masing, namun beberapa dari mereka

menghadapi kendala karena tidak memiliki perangkat atau komputer.

Sehingga sebagian besar, sekitar 90% orang tua peserta didik, meminta

bantuan sekolah untuk didaftarkan, sementara sisanya, sekitar 10%, mendaftar

sendiri. Hal tersebut diperkuat oleh jawaban dalam wawancara dari Ibu Santi,

wali siswa bernama Anindita, yang mengungkapkan bahwa:

“kesulitan utama yaitu saat mengisi data-data yang banyak dan tidak
mengetahui apa yang harus diisi. Selain itu, diperlukan alat
komunikasi untuk mengerjakan tes psikologi dan soal yang banyak,
serta membutuhkan kuota internet untuk mengakses materi tersebut.
Masalah jaringan yang jelek membuatnya kesulitan menjawab soal
yang ingin dijawab, sehingga ia harus bertanya ke sekolah mengenai
persiapan dan pekerjaan yang perlu dilakukan”.47

Hal tersebut menunjukkan bahwa kendala dalam pendaftaran

dipengaruhi oleh data-data yang perlu diisi, karena beberapa hal tidak

46
Wawancara dengan Himatul Annisa, selaku guru SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang pada
hari Selasa 6 Juni 2023 pukul 09.15 WIB.
47
Wawancara dengan Santi, selaku wali murid siswa SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang pada
hari Kamis 8 Juni 2023 pukul 13.00 WIB.
47

diketahui artinya. Ketersediaan alat komunikasi juga menjadi faktor

penghambat, karena tanpa alat tersebut informasi yang diperlukan bisa

didapatkan dengan lambat. Kuota internet juga diperlukan untuk mendaftar

secara online, namun jika tidak tersedia maka akses ke internet terhalang. Jika

jaringan mengalami gangguan saat mengerjakan tes psikologi, jawaban yang

ingin dijawab biasanya tidak dapat terkirim. Senada dengan pendapat Ibu

Ninik wali murid dari Ayu Diah, menyatakan bahwa:

“Ya, karena pada saat pendaftaran online, beberapa wali siswa baru
seperti saya mengalami kesulitan dalam mengisi formulir karena
belum familiar dengan isi dan prosedur formulir tersebut. Oleh karena
itu, kami perlu mendapat bimbingan secara detail. Proses
pendaftarannya sebenarnya tidak terlalu rumit, namun karena
dilakukan secara online, kami tidak tahu bagaimana situasi jaringan di
dalamnya. Jika waktu pendaftaran sudah selesai namun jaringan tidak
memungkinkan, kami akan menutup formulir tersebut tanpa berhasil
mendaftar”.48

Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada saat pendaftaran

online, beberapa wali siswa baru menghadapi kesulitan mengisi formulir

karena kurang familiar dengan isinya dan prosedurnya. Oleh karena itu,

mereka memerlukan bimbingan secara detail. Proses pendaftarannya

sebenarnya tidak terlalu rumit, tetapi karena dilakukan secara online, mereka

tidak tahu bagaimana situasi jaringan di dalamnya. Jika waktu pendaftaran

sudah selesai tetapi jaringan tidak memungkinkan, mereka akan menutup

formulir tersebut tanpa berhasil mendaftar.

Dari beberapa pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak

calon wali murid atau peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengisi

48
Wawancara dengan Ninik, selaku wali murid siswa SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang
pada hari Rabu 7 Juni 2023 pukul 13.00 WIB.
48

formulir pendaftaran karena belum memahami persyaratan yang diminta.

Masalah jaringan yang terkadang terganggu menyebabkan keterbatasan waktu,

sehingga beberapa calon peserta didik terpaksa menerima situasi tersebut dan

menutup formulir tanpa selesai. Peran orang tua menjadi sangat penting dalam

memberikan arahan mengenai pilihan jurusan dan selalu memberikan

dukungan kepada anak-anak mereka.


BAB IV
ANALISIS DATA

A. Implementasi Kebijakan Zonasi Dalam Proses Pembelajaran di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang

Implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan

Magelang menjadi langkah penting dalam memastikan adanya keadilan dalam

penempatan siswa dan pemerataan pendidikan di wilayah tersebut. Kebijakan

zonasi adalah salah satu cara untuk mengatur dan membatasi wilayah

penerimaan siswa berdasarkan jarak atau lokasi rumah mereka ke sekolah.

Dengan demikian, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

mendapatkan akses pendidikan berkualitas di sekolah terdekat dengan tempat

tinggalnya.

Merujuk pada Permendikbud No. 14 Tahun 2018 Pasal 16, yang

mengatur sistem zonasi. Sistem zonasi ini akan menerima calon peserta didik

berdasarkan jarak rumah dari sekolah. Selain sistem zonasi, ada juga sistem

penerimaan berdasarkan prestasi akademik, non-akademik, dan afirmasi.

Namun, sistem zonasi memiliki daya tampung sebesar 50% dan banyak

digunakan oleh calon peserta didik yang tinggal dekat dengan sekolah.

Implementasi kebijakan zonasi membawa dampak positif, di mana setiap

siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses pendidikan

berkualitas di sekolah terdekat dengan tempat tinggal mereka. Selain itu,

kebijakan ini dapat meningkatkan keterlibatan orang tua dan komunitas dalam

pendidikan, serta berkontribusi dalam mengurangi kesenjangan akses

49
50

pendidikan di wilayah tersebut. Dengan demikian, keadilan dan pemerataan

pendidikan dapat terwujud lebih baik dalam sistem penerimaan siswa.

Implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan

Magelang sangat penting untuk memastikan kesetaraan akses pendidikan

berkualitas bagi semua siswa di wilayah tersebut. Kebijakan ini memberikan

kesempatan yang sama bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan berkualitas

di sekolah terdekat dengan tempat tinggal mereka. Selain itu, kebijakan ini

juga berperan dalam mendorong keterlibatan aktif orang tua dan komunitas

dalam dunia pendidikan, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas

pendidikan dan mengurangi kesenjangan akses pendidikan di wilayah tersebut.

Dengan adanya kebijakan zonasi, diharapkan bahwa setiap siswa dapat

merasakan manfaat dari sistem penempatan yang adil dan mendukung

perkembangan pendidikan secara lebih merata.

Sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru mendapat

dukungan dari wali murid karena berbagai alasan yang menguntungkan.

Pertama-tama, sistem ini memungkinkan siswa yang tinggal di sekitar

lingkungan setempat untuk bersekolah di sekolah yang terdekat. Dengan

demikian, siswa dapat menghemat waktu dan tenaga dalam perjalanan ke

sekolah, sehingga mereka dapat lebih fokus dan produktif dalam belajar.

Selain itu, sistem zonasi juga memberikan keuntungan bagi orangtua. Dengan

anak-anak mereka bersekolah di sekolah terdekat, orangtua dapat lebih mudah

memantau aktivitas dan perkembangan anak-anak di sekolah. Mereka dapat

dengan cepat mengetahui informasi tentang kehadiran, kinerja akademik, dan


51

kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh anak-anak. Hal ini membantu

orangtua tetap terhubung dengan proses pendidikan anak-anak dan

memberikan dukungan yang lebih efektif.

Selain itu, keberadaan siswa yang tinggal di dekat lingkungan sekolah

juga dapat memperkuat ikatan sosial dalam komunitas. Siswa akan lebih

mudah untuk berinteraksi dengan teman-teman sejawatnya yang tinggal di

sekitar lingkungan tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa solidaritas dan

kebersamaan di antara siswa, serta menguatkan ikatan sosial di dalam

komunitas sekolah.

Secara keseluruhan, sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik

baru memiliki manfaat yang signifikan bagi semua pihak yang terlibat.

Dukungan dari wali murid adalah penting untuk menciptakan lingkungan

pendidikan yang lebih baik dan mendukung perkembangan siswa secara

optimal. Sistem ini tidak hanya menguntungkan siswa dengan memberikan

akses pendidikan yang lebih dekat, tetapi juga memberikan kenyamanan bagi

orangtua dalam memantau perkembangan anak-anak mereka dalam proses

belajar mengajar.

Akan tetapi implementasi kebijakan zonasi dalam proses pembelajaran

di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang memiliki potensi untuk

memberikan dampak pada psikologi anak-anak yang berada di wilayah

tersebut. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah:

1. Dampak Emosional: Anak-anak yang tinggal di wilayah yang berada

dalam zona penerimaan sekolah mungkin merasa lebih aman dan nyaman
52

karena mereka tahu bahwa mereka memiliki prioritas untuk masuk ke

sekolah tersebut. Sebaliknya, bagi anak-anak yang tinggal di wilayah yang

berada di luar zona penerimaan, mungkin akan merasa kecewa dan frustasi

karena mereka harus bersaing dengan siswa dari zona yang lebih dekat

untuk mendapatkan tempat di sekolah yang diinginkan.

2. Dampak Motivasi: Bagi anak-anak yang tinggal di dalam zona penerimaan,

kebijakan zonasi dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar

dengan lebih giat karena mereka memiliki peluang lebih besar untuk

diterima di sekolah pilihannya. Namun, bagi anak-anak yang berada di

luar zona penerimaan, kebijakan zonasi dapat mengurangi motivasi

mereka karena mereka merasa kesempatan untuk diterima lebih kecil.

3. Dampak Sosial: Implementasi kebijakan zonasi dapat mempengaruhi

dinamika sosial di antara anak-anak yang tinggal di wilayah yang berbeda.

Anak-anak dari zona yang berbeda mungkin merasa lebih terpisah dan

kurang berinteraksi satu sama lain, terutama jika mereka berada dalam

kelompok yang berbeda di sekolah.

4. Dampak Dukungan Orang Tua: Implementasi kebijakan zonasi juga dapat

mempengaruhi psikologi orang tua siswa. Orang tua dari wilayah yang

berada dalam zona penerimaan mungkin merasa lebih lega dan percaya

diri karena anak mereka memiliki prioritas untuk masuk ke sekolah

tersebut. Namun, bagi orang tua dari wilayah yang berada di luar zona

penerimaan, mungkin akan mengalami kekecewaan dan kekhawatiran

mengenai peluang pendidikan anak mereka.


53

5. Dampak Stress dan Kecemasan: Proses seleksi dalam kebijakan zonasi

dapat menimbulkan tingkat stres dan kecemasan yang lebih tinggi bagi

anak-anak dan orang tua. Anak-anak yang berada di luar zona penerimaan

mungkin merasa tertekan dan cemas karena persaingan yang ketat,

sementara orang tua mungkin khawatir anak mereka tidak dapat diterima

di sekolah pilihan mereka.

Dalam konteks implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun

3 Selatan Magelang, dampak-dampak ini perlu diperhatikan dan diantisipasi

dengan baik untuk memastikan kesejahteraan dan perkembangan optimal

anak-anak di wilayah tersebut. Dalam menghadapi dampak psikologis yang

mungkin timbul akibat kebijakan zonasi, perlu dilakukan langkah-langkah

untuk memastikan bahwa semua siswa merasa diperlakukan dengan adil dan

mendapatkan kesempatan yang sama untuk pendidikan berkualitas. Beberapa

langkah yang dapat diambil yaitu:

1. Memberikan dukungan psikologis: Pihak sekolah dan orang tua dapat

memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada siswa yang berada

di luar zona penerimaan agar tetap termotivasi dalam proses pendaftaran

dan belajar.

2. Pembinaan konseling: Sekolah dapat menyediakan layanan bimbingan dan

konseling untuk membantu siswa mengatasi stres dan kecemasan yang

mungkin muncul selama proses pendaftaran.

3. Informasi yang jelas dan akurat: Penting untuk menyediakan informasi

yang jelas dan akurat mengenai kebijakan zonasi serta proses pendaftaran
54

agar orang tua dan siswa dapat memahami dengan baik dan mengambil

keputusan yang tepat.

4. Melibatkan komunitas: Dukungan dari komunitas dan lingkungan sekitar

sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif

dan mendukung bagi semua siswa.

5. Evaluasi dan perbaikan: Pemerintah dan pihak terkait perlu secara berkala

mengevaluasi implementasi kebijakan zonasi untuk mengidentifikasi

masalah dan melakukan perbaikan agar kebijakan tersebut dapat berjalan

lebih efektif dan adil.

Implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan

Magelang memiliki pendekatan yang holistik, yang mencakup berbagai aspek

yang saling terkait untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah

dalam implementasi kebijakan ini melibatkan kerjasama dari berbagai pihak,

termasuk pihak sekolah, orangtua siswa, dan masyarakat setempat. Pertama-

tama, pihak sekolah harus melakukan analisis mendalam terkait kondisi

geografis dan lingkungan sekitar.

Dengan memahami wilayah dan potensi yang ada, pihak sekolah dapat

menetapkan zona-zona penerimaan siswa yang optimal berdasarkan jarak atau

lokasi rumah mereka ke sekolah. Selain itu, pihak sekolah juga perlu

berkomunikasi secara efektif dengan orangtua siswa untuk memastikan

pemahaman tentang kebijakan zonasi dan pentingnya kesetaraan akses

pendidikan.
55

Selanjutnya, penting bagi pihak sekolah untuk melibatkan masyarakat

setempat dalam proses implementasi kebijakan zonasi. Melalui dialog dan

konsultasi dengan masyarakat, pihak sekolah dapat mengidentifikasi potensi

hambatan atau tantangan yang mungkin muncul selama implementasi

kebijakan. Dengan demikian, solusi yang sesuai dan berkelanjutan dapat

dihasilkan untuk meminimalkan dampak negatif pada psikologi anak-anak.

Pihak sekolah juga harus memastikan ketersediaan sumber daya dan

infrastruktur yang memadai untuk mendukung keberhasilan kebijakan zonasi.

Misalnya, pihak sekolah harus memastikan ketersediaan alat komunikasi dan

akses internet yang memadai untuk memfasilitasi pendaftaran secara online

dan mendukung kelancaran proses administrasi.

Selain itu, penting bagi orangtua siswa untuk mendukung dan

berpartisipasi aktif dalam proses implementasi kebijakan zonasi. Dukungan

orangtua dalam memahami dan mendukung kebijakan ini akan memperkuat

motivasi dan semangat anak-anak untuk bersekolah dengan baik dan maksimal.

Melalui pendekatan yang holistik dan kerjasama dari berbagai pihak,

diharapkan implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan

Magelang dapat mencapai tujuannya dalam menciptakan sistem pendidikan

yang lebih adil dan merata. Dengan demikian, dampak negatif pada psikologi

anak-anak dapat diatasi, dan setiap siswa akan memiliki kesempatan yang

sama untuk mendapatkan akses pendidikan berkualitas di sekolah terdekat.


56

B. Kendala Implementasi Kebijakan Zonasi Yang Dihadapi Di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang

Dalam implementasi sistem zonasi penerimaan peserta didik baru,

beberapa kendala dan penghambat dapat mengurangi optimalitas perencanaan

dan tindakan. Meskipun tujuannya adalah untuk mempermudah calon peserta

didik dalam pendaftaran ke sekolah, Sistem zonasi ini memerlukan alat

komunikasi dan akses jaringan internet yang dapat mempengaruhi kelancaran

proses.

Salah satu kendala yang dihadapi adalah terkait akses internet.

Beberapa daerah mungkin belum sepenuhnya terjangkau oleh jaringan internet,

sehingga calon peserta didik di wilayah-wilayah tersebut akan kesulitan untuk

mengakses sistem pendaftaran secara online. Selain itu, bahkan di daerah yang

telah memiliki akses internet, seringkali terjadi gangguan jaringan yang

menyebabkan proses pendaftaran menjadi terhambat atau gagal dilakukan.

Kendala lainnya yaitu kurangnya ketersediaan alat komunikasi. Tidak

semua calon peserta didik memiliki perangkat yang memadai untuk

mengakses sistem pendaftaran online. Beberapa siswa mungkin tidak

memiliki smartphone, laptop, atau komputer yang dapat digunakan untuk

melakukan pendaftaran. Hal ini dapat menyulitkan mereka untuk mengisi

formulir dan mengunggah dokumen yang diperlukan.

Dampak dari kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi

sistem zonasi penerimaan peserta didik baru adalah berkurangnya efektivitas

sistem dalam mencapai tujuannya untuk mempermudah calon peserta didik


57

dalam memilih sekolah. Ketika calon peserta didik menghadapi kesulitan

akses internet atau terbatasnya alat komunikasi, proses pendaftaran dan

penempatan siswa menjadi kurang efisien dan dapat mempengaruhi

kesempatan calon peserta didik untuk memilih sekolah sesuai dengan

preferensi mereka.

Dampak dari kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi

sistem zonasi penerimaan peserta didik baru di SDN Rejowinangun 3 Selatan

Magelang adalah sebagai berikut:

1. Penurunan efisiensi pendaftaran: Kendala akses internet yang terbatas atau

gangguan jaringan dapat menyebabkan lambatnya proses pendaftaran dan

penempatan siswa. Calon peserta didik yang kesulitan mengakses sistem

online akan menghabiskan waktu lebih lama untuk mengisi formulir dan

mengunggah dokumen yang diperlukan, sehingga mengurangi efisiensi

keseluruhan proses.

2. Ketidakmerataan kesempatan akses pendidikan: Calon peserta didik di

wilayah yang memiliki akses internet terbatas mungkin mengalami

kesulitan dalam menggunakan sistem zonasi. Hal ini dapat mengakibatkan

ketidakmerataan distribusi siswa di sekolah-sekolah, dengan beberapa

siswa memiliki kesempatan lebih tinggi untuk memilih sekolah favorit

mereka berdasarkan sistem zonasi, sementara siswa lain di wilayah

terpencil kesulitan untuk melakukannya.

3. Ketidakpuasan dan kekecewaan calon peserta didik dan orang tua:

Kendala dalam sistem zonasi dapat menyebabkan calon peserta didik dan
58

orangtua merasa frustrasi dan kecewa karena proses pendaftaran tidak

berjalan lancar. Hal ini dapat berdampak negatif pada persepsi mereka

terhadap sistem zonasi dan kepercayaan terhadap proses penerimaan

peserta didik.

4. Rendahnya partisipasi dan keterlibatan komunitas sekolah: Kendala-

kendala dalam sistem zonasi dapat mengurangi partisipasi dan keterlibatan

komunitas sekolah dalam proses penerimaan peserta didik. Orangtua dan

siswa mungkin merasa terhalang oleh kendala teknis dan akhirnya

mengurungkan niat untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses

pendaftaran.

5. Tantangan dalam mencapai tujuan pemerintah untuk pemerataan

pendidikan: Salah satu tujuan implementasi sistem zonasi adalah untuk

mencapai pemerataan pendidikan, namun kendala-kendala yang dihadapi

dapat menjadi hambatan dalam mencapai tujuan tersebut. Ketidakmerataan

akses dan kesulitan teknis dapat menyebabkan kesenjangan pendidikan di

antara siswa di wilayah yang berbeda.

Selain itu, kendala-kendala tersebut juga dapat berdampak pada

pemerataan pendidikan. Jika tidak semua calon peserta didik memiliki

kesempatan yang sama untuk mengakses dan menggunakan sistem zonasi

karena kendala akses internet atau alat komunikasi, maka ada potensi

ketidakmerataan dalam distribusi siswa di sekolah-sekolah. Beberapa calon

peserta didik mungkin tidak dapat memanfaatkan sistem zonasi dengan baik,

sehingga dapat terjadi kesenjangan akses pendidikan antara siswa-siswa yang


59

dapat menggunakan sistem dengan lancar dan siswa-siswa yang menghadapi

kesulitan teknis.

Kendala-kendala ini juga dapat mengakibatkan frustrasi dan

ketidakpuasan bagi calon peserta didik dan orangtua yang ingin menggunakan

sistem zonasi sebagai sarana untuk memilih sekolah. Jika proses pendaftaran

menjadi lambat atau tidak berjalan dengan baik akibat kendala teknis, hal ini

dapat menimbulkan kecemasan dan kekecewaan pada calon peserta didik dan

orangtua.

Untuk mengatasi dampak negatif dari kendala-kendala dalam

implementasi sistem zonasi penerimaan peserta didik baru di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang, diperlukan langkah-langkah konkret yang

melibatkan pihak terkait, terutama pemerintah dan sekolah. Berikut adalah

beberapa langkah rinci yang dapat diambil:

1. Meningkatkan Infrastruktur Jaringan Internet: Pemerintah harus berperan

aktif dalam memperluas cakupan dan kualitas jaringan internet di wilayah-

wilayah yang masih belum terjangkau. Investasi dalam infrastruktur

jaringan internet yang lebih baik akan meningkatkan aksesibilitas bagi

calon peserta didik yang berada di daerah terpencil atau memiliki akses

internet terbatas.

2. Memberikan Dukungan Teknis: Sekolah dapat memberikan dukungan

teknis kepada calon peserta didik yang membutuhkan bantuan dalam

mengakses dan menggunakan sistem zonasi. Hal ini dapat berupa


60

penyediaan fasilitas komputer atau bantuan dalam proses pendaftaran

online bagi mereka yang kesulitan dalam hal teknis.

3. Sosialisasi dan Penyuluhan: Pihak terkait, seperti pemerintah dan sekolah,

perlu mengadakan sosialisasi dan penyuluhan mengenai sistem zonasi

kepada masyarakat, terutama calon peserta didik dan orangtua. Sosialisasi

dapat dilakukan melalui pertemuan-pertemuan di sekolah, seminar, atau

melalui media sosial dan situs web resmi untuk memberikan informasi

lengkap mengenai proses pendaftaran dan cara penggunaan sistem zonasi.

4. Penguatan Dukungan Orang Tua: Orang tua memegang peran penting

dalam mendukung calon peserta didik selama proses pendaftaran. Pihak

sekolah dapat memberikan panduan dan dukungan kepada orang tua dalam

memahami sistem zonasi, sehingga mereka dapat memberikan bimbingan

dan dukungan yang tepat kepada anak-anak mereka.

5. Evaluasi dan Perbaikan Sistem: Pemerintah dan sekolah perlu secara terus-

menerus melakukan evaluasi terhadap sistem zonasi, mengidentifikasi

kendala-kendala yang muncul, dan melakukan perbaikan yang diperlukan.

Dengan melakukan evaluasi secara berkala, sistem zonasi dapat

ditingkatkan agar lebih efektif dan meminimalkan dampak negatif pada

calon peserta didik.

Dengan melibatkan pihak terkait dan mengambil langkah-langkah

konkret seperti yang dijabarkan di atas, diharapkan implementasi sistem

zonasi dapat berjalan lebih lancar dan mencapai tujuannya untuk

mempermudah calon peserta didik dalam memilih sekolah, sambil tetap


61

mendukung pemerataan pendidikan dan mengurangi dampak negatif pada

psikologi anak-anak.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Implementasi Kebijakan Zonasi Dalam Proses Pembelajaran di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang

Implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan

Magelang menjadi langkah penting dalam memastikan keadilan dalam

penempatan siswa dan pemerataan pendidikan di wilayah tersebut.

Kebijakan ini memungkinkan setiap siswa mendapatkan akses pendidikan

berkualitas di sekolah terdekat dengan tempat tinggal mereka.

Implementasi kebijakan zonasi di SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang

berpotensi memberikan dampak pada psikologi anak-anak di wilayah

tersebut. Dampak tersebut mencakup aspek:

a. Dampak emosional.

b. Dampak motivasi.

c. Dampak sosial.

d. Dampak dukungan orang tua.

e. Dampak tingkat stres serta kecemasan.

Dalam menghadapi dampak psikologis yang mungkin timbul

akibat kebijakan zonasi, perlu dilakukan langkah-langkah untuk

memastikan bahwa semua siswa merasa diperlakukan dengan adil dan

mendapatkan kesempatan yang sama untuk pendidikan berkualitas.

Beberapa langkah yang dapat diambil yaitu:

62
63

a. Memberikan dukungan psikologis.

b. Pembinaan konseling.

c. Informasi yang jelas dan akurat.

d. Melibatkan komunitas.

e. Evaluasi dan perbaikan

2. Kendala Implementasi Kebijakan Zonasi Yang Dihadapi Di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang

Implementasi sistem zonasi penerimaan peserta didik baru di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang menghadapi kendala terkait akses

internet yang belum merata dan kurangnya ketersediaan alat komunikasi.

Dampak dari kendala ini yaitu:

a. Penurunan efisiensi pendaftaran.

b. Ketidakmerataan kesempatan akses pendidikan.

c. Ketidakpuasan dan kekecewaan calon peserta didik dan orang tua.

d. Rendahnya partisipasi dan keterlibatan komunitas sekolah.

e. Tantangan dalam mencapai tujuan pemerintah untuk pemerataan

pendidikan.

Untuk mengatasi dampak negatif dari kendala-kendala dalam

implementasi sistem zonasi penerimaan peserta didik baru di SDN

Rejowinangun 3 Selatan Magelang, diantaranya:

a. Meningkatkan Infrastruktur Jaringan Internet.

b. Memberikan Dukungan Teknis.

c. Sosialisasi dan Penyuluhan.


64

d. Penguatan Dukungan Orang Tua.

e. Evaluasi dan Perbaikan Sistem

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas yang telah dipaparkan oleh peneliti

ada beberapa saran yang diharapkan yaitu:

1. Pemerintah

Bagi pemerintah diharapkan untuk mengatasi perbedaan pendaftaran di

desa dan kota, sehingga akses ke sekolah menjadi lebih sesuai dengan

geografis.

2. SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang

SDN Rejowinangun 3 Selatan Magelang sebaiknya melakukan sosialisasi

sebelum penerimaan peserta didik agar calon peserta didik memahami

jalannya pendaftaran dan sistem yang digunakan.

3. Calon peserta didik

Calon peserta didik diharapkan lebih memperhatikan informasi yang

disampaikan sekolah agar terjadi keseimbangan dalam pengetahuan.

4. Orang tua

Orang tua perlu memberikan saran yang baik dan mendukung kemauan

anak dalam memilih jurusan atau bidang yang mereka sukai dengan baik.
65

5. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan disempurnakan untuk

penelitian berikutnya yang berhubungan dengan dampak implementasi sistem

zonasi terhadap psikologi anak.


DAFTAR PUSTAKA

Akhwat, Heni. Sistem Pendidikan di Indonesia Antara Masalah dan Solusi, dalam
https://www.kompasiana.com/heniakhwatdamanik/552a9894f17e613625d6
23b4/sistem-pendidikan-indonesia-antara-masalah-dan-solusi.

Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi


Revisi
V”. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002.

Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta:


Rineka Cipta, 2010.

Cahyani, Ahyani. “Hubungan Antara Presepsi peserta Didik Baru Terhadap


Sistem Zonasi Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru Dengan Minat
Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Bantul”. Skripsi, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2018.

Denty A., Kerjasama Kemendikbud dan Ombudsman RI Wujudkan Pemerataan


Pendidikan Berkualitas”, (2017) https://www.kemdikbud.go.id/main/.

Diwikarta, Sudarja. Sosiolofi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,


2016.

Fitriana, Ika. PPDB Sistem Zonasi Membuat 20 SD di Kota Magelang Kekurangan


Siswa”, dalam
https://regional.kompas.com/read/2019/06/19/18404141/ppdb-sistem-
zonasi-membuat-20-sd-di-kota-magelang-kekurangan-siswa#.

Informasi Seputar Sistem Zonasi Sekolah, https://www.rumah.com/panduan-


properti/sistem- zonasi-38762.

Jejen, Musfah. Analisis Kebijakan Pendidikan Jakarta: Kencana, 2018.

Khasanah, Umi Latifatul. “Analisis Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi


Perspektif Stakeholher Sekolah”. Tesis, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rinneka Cipta, 1997.

66
67

Muhibbinsyah. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung; PT


Remaja Rosdakarya, 2001.

Musfah Jejen, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Jakarta Timur: Kencana, 2018), hal.
177-178.

Nawawi, Hadari dan Martini Hadari. “Instrumen Penelitian Bidang Sosial”.


(Pontianak: Gajamadah University Press, 2006.

Neolaka, Amos and Grace Amalia. Landasan Pendidikan “Dasar Pengenalan Diri
Sendiri Menuju Perubahan Hidup”. Jakarta: Kencana, 2017.

Nurjanah, “Implementasi Sistem Zonasi dalam Menjamin Pemerataan Pendidikan


pada Masyarakat Pedesaan (Penelitian di Desa Patengan Kecamatan
Rancabali Kabupaten Bandung)”. Skripsi, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2019.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Pasal 16 Tahun 2019


tentang Sistem Zonasi.

Pramesti, Ardia. Persepsi Orang Tua Terhadap Sistem Zonasi DKI Jakarta Tahun
Pelajaran 2019/2020, Vol. 13, No. 2, Juli 2020.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.

Tim CNN Indonesia, “Curhat Orang Tua Soal Sistem Zonasi PPDB”, dalam
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190620202124-284-
405114/curhat-orang-tua-soal-sistem-zonasi-ppdb.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1
INSTRUMEN WAWANCARA
Pertanyaan
No Kepala Sekolah Guru Wali Siswa
1. Bagaimana cara Bagaimana cara sosialisasi Apa dampak positif
sosialisasi kebijakan kebijakan sistem zonasi dari penerapan sistem
sistem zonasi kepada kepada masyarakat zonasi terhadap siswa
masyarakat
2. Bagaimana upaya Apa saja dukungan dari Apa dampak negatif
menciptakan panitia pihak luar terhadap dari penerapan sistem
yang memadai dan kebijakan sistem zonasi zonasi terhadap siswa
kompeten terhadap
kebijakan sistem
zonasi
3. Apa saja dukungan Apa dampak positif dari Saran mengenai
dari pihak luar penerapan sistem zonasi pelaksanaan sistem
terhadap kebijakan terhadap siswa zonasi
sistem zonasi
4. Apa dampak positif Apa dampak negatif dari
dari penerapan sistem penerapan sistem zonasi
zonasi terhadap siswa terhadap siswa
5. Apa dampak negatif Saran mengenai
dari penerapan sistem pelaksanaan sistem zonasi
zonasi terhadap siswa
6. Saran mengenai
pelaksanaan sistem
zonasi

68
Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Anni Luklu'ul Fithri

Tempat, Tanggal Lahir : Magelang 05 februari 1998

Alamat Rumah : Kliwonan tempuran Magelang

Golongan Darah : AB

Email : annyfitria795@gmail.com

Nama Ayah : Muhammad Subhan

Nama Ibu : Fatidatun Nasichah

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. RA Jogomulyo 1 Tempuran

b. Min 7 Magelang

c. SMP 3 Tempuran

d. MA Al Jauhar Gunung Kidul

2. Pendidikan Non-Formal

a. Pondok Pesantren Daarul Falah

b. Pondok Pesantren Al Jauhar

c. Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta

Yogyakarta, 20 Agustus 2023

Anni Luklu'ul Fithri

Anda mungkin juga menyukai