Anda di halaman 1dari 6

 Sejarah Universitas Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1849.

Ketika itu, pemerintah


kolonial Belanda mendirikan sebuah sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan asisten
dokter tambahan. Pelajar di sekolah itu mendapatkan pelatihan kedokteran selama dua
tahun. Lulusannya diberikan sertifikat untuk melakukan perawatan-perawatan tingkat
dasar serta mendapatkan gelar Dokter Jawa (Javanese Doctor), bergelar demikian karena
dokter ini hanya diberi izin untuk membuka praktik di wilayah Hindia Belanda, terutama
di pulau Jawa. Pada tahun 1864, program pendidikan tersebut ditambah waktunya
menjadi tiga tahun, dan pada tahun 1875 menjadi 7 tahun. Gelar yang diberikan pun
berubah menjadi Dokter Medis (Medical Doctor).

Pada tahun 1898, pemerintah kolonial mendirikan sekolah baru untuk melatih tenaga medis, yaitu
STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Pendidikan di STOVIA berlangsung selama
9 tahun: 3 tahun setingkat SMP, tiga tahun setingkat SMA, dan tiga tahun lainnya setingkat
Diploma. Banyak lulusan STOVIA yang kemudian memainkan peranan penting dalam pergerakan
kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1924 pemerintah kolonial mendirikan RHS (Rechtshoogeschool te Batavia - Sekolah
Tinggi Hukum di Jakarta) yang bertujuan untuk memenuhi tenaga administrasi sipil rendahan.
RHS inilah yang menjadi cikal-bakal Fakultas Hukum UI. Pada tahun 1927 mengubah status dan
nama STOVIA menjadi GHS (Geneeskundige Hogeschool). Gedung pendidikan dan pelatihan
kedokteran yang digunakan GHS menjadi gedung Fakultas Kedokteran UI saat ini. Banyak alumni
GHS yang kemudian berperan besar dalam pendirian Universitas Indonesia.

Setelah kemerdekaan Indonesia dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Badan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia (BPTRI) didirikan di Jakarta. BPTRI memiliki tiga fakultas, yaitu
Kedokteran dan Farmasi, Sastra, dan Hukum. Pada tahun yang sama, institusi ini berhasil
meluluskan 90 orang sebagai dokter. Ketika tentara kolonial Belanda kembali menguasai Jakarta
pada akhir tahun 1945, BPTRI dipindahkan ke Klaten, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan
Malang. Pada tanggal 21 Juni 1946 NICA mendirikan sebuah Nood Universiteit atau Universitas
Sementara di Jakarta. Pada tanggal 21 Maret 1947, nama Nood Universiteit diganti menjadi
Universiteit van Indonesie (UVI). Akhirnya, setelah Jakarta berhasil diambil alih kembali,
pemerintah mengembalikan BPTRI ke Jakarta dan menggabungkannya dengan Universiteit van
Indonesie, dan memberinya nama baru Universiteit Indonesia (UI).

UI secara resmi memulai kegiatannya pada 2 Februari 1950 dengan presiden (saat ini disebut
rektor) pertamanya Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerio. Kantor Presiden Universiteit
Indonesia mula-mula berkedudukan di Jakarta, tepatnya di gedung Fakultas Kedokteran di Jl
Salemba Raya no. 6, kemudian dipindahkan ke salah satu bangunan bekas pabrik madat di Jl.
Samlemba Raya no. 4, Jakarta. Tanggal 2 Februari 1950 kemudian dijadikan hari kelahiran
Universitas Indonesia.

Awalnya, UI memiliki 9 fakultas dan 3 lembaga yang tersebar di lima kota, yaitu Fakulteit
Kedokteran, Fakulteit Ilmu Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat, serta Fakulteit Sastra dan
Filsafat di Jakarta; Fakulteit Ilmu Alam dan Ilmu Pasti, Fakulteit Ilmu Pengetahuan Teknik, dan
Lembaga Pendidikan Guru Menggambar di Bandung; Fakulteit Pertanian dan Fakulteit
Kedokteran Hewan di Bogor; Fakulteit Ekonomi di Makassar; Fakulteit Kedokteran dan Lembaga
Kedokteran Gigi di Surabaya.

Pada tahun 1955, Undang-Undang No. 10 tentang pengubahan kata universiteit, universitet, dan
universitit disyahkan, sehingga sejak itu, Universiteit Indonesia secara resmi diubah namanya
menjadi Universitas Indonesia.

Berangsur-angsur fakultas-fakultas yang berada di daerah memisahkan diri membentuk lembaga


pendidikan yang berdiri sendiri. Pada tanggal 2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu
Pengetahuan Alam di Bandung memisahkan diri menjadi Institut Teknologi Bandung. Selanjutnya
pada 1 September 1963 Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan UI memisahkan diri
pula menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB), fakultas di Surabaya menjadi Universitas Airlangga,
dan di Makassar menjadi Universitas Hasanuddin. Pada 1964 Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta dan kini berubah
kembali menjadi Universitas Negeri Jakarta.

Ketika Orde Baru dimulai pada tahun 1966, pemerintah menunjuk beberapa guru besar UI untuk
menduduki jabatan menteri dengan tujuan untuk memulihkan kembali situasi ekonomi nasional.
Sejak saat itu, UI secara konstan telah memberikan kontribusi nyata pada usaha-usaha pemerintah
untuk meraih kemakmuran nasional.

Kampus UI saat itu berada di Salemba dan Rawamangun. Kampus Salemba terdiri dari fakultas-
fakultas eksakta, yaitu Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Teknik (FT),
Fakultas Matematika, Ilmu Pasti dan Alam (FMIPA); sementara kampus Rawamangun terdiri dari
fakultas-fakultas non-eksakta, yaitu Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Sastra (FS). Baru di tahun 1988 sebagian besar
kampus pindah ke Depok, sementara kampus Salemba diperuntukkan bagi Pasca-Sarjana. Kampus
di Rawamangun diberikan kepada IKIP Jakarta, yang kemudian berubah menjadi Universitas
Negeri Jakarta (UNJ).

Pada tanggal 26 Desember 2000 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 152 tahun 2000, UI
ditetapkan sebagai perguruan tinggi berstatus badan hukum milik negara (BHMN). Dalam status
tersebut, UI wajib lebih mengedepankan kinerja pengelolaan sebuah universitas publik dengan
prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan transparansi. Status sebagai BHMN
tersebut direncanakan akan berakhir paling lambat pada tahun 2013, dan saat ini UI sedang dalam
masa transisi pengembalian status menjadi perguruan tinggi negeri.

 Institut Pertanian Bogor adalah lembaga pendidikan tinggi pertanian yang secara historis
merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian
serta kedokteran hewan yang dimulai telah pada awal abad ke-20 di Bogor.[4] Sebelum
Perang Dunia II, lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama
Middelbare Landbouwschool, Middelbare Bosbouwschool dan Nederlandsch Indiche
Veeartsenschool.[4]

IPB saat ini berlokasi di Jalan Raya Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat.[1]

Lahirnya IPB pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi
dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI Pertama
dengan Keputusan No. 279/1965.[1] Pada saat itu, dua fakultas di Bogor yang berada dalam
naungan UI berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran
Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir
Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian yang kini menjadi Fakultas Teknologi Pertanian.[1]
[5]

Pada tanggal 26 Desember 2000, pemerintah Indonesia mengesahkan status otonomi IPB
berdasarkan PP no. 152. Semenjak itu IPB merupakan perguruan tinggi berstatus Badan Hukum
Milik Negara (BHMN).[1]

Tahun 2005 IPB menerapkan sistem mayor minor sebagai pengganti sistem kurikulum nasional.
[6][7] Sistem ini hanya diterapkan di IPB.[butuh rujukan] Setiap mahasiswa IPB dimungkinkan
mengambil dua atau bahkan lebih mata keahlian (jurusan) yang diminatinya.[6][8][9][10][11]

 Sejarah berdirinya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung tidak
lepas dari IAIN Sunan Gunung Djati Bandung karena UIN merupakan kelanjutan dan
pengembangan dari IAIN SGD Bandung.

IAIN SGD Bandung didirikan pada tanggal 8 Agustus 1968 M bertepatan dengan 10 Muharram
1388 H berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 Tahun 1968. Kehadiran IAIN Sunan
Gunung Djati Bandung merupakan hasil perjuangan para tokoh umat Islam Jawa Barat. Dimulai
pada tahun 1967, sejumlah tokoh masyarakat, alim ulama, dan cendekiawan Muslim Jawa Barat
yang diprakarsai oleh K. H. Anwar Musaddad, K.H. A. Muiz, K.H. R. Sudja'i, dan Arthata dengan
persetujuan KDH Jawa Barat, mereka membentuk Panitia Perizinan Pendirian IAIN di Jawa Barat.
Panitia tersebut kemudian disahkan oleh Menteri Agama RI dengan SK-MA No. 128 Tahun 1967.

Selanjutnya, berdasar Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 Tahun 1968 secara resmi
berdiri untuk pertama kalinya IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Berdasarkan SK Menteri
Agama tersebut, panitia membuka 4 Fakultas: (1) Syari'ah, (2) Tarbiyah, (3) Ushuluddin di
Bandung, dan (4) Tarbiyah di Garut. IAIN Sunan Gunung Djati Bandung terdiri dari Fakultas
Ushuluddin, Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyah di Bandung. Fakultas Syari'ah dan Fakultas
lainnya yang ada di Bandung berlokasi di Jl. Lengkong Kecil No. 5.

Pada tahun 1973, IAIN SDG Bandung pindah ke Jalan Tangkuban Perahu No. 14 Pada tahun 1974
IAIN SGD pindah lagi ke Jalan Cipadung (sekarang Jl. A.H. Nasution No. 105). Pada tahun 1970,
dalam rangka rayonisasi, Fakultas Tarbiyah di Bogor dan Fakultas Syari'ah di Sukabumi yang
semula berinduk kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta digabungkan pada Fakultas Induk di
Bandung. Sedangkan untuk Fakultas Tarbiyah Cirebon yang semula berafiliasi ke IAIN Syarief
Hidayatullah, tanggal 5 Maret 1976 menginduk ke IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Pada perkembangan berikutnya, pada tahun 1993, didirikan dua fakultas baru, yaitu Fakultas
Dakwah dan Fakultas Adab. Pada tahun 1997, pengembangan diarahkan dalam bentuk
penyelenggaraan Program Pascasarjana, yang dimulai dengan membuka Program S.2
Pascasarjana.

Pada tahun 1997, terjadi perubahan kebijakan penataan sistem rayonisasi untuk IAIN.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997 tanggal 21 Maret 1997 Fakultas
Tarbiyah Cirebon yang semula menjadi cabang Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati
Bandung meningkat statusnya menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Cirebon; demikian
juga Fakultas Syari'ah Serang yang semula merupakan cabang Fakultas Syari'ah IAIN Sunan
Gunung Djati Bandung statusnya menjadi STAIN Serang.

Berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 57 Tahun 2005, tanggal 10 Oktober 2005, bertepatan
dengan tanggal 6 Ramadhan 1426 H, IAIN berubah statusnya menjadi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.

 Di Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya pernah dibuka Fakultas Sosial Politik


Universitas Padjadjaran Bandung, Fakultas Hukum Ekstension Universitas Padjadjaran
Bandung, dan Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung Ekstension Tasikmalaya.
Pada tahun 1975 terbit Peraturan Pemerintah yang tidak memperkenankan berdirinya
cabang Perguruan Tinggi Negeri di Daerah, sehingga kedua cabang Perguruan Tinggi
Negeri tersebut gerak operasionalnya ditutup secara bertahap.

Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa tokoh masyarakat di Tasikmalaya berinisiatif untuk
mendirikan perguruan tinggi baru sebagai pengganti cabang dari kedua Perguruan Tinggi Negeri
yang pernah dibuka. Dari inisiatif tersebut, dengan berdasarkan kepada Surat Keputusan
Koordinator Kopertis Wilayah 111 Jawa Barat Nomor 06/1977 tanggal 24 Januari 1977 di
Tasikmalaya berdiri Akademi Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Akademi ADSUP)
Siliwangi yang awalnya memiliki nama Community College (ditetapkan melalui SK Koordinator
Kopertis Wilayah III Jawa Barat Nomor 50/1977 tanggal 14 September 1977) dengan membina
Pendidikan Ahli Administrasi dan Supervisi/Pendidikan Ahli ADSUP yang berjenjang Program
Diploma. Akademi ADSUP Siliwangi ini untuk selanjutnya dianggap sebagai embrio atau cikal
bakal dari Universitas Siliwangi yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1978, bersamaan dengan
peletakan batu pertama lokasi Kampus Universitas Siliwangi, oleh Pangdam Vl/Siliwangi Mayor
Jenderal Himawan Sutanto. Penggunaan nama Universitas Siliwangi ini lebih dikukuhkan lagi
pada tanggal 25 Agustus 1980 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri H.
Amir Mahmud.

ADSUP Siliwangi ini sebelum menjadi Universitas Siliwangi mengalami tahapan perkembangan,
secara ringkas sebagai berikut:

Dibentuk Yayasan Badan Hukum Pembinadan Penyelenggara yaitu Yayasan Universitas Siliwangi
yang dikukuhkan melalui Akta Notaris Komar Andasasmita No. 1 tanggal 1 Oktober 1979;

Dengan berdasarkan kepada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 047/0/1980, ADSUP Siliwangi berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Keguruan
dan llmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi dengan membina Jurusan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan status Terdaftar sampai dengan jenjang Sarjana, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia status Terdaftar sampai dengan jenjang Sarjana Muda, dan Jurusan llmu Pendidikan dan
Pengembangan Sosial status Terdaftar sampai dengan jenjang Sarjana Muda;

Tanggal 22 April 1980 bertempat di Aula Veteran Jl. Cicurug Tasikmalaya, diselenggarakan
pertemuan bersama antara Pengurus Harian BPC Siliwangi Pusat, Yayasan Pendidikan Angkatan
45, Veteran Cabang Tasikmalaya Ciawi, dan Panitia Pelaksana Pembangunan Kampus Universitas
Siliwangi yang menghasilkan kesepakatan untuk menyelenggarakan simposium pada tanggal 13
Mei 1980 dengan tema Meletakkan Dasar-Dasar Citra Universitas Siliwangi;

Tanggal 13 Mei 1990 bertempat di Gedung Kertamukti Bandung, diselenggarakan simposium


yang menghasilkan konsep Trigatra Citra Universitas Siliwangi yang redaksional dan
pengelompokkannyadisempurnakan oleh Prof. Dr. H. Didi Atmadilaga;

Tahun Akademik 1980/1981 STKIP Siliwangi menambah lagi tiga Program Studi yaitu Program
Studi Biologi, Matematika, dan Bahasa Inggris yang masing-masing berjenjang Sarjana Muda
dengan status terdaftar. Serta STIE Siliwangi mulai dibuka dan menerima mahasiswa baru alas
izin operasional dari Koordinator Kopertis Wilayah III Jawa Barat dengan membina Jurusan
Manajemen, Jurusan llmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang masing-masing berjenjang
Sarjana Muda;

Ketua Pengurus Harian BPC Siliwangi selaku Ketua Badan Pengurus Yayasan Universitas
Siliwangi menerbitkan Surat Keputusan Nomor Skep.012/BPC-US/IX/1980 tanggal 15 September
1980 yang menetapkan pengelolaan Universitas Siliwangi dipimpin oleh Staf Pimpinan yang
berbentuk Presidium sebagai persiapan menuju kepemimpinan berbentuk Rektorium.
 Berdirinya Universitas Airlangga memiliki sejarah yang cukup panjang. Sebelum Unair
resmi didirikan, pada tanggal 9 dan 11 Oktober 1847, disampaikan usul kepada
Pemerintah Kolonial Belanda untuk mendidik pemuda-pemuda Jawa yang berbakat
menjadi ahli-ahli praktik kesehatan. Pada tanggal 2 Januari 1849, melalui Keputusan
Pemerintah No. 22, didirikan NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School)[butuh
rujukan] sebagai tempat pendidikan dokter di Surabaya. Sejak tahun 1913, pendidikan
dokter di Surabaya berlangsung di Jl. Kedungdoro 38 Surabaya. Pada tahun 1923 gedung
NIAS dipindah dari Jl. Kedungdoro ke tempat berdirinya Fakultas Kedokteran Unair di Jl.
Mayjen. Prof. Dr. Moestopo Surabaya.

Kemudian Dr. Lonkhuizen, Kepala Dinas Kesehatan pada masa itu, mengajukan usulan untuk
mendirikan Sekolah Kedokteran Gigi di Surabaya yang dirintis sejak bulan Juli 1928 hingga 1945.
Ia mendapat persetujuan dari Dr. R.J.F. Van Zaben, Direktur NIAS. Berikutnya, sekolah tersebut
lebih dikenal dengan nama STOVIT (School Tot Opleiding Van Indische Tandarsten). Kala itu,
STOVIT berhasil mengumpulkan 21 orang siswa. Dalam perjalanannya, STOVIT berganti nama
menjadi Ika Daigaku Shika dengan Dr. Takeda sebagai Direktur pertamanya, menjabat antara
tahun 1942-1945.

Dua tahun kemudian, pemerintah Belanda mengambil alih dan kemudian mengganti namanya
menjadi Tandheekunding Institute. Pada tahun 1948 sekolah ini berubah status menjadi
Universitier Tandheelkunding Instituut (UTI). Di bawah otoritas Republik Indonesia Serikat
(RIS), UTI kembali berganti nama menjadi LKIG (Institute of Dentistry) selama 4 tahun masa
studi, di bawah pimpinan Prof. M. Knap dan Prof. M.Soetojo. Pada tahun 1948 Universitas
Airlangga merupakan cabang dari Universitas Indonesia yang memiliki 2 fakultas, yakni Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi.

Universitas Airlangga secara resmi berdiri pada tahun 1954 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
57/1954 dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 10 November 1954,
bertepatan dengan perayaan hari pahlawan yang kesembilan. Pada tahun yang sama pula berdiri
Fakultas Hukum yang dulunya merupakan cabang dari Fakultas Hukum, Ekonomi dan Sosial
Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pada saat diresmikan, Universitas Airlangga terdiri dari lima fakultas, yaitu:[4]

Fakultas Kedokteran;
Fakultas Kedokteran Gigi, yang semula merupakan cabang dari Universitas Indonesia;
Fakultas Hukum, yang semula merupakan cabang dari Universitas Gadjah Mada;
Fakultas Sastra, yang berkedudukan di Denpasar, yang pada tahun 1962 fakultas ini memisahkan
diri dari Universitas Airlangga untuk menjadi bagian dari Universitas Udayana;
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang berkedudukan di Malang, dan pada tahun 1963
memisahkan diri dari Universitas Airlangga menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) Negeri Malang, yang sekarang telah berubah menjadi Universitas Negeri Malang (UM).

Anda mungkin juga menyukai