Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Keruangan pada Sistem Informasi Geografis (SIG)


A. Analisa keruangan
Analisa keruangan adalah salah satu pendekatan dalam geografi. Pendekatan ini
mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat pentingnya seperti perbedaan struktur,
pola, dan proses. Struktur keruangan terkait dengan elemen pembentuk ruang yang berupa
kenampakan titik, garis, dan area. Sedangkan pola keruangan berkaitan dengan lokasi
distribusi ketiga elemen tersebut.
Distribusi atau agihan elemen geografi ini akan membentuk pola seperti memanjang,
radial, dan sebagainya. Nah, proses keruangan sendiri berkenaan dengan perubahan elemen
pembentuk ruang. Ahli geografi berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan pola
penyebaran serta cara mengubah pola sehingga dicapai penyebaran yang lebih baik, efisien,
dan wajar.
Analisis suatu masalah menggunakan pendekatan ini dapat dilakukan dengan
pertanyaan 5W 1H seperti berikut ini.
1. Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi.
2. Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam.
3. Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam berlangsung.
4. Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena alam.
5. Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan
terjadinya fenomena alam.
6. Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena alam.

B. Peran Teknologi SIG


Pengembangan e-government merupakan tuntutan untuk semua instansional
pemerintah di Indonesia. Penyediaan informasi yang handal, terintegrasi dan ramah pengguna
merupakan suatu keharusan dalam mendukung e-government. Dalam hal ini Badan
Perencanaan Daerah (BAPEDA) pada institusi di Propinsi / Kabupaten / Kota mempunyai
kewajiban untuk menciptakan media informasi dan komunikasi birokrasi pemerintahan di
bidang perencanaan yang transparan dan bersifat global kepada publik, salah satunya dalam
penyediaan peta yang didukung dengan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis).

3
Peran dari teknologi SIG ini akan memberikan hasil keputusan yang lebih baik,
karena dari beberapa pengalaman menunjukan adanya perbedaan antara hasil-hasil analisa
yang disesuaikan untuk pola ruang dan hasil-hasil yang belum disesuaikan secara statistik
bersifat signifikan. Perbedaan ini memberikan kepada perencana kebijakan suatu keyakinan
yang lebih besar bahwa hasil-hasil analisa ruang (data spasial) mencerminkan situasi yang
lebih nyata.
Kesulitan utama yang dihadapi oleh komunitas data spasial adalah kurangnya
informasi yang membantu para pengguna prospektif untuk mengetahui data yang ada,
kesesuaian data yang ada untuk aplikasi-aplikasi yang direncanakan, dan kondisi-kondisi
untuk pengaksesan data yang ada, dan untuk mentransfer data ke sistem pengguna.
Standar ini akan memudahkan masalah-masalah tersebut. Standar ini menetapkan isi
informasi metadata untuk suatu set data geospasial digital. Tujuan standar ini adalah untuk
memberikan terminologi dan definisi yang sama untuk konsep-konsep yang berhubungan
dengan metadata-metadata ini.
Metadata adalah data tentang isi, kualitas, kondisi, dan karakteristik-karakteristik lain
dari data. Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan,
menemukan, atau setidaknya menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali,
digunakan, atau dikelola.
Unsur-unsur metadata berdasarkan standar FGDC diuraikan kedalam 7 (tujuh) bagian
utama yang disebut sebagai seksi (section), yaitu :
1. Informasi Identifikasi (Identification Information)
2. Informasi Kualitas Data (Data Quality Information)
3. Organisasi Data Spasial (Spatial Data Organization)
4. Informasi Acuan Spasial (Spatial Reference Information)
5. Informasi Entitas dan Atribut (Entity and Attribute Information)
6. Informasi Distribusi (Distribution Information)
7. Informasi Acuan Metadata (Metadata Reference Information)
Standar memberikan spesifikasi untuk terminologi elemen-elemen data dan compound
elements, definisi untuk terminologi ini, dan informasi mengenai nilai-nilai yang diberikan
untuk elemen-elemen data. Informasi tentang istilah-istilah yang mutlak, mutlak dalam
kondisi-kondisi tertentu, dan opsional (diberikan atas kehendak penyedia data) diberikan oleh
standar ini.

4
Informasi yang tercakup dalam standar dipilih berdasarkan empat peran yang dimiliki
oleh metadata:
1. Ketersediaan –data diperlukan untuk menetapkan set-set data yang ada untuk suatu
lokasi geografis.
2. Kesesuaian untuk penggunaan –data perlu untuk menetapkan apakah suatu set data
memenuhi spesifikasi yang diperlukan.
3. Akses –data diperlukan untuk mendapatkan suatu set data yang teridentifikasi.
4. Transfer –data diperlukan untuk memproses dan menggunakan suatu set data.
Peran-peran ini membentuk suatu rangkaian dimana seorang pengguna dapat menelusuri
piramida pilihan untuk menentukan data apa yang tersedia, mengevaluasi kesesuaian data
untuk penggunaan, mengakses data, dan untuk mentransfer dan memproses data. Urutan pasti
dimana elemen-elemen data dieveluasi, dan signifikansi relatif elemen-elemen data, tidak
akan sama untuk semua pengguna.

