Anda di halaman 1dari 84

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT

INSTRUCTION (PENGAJARAN LANGSUNG) TERHADAP


HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
TERPADU KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 KISAM TINGGI
KABUPATEN OKU SELATAN

SKRIPSI

Oleh

ULPA PURNAMASARI
NPM. 1322061

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS BATURAJA
2017
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT
INSTRUCTION (PENGAJARAN LANGSUNG) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
TERPADU KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 KISAM TINGGI
KABUPATEN OKU SELATAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ULPA PURNAMASARI
NPM. 1322061

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2017

ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ulpa Purnamasari


NPM : 13 22 061
Konsentrasi : Teknologi Informasi dan Komunikasi
Program Studi : Teknologi Pendidikan
Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S1)
Judul Skripsi : Efektifitas Model Pembelajaran Explicit
Instruction (Pengajaran Langsung) Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Terpadu Kelas VIII Di SMP Negeri 2 Kisam
Tinggi Kabupaten Oku Selatan

Pembimbing Skripsi,
Tanggal Juli 2017 . Pembimbing I : …………………………
Yelmi Yunarti, S.Pd.I., M.Pd

Tanggal Juli 2017. Pembimbing II : ……………………........


Joko Kuswanto, M.Kom

Baturaja, Juli 2017


Mengetahui,
Dekan FKIP Universitas Baturaja

Darningwati, M.Pd

iii
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI

Dinyatakan Lulus Setelah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi


Konsentrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi
Program Studi Teknologi Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Baturaja

Nama : Ulpa Purnamasari


NPM : 13 22 089
Konsentrasi : Teknologi Informasi dan Komunikasi
Program Studi : Teknologi Pendidikan
Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S1)
Judul Skripsi Efektifitas Model Pembelajaran Explicit
Instruction (Pengajaran Langsung)
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII Di SMP
Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten Oku
Selatan

Baturaja, Juli 2017


Tim Penguji

Nama Tanda Tangan

Ketua : Yelmi Yunarti, S.Pd.I., M.Pd …………..

Sekretaris : Joko Kuswanto, M.Kom …………...

Anggota : 1. Nora Agustina, M.Pd …………..

: 2. Johan Eka Wijaya.DN, M.Pd …………...

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
 Harta yang tak pernah habis adalah ilmu pengetahuan dan ilmu yang tak
ternilai adalah pendidikan
Persembahan
SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA ORANG YANG SANGAT
KUKASIHI
DAN KUSAYANGI:

 Untuk kedua orang tua ku Bapak (Asianudin) dan Ibu (Dewi Hartati, S.Pd)
tercinta yang tak pernah lelah membesarkanku dengan penuh kasih sayang,
serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam
hidupku ini. Terima kasih buat bapak dan ibuku tersayang.

 Untuk kakak ku beserta suaminya (Ruri Aprianti, Am.Kep dan Anda Harius )
dan adik-adikku (Yoga Pirnando dan Feby Kaloren) serta keponakkanku
(Arolin Ramadhani Harius) yang memberikan dukungan, semangat dan selalu
mengisi hari-hariku dengan canda dan kasih saying. Terima kasih buat kakak,
adik-adik dan keponakanku.

 Teruntuk seseorang yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dan


kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam
menyelesaikan skripsi ini, semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan
masa depanku. Thank’s for your love…

 Untuk sahabat Haaaaiiiku (Arini, julita Sari, Santi Lestari, Radia olpa, Indah
Sri Lestari, Reti Ulandari, Ariska Taurisna) yang selalu memberi semangat dan
dukungan serta canda tawa dihari-hariku, susah senang dirasakan bersama. Dan
teman-teman seperjuanganku lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terima kasih buat kalian semua.

 Yelmi Yunarti, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing I dan Joko Kuswanto,M.Kom


selaku pembimbing II yang telah membimbingku dengan sepenuh hati dalam
penyusunan skripsi ini. Kemudian Nora Agustina, M.Pd dan Johan Eka
Wijaya.DN, M.Pd selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam
penyempurnaan skripsiku.

 Serta Almamater kebanggaanku.

SURAT PERNYATAAN

v
Dengan ini saya menyatakan bahwa,

1. Karya tulis saya, skripsi dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran


Expilicit Instructions (pengajaran langsung) T Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam TinggiKabupaten OKU Selatan”
adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik
di Universitas Baturaja maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan

dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama

pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh

dalam karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan

hukum yang berlaku.

Baturaja, Juli 2017


Saya yang Menyatakan,

Ulpa Purnamasari
NPM. 13 22 061

ABSTRAK

vi
Ulpa Purnamasari. 2017. “Efektivitas Model Pembelajaran Expilicit Instructions
(pengajaran langsung) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan”
Skripsi. Program Studi Tekonologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Baturaja. Pembimbing I: Yelmi Yunarti, S.Pd.I., M. Pd.,
Pembimbing II: Joko Kuswanto, M.Kom.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran


Pembelajaran Expilicit Instructions (pengajaran langsung) Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam
Tinggi Kabupaten OKU Selatan. Hasil analisis data menunjukan bahwa uji
normalitas di dapat Lhitung model pembelajaran explicit instruction diperoleh
–0.9871 sedangkan Ltabel < 0,161 kemudian model pembelajaran demonstrasi
diperoleh – s0.9693 sedangkan Ltabel < 0,161. Ternyata hasil penelitian yang di
dapat adalah Lhitung < Ltabel berarti kedua data tersebut berdistribus normal. Uji
homogenitas yaitu didapatkan nilai 3,841 pada taraf signifikan 5%. Nilai kai
kuadrat hitung adalah 0,1382, berarti nilai kai kuadrat hitung lebih kecil dari pada
kai kuadrat hitung atau 0,1382 < 3,841, hal ini menunjukan bahwa data yang
diperoleh homogen. Sedangkan pengujian hipotesis dari hasil perhitungan
diperoleh thitung 5.40 pada tabel harga untuk df atau db = (N1+ N2) – 2 = 58 pada
taraf signifikan 5% adalah 2,00 dan pada taraf signifikan 1% adalah 2,65 dengan
demikian thitung lebih besar dari ttabel atau 5.40 > 2,00 pada taraf 5% dan 5.40 > 2,65
pada taraf 1%. Karena thitung lebih besar dari pada ttabel Hipotesis Nihil (H0) ditolak
dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian berarti model
pembelajaran explicit instruction lebih efektif dibandingkan dengan model
pembelajaran demonstrasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran explicit
instruction lebih efektif dari pada menggunakan model pembelajaran demonstrasi
untuk mata pelajaran IPA Terpadu, diharapkan agar sekolah dan tenaga pendidik
atau guru menerapkan dan melaksanakan model pembelajaran explicit instruction
agar hasil belajar siswa pada mata pelajaran tercapai khususnya pada mata
pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten
OKU Selatan.

KATA PENGANTAR

vii
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah

mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Expilicit Instructions

(pengajaran langsung) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan”.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

beberapa pihak. Oleh karena itu, izinkanlah pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Dr. Bambang Sulistyo, M. Pd., selaku Rektor Universitas Baturaja yang telah

memberikan kesempatan untuk mengikuti perkuliahan hingga saat ini.

2. Darningwati, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

3. Nora Agustina, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

yang telah menyetujui judul skripsi ini.

4. Yelmi Yunarti,S.Pd.I.,M.Pd., selaku dosen Pembimbing I telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan

skripsi ini.

5. Joko Kuswanto,M.Kom., selaku dosen Pembimbing II telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan

skripsi ini.

6. Nora Agustina,M.Pd., selaku penguji I yang telah menguji dan memberikan

saran yang bermanfaat demi kesempurnaan penelitian ini.

viii
7. Johan Eka Wijaya.DN,M. Pd., selaku Penguji II yang telah menguji dan

memberikan saran yang bermanfaat demi kesempurnaan penelitian ini.

8. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

lapangan.

9. Seluruh anggota keluarga terutama ibu dan ayah beserta Saudaraku yang telah

tulus ikhlas mendo’akan dan memberikan motivasi sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu kelancaran penelitian dan

penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik

materi, penganalisaan maupun pembahasannya. Oleh sebab itu, peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini

dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Baturaja, Juli 2017

Peneliti

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL LUAR ....................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................... iii
HALAMAN PENGESEHAN LULUS UJIAN SKRIPSI.......................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
G. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 9
H. Uji Hipotesis ................................................................................. 10
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teori .................................................................................. 11
1. Hakikat Belajar ......................................................................... 11
2. Hakikat Pembelajaran................................................................ 15
3. Hakikat Hasil Belajar ................................................................ 18

x
Halaman
4. Hakikat dan Macam-macam Model Pembelajaran ................... 19
5. Model Pembelajaran explicit instructions ................................. 20
6. Hakikat Hasil Belajar demonstrasi ........................................... 23
7. Hakikat Mata Pelajaran IPA Terpadu ....................................... 25
B. Kajian Penelitian Relevan ............................................................ 26
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional Istilah/Variabel ........................................... 32
B. Jenis Penelitian ............................................................................. 34
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 34
D. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 37
F. Teknik Analisis Data..................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 44
1. Pra Penelitian ......................................................................... 38
B. Deskripsi Data................................................................................ 48
C. Pembahasan ......................................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 66
B. Saran ............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 68
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Sumber Belajar yang Digunakan Di SMP...................................... 4
Tabel 1.2 Daftar Nilai US Kelas VIII Semester ganjil.................................. 5
Tabel 3.1 Populasi Penelitian......................................................................... 35
Tabel 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 36
Tabel 3.3 Uji Barlet ...................................................................................... 32
Tabel 4.1 Persiapan Hitung Uji Reliabilitas Tes Ulang ................................ 46
Tabel 4.2 Daftar Nilai siswa Peserta Didik Setiap Kali Pertemuan Di Kelas
VIII.A Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Explicit
Instruction (pengajaran langsung)................................................. 49
Tabel 4.2 Daftar Nilai siswa Peserta Didik Setiap Kali Pertemuan Di Kelas
VIII.A Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Demonstrasi.................................................................................... 50
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar siswa Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu
SMP Negeri Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan.................... 52
Tabel 4.4 Persiapan Uji Normalitas .............................................................. 53
Tabel 4.5 Perhitungan Uji Normalitas Data Nilai yang Menggunakan Model
Pembelajaran Expilici Instructions ............................................... 54
Tabel 4.6 Perhitungan Uji Normalitas Data Nilai yang Menggunakan Model
Pembelajaran Demonstrasi............................................................ 56
Tabel 4.7 Uji Normalitas................................................................................ 57
Tabel 4.8 Uji Homogenitas (Uji Barllet) Hasil Belajar Model Pembelajaran
Expilici Instructions dan Demonstrasi .......................................... 58
Tabel 4.9 Perhitungan Untuk Memperoleh “t” ............................................ 60

xii
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................. 31

xiii
0
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan merupakan istilah yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Manusia yang selalu memperhatikan pentingnya pendidikan akan selalu

berkembang kearah yang lebih baik. Tidak akan ada peradaban manusia yang

bergerak, tidak ada pola pikir yang selalu berinovasi seperti saat ini kecuali

bermuara pada pendidikan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:7) “Pendidikan adalah proses

interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, yang bertujuan meningkatkan

perkembangan mental sehingga menjadi mandiri dan utuh”. Dengan demikian

Pendidikan merupakan proses interaksi yang dapat memberikan suatu dorongan

supaya siswa memiliki kepribadian yang utuh dan mandiri sebagai hasil dari

proses belajar.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Menurut Skinner dalam Dimyati dan

Mudjiono (2013:9)Berpandangan bahwa “belajar adalah suatu perilaku, pada saat

orang belajar maka responnya menjadi lebih baik, begitu juga sebaliknya bila ia

tidak belajar maka responnya akan menurun”. Ketika seseorang mengikuti proses

belajar mengajar maka akan ada timbal balik yang terjadi akibat adanya pengaruh

interaksi di dalam pembelajaran terhadap perilaku individu yang belajar, yang

dapat berdampak kepada pengetahuan yang di peroleh peserta didik dalam

meningkatkan hasil belajarnya.

1
2

Menurut Sardiman (2012:47) “mengajar pada dasarnya merupakan suatu

usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan

memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”.Kegiatan belajar mengajar

merupakan kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah.

keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kerajinan

seorang pendidik dalam menerima suatu pengetahuan yang akan dimiliki untuk

dikembangkan pada masa depan. Suatu proses dalam belajarmengajar juga

merupakan sebuah rangkaian kegiatan komunikasi mengajar seperti orang yang

belajar (siswa) dengan seorang yang memberikan pengetahuan (guru), kegiatan

evaluasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran

suatu pendidikan karena dengan adanya evaluasi dapat diketahui hasil dari

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, sehingga dari hasil tersebut dapat

ditentukan dari tindak lanjut yang dilakukan.

Menurut Uno (2008:15) “guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu

jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak di lakukan oleh

sembarang orang di luar bidang pendidikan”. Disamping itu agar sesuai dengan

tujuan yang diharapkan selain guru sebagai pendidik. Dalam proses belajar

mengajar dibutuhkan juga fasilitas-fasilitas, kreativitas, model maupun strategi

yang tepat, sesuai dengan kapasitas peserta didik.

Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman (2012: 133) bahwa, “model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat di gunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-

bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang


3

lain”.Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh

memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan

pendidikannya.Pada proses pendidikan, guru juga memerlukan model

pembelajaran yang sesuai dengan fakta yang terjadi di dalam suatu kelas atau

sekolah. Fenomena yang terjadi saat ini justru peserta didik lebih senang

beraktivitas di luar jam pelajaran, hal ini karena selama ini mereka merasa

terbebani ketika berada di dalam kelas, apa lagi jika menghadapi mata pelajaran

tertentu yang membosankan. Salah satunya yakni mata pelajaran IPA terpadu.

Jadi guru haruslah mampu menetapkan atau memilih model pembelajaran yang

dapat menunjang prestasi dan kemampuan belajar siswa tersebut.

IPA terpadu merupakan materi pelajaran yang diberikan kepada peserta

didik sebagai bekal agar dapat mengembangkan sikap dan kemampuan serta

pengetahuan dan keterampilan dasar, selain itu berperan pula sebagai sarana untuk

mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun IPA terpadu merupakan

salah satu bidang studi yang menduduki peran penting dalam pendidikan namun

masih banyak peserta didik yang belum menguasai.

Berdasarkan hasil observasi dengan guru IPA Terpadu kelas VIII SMP

Negeri 2 Kisam TinggiKabupatenOKUSelatan, didapatkan data bahwa ada

berbagai macam sumber belajar yang digunakan seperti yang ada pada data tabel

berikut ini :
4

Tabel 1.1
Sumber belajar yang digunakan di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten
OKU Selatan
No Sumber Belajar Macam-Macam Sumber Belajar
1 Bahan Buku paket, LKS
2 Alat Papan Tulis, Komputer, LCD Proyektor
3 Metode/model Ceramah dan Tanya jawab
4 Latar/setting Terdapat Disebuah Desa Yang Dikelilingi Perkebunan
Kopi

Berdasarkan data yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa ada jenis

sumber belajar metode/model pembelajaran di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi

Kabupaten OKU Selatan pada proses pembelajaran guru masih menggunakan

sistem pembelajaran yang klasikal, yaitu metode pembelajaran ceramah dan

Tanya jawab dalam proses belajar mengajar. Dimana dalam penyampaian materi

pelajaranguru hanya membacakan atau menjelaskan materi dari buku serta

meminta siswa untuk mencatat materi tersebut,guru juga memberikan tugas

kepada siswa. Dimana siswa disuruh mengerjakan soal yang terdapat di dalam

LKS dan terkadang setelah memberikan tugas guru meninggalkan siswa

keluar,disini guru juga tidak mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-

hari. Selain itu guru juga pernah menggunakan model pembelajaran

demonstrasidalam proses pembelajaran tetapi penerapan model pembelajaran

demonstrasi ini belum maksimal.Akibat dari semua itu adalah siswa kurang

memahami informasi yang diingat dan kurang mampu menghubungkannya

dengan kehidupan sehari-hari serta didalam kegiatan belajar mengajar pun siswa

menjadi kurang aktif. Selain itu, bentuk-bentuk penugasan yang monoton

mengakibatkan hasil pembelajaran tidak maksimal. Sehingga siswa hanya sibuk


5

dengan kegiatan mereka masing-masing seperti mengobrol dengan teman

sebangku dan membuat kegaduhan di dalam kelas serta siswa sering keluar masuk

pada saat mata pelajaran berlangsung.

Berbagai usaha telah dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan IPA

Terpadu, namun kenyataannya sebagian siswa hasil belajarnya rendah atau belum

mencapai KKM yang ditentukan sebesar 70. Dapat dilihat pada nilai rapot mata

pelajaran IPA Terpadu kelas VIII SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU

Selatan sebagai berikut :

Tabel 1.2
Daftar Nilai US kelas VIII Semester Ganjil
KKM :70
No Nama Siswa Nilai Ujian Semester Keterangan

1 ASEP PURNOMO 65 Tidak Tuntas

2 ALDO FIRNANDO 65 Tidak Tuntas

3 ABDI PRATAMA 60 Tidak Tuntas

4 ALPARISIANTO 75 Tuntas

5 ARADA AZZAHARA 70 Tuntas

6 DESPI HANDAYANI 70 Tuntas

7 DEVI ALYANI BAROKAH 75 Tuntas

8 DIDI HANDOKO 65 Tidak Tuntas

9 DOBBEY ANBELLAH 65 Tidak Tuntas

10 ENGGO JULI PUSNIO 70 Tuntas

11 EFRI KIRANDA 65 Tidak Tuntas

12 EXSAN KHOLIL AMRI 65 Tidak Tuntas

13 FRENGKI ALAM SURAYA 70 Tuntas

14 GOVITER SOS PERLIN 60 Tidak Tuntas

15 HISTI MEFTA K 70 Tuntas


Lanjutan tabel 1.2 daftar nilai US

16 JELLY ROSA NEZA 70 Tuntas

17 JIRI ROMA ANGGARA 75 Tuntas

18 KELVIN PRATAMA 65 Tidak Tuntas


6

19 KURDINAL D 70 Tuntas

20 MARIA ULPA 75 Tuntas

21 MARIA ULPA SARI 70 Tuntas

22 MERIZA ANGGRAINI 75 Tuntas

23 MERA SANTIKA 75 Tuntas

24 MUHAMAD AGUSTA 65 Tidak Tuntas

25 PRANDA AURORA 80 Tuntas

26 RIKA NOVIA SUSANTI 75 Tuntas

27 RISEN 65 Tidak Tuntas

28 SHOLEHA 60 Tidak Tuntas

28 SINTI VALOVI 75 Tuntas

30 SUNIA PERANSISKA 65 Tidak Tuntas


Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan
Tahun Pelajaran 2016/2017

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai ujian semester

ganjil siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VIII SMP Negeri 2 Kisam

Tinggi Kabupaten OKU Selatan masih ada siswa yang mendapatkan nilai di

bawah KKM yaitu sebanyak 15 orang. Oleh karena itu, hal ini bisa saja

diakibatkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif. Selain itu,

belum diterapkan oleh guru model pembelajaran explicit instruction (pengajaran

langsung) pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam

Tinggi Kabupaten OKU Selatan. Menurut Aqib(2013:29)“model pembelajaran

explicit instruction disebut juga denganpengajaran langsung”.Model pengajaran

langsung ini secara khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa

tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan

dengan pola selangkah demi selangkah.Saat melaksanakan model pembelajaran

ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan di

latihkan kepada siswa, selangskah demi selangkah.


7

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud mengadakan sebuah

penelitian yang dirancang dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat

efektifitasnya, salah satunya dengan menggunakanmodel pembelajaran Explicit

Instruction (pengajaran langsung). Oleh karena itu, peneliti memilih judul

“Efektifitas Model pembelajaran Explicit Instruction (pengajaran langsung)

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di

SMP Negeri 2 Kisam TinggiKabupaten OKU Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan yang dapat

diidentifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang klasikal, seperti ceramah

dan Tanya jawab.

2. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar kurang aktif.

3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VIII di

SMP Negeri 2 Kisam TinggiKabupatenOKU Selatan.

4. Belum diterapkannya Model pembelajaran Explicit Instruction (pengajaran

langsung)Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2

Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini di batasi pada

penggunaan model pembelajaran Explicit Instruction (pengajaran langsung) Pada

Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi

KabupatenOKU Selatan.
8

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “adakah efektifitas model pembelajaran Explicit Instruction

(pengajaran langsung)Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMP

Negeri 2 Kisam TinggiKabupaten OKU Selatan ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran

Explicit Instruction (pengajaran langsung)Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu

Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam TinggiKabupaten OKU Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam peningkatan mutu pendidikan terutama

pada pembelajaran IPA Terpadu.

2. Bagi guru, sebagai tolak ukur dan evaluasi terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan umpan balik demi

kemajuan proses pembelajaran selanjutnya.

3. Bagi siswa, sebagai salah satu untuk meningkatkan efektifitas belajar pada

mata pelajaran IPA Terpadu.

4. Bagi peneliti, untuk tugas akhir proses penyelesaian pendidikan strata I

Program Studi Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Baturaja.

5. Bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan

penelitian berikutnya.
9

G. Hipotesis Penelitian

Menurut pendapat Arikunto (2010:110) “Hipotesis dapat diartikan sebagai

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul”. Selanjutnya menurut Sugiyono (2012:64)

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan”. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yag relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Menurut Arikunto (2010: 112-113) “ada dua jenis hipotesis yang

digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis kerja atau disebut dengan hipotesis

alternatif, disingkat (Ha) dan Hipotesis Nol (null hypotheses) disingkat (Ho)”.

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau

adanya perbedaan antara dua kelompok, sedangkan hipotesis nol menyatakan

tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X

terhadap variabel Y. Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Hipotesis Alternatif (Ha) : Penggunaan model pembelajaran Explicit Instruction

(pengajaran langsung)efektif terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di

SMP Negeri 2 Kisam TinggiKabupaten OKU Selatan.

Hipotesis Nihil (Ho) : Penggunaan model pembelajaran Explicit Instruction

(pengajaran langsung)tidak efektif terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu Kelas


10

VIII di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU

Selatan.

H. Uji Hipotesis

Ha diterima dan Ho ditolak apabila t hitung lebih besar dari t tabel pada taraf

signifikan 5% atau α (alpha) = 0.05 maka tedapat pengaruh model pembelajaran

explicit instruction (pengajaran langsung) terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten

OKU Selatan.

Ha ditolak dan Ho diterima jika t hitung lebih kecil dari t tabel pada taraf

signifikan 5% atau α (alpha) = 0.05 maka tidak tedapat pengaruh model

pembelajaran explicit instruction (pengajaran langsung) terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam

Tinggi Kabupaten OKU Selatan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Belajar

a. Pengertian belajar
11

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua kalangan

masyarakat. Bagi para pelajar ataupun mahasiswa belajar merupakan kata yang

tidak asing lagi. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

semua kegiatan dalam menuntut ilmu dilembaga pendidikan. Kegiatan belajar

dapat dilakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan, entah malam hari, siang

hari,sore hari atau pagi hari. Namun, dari semua itu tidak setiap orang mengetahui

apa itu belajar.Pengertian dari kata belajar itulah yang perlu diketahui, sehingga

tidak memberikan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.

Menurut Sanjaya (2006:110) “belajar adalah proses yang terus menerus,

yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas”. Hal ini

berdasarkan asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu

dihadapkan pada masalah atau pada tujuan yang ingin dicapainya. Belajar

bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan proses mental

yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan

perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan

lingkungan yang disadari.Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2013:

9) “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya

menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun”.

dan definisi belajar menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 10)
11
“belajar merupakan kegiatan yang kompleks”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang di

lakukan secara terus menerus danketika seseorang mengikuti proses belajar

mengajar maka akan ada timbal balik yang terjadi akibat adanya pengaruh
12

interaksi di dalam pembelajaran terhadap perilaku individu yang belajar,

yangdapat berdampak kepada pengetahuan yang diperoleh peserta didik dalam

meningkatkan hasil belajarnya.

b. Ciri-Ciri Belajar

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Maka dari

itu belajar mempunyai ciri-ciri. Ciri-ciri belajar menurut Sagala (2013:53) “ciri

khas belajar adalah perubahan, yaitu perubahan menghasilkan perubahan prilaku

dalam diri peserta didik. Belajar menghasilkan perubahan prilaku yang secara

relatif tetap dalam berfikir, merasa, dan melakukan pada diri peserta didik.

Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan

yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung”. Sedangkan menurut

Dimyanti dan Mudjiono (2013:8) ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:

1. Siswa yang bertindak belajar atau pebelajar


2. Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup
3. Internal pada diri pebelajar
4. Sembarang tempat
5. Sepanjang hayat
6. Motivasi belajar kuat
7. Dapat memecahkan masalah
8. Bagi pebelajar dapat mempertinggi martabat pribadi
9. Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiringan

Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2010:15) berpendapat bahwa ada

beberapa ciri-ciri belajar yaitu :

1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku


2. Perubahan perilaku relative permanent
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
13

Dari uraian di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses tindakan

dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dilihat dari segi pengetahuan,

sikap dan keterampilan. Dengan demikian belajar merupakan proses yang aktif,

yang dapat berinteraksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu dengan

tujuan mengubah tingkah laku seseorang.

c. Prinsip-prinsip belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu

memerhatikan beberapa prinsip belajar. Dari berbagai prinsip belajar tersebut

terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat dipakai sebagai

dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya

belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Menurut

Dimyati dan Mudjiono (2013:42) “prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan

perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,

pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual”.

Sedangkan menurut Sardiman (2012:24-25) berpendapat bahwa ada beberapa

prinsip belajar yang penting untuk di ketahui, antara lain :

1. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan


kelakuannya.
2. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para
siswa.
3. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi,
terutama motivasi dari dalam/dasarkebutuhan/kesadaran atau intrinsic
motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan
rasa tertekan dan menderita.
4. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan
kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.
5. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam
rangka menentukan isi pelajaran.
6. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu:
b. diajar secara langsung;
14

c. kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak


belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain);
d. pengenalan dan/atau peniruan.
7. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih
efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan
lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
8. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak memengaruhi
kemampuan belajar yang bersangkutan.
9. Bahan ajar yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk
dipelajari, dari pada bahan yang kurang bermakna.
10. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta
keberhasilan siswa, banya membantu kelancaran dan gairah belajar.
11. Belajar dapat mungkin di ubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,
sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau
mengalaminya sendiri.

Jadi prinsip-prinsip belajar itu adalah berkaitan dengan perhatian dan

motivasi serta potensi manusiawi yang memerlukan proses dan penahapan serta

kematangan pada diri siswa agar lebih mantap dan efektif dengan diajarkan secara

langsung mampu membina sikap dan keterampilan. Selain itu juga pengalaman

anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar misalnya, dalam

bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya

atau mengalaminya sendiri.

d. Tujuan belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan belajar yang lebih kondusif. Dengan kata lain, untuk mencapai tujuan

belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu

juga.Menurut Sardiman (2012:26-28) ada tiga jenis tujuan belajar yaitu :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan


Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak
dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan,sebaliknya kemampuan
berfikir akan memperkaya pengetahuan.
2. Penamaan konsep dan keterampilan
15

Penamaan atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu


keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan
banyak melatih kemampuan. Begitu juga mengungkapkan perasaan
melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa,
semua memerlukan banyak latihan.
3. Pembentukan konsep
Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak didik,
guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Pembentukan
sikap mental dan prilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal
penamaan nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak
sekedar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan
memindahkan nilai-nilai itu, anak didik/siswa anak didiknya.
Jadi pada intinya tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan,

keterampilan dan penamaan sikap mental/ nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak

sekedar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan

nilai-nilai itu, anak didik/siswa anak didiknya. Pencapaian tujuan belajar berarti

akan menghasilkan, hasil belajar yang baik.

2. Hakikat Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2009:42) “Pembelajaran adalah proses interaksi antara

siswa dengan lingkungannya. Guru perlu membangun interaksi secara penuh

dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinteraksi

dengan lingkungannya”. Kesalahan yang sering terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan pola interaksi satu arah,

yaitu dari guru kesiswa. Pola interaksi yang demikian bukan dapat membuat iklim

pembelajaran menjadi statis, tetapi dapat memasung kreatifitas siswa. Oleh sebab

itu, guru perlu menggunakan variasi interaksi dua arah, yaitu pola interaksi siswa-

guru- siswa, bahkan pola interaksi yang multiarah.


16

Menurut Corey dalam Sagala (2013: 61) “pembelajaran adalah suatu

proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi

tertentu”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala (2013: 62)

“pembelajaran adalah kegiatan guru secara teprogram dalam desain instruksional,

untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyedian

sumber belajar”.

Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran itu merupakan suatu usaha sadar seorang pendidik untuk membuat

peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta

didik, dimana perubahan itu ditandai dengan adanya kemampuan baru dalam diri

peserta didik dan memerlukan waktu yang lama karena adanya suatu usaha

tertentu.

b. Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan dimana siswa belum

mengetahui apa yang akan di ajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil

belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan tercapai. Maka tujuan pembelajaran

sangatlah penting dalam proses belajar mengajar. Menurut Sagala (2013: 68) ada

dua macam tujuan pembelajaran, yaitu :

1. Tujuan jangka panjang atau dinamakan tujuan terminal, tujuan ini


biasanya merupakan atas masalah atau kebutuhan yang telah diketahui
berdasarkan analisis sebelumnya.
2. Tujuan jangka pendek atau biasa disebut tujuan instruksional khusus,
tujuan ini merupakan hasil pemecahan operasionalisasi dari tujuan
terminal yang disusun secara hirerarkis dalam upaya pencapaian tujuan
terminal.
17

Berdasarkan pernyataan di atastujuan pembelajaran merupakan harapan

yang hendak dicapai dalam proses belajar melalui rancangan terprogram yang di

buat pendidik dan sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam

bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.

c. Karakteristik Pembelajaran

Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang

diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

berfikir siswa. Maka dari itu guru harus mengetahui dan memahami karakteristik

pembelajaran itu sendiri.Menurut Sagala (2013: 63) ada dua karakteristik

pembelajaran, yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara


maksimal, bukan hanya menurut siswa sekedar mendengar, mencatat,
akan tetapi menghendaki keaktifan siswa untuk berfikir dan
mempraktekkan dan mengamalkan ilmu secara bertahap maupun secara
langsung.
2. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya
jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiaki dan
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada ahirnya
kemampuan tersebut dapat membantu siswa untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman yang mereka kontruksi sendiri .

Jadi berdasarkan pernyataan di atas karakteristik dari suatu pembelajaran

adalah melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran agar dapat

meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir dan mendapatkan pengetahuan

dan pengalaman.

3. Hakikat Hasil Belajar

Menurut Dimayati dan Mudjiono (2013: 250), “hasil belajar merupakan

hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru”. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
18

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Sudjana (2012: 22), “hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”.

Sedangkan, berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Sudjana (2012: 22), “hasil

belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif,

afektif, psikomotor”. Perinciannya adalah sebagai berikut.

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek

pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk

kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerima,

menjawab, atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3) Ranah Psikomotor

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu : gerakan reflek, keterampilan gerakan

dasra, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleksdan gerakan ekspresif dan interpretative.

4. Hakikat dan Macam-Macam Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran


19

Model pembelajaran merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Joyce dan Weil dalam

Rusman (2012: 133) bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang dapat di gunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran

jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbig

pembelajaran di kelas atau yang lain”. Model pembelajaran dapat dijadikan pola

pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan

efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Pada proses pendidikan, guru juga

memerlukan model pembelajaran yang sesuai dengan fakta yang terjadi di dalam

suatu kelas atau sekolah.

b. Macam-Macam Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah

untuk menggambarkan cara mengajar yang dilakukan oleh guru. Saat ini begitu

banyak macam model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pemelajaran menjadi lebih baik. Menurut Aqib (2013:29) “ada beberapa model

pembelajaran yaitu model pembelajaran Explicit Instruction dan model

pembelajaran Demonstrasi”.

5. Model Pembelajaran Explicit Instruction (pengajaran langsung)

a. Pengertian Model Pembelajaran Explicit Instruction (pengajaran

langsung)
20

Menurut Aqib (2013:29) “model pembelajaran explicit instruction disebut

juga pengajaran langsung”. Sedangkan menurut Archer dan Hughes dalam Huda

(2014:186), “explicit instruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang

dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa. Model ini berkaitan

dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dan

dapat di ajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”.

Jadi model explicit instruction(pengajaran langsung) merupakan sebuah

model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat

melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah

demi selangkah.

Melalui model ini guru dapat menyajikan pelajaran dalam berbagai macam

variasi, seperti guru menyajikan rekaman video dan peserta didik menontonya.

Guru menafsirkan video ke dalam langkah-langkah sederhana dan memberikan

pertanyaan pada peserta didik tentang itu.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Explicit Instruction(pengajaran

langsung)

Menurut Aqib (2013:29-30) ada beberapa langkah-langkah yang sangat

penting, antara lain :

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.


2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan.
3. Membimbing pelatihan kepada siswa.
4. Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan.
21

Jadi dari kelima langkah-langkah pembelajaran explicit

instruction(pengajaran langsung) di atas dapat dikatakan bahwa fokus utama dari

proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran explicit

instruction(pengajaran langsung) ini adalah pelatihan-pelatihan yang dapat

diterapkan dari kenyataan nyata sederhana sampai yang lebih kompleks. Pelatihan

tersebut di awali dengan pemodelan oleh guru yang selanjutnya diikuti dengan

kegiatan siswa. Ketika guru melaksanakan model pembelajaran explicit

instruction(pengajaran langsung),guru mengklarifikasi konsep, melakukan

pemodelan, dan mengajak siswa berpikir tentang cara membuat kesimpulan atau

menunjukan pentingnya sebuah gagasan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Explicit Instruction

(pengajaran langsung)

Menurut Huda (2014:187-188), model pembelajaran explicit instruction

(pengajaran langsung) memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

1. Guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima
oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus apa yang harus
dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3. Dapat digunakan untuk menekan poin-poin penting atau kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah.
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam
waktu yang relative singkat dan dapat diakses secara setara oleh seluruh
siswa.
7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi
mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat
merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa.
22

Dari pernyataan di atas kelebihan model pembelajaran explicit

instruction(pengajaran langsung)adalahadanya fokus akademik, karena siswa aktif

atau terlibat dalam pembelajaran.

Menurut Huda (2014:188-189) model pembelajaran explicit instruction

(pengajaran langsung) memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan


informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat,
sementara tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal
tersebut, sehingga guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
2. Kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa.
3. Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan social dan
interpersonal yang baik.
4. Kesuksesan strategi ini hanya bergantung pada penilaian dan
antusiasme guru diruang kelas.
5. Adanya berberbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat
struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran.

Dari pernyataan di atas kekurangan model pembelajaran explicit

instruction (pengajaran langsung)yaitu ruang untuk siswa aktif memang terlalu

sempit karena waktu yang tidak begitu lama yang berdampak tidak

mengembangkan keterampilan sosial siswa. Walaupun explicit

instruction(pengajaran langsung) memiliki kelemahan tidak mengembangkan

keterampilan sosial siswa tetapi itu tidak menjadi penghalang karena guru akan

berperan aktif dalam proses pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh

hasil yang baik dengan menggunakan pembelajaran ini.

6. Model Pembelajaran Demonstrasi

a. Pengertian Model Pembelajaran Demonstrasi


23

Menurut Aqib (2013: 29) “model pembelajaran demonstrasi ini khusus

materi yang memerlukan peragaan atau percobaan”. Sedangkan menurut

Roestiyah dalam Huda (2014:231), “Model pembelajaran demonstrasi merupakan

salah satu model mengajar dimana guru memperlihatkan suatu benda asli, benda

tiruan, atau suatu proses dari materi yang diajarkan kepada seluruh siswa”.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa model

pembelajaran demonstrasimerupakan salah satu dari model pembelajaran yang

dimana mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan

untuk melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung Maupun melalui

penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi

yang sedang disajikan.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Demonstrasi

Menurut Aqib (2013:29) ada beberapa langkah-langkah yang terdapat

pada model pembelajaran demonstrasi, yaitu :

1. Guru menyampaikan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus)


2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
3. Siapkan bahan atau alat yang diperlukan
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai
skenario yang telah disiapkan
5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisisnya
6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisisnya dan juga
pengalaman siswa didemonstrasikan
7. Guru membuat suatu kesimpulan
Jadi dari ke tujuh langkah-langkah model pembelajaran demonstrasi

tersebut bahwa guru menyajikan sekilas materi lalu menyiapkan bahan lalu

menyuruh siswa untuk mendemonstrsikan materi kemudian dianalisis dan setelah

itu guru dan siswa bersama-sama membuat suatu kesimpulan.


24

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Demonstrasi

Menurut Huda (2014:233-234) ada beberapa kelebihan yang terdapat

pada model pembelajaran demonstrasi,yaitu :

1. Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret


2. Memusatkan perhatian siswa
3. Lebih mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang sedang
dipelajari
4. Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran
dalam diri siswa
5. Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
6. Membuat proses pengajaran lebih menarik
7. Merangsang siswa untuk aktif mengamati dan menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan
8. Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau
kerja suatu benda
9. Memudahkan berbagai jenis penjelasan
10. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah
melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek
sebenarnya
Dari pernyataan di atas bahwa kelebihan model pembelajaran demonstrasi

membuat pengajaran lebih jelas dan lebih konkret sehingga siswa memahami

dengan jelas jalannya suatu proses pembelajaran.

Menurut Huda (2014:233-234) ada beberapa kelemahan yang terdapat

pada model pembelajaran demonstrasi, yaitu :

1. Ia mengharuskan keterampilan guru secara khusus.


2. Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti peralatan,
tempat dan biaya yang memadai di setiap kelas.
3. Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping waktu
yang cukup panjang.
4. Kesulitan siswa terkadang untuk melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukan.
5. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
6. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai materi atau barang yang didemonstrasikan.
25

Dari pernyataan di atas bahwa kelemahan model pembelajaran

demonstrasi ini yaitu sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang

kurang menguasai apa yang didemonstrsikan.

7. Hakikat Mata Pelajaran IPA Terpadu

a. Pengertian IPA Terpadu

Menurut Wisudawa dan Sulistiowaty (2014:23), “ada tiga istilah yang

terlibat dalam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam ini, yaitu “ilmu”, “pengetahuan”,

“alam”. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Dalam

hidupnya, banyak sekali pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan tentang

agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, social, dan alam sekitar adalah

contoh pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam berarti

pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah pengetahuan yang

ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperolah dengan

metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional, artinya masuk akal, logis,

atau dapat di terima akal sehat, dan objektif. Artinya, sesuai dengan objeknya,

sesuai dengan kenyataan-kenyataannya, atau sesuai dengan pengamatan. Dengan

pengertian ini IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajarai tentang sebab

dan akibat kejadian-kejadian yang ada dialam ini.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPA Terpadu

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (Depdiknas, 2003:2) dalam Trianto (2012:138)adalah sebagai

berikut:

1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


2. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
26

3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki sains dan


teknologi
4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas fungsi dan tujuan IPA Terpadu tersebut

semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu,

IPA lebih menekankan pada dimensi ukhrawi, dimana dengan memerhatikan

keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya

sebuah kekuatan yang mahadahsyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu Allah

SWT.

B. Kajian Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi bagi peneliti dalam

melakukan penelitian ini, untuk itu, peneliti akan menjelaskan secara ringkas hasil

penenlitian terdahulu, yang dijadikan referensi peneliti sebagai berikut:

1. Toyyib Syaichoni dan Sardulo Gembong, 2009 Pendidikan Matematika FP

MIPA IKIP PGRI Madiun(Jurnal: Pendidikan MIPA, Vol. 1 No. 1 Maret

2009)dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Explicit Instruction dan

STADTerhadap Prestasi Belajarmatematika Ditinjau Dari Motivasi

BelajarSiswaPenelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas model

pembelajaranexplicit instruction dan STAD terhadap prestasi belajar

matematikaditinjau dari motivasi belajar. Metode penelitian menggunakan

metodeeksperimen. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VII

SMP Negeri 3 Kawedanan berjumlah 175 siswa. Sampel sejumlah 35

siswakelas VII.A sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa VII.B sebagai

kelaskontrol. Teknik pengambilan sampel dengan teknik cluster


27

randomsampling. Teknik pengumpulan data menggunakan menggunakan tes

untukmelihat data prestasi belajar dan angket untuk melihat data motivasi

belajar.Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik analisis variansi

duajalan frekuensi sel tak sama dan dilanjutkan dengan uji lanjut

komparasimetode Scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi

belajarmatematika yang dilakukan dengan pembelajaran model STAD lebih

baikdari pada yang dilakukan dengan pembelajaran model Explicit

Instruction.Jika ditinjau dari kategori motivasi belajar, prestasi belajar

matematikatidak memberikan perbedaan yang berarti, baik pada model

pembelajaranSTAD maupun model pembelajaran explicit instruction.

2. Kuswanto dan Nina Ardiani, 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP

Universitas Jambi (Jurnal: Edumatica Volume 05 Nomor 02, Oktober 2015,

ISSN: 2088-2157) Dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Explicit Instruction Terhadap Hasil Belajar Matematika Ekonomi Mahasiswa

Pendidikan Ekonomi Semester II Tahun Akademik 2013/2014 Universitas

Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

explicit instruction terhadap hasil belajar matematika ekonomi pada pokok

bahasan diferensial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode pre-Experimental. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini ialah one-shit case study, dimana dalam rancangan ini tidak terdapat

variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Pada rancangan ini

terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya

diobservasi hasilnya. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang


28

signifikan penggunaan model pembelajaran explicit instruction terhadap hasil

belajar mahasiswa, dimana Fhitung 7,690 lebih besar dari pada Ftabel pada

dk: pembilang (k-1), penyebut (n-k) α = 0,05 sebesar 3,47. Hasil ini

menunjukan bahwa kemampuan analisis mahasiswa tentang optimalisasi

kegiatan perekonomian dalam menggunakan sumber daya yang ada ditentakan

oleh pemahamannya tentang konsep dasar diferensial fungsi sederhana

maupun majemuk dan kemampuannya dalam menentukan titik optimum dari

suatu fungsi.

3. Rahmawati Utari, Desak Putu Parmiti, Pewa Nyoman sudana, 2016

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia(e-Journal PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016)

dengan judul pengaruh model pembelajaran explicit instruction berbantuan

lingkungan alam sekitar Terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IVJenis

penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan desain

non-equivalent post-test only control group design. Populasi penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas IV Semester II di MIN Air Kuning Tahun Pelajaran

2015/2016 yang berjumlah 41 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan cara

sampling jenuh dengan teknik undian. Pengumpulan data dikumpulkan

menggunakan metode tes dengan instrumen tes hasil belajar IPA berbentuk

pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis

statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasi belajar yang signifikan antara

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Explicit


29

Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar dan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis

data, diperoleh thitung = 3,712 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) =1,684.

Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel. Dari rata-rata hitung, diketahui rata-rata

kelompok eksperimen = 20,28 dilihat dari hasil konversi tergolong kriteria

sangat baik dan rata-rata kelompok kontrol = 16 tergolong kriteria baik. Hal

ini berarti penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan

lingkungan alam sekitar berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa

kelas IV di MIN Air Kuning tahun pelajaran 2015/2016.

Dari ketiga penelitian di atas mempunyai persamaan dan perbedaan.

Adapun persamaan penelitian pada penelitian pertama yaitu sama-sama meneliti

Model Pembelajaran Explicit Instruction (pengajaran langsung)tetapi penelitian

ini juga meneliti model STAD, jenis penelitian yang digunakan juga sama yaitu

penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen, teknik

pengumpulan datanya sama-sama dengan tes. Sedangkan Perbedaan pada

penelitian pertama terletak pada peneliti meneliti tentang prestasi belajar

Matematika ditinjau dari motivasi belajar Siswa, populasi yang digunakan peneliti

yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kawedanan berjumlah 175 siswa,

teori yang digunakan dalam penelitian, langkah-langkah pembelajaran, kelas

kontrol yang digunakan, Sampel sejumlah 35 siswa kelas VII A sebagai kelas

eksperimen dan 36 siswa VIIB sebagai kelaskontrol. Teknik pengambilan sampel

dengan teknik cluster random sampling. Persamaan penelitian pada penelitian

kedua yaitu sama-sama meneliti Model Pembelajaran Explicit


30

Instruction(pengajaran langsung). Perbedaan pada penelitian kedua terletak pada

mata pelajaran yang akan di teliti yaitu MatematikaEkonomi,Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-Experimental. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one-shit case study, dimana

dalam rancangan ini tidak terdapat variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara

random. Pada rancangan ini terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan,

dan selanjutnya diobservasi hasilnya. dan tempat dilakukannya penelitian di

Universitas Jambi.Sedangkan Persamaan penelitian pada penelitian ketiga yaitu

sama-sama meneliti Model Pembelajaran Explicit Instruction(pengajaran

langsung),jenis penelitian yang digunakan juga sama yaitu penelitian kuantitatif

dengan menggunakan quasi eksperimen, serta alat pengumpulan data yang

digunakan yaitu berupa soal tes. Perbedaan pada penelitian ketiga terletak pada,

teori yang digunakan dalam penelitian, langkah-langkah pembelajaran, model

pembelajaran pada kelas kontrol yang digunakan, dan tempat dilakukannya

penelitian di MIN Air Kuning.


31

C. Kerangka Berpikir

Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kisam Tinggi OKU Selatan

Pembelajaran dengan Pembelajaran dengan


model explicit model pembelajaran
instruction Demonstrasi

Tes Tes

Hasil Belajar Hasil Belajar

Efektivitas Model Pembelajaran explicit Instruction(pengajaran


langsung) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Terpadu Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Kisam Tinggi OKU Selatan

Bagan 2.1
Efektivitas Model Pembelajaran explicit Instruction(pengajaran langsung)
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Di Kelas
VIII SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan
32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional Istilah/Variabel

1. Efektivitas menurut Uno (2013: 30), “Penerapan suatu strategi yang

dibandingkan dengan suatu strategi lainnya yang dapat membuat peserta didik

memiliki kemampuan menstransfer informasi atau keterampilan yang telah

dipelajari secara lebih besar, maka strategi tersebut dikatakan cukup efektif

dalam mencapai tugas pembelajaran”. Jadi yang dimaksud efektivitas dalam

penelitian ini adalah keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik yang lebih baik lagi khususnya pada

mata pelajaran IPA Terpadu.

2. Explicit InstructionMenurut Aqib (2013:29) “disebut juga pengajaran

langsung”. Dimana model pembelajaran yang secara khusus dirancang untuk

mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan

pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi

selangkah.Jadi model explicit instruction (pengajaran langsung) merupakan

sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada

guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus

mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan

kepada siswa, selangkah demi selangkah.Dalam penelitian ini Model

pembelajaran explicit instruction(pengajaran langsung)diterapkan pada siswa

kelas VIII.A SMP Negeri 2Kisam Tinggi OKU Selatan sebagai kelas

eksperimen.

32
33

3. DemonstrasiMenurut Aqib (2013: 29) “Model pembelajarandemonstrasiini

adalah model pembelajarn khusus materi yang memerlukan peragaan atau

percobaan”.Jadi model pembelajaran demonstrasi merupakan salah satu dari

model pembelajaran yang memperagakan suatu kejadian atau kegiatan baik

secara langsung maupun menggunakan media pengajaran. Dalam penelitian ini

model pembelajaran demonstrasiditerapkan pada siswa kelas VIII.B SMP

Negeri 2 Kisam Tinggi KabupatenOKU Selatan sebagai kelas kontrol.

4. Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 250) adalah “hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar

merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran”. Hasil belajar yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk melihat hasil belajar siswa setelah

melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu dengan menggunakan model

pembelajaran explicit instruction(pengajaran langsung).

5. Mata Pelajaran IPA Terpadu Menurut Wisudawa dan Sulistyowati (2014:22),

“IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karaktristik khusus yaitu mempelajari

fenomena alam yang faktual (faktual), baik berupa kenyataan (reality) atau

kejadian (event) dan hubungan sebab akibat”.

6. SMP Negeri 2 Kisam TinggiKabupaten OKU Selatan beralamatkan di Desa

Tebat Gabus Kecamatan Kisam Tinggi.


34

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode

eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan adalah true experimental dengan

desain Posstest-Only Control Design.Menurut Sugiyono (2010: 107) “metode

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan”.

Dalam penelitian ini metode eksperimen di berikan pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 2 Kisam Tinggi OKU Selatan dengan cara membuatnya menjadi dua

kelompok eksperimen, yaitu kelompok A sebagai kelompok eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction (pengajaran

langsung)dalam pelajaran IPA Terpadu, dan kelompok B sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan model pembelajaranDemonstrasi.

C. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2010:161). “Variabel penelitian adalah objek

penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Berdasarkan

pengertian variabel di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdapat 2

variabel yaitu variabel bebas (independent) atau variabel X dan variabel terikat

(dependen) atau variabel Y.

Adapun variabel penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independent (bebas) adalah model pembelajaran explicit

instructiondalam pembelajaran IPA Terpadu yaitu variabel X.


35

2. Variabel dependent (terikat) adalah hasil belajar siswa yang menggunakan

Model Pembelajaran explicit instructionyaitu variabel Y.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012: 80), “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Sedangkan menurut Anggoro (2007:4.2) “populasi adalah himpunan yang

lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya yang

ingin kita ketahui”. Jadi populasi adalah seluruh himpunan data yang lengkap dari

satuan-satuan atau individu-individu dalam ruang lingkup penelitian dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Untuk populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan. Untuk

lebih jelasnya lihat tabel berikut ini :

Tabel 3.1
Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah
1 VIII.A 30
2 VIII.B 30
3 VIII.C 30
JUMLAH 90
Sumber: Tata usaha SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kab.OKU Selatan tahun
pelajaran 2016/2017

2. Sampel
36

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili

populasi dalam penelitian. Menurut Arikunto (2013:174), “sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Anggoro

(2007:4.3)“sampel adalah sebagian populasi yang memberikan keterangan atau

data yang diperlukan dalam suatu penelitian”. Berdasarkan penjelasan mengenai

sampel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari

anggota populasi yang diambil untuk dijadikan contoh dalam penelitian, karena

dapat memberikan keterangan yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Untuk

sampel yang peneliti gunakan tergolong sampel nonprobability sampling.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010: 124)”sampling jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa

yang sesuai untuk dijadikan kelas eksperimen adalah kelas VIII.A dan yang

menjadi kelas kontrol VIII.B untuk jumlah sampel penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3.2
Populasi dan Sampel penelitian
No Kelas Populasi Sampel Keterangan
1 VIII.A 30 30 Kelas Eksperimen
2 VIII.B 30 30 Kelas Kontrol
3 VIII.C 30 - -
Jumlah 90 60

E. Teknik Pengumpulan Data


37

1. Validitas Isi

Tes validitas merupakan salah satu alat pengukur hasil belajar peserta

didik. Validitas merupakan suatu alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan

data yang valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur. Menurut Mardapi dalam Nurgiyantoro (2013: 152) “validitas merupakan

dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes dan tujuan penggunaan

tes”.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi. Menurut

Nurgiyantoro (2013: 156) “validitas isi merupakan jenis validitas yang harus

terpenuhi dalam alat tes, khususnya alat tes yang disusun oleh guru untuk

mengukur tingkat keberhasilan belajar peserta didik”.

Di dalam pengambilan sampel indikator dan bahan ajar disesuaikan

dengan kompetensi yang dibelajarkan agar dapat mewakili keseluruhan bahan

ajar. Prosedur yang bisa dilakukan adalah membuat butir-butir soal tes

berdasarkan kisi-kisi dan kemudian butir-butir soal di telaah dan di validitas oleh

orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan (expert judgment). Orang yang

ahli dalam bidang yang bersangkutan (expert judgment) disini adalah guru mata

soal pelajaran IPA Terpadu kelas VIII SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten

OKU Selatan.

2. Reliabilitas Tes Ulang (Test-retest)

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dipercaya atau dapat diandalkan. Menurut Sudjana (2012: 16),

“Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam

menilai apa yang dinilai. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan
38

akan memberikan hasil yang relatif sama”.Uji reliabilitas yang peneliti gunakan

dalam penelitian yaitu uji reliabilitas tes ulang (Test retest). Menurut Sudjana

(2012: 17), “Tes Ulang (Test retest) adalah penggunaan alat penilaian terhadap

subjek yang sama, dilakukan dua kali dalam waktu yang berlainan”. Untuk

mengetahui tingkat reliabilitas sebuah tes digunakan rumus teknik korelasi

Product moment dalam Nurgiyantoro (2013:161) sebagai berikut:

r1.2 = N. ∑X1X2 – (∑X1)(∑X2)


( N∑X12 – (∑X1)2)(N∑X22 – (∑X2)2

Keterangan :

r1.2 = koefisien korelasi yang dicari

N = jumlah siswa

X1 = skor hasil tes pertama

X2 = skor hasil tes kedua

F. Teknik Analisis Data

1. Data Awal

Sebelum peneliti melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan

sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji liliefors. Menurut

Sudjana (2005: 466), “uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan

dianalisis berdistribusi normal atau tidak”.

Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


39

Lo = F(Zi) - S(Zi)

Keterangan :

Lo = Harga mutlak paling besar

X i −X
Zi =
s dengan s adalah standar deviasi

Dengan :

Zi = Bilangan Baku

Xi = Hasil Pengamatan

X = Rata-rata simpangan

S = Simpangan baku perbedaan, rata-rata dengan rumus

N = Banyaknya Sampel

X1= Mean menggunakan model pembelajaran explicit instruction

(pengajaran langsung)

X2 = Mean tidak menggunakan model pembelajaran demonstrasi

2. Uji Homogenitas

Menurut Sudjana (2005: 261), “Uji homogenitas sampel untuk mengetahui

seragam (homogen) tidaknya variasi sampel-sampel yang diambil dari populasi

yang sama”. Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa

penelitian berangkat dari kondisi yang sama. Pengujian homogenitas data

dilakukan dengan uji Barlett dengan rumus :

X2 = (In 10) {B-∑(Ni-1) Log Si2}


40

2 ∑ ( N 1 −1 ) Si1
S
∑ ( N−1 ) B = ( log S2 ) ( ∑ N 1 1 )

Keterangan:

Ni = Jumlah siswa tiap kelompok

S i2 = Varian tiap kelompok

In 10 = 2.3026

Nilai in 10 = 2,3026 merupakan logaritma dari bilangan 10

Tabel 3.3
Uji Barlett
Sampel ke Dk 1/dk 2 2 2
Si Log Si (dk) Log Si

1 n1 -1 1/(n1 -1) 2
S1
2
Log S1 ¿-1 )Log S21

2 n2 -1 1/n2-1 2
S2
2
Log S2 (n2 -1 )Log S2
2

Jumlah ∑ ¿¿ ¿-1) (ni -1 )Log Si


2

2. Analisis Data Akhir

Data yang diperoleh dari lapangan melalui intrumen penelitian selanjutnya

diolah dan dianalisa melalui perhitungan uji”t”. Ini dilakukan agar dapat

menjawab pertanyaan penelitian dan penganalisaan hipotesis diterima atau

ditolak. Penelitian ini bersifat kuantitatif maka teknik statistic uji-t (t-test).

Teknik statistic uji-t (t-test) ini digunakan dalam menganalisa data dan

rata-rata yang diperoleh dalam menarik suatu kesimpulan dalam penelitian

kuantitatif berlangsung. Menurut Sudijono (2011:315) untuk data dua sampel


41

kecil yang satu sama lain tidak ada hubungannya, dapat diperoleh dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

M1 − M2
t0 =
SE M − M
1 2

Keterangan :

t0 = t-test perhitungan

M1 = Mean Variabel 1 (Variabel X)

M2 = Mean Variabel 2 (Variabel Y)

SEMI = Standar Eror Mean Variabel 1

SEM2 = Standar Eror Mean Variabel 2

Langkah-langkah perhitungannya menurut Sudijono: 2011 (314-316)

yaitu:

1. Mencari mean untuk variabel I (Variabel X), dengan rumus:

∑x
Mx atau M1 =´
N1

2. Mencari mean untuk variabel II (=variable Y), dengan rumus:

∑Y
My atau M2 =
N2

3. Mencari Deviasi Standar Skor Variabel X dengan rumus:

SDx atau SD1 =


√ ∑ X2
N1
42

4. Mencari Deviasi Standar skor Variabel Y dengan rumus:

SDy atau SD2 =


√ ∑ X2
N2

5. Mencari Standar Error Mean Variabel X, dengan rumus:

SD 1
SD Mx atau S E M 1 =
√ N 1−1
6. Mencari Standar Error Mean Variabel Y, dengan rumus:

SD 2
SD My tau S E M 2=
√ N 2−1
7. Mencari Standar Error Perbedaan antara Mean Variabel X dan Mean

Variabel Y, dengan rumus:

SE M1 – M2= √ SE M 1 +SE M 2
2 2

8. Mencari to dengan rumus yang telah disebutkan di muka, yaitu:

M 1−M 2
tO =
SE M 1−M 2

9. Memberikan interprestasi terhadap to dengan prosedur sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis alternatifnya (Ha): “ada (terdapat) perbedaan

mean yang signifikan antara variabel X dan variable Y”.

b. Merumuskan hipotesis nihilnya (HO) “tidak ada ( tidak terdapat

perbedaan mean yang signifikan antara variabel X dan variable Y”).

10. Menguji kebenaran/kepalsuan kedua hipotesis tersebut di atas dengan

tercantum pada tabel nilai “t”,dengan terlebih dahulu menetapkan

degres of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus:

df atau db = (N1 + N2) – 2


43

dengan diperolehnya df atau db itu, maka dapat dicari harga t t pada

taraf signifikansi 5% atau 1% jika t o sama besar atau lebih besar

daripada tt maka Ho ditolak; berarti ada perbedaan mean yang

signifikan di antara kedua variabel yang kita selidiki. Jika t o lebih kecil

daripada tt maka Ho diterima; berarti tidak terdapat perbedaan mean

yang signifikan antara variabel I dan variabel II


44

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pra Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten

OKU Selatan dengan populasi penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah

3 kelas 60 siswa. VIII.A dengan jumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen yang

diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran explicit

instruction dan kelas VIII.B dengan jumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol yang

diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi.

Sebelumnya dilakukan uji instrumen peneliti melakukan uji validitas

terlebih dahulu kepada guru mata pelajaran dan uji reliabilitas pada kelas lain.

Pelaksanaannya uji reliabilitas pada hari jumat tanggal 18 Mei 2017 dan 23 Mei

2017, yang tujuannya untuk melihat apakah soal yang diujikan tersebut layak atau

tidak untuk diberikan kepada peserta didik. Soal yang diberikan kepada peserta

didik yaitu berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal. Hasil uji instrumen tersebut

dapat dilihat sebagai berikut.

a. Uji Validitas Isi

Uji validitas dilakukan dengan cara peneliti berkonsultasi dengan guru

mata pelajaran IPA Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten

OKU Selatan, untuk melakukan uji validitas soal-soal yang dibuat oleh peneliti

jumlah soal yang diuji validitas berjumlah 50 soal. Soal yang dibuat tersebut

berpedoman pada kisi-kisi soal yang dikembangkan dari silabus yang diambil

indikator materi yang akan diajarkan pada pelajaran IPA Terpadu. Setiap indikator

44
45

yang tercantum dikisi-kisi soal dikembangkan menjadi butir-butir soal. Kisi-kisi

dan silabus tersebut telah dilampirkan. Kemudian guru mata pelajaran IPA

Terpadu kelas VIII melakukan uji validitas isi dengan cara guru mata pelajaran

memeriksa butir-butir soal dan mempetimbangkan setiap butir soal yang dibuat

apakah sudah sesuai dengan kisi-kisi dan materi yang akan diajarkan. Setelah

dilakukan uji validitas isi oleh guru mata pelajaran IPA Terpadu kelas VIII,

didapatkan 20 butir soal yang sudah sesuai dengan kisi-kisi dan materi yang akan

diajarkan. Surat pernyataan validasi dan pernyataan valid tidak validnya yang

diberikan oleh guru mata pelajaran tersebut terlampir pada lampiran. Kemudian

soal yang sudah diuji validitas disusun kembali dan diurutkan kembali nomor

butir soal yang semula tidak berurutan lagi karena dicoret untuk validitas. Setelah

disusun ulang butir soal yang berjumlah 20 akan digunakan untuk diujikan

reliabilitas dikelas VIII.C yang berjumlah 30 orang.

b. Uji Realibilitas Tes Ulang

Uji reliabilitas tes ulang ini dilakukan untuk melihat apakah soal yang

akan diuji cobakan sudah memiliki keajegan mengukur atau reliabilitas yang

tinggi ataukah belum, disini menggunakan tes soal objektif dengan jumlah 30

siswa kelas VIII.C SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan. Setelah

diadakannya validitas isi terhadap butir soal yang berjumlah 50 dan divalidasikan

oleh guru mata pelajaran didapat 20 soal, 20 soal yang telah divalid tersebut

dilakukan tes reliabilitas. Tes reliabilitas ini dilakukan 2 kali tes dengan waktu

yang berbeda namum butir soal sama. Tes pertama dilakukan 18 Mei 2017 dan tes

ulangnya atau tes keduanya pada tanggal 23 Mei 2017. Setelah dilakukan tes
46

sebanyak 2 kali didapat hasil dari tes reliabilitas tes ulang tersebut. Kemudian

diadakannya perhitungan untuk melihat apakah butir-butir soal yang diteskan

tersebut reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian. Jika hasil tes tersebut

reliable maka 20 butir soal tersebut dapat digunakan untuk penelitian dikelas

eksperimen dan kelas Kontrol karena dalam penelitian ini diadakan 2 kali

penelitian disetiap kelas eksperimen dan Kontrol maka butir soal yang telah diuji

reliabilitasnya dibagi 2. Jadi, setiap pertemuan dikelas eksperimen dan Kontrol

instrument sebagai evaluasi pembelajaran adalah 10 butir soal setiap pertemuan.

Menurut Sudjana (2005:122) “tes ulang (test retest) adalah penggunaan alat ukur

terhadap subjek yang diukur, dilakukan dua kali dalam waktu yang berlainan”.

Tabel 4.1 persiapan perhitungan reliabilitas tes ulang

No Nama Tes I Tes II X12 X22 X1.X2


(X1) (X2)
1 WA 75 85 5625 7225 6375
2 YKA 65 70 4225 4900 4550
3 YM 80 90 6400 8100 7200
4 AI 65 70 4225 4900 4550
5 AA 70 75 4900 5625 5250
6 APU 75 75 5625 5625 5625
7 BZ 70 80 4900 6400 5600
8 DP 70 75 4900 5625 5250
9 DDAP 70 70 4900 4900 4900
10 EC 75 70 5625 4900 5250
11 ENP 70 75 4900 5625 5250
12 EO 70 70 4900 4900 4900
13 EM 65 70 4225 4900 4550
14 FS 70 70 4900 4900 4900
15 F 75 80 5625 6400 6000
16 ISA 70 75 4900 5625 5250
17 M 65 65 4225 4225 4225
18 MA 70 75 4900 5625 5250
19 MJK 75 80 5625 6400 6000
20 NP 75 80 5625 6400 6000
21 PC 80 85 6400 7225 6800
47

Lanjutan Tabel 4.1 persiapan perhitungan reliabilitas tes ulang

No Nama Tes I Tes II X12 X22 X1.X2


(X1) (X2)
22 RJ 85 75 7225 8100 7650
23 RBW 80 85 6400 5625 6000
24 SS 85 85 7225 7225 7225
25 SMK 75 80 5625 6400 6000
26 DAM 70 70 4900 4900 4900
27 EW 70 75 4900 5625 5250
28 ED 70 80 4900 6400 5600
29 EPS 75 75 5625 5625 5625
30 VT 80 80 6400 6400 6400
Jumlah Nilai 2190 2295 160750 176725 168325

r 1.2 = N. ∑X1X2 – (∑X1)(∑X2)

( N∑X12 – (∑X1)2)(N∑X22 – (∑X2)2

r 1.2 = 30 x 168325 – (2190) (2295)

( 30 x 160750– (2190)2)(30 x 176725– (2295)2

r 1.2 = 5049750 – 5026050


(4822500 – 4796100) (5301750 – 5267025)

r 1.2 = 23700
(26400) (34725)

r 1.2 = 23700
916740000
r 1.2 = 23700
30277,71
r 1.2 = 0,7827

Dari perhitungan harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel.

Dengan n=30 taraf kesalahan 5% diperoleh 0,361 dan taraf kesalahan 1%

diperoleh 0,463 karena ri hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalah 5% dan
48

1% (0,7827>0,463>0,362), maka dapat disimpulkan instrument penelitian tersebut

reliable dan dapat dipergunakan untuk penelitian.

B. Deskripsi Data dan Analisis Data

Deskripsi dan analisis data yang dikemukakan meliputi hasil kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dan

model pembelajaran Demonstrasi, serta hasil tes yang dilakukan untuk melihat

efektivitas hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Explicit

Instruction, pada mata pelajaran IPA Terpadu. Objek yang diteliti dalam

penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan

dengan subjek penelitian kelas VIII dengan jumlah 90 siswa dan sampel yang

diambil adalah kelas VIII.A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.B sebagai

kelas Kontrol. Dilakukan dengan cara masing-masing 2x pertemuan baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol, peneliti mengajar menggunakan model

pembelajaran explicit instruction (pengajaran langsung) pada kelas eksperimen

dan model pembelajaran demonstrasi pada kelas kontrol untuk mengetahui hasil

belajar siswa setiap kali pertemuan butir soal dibagikan kepada kelas eksperimen

dan kelas kontrol setiap pertemuannya. Dimana pertemuan pertama kelas

eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan pada 25 mei 2017 dan pertemuan

kedua dilaksanakan pada 1 juni 2017.

Tabel 4.2 Daftar Nilai Peserta Didik Setiap Kali Pertemuan Tes Di Kelas
VIII.A Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Explicit Instruction
(Pengajaran Langsung)
49

No Nama Nilai
Tes I Tes II Jumlah Nilai
Akhir
1 AM 80 70 150 75
2 AF 80 70 150 75
3 AA 80 70 150 75
4 AP 70 80 150 75
5 DP 70 80 150 75
6 DE 60 90 150 75
7 DP 60 80 140 70
8 DA 70 80 150 75
9 DAB 70 80 150 75
10 DDE 70 70 140 70
11 EH 70 90 160 80
12 EJP 70 70 140 70
13 FAS 80 80 160 80
14 HMK 80 80 160 80
15 IPF 80 80 160 80
16 JRA 80 80 160 80
17 JMS 80 90 170 85
18 KD 70 100 170 85
19 MUS 70 90 160 80
20 MS 60 80 140 70
21 MR 70 70 140 70
22 NIS 80 70 150 75
23 PA 90 80 170 85
24 RA 90 100 190 95
25 RA 80 100 180 90
26 SF 90 100 190 95
27 SA 100 70 170 85
28 SV 90 80 170 85
29 SA 90 80 170 85
30 S 100 70 170 85
Jumlah 2330 2430 4760 2380
Rata-rata 77.67 81.00 158.67 79.33
50

Dari tabel di atas dapat dilihat hasil belajar siswa setiap kali pertemuan

yang menggunakan model pembelajaran explicit instruction mulai dari yang

tertinggi hingga yang terendah, pada tes pertama nilai tertinggi adalah 100 nilai

terendah 60 rata-rata 77.67, sedangkan tes kedua nilai tertinggi adalah 100 nilai

terendah 70 dengan rata-rata 81.00. Berdasarkan hasil nilai belajar siswa yang

didapat pada kelas eksperimen ini menunjukkan bahwa hasil nilai belajar siswa

sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sebesar 70.

Tabel 4.3 Daftar


Nilai Peserta Didik Setiap Kali Pertemuan Tes Di Kelas VIII.B Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Demonstrasi

No Nama Nilai
Tes I Tes II Jumlah Nilai
Akhir
1 AFD 70 70 140 70
2 A 70 70 140 70
3 DAS 80 60 140 70
4 DH 60 60 120 60
5 DH 60 60 120 60
6 DV 60 70 130 65
7 DAP 80 80 160 80
8 DA 60 70 130 65
9 EK 70 60 130 65
10 EKA 70 70 140 70
11 GSP 70 80 150 75
12 JRN 70 70 140 70
13 JAS 60 80 140 70
14 KP 80 80 160 80
15 LA 70 60 130 65
16 MU 70 80 150 75
17 MA 70 60 130 65
18 MA 80 80 160 80
19 NPY 80 90 170 85
20 PS 70 80 150 75
51

21 RNS 70 90 160 80
Lanjutan Tabel 4.3 Daftar
Nilai Peserta Didik Setiap Kali Pertemuan Tes Di Kelas VIII.B Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Demonstrasi

No Nama Nilai
Tes I Tes II Jumlah Nilai
Akhir
22 RA 70 80 150 75
23 R 60 80 140 70
24 SA 60 60 120 60
25 S 60 80 140 70
26 SR 80 80 160 80
27 SAS 80 80 160 80
28 SP 70 80 150 75
29 TM 60 60 120 60
30 UP 80 80 160 80
Jumlah 2090 2200 4290 2145
Rata-rata 69.67 73.33 143.00 71.50

Dari tabel di atas dapat dilihat hasil belajar siswa setiap kali pertemuan

yang menggunakan model pembelajaran Demonstrasi mulai dari yang tertinggi

hingga yang terendah, pada tes pertama nilai tertinggi adalah 80 nilai terendah 60

rata-rata 69.67, sedangkan tes kedua nilai tertinggi adalah 90 nilai terendah 60

dengan rata-rata 73.00. Berdasarkan hasil nilai belajar siswa yang didapat pada

kelas kontrol ini menunjukkan bahwa hasil nilai belajar siswa masih rendah, dan

masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (Kreteria Ketentasan

Minimum) yang ditentukan yaitu 70.

Adapun rekapitulasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran explicit

instruction dan dengan model pembelajaran demonstrasi dapat dilihat pada tabel

4.4.
52

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Terpadu SMP Negeri 2 Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kelompok
Tes I Tes II Tes I Tes II
Tertinggi 100 100 80 90
Terendah 60 70 60 60
Jumlah 160 170 140 150
Rata-rata 77.67 81.00 69.67 73.33

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa SMP Negeri 2 Kisam Tinggi

Kabupaten OKU Selatan, hasil belajar mata pelajaran IPA Terpadu kelas

Eksperimen pada tes pertama nilai tertinggi adalah 100 nilai terendah 60 rata-rata

77.67, sedangkan tes kedua nilai tertinggi adalah 100 nilai terendah 70 dengan

rata-rata 81.00. Pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di atas yaitu pada tes

pertama nilai tertinggi 80 nilai terendah 60 rata-rata 69.67. sedangkan tes kedua

nilai tertinggi 90 nilai terendah 60 dan rata-rata 73.33. Jika dibandingkan rata-rata

kedua kelompok ternyata hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol, untuk melihat apakah

terdapat perbedaan yang signifikan, diuji dengan tes kemudian langkah

selanjutnya peneliti melakukan pengujian hipotestis, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas dan uji homogenitas data yang ada.

1. Data Awal

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi normal atau tidak. Dalam
53

pengujiannya ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan untuk dapat

menguji apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi normal atau tidak.

Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui bahwa data

yang diperoleh berdistribusi normal. Langkah perhitungan uji normalitas data nilai

dengan Langkah perhitungan uji normalits data nilai dengan model pembelajaran

explicit instruction model pembelajaran demonstrasi dapat dilihat dalam tabel 4.5

berikut ini.

Tabel 4.5 persiapan Uji Normalitas (liliefors)

HASIL BELAJAR SISWA


Model Pembelajaran Explicit Instructions Model Pembelajaran Demonstrasi
X1 X 12 X2 X22
70 4900 60 3600
70 4900 60 3600
70 4900 60 3600
70 4900 60 3600
70 4900 65 4225
75 5625 65 4225
75 5625 65 4225
75 5625 65 4225
75 5625 65 4225
75 5625 70 4900
75 5625 70 4900
75 5625 70 4900
75 5625 70 4900
75 5625 70 4900
80 6400 70 4900
80 6400 70 4900
80 6400 70 4900
80 6400 75 5625
80 6400 75 5625
80 6400 75 5625
85 7225 75 5625
85 7225 75 5625
85 7225 80 6400
85 7225 80 6400
85 7225 80 6400
85 7225 80 6400
85 7225 80 6400
90 8100 80 6400
95 9025 80 6400
Lanjutan Tabel 4.5 persiapan Uji Normalitas (liliefors)
54

HASIL BELAJAR SISWA


Model Pembelajaran Explicit Instructions Model Pembelajaran Demonstrasi
X1 X 12 X2 X22
95 9025 85 7225
2380 190250 2145 154875
79.33 71.50

Tabel 4.6 Perhitungan Uji Normalitas Data Nilai yang Menggunakan Model
Pembelajaran Explicit Instructions
No X1 Zi F(Zi) S(Zi) F (Zi)-S(Zi)
1 70 - 1.33 0.0981 0.17 - 0.0782
2 70 - 1.33 0.0981 0.17 - 0.0782
3 70 - 1.33 0.0981 0.17 - 0.0782
4 70 - 1.33 0.0981 0.17 - 0.0782
5 70 - 1.33 0.0981 0.17 - 0.0782
6 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
7 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
8 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
9 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
10 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
11 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
12 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
13 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
14 75 - 0.62 0.2676 0.47 - 0.2024
15 80 0.10 0.4602 0.67 - 0.2098
16 80 0.10 0.4602 0.67 - 0.2098
17 80 0.10 0.4602 0.67 - 0.2098
18 80 0.10 0.4602 0.67 - 0.2098
19 80 0.10 0.4602 0.67 - 0.2098
20 80 0.10 0.4602 0.67 - 0.2098
21 85 0.81 0.2090 0.90 - 0.6910
22 85 0.81 0.2090 0.90 - 0.6910
23 85 0.81 0.2090 0.90 - 0.6910
24 85 0.81 0.2090 0.90 - 0.6910
25 85 0.81 0.2090 0.90 - 0.6910
26 85 0.81 0.2090 0.90 - 0.6910
27 85 0.81 0.2090 0.90 - 0.6910
28 90 1.25 0.0643 093 - 0.8657
29 95 2.23 0.0129 1.00 - 0.9871
30 95 2.23 0.0129 1.00 - 0.9871

Keterangan:

1. Nilai F(Zi)-S(Zi) = - 0.9871 sedangkan nilai kritis Liliefors tabel untuk N= 30

adalah 0,161 pada taraf 0,05.

2. Ternyata Lhitung lebih kecil dari pada Ltabel - 0.9871 atau - 0.9871 < 0,161 berarti

data yang diperoleh berdistribusi normal.


55

Rumus untuk mendapatkan nilai Zi:


X 1−X
N ∑ X 1− ( ∑ X 1 )
2 2
Zi=
S= S
N ( N −1 ) 70−79.33


2 Zi=
30 ( 190250 ) – (2380 ) 7.04
S¿
30 ( 30−1 )


5707500−5664400 −9.33
S= Zi=
30 ( 29 ) 7.04

S=

43100
870
S= √ 49.54
Zi=−1.33

S=7.04

Dari hasil pengujian data setelah dilakukan pembelajaran dengan

menggunakan Model Pembelajaran explicit instructions didapatkan Lhitung terbesar

adalah – 0.9871.

Tabel 4.7 Perhitungan Uji Normalitas Data Nilai yang Menggunakan Model
Pembelajaran Demonstrasi
No X1 Zi F(Zi) S(Zi) F (Zi)-S(Zi)
1 60 - 1.60 0.0548 0.13 -0.0752
2 60 - 1.60 0.0548 0.13 -0.0752
3 60 - 1.60 0.0548 0.13 -0.0752
4 60 - 1.60 0.0548 0.13 -0.0752
5 65 - 0.90 0.1841 0.30 - 0.1159
6 65 - 0.90 0.1841 0.30 - 0.1159
7 65 - 0.90 0.1841 0.30 - 0.1159
Lanjutan Tabel 4.6 Perhitungan Uji Normalitas Data Nilai yang
Menggunakan Model Pembelajaran Demonstrasi
No X1 Zi F(Zi) S(Zi) F (Zi)-S(Zi)
8 65 - 0.90 0.1841 0.30 - 0.1159
9 65 - 0.90 0.1841 0.30 - 0.1159
10 70 0.21 0.4168 0.57 - 0.1532
11 70 0.21 0.4168 0.57 - 0.1532
12 70 0.21 0.4168 0.57 - 0.1532
13 70 0.21 0.4168 0.57 - 0.1532
14 70 0.21 0.4168 0.57 - 0.1532
15 70 0.21 0.4168 0.57 - 0.1532
16 70 0.21 0.4168 0.57 - 0.1532
17 70 0.21 0.4168 0.57 - 0.1532
18 75 0.49 0.3121 0.73 - 0.4179
20 75 0.49 0.3121 0.73 - 0.4179
21 75 0.49 0.3121 0.73 - 0.4179
56

22 75 0.49 0.3121 0.73 - 0.4179


23 80 1.18 0.1190 0.97 - 0.8510
24 80 1.18 0.1190 0.97 - 0.8510
25 80 1.18 0.1190 0.97 - 0.8510
26 80 1.18 0.1190 0.97 - 0.8510
27 80 1.18 0.1190 0.97 - 0.8510
28 80 1.18 0.1190 0.97 - 0.8510
29 80 1.18 0.1190 0.97 - 0.8510
30 85 1.87 0.0307 1.00 - 0.9693

Keterangan:

1. Nilai F(Zi)-S(Zi) = - 0.9693 sedangkan nilai kritis Liliefors tabel untuk N= 30

adalah 0,161 pada taraf 0,05.

2. Ternyata Lhitung lebih kecil daripada Ltabel - 0.9693 atau - 0.9693 < 0,161 berarti

data yang diperoleh berdistribusi normal.

Rumus untuk mendapatkan nilai Zi:


2 X 1−X
N ∑ X 1− ( ∑ X 1 )
2
Zi=
S= S
N ( N −1 ) 60−71.50


2 Zi=
30 ( 154875 ) – (2145 ) 7.21
S¿
30 ( 30−1 )


4646250−4601025 −11.5
S= Zi=
30 ( 29 ) 7.21

S=

45225
870
S= √ 51.98
Zi=−1.60

S=7.21
57

Dari hasil pengujian data setelah dilakukan pembelajaran dengan

menggunakan Model Pembelajaran demonstrasi didapatkan Lhitung terbesar adalah

– 0.9693. Hasil perhitungan pengujian Lilifors nilai kelas eksperimen dengan

model pembelajaran explicit instruction dan nilai kelas kontrol dengan model

pembelajaran demonstrasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Uji Normalitas


Nilai Hasil Belajar Dk LHitung LTabel Keterangan
Explicit instruction 30 - 0.9871 0,161 Normal
Demonstrasi 30 - 0.9693 0,161 Normal

Pada taraf α = 0,05 dengan N = 30, L tabel adalah 0,161. Ternyata Lhitung <

Ltabel, - 0.9871< 0,161 dan N= 30, Ltabel adalah – 0.9693. Ternyata Lhitung < Ltabel, –

0.9693 < 0,161 ini berarti kedua data tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya

setelah data di peroleh berdistribusi normal, data tersebut di uji tingkat

homogenitasnya untuk melihat keseragaman dari bagian sampel yang telah di

ambil dari populasi. Uji homogenitas ini dilakukan pada kedua nilai hasil belajar

yaitu model pembelajaran Explicit instruction dan model pembelajaran

Demonstrasi nilai pretest dan posttest dengan menggunakan uji Bartlett.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-

variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk

mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak. Uji

homogenitas ini dilakukan pada kedua kelompok eksperimen dan kontrol dengan

uji barllet dapat di lihat pada tabel berikut.


58

Tabel 4.9 Uji Homogenitas (Uji Barllet) Hasil Belajar Model Pembelajaran
Explicit Instruction Dan Model Pembelajaran Demonstrasi
Sampel Dk 1 S1
2
log S1
2
(Dk) log S12
(Jumlah) Dk
1 29 0.0345 49.56 1.695 49.155
2 29 0.0345 51.98 1.715 49.735
N=2 ∑dk=58 - - ∑(dk) log S12 =
98.89

2( N 1−1 ) S12 + ( N 2−1 ) S22


S=
( N 1−1 ) + ( N 2−1 )

( 29 ) 49.56+ ( 29 ) 51.98
¿
29+29

1437.24+1507.42
¿
58

2944.66
¿
58

¿ 50.77
2
log S =1.706

B=( log S 2 ) ( N 1−1 ) + ( N 2−1 )

¿ ( 1.706 ) x 58

¿ 98.95

X 2 =¿ 10 [ B−∑ ( dk ) log Si2 ]

¿ 2.3026 ( 98.95−98.89 )

¿ 2.3026 x ¿ )

= 0.1382
59

Nilai X2 dalam tabel dk (2-1) = 1, didapatkan nilai 3,841 pada taraf

signifikan 5%. Nilai X2 hitung 0.1382, berarti nilai X2 hitung lebih kecil dari X2

tabel atau 0.1382 < 3,841. Hal ini menunjukan bahwa data yang diperoleh

Homogen. Karena data yang diperoleh normal dan homogen, maka data

selanjutnya diolah dengan perhitungan t-tes.

2. Data Hasil (Pengujian Hipotesis)

Pengujian hippotestis di lakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan

hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kisam Tinggi pada Mata Pelajaran

IPA Terpadu secara signifikan dengan penggunaan Model Pembelajaran explicit

instructions pada kelas eksperimen dan demonstrasi pada kelas kontrol. Hasil

pengujian hipotestis dalam penelitian ini sebagai berikut.

Tabel 4.9 Perhitungan Untuk Memperoleh “t”

Nilai Akhir Siswa


Model Model
No Pembelajaran Pembelajaran X Y X2 Y2
Explicit Demonstrasi
Instruction
1 70 60 - 9.33 87.11 -11.50 132.25
2 70 60 - 9.33 87.11 -11.50 132.25
3 70 60 - 9.33 87.11 -11.50 132.25
4 70 60 - 9.33 87.11 -11.50 132.25
5 70 65 - 9.33 87.11 -650 42.25
6 75 65 - 4.33 -650 18.75 42.25
7 75 65 - 4.33 -650 18.75 42.25
8 75 65 - 4.33 -650 18.75 42.25
60

9 75 65 - 4.33 -650 18.75 42.25


10 75 70 - 4.33 -1.50 18.75 2.25
11 75 70 - 4.33 -1.50 18.75 2.25
12 75 70 - 4.33 -1.50 18.75 2.25
13 75 70 - 4.33 -1.50 18.75 2.25
14 75 70 - 4.33 -1.50 18.75 2.25
15 80 70 0.67 -1.50 0.45 2.25
16 80 70 0.67 -1.50 0.45 2.25
17 80 70 0.67 -1.50 0.45 2.25
18 80 75 0.67 3.50 0.45 12.25
19 80 75 0.67 3.50 0.45 12.25
20 80 75 0.67 3.50 0.45 12.25
21 85 75 5.67 3.50 32.15 12.25
22 85 75 5.67 3.50 32.15 12.25
23 85 80 5.67 8.50 32.15 72.25
24 85 80 5.67 3.50 32.15 72.25
25 85 80 5.67 3.50 32.15 72.25
26 85 80 5.67 3.50 32.15 72.25
27 85 80 5.67 3.50 32.15 72.25
28 90 80 10.67 3.50 113.85 72.25
29 95 80 15.67 3.50 245.55 72.25
30 95 85 15.67 13.50 245.55 182.25
2380 2145 305.45 1507.5

M1 − M2
t0 =
SE M − M
1 2

Rumus t-tes :

Mencari mean untuk variabel X dan Y

Mx atau M 1 =
∑X =
2380
= 79.33
N 30

My atau M2 =
∑X =
2145
= 71.50
N 30
61

Mencari Deviasi Standar Skor Variabel

Sx atau SD1 =
√ ∑2 =
X
N √ 305.45
30
= √ 10.18 = 3. 19

Sy atau SD2 =
√ ∑2 =
Y
N √ 1507.5
30
= √ 50.25 = 7.09

Mencari Standar Error Mean Variabel I dan II

SD 1 3.19 3.19 3.19


SEM1 = = = = = 0.59
√ N 1 −1 √30−1 √ 29 5.39

SD 2 7.09 7.09 7.09


SEM2 = = = = = 1.32
√ N 2−1 √30−1 √ 29 5.39
Mencari standar error perbedaan antara mean variabel I dan Mean Variabel II

SEM1-M2 =√ SE 2M 1 +SE 2M 2= √ 0.592 +1.322 = √ 0.35+1.74

= √ 2.09 = 1.45

Mencari to (t-tes perhitungan)

M 1−M 2 79.33−71.50 7.83


to = = = = 5.40
SE M 1−M 2 1.45 1.45

langkah berikutnya, memberikan interpretasi terhadap t o: df=(N1 + N2) – 2

=(30 + 30) – 2 = 58. Dengan df sebesar 58 kita berkonsultasi dengan tabel nilai

“t”, baik pada taraf signifikasi 5% maupun pada taraf signifikasi 1%. Terrnyata

bahwa:

pada taraf signifikasi 5%, ttabel atau tt =2,00.

Pada taraf signifikasi 1%, ttabel atau tt =2,65

Karena to telah kita peroleh sebesar 5.40; sedangkan t t = 2,00 dan 2,65

maka to adalah lebih besar dari pada tt, baik pada taraf signifikasi 5% maupun
62

pada taraf signifikasi 1%. Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak artinya

ada keefektifan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran explicit

instructions terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas

VIII SMP Negeri 2 Kabupaten OKU Selatan.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data ada hasil positif, bahwa hasil belajar

siswa dengan menggunakan model pembelajaran explicit instruction hasil

belajarnya lebih tinggi (telah mencapai KKM) dari pada hasil belajar siswa yang

menggunakan model pembelajaran demonstrasi yang belum mencapai KKM pada

mata pelajaran IPA Terpadu. Dalam pembelajaran pada kelas eksperimen dengan

menggunakan model pembelajaran explicit instruction dan kelas kontrol dengan

menggunakan model pembelajaran demonstrasi sebagai bentuk perilaku untuk

melihat efektifitas penggunaan model tersebut. Dari perlakuan terhadap kelas

eksperimen dan kelas kontrol di lakukan masing-masing 2 kali tes maka di

peroleh hasil bahwa terdapat yang positif, efektivitas terbukti dengan hasil

pengujian hipotesis 5.40 > 2,00dan 2,65 (t-tabel taraf 5% = 2,00 dan taraf 1%=

2,65), karena thitung > ttabel maka hipotesis nihil di tolak berarti ada efektivitas hasil

belajar IPA Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran explicit

instruction dibanding dengan penggunaan model pembelajaran demonstrasi.

Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran explicit

instruction diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dijelaskan, lalu setelah itu guru menyampaikan materi.Setelah materi disampaikan

guru memberikan latihan awal kepada siswa dengan cara siswa diberikan soal dan
63

menjawab soal tersebut, kemudian setelah siswa selesai menjawab soal-soal

tersebut guru mengecek pemahaman siswa dengan cara menyuruh siswa untuk

menjawab soal yang diberikan tadi, disini siswa antusias untuk menjawab soal-

soal tersebut. Setalah ada beberapa siswa yang menjawab guru memberikan

umpan balik kepada siswa dengan menjelaskan lebih tepat jawaban pada soal

tersebut. Setelah memberikan umpan balik guru memberikan latihan lanjutan

kepada siswa dengan cara memberikan pekerjaan rumah.

Model pembelajaran explicit instruction lebih efektif dibandingkan dengan

Model pembelajaran demonstrasi. Hal ini terjadi dilapangan dikarenakan Model

pembelajaran explicit instruction memiliki kelebihan yang dapat membangun

interaksi antara guru dan siswa lebih baik dan guru lebih mudah dalam

menjelaskan materi serta mengarahkan siswa menjadi lebih aktif dan efektif. yang

dalam pembelajaran IPA Terpadu ini memberikan dampak yang positif, dimana

dalam menjelaskan materi pelajaran guru lebih mudah karena materi tersebut

tersusun atas langkah-langkah kecil, di dalam kelas tidak terjadi keributan karena

siswa memperhatikan guru dalam menjelaskan materi dan guru bisa

mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa. Serta

pada saat mengerajakan soal evaluasi tidak ada siswa yang sibuk

mencontek/melihat jawaban teman tetapi mereka fokus mengerjakan soal sendiri-

sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Manjherity

(manjherity09.blogspot.o.id/2011/11/taksonomi-bloom.html) diakses tanggal 20

juli 2017 pukul 15.30 wib menyatakan kelebihan model pembelajaran explicit

instruction yaitu sebagai berikut :


64

1. Pelajaran lebih jelas dan lebih konkret.

2. Proses pembelajaran lebih menarik sebab siswa tidak hanya

mendengar saja, tapi juga ikut aktif di dalamnya.

3. Siswa dapat menguasai pengetahuannya.

Tetapi dalam penerapan model pembelajaran explicit instruction ini

terdapat juga kelemahan yang terjadi dilapangan yaitu di dalam satu kelas tidak

semua siswa memiliki kemampuan yang sama hal ini terlihat dalam melaksanakan

latihan terbimbing masih ada siswa yang masih bingung menjawab latihan. Ada

juga siswa yang kurang memiliki kemampuan mendengarkan, mengamati, dan

mencatat sehingga guru harus mengajarkannya kepada siswa. Hal ini sesuai

dengan jurnal saintech vol.06-no.02-juni 2014, ISSN No.206-9681 yang

menyatakan kelemahan model pembelajaran explicit instruction yaitu sebagai

berikut :

1. Faktor kesungguhan dan kemampuan diantara siswa satu sama lain

tidak dapat diketahui.

2. Kegiatan masing-masing sampel diluar kegiatan penelitian tidak

dapat dikontrol.

Pada penggunan model pembelajaran demonstrasi guru menyampaikan

tujuan pembelajaran, kemudian itu guru menyampaikan sekilas materi setelah

menyampaikan materi guru menyiapkan alat dan bahan yang akan

didemonstrasikan semua alat dan bahan sudah siap guru menunjuk salah seorang

siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan, seluruh

siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisisnya, setelah itu siswa atau


65

kelompok mengemukakan hasil dari analisisnya serta pengalaman siswa juga

dapat didemonstrasikan, kemudian setelah itu guru membuat suatu kesimpulan

tentang apa yang siswa pelajari dan demontrasikan tadi. Adapun kelebihan model

pembelajaran demonstrasi yang terjadi di lapangan pada mata pelajaran IPA

Terpadu ini adalah di dalam kelas siswa memperhatikan guru menjelaskan materi,

apalagi pada saat disuruh memperagakan mengenai bunyi siswa antusias ingin

mencoba. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Risna dalam

(risnawati11.blogspot.co.id/2014/05/metode pembelajaran.html) diakses tanggal

20 juli 2017 pukul 20.10 wib menyatakan kelebihan model pembelajaran

demonstrasi yaitu terletak pada materi pelajaran menjadi lebih konkrit dan lebih

jelas karena materi dilihat secara visual, dan diuji cobakan oleh siswa maupun

guru, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran dan siswa

lebih aktif dalam mencermati dan tertarik untuk mencobanya.

Kenyataan di lapangan kurang efektif pada model pembelajaran

demonstrasi ini terlihat dari hasil nilai rata-rata peserta didik lebih kecil. Hal ini

dikarenakan kurangnya fasilitas pendukung seperti peralatan dimana peralatan

yang digunakan pada saat pendemonstrasian peralatan seadaanya karena tidak

semua benda dapat didemonstrasikan sehingga siswa kurang memahami materi

yang dijelaskan. Di samping itu situasi yang sulit diatur dan waktunya pun

terbatas. Begitu pula pada saat mengerjakan evaluasi masih ada siswa yang

melirik kanan kiri untuk melihat jawaban teman. Menurut Risna dalam

(risnawati11.blogspot.co.id/2014/05/metode pembelajaran.html) diakses tanggal


66

20 juli 2017 pukul 20.10 wib menyatakan kelemahan model pembelajaran

demonstrasi yaitu sebagai berikut :

1. Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi secara baik

2. Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran

3. Situasi yang sering tidak mudah diatur

4. Terbatasnya waktu untuk belajar

5. Membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan model pembelajaran

explicit instruction dalam pembelajaran IPA Terpadu dapat membantu guru

mewujudkan suasana belajar yang efektif dan membuat siswa tidak merasa jenuh

dalam mengerjakan soal-soal yang di berikan oleh guru

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
67

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasaan diperoleh bahwa hasil

belajar siswa kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran explicit instruction lebih tinggi dan mencapai KKM dari pada siswa

kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

demonstrasi lebih rendah dan belum mencapai KKM. Hasil pengujian hipotesis

diperoleh nilai t hitung sebesar 5.40 pada taraf t untuk df atau db =58 pada taraf

signifikan 5% adalah 2,00 dan taraf signifikan 1% adalah 2,65. Jadi t hitung lebih

besar dari t tabel atau secara sistematis 5.40 > 2,00. Artinya ada keefektifan hasil

belajar dengan menggunakan model pembelajaran explicit instruction terhadap

hasil belajar siswa pada mata pelajaran pelajaran IPA Terpadu kelas VIII SMP

Negeri 2 Kisam Tinggi OKU Kabupaten Selatan.

B. Saran

Setelah dilakukan pengujian terhadap keefektifan model pembelajaran

explicit instruction pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2

Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan, maka peneliti mengemukakan saran

sebagai berikut :

1. Guru, hendaknya guru dapat menerapkan model pembelajaran explicit

instruction. Karena dengan menerapkan Guru bisa mengendalikan isi materi

dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga guru dapat

mempertahankan fokus apa yang harus dicapai oleh siswa model

pembelajaran explicit instruction 67


mampu menarik perhatian siswa untuk

belajar.
68

2. Siswa, hendaknya siswa lebih giat dan lebih sungguh-sungguh dalam

kegiatan belajar dan mengajar di sekolah, siswa lebih aktif dalam memahami

materi yang di berikan dan memperhatikan guru saat menjelaskan pelajaran.

3. Peneliti, diharapkan dapat mengkaji lebih banyak lagi sumber maupun

referensi yang terkait model pembelajaran explicit instruction agar

penelitiannya lebih baik dan lengkap lagi.

DAFTAR PUSTAKA
69

Anggoro, M. Toha, Dkk. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(Inovatif). Bandung:Yrama Widya.

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. TeoriBelajar dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.

Huda, Mifthul. 2014. Model-model pengajaran dan pembelajaran.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis


Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Rusman, 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Jakarta: Alfabeta

Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sardiman. 2012. Interaksi& motivasi belajar mengajar. Jakarta: rajawali

Sudijono, Anas.2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sudjana, nana Ibrahim.2005. Metode statistika. Bandung: Tarsitu

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja


Rosdakarya

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Uno, Hamzah B. 2013. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: PTBumi


Askara

Wisudawati, Asih Widi. 2014. Metodelogi Pembelajaran IPA, Jakarta: PT Bumi


70

Aksara

Kuswanto Dan Nina Ardiani. 2015.Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran


Explicit Instruction Terhadap Hasil Belajar Matematika EkonomiMahasiswa
Pendidikan Ekonomi Semester Ii Tahun Akademik 2013/2014 Universitas
Jambi. Edumatica Volume 05 Nomor 02, Oktober 2015 ISSN: 2088-
2157(Diakses rabu 18 januari 2017)

Syaichoni, Toyyib Dan Sardulo Gembong. 2009.Efektivitas Model


PembelajaranExplicit Instruction Dan Stad Terhadap Prestasi
BelajarMatematika Ditinjau Dari Motivasi BelajarSiswa. Jurnal Pendidikan
Mipa, Vol.1 No.1 Maret 2009 (Diakses rabu 18 januari 2017)

Utari, Rahmawati.dkk.2016. Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction


Berbantuan Lingkungan Alam Sekitar Terhadap Hasil Belajar IPA
SiswaKelas IVdi MIN Air Kuning. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 (Diakses jumat 13 januari
2017)

Anda mungkin juga menyukai