C. Sistem informasi Geografis ( SIG)

Gambar 2.1 GIS Sumber:https://www.researchgate.net

5
SIG merupakan sistem yang mengelola pangkalan data yang berisi data dengan
referensi geografis dan memiliki informasi spasial. SIG berfugsi mengumpulkan, mengatur,
mengelola, menyimpan dan menyajikan segala jenis data yang berkaitan dengan kondisi
suatu wilayah.
Terdapat empat subsistem dalam pengelolaan SIG yaitu:
1. Subsistem masukan data (data input)
Pada proses ini terdapat proses pengambilan, pengumpulan dan pengubahan data
spasial dan tematik kedalam bentuk digital. Data dapat berupa kombinasi peta yang tercetak,
foto udara, citra, laporan dan dokumen survei. Terdapat dua jenis data yaitu data spasial dan
data atribut.

a. Data spasial
Data spasial adalah sebuah data yang berorientasi geografi dan memiliki sistem
koordinat tertentu sebagai dasar referensinya.

Gambar 2.2 Format Data Spasial Sumber: https://cdn.lancangkuning.com

6
b. Data atribut
Menggambarkan karakteristik kenampakan spasial dan informasi deskriptif tentang
kenampakan geografis.

Gambar 2.3 Data Atribut Sumber: https://lh3.googleusercontent.com

Ada lima jenis sistem memasukan data yang umum digunakan dalam SIG. Sistem
memasukan data yang umum dalam SIG yaitu:
 Keyboard entry adalah metode memasukkan data spasial secara manual kedalam basis
data di terminal komputer dengan menggunakan keyboard.
 Geometri koordinat dilakukan dengan cara memasukkan koordinat data secara presisi
dari objek yang telah disurvei.
 Digitasi manual banyak digunakan untuk memasukkan data spasial dari format cetak
seperti peta.
 Memindai dapat digunakan untuk mengonversi data dari format cetak seperti peta
menjadi peta digital.

2. Subsistem penyimpanan data dan pengambilan data mengelola data spasial dan data
atribut sehingga dapat dengan cepat diambil oleh pengguna untuk melakukan
analisis. Terdapat beberapa model data, yaitu
a. Model data untuk data spasial.
Model data adalah model yang tersusun dari data dan bagaimana data tersebut saling
berkaitan dan berhubungan satu sama lain. Terdapat dua model data spasial yaitu data vektor
dan data raster.

7
Data vektor, entitas di duna nyata dikelompokkan menjadi kenampakan geografis
yang di definisikan dengan jelas berdasarkan geometri, titik, garis dan poligon.
Data raster menggambar lokasi geografis sebagai suatu susunan sel yang saling berkaitan,
biasanya berbentuk persegi dengan ukuran yang sama di seluruh area dalam model.

b. Model data untuk data atribut.


Data atribut tidak memiliki informasi data spasial, tapi menjadi pelengkap bagi data
spasial. Oleh karena itu seringkali data atribut disimpan dan dimanipulasi dengan cara yang
sepenuhnya terpisah dari data spasial. Terdapat beberapa model data dalam data atribut yaitu
model data tabular, model data hierarki, model data jaringan dan model data relasional.
 Model data tabular menyimpan data atribut sebagai sebagai file data sekuensial dengan
format tetap, model pangkalan data ini termasuk data yang sederhana dan sudah
ketinggalan zaman karena model data tidak dapat memeriksa integritas data dan tidak
efisien untuk menyimpan data.
 Model data hierarki mengatur data dalam kategori berbentuk pohon seperti dalam silsilah
keluarga.
 Model data jaringan, mengatur data dalam satu jaringan menggunakan struktur data
berbentuk pohon seperti model data hierarki, model ini memungkinkan akses data
dengan cepat.
 Model data relasional, mengatur data dalam tabel dan model data ini berfungsi sebagai
penghubung antara definisi spasial data dan atribut untuk kenampakan geografis. Model
data relasional paling banyak digunakan untuk mengelola atribut data geografis.

3. Subsistem manipulasi dan analisis data.


Subsistem ini memungkinkan penggunaan untuk menentukan dan mengeksekusi
prosedur spasial dan atribut untuk menghasilkan informasi spasial.
 Manipulasi data dilakukan dengan memperbarui pengelompokan, pengurutan data
spasial, geocoding, pembaruan atribut dan menyesuaikan dengan perubahan dalam
konfigurasi peta. Geocoding merupakan upaya untuk menghubungkan data nonspasial
dengan peta dasar.

8
 Analisis data bertujuan untuk memperoleh informasi spasial yang baru dari data yang
sudah ada sehingga diperoleh gambaran mengenai pola dan perubahan dari fenomena
yang terjadi di wilayah tersebut.
 Analisis statistik adalah pengkajian data berupa angka yang dikumpulkan dan
digolongkan sehingga dapat memberikan informasi yang berarti mengenai suatu masalah
atau gejala.
 Analisis bentuk lahan menggunakan data elevasi, khususnya model elevasi digital untuk
menunjukkan karakter permukaan lahan.
1. Analisis bentuk lahan memiliki beberapa peran, yaitu:
Deskripsi bentuk lahan bertujuan untuk mendefinisikan bentuk lahan secara
kuantitatif dengan mengetahui atribut topografi.
2. Menyediakan dasar untuk stratifikasi tempat pengambilan sampel untuk
mengklasifikasikan unit sampel atas dasar homogenitas dari variabel target.
3. Menghasilkan variabel prediktor untuk model lanskap tanah yaitu area lahan yang
memiliki topografi dan tanah yang dapat dikenal dan dapat diperinci.
4. Meningkatkan kualitas visual dan komunikasi. Analisis bentuk lahan sangat berguna
dalam survei tanah dan evaluasi lahan karena mampu memberikan dasar yang lebih
jauh untuk memvisualisasikan lapisan data.
 Overlay merupakan proses penumpang susunan beberapa lapisan data spasial yang
mengintegrasikan informasi dari lapisan penyusunnya untuk di analisis. Dua model
overlay yang umum adalah union (gabungan) dan intersect (irisan).

9
Gambar 2. 4 Overlay Sumber: https://3.bp.blogspot.com

 Buffering merupakan prosedur dalam analisis spasial SIG untuk menciptakan suatu
wilayah baru dengan jarak tertentu di sekitar kenampakan geografis yang dianalisis.
Buffering dapat berupa titik dengan bentuk lingkaran, berupa garis dengan bentuk
koridor dan poligon dengan poligon lebih besar.

10
Gambar 2.5 Buffering Sumber: https://i1.wp.com

4. Subsistem penyajian data (output) merupakan subsistem prosedur di mana informasi dari
SIG disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan keperluan penggunaan data. Subsistem ini
memungkinkan pengguna untuk menghasilkan tampilan grafik, biasanya peta dan tabel yang
menggambarkan informasi yang diperoleh.

11
2.2 Analisis Keruangan pada Sistem Informasi Geografis (SIG) Terkait Potensi
Wilayah

Wilayah merupakan ruang yang merupakan kesatuan geografis berserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
Potensi wilayah dipengaruhi oleh potensi lahan yang ada disana, potensi alam
mengidentifikasi potensi penggunaan lahan untuk tujuan tertentu. Klasifikasi potensi lahan
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa faktor yang dapat dipetakan menggunakan
SIG seperti faktor peta kemiringan lereng, kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas dan
erosi.

Gambar 2.6 Peta Tata Ruang untuk Mengetahui Potensi Wilayah


Sumber: https://gurugeografi12.com

Selain untuk penentuan tata guna lahan dalam pengembangan potensi wilayah, SIG
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui perkembangan wilayah terkait potensi persebaran
penduduk, jaringan transportasi, pusat pertumbuhan baru, pengembangan kawasan
permukiman, industri, sekolah, pusat perbelanjaan atau perkantoran.

12
2.3 Analisis Keruangan pada Sistem Informasi Geografis terkait Kesehatan
Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi alam itu sendiri. WHO
memandang kesehatan lingkungan sebagai suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan sehingga keadaan sehat manusia dapat terjamin. Lingkungan sehat
mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi dan fasilitas umum.
Kesehatan lingkungan dipengaruhi juga oleh bahaya lingkungan, mencakup tiga faktor
yaitu:
a. Faktor biologis misalnya bakteri dalam air minum atau makanan.
b. Faktor kimia misalnya timbal dalam tanah, dan
c. Faktor fisik misalnya yang terkait dengan desain perumahan dan sistem transportasi.
Kesehatan lingkungan melibatkan unsur ruang dan lokasi, sehingga SIG dapat berperan
dalam menunjang kesehatan lingkungan terutama dalam pemodelan bahaya lingkungan.
Tidak hanya bahaya lingkungan SIG juga berperan dalam penentuan daerah potensial
bencana, daerah aman bencana dan lokasi-lokasi yang terjadi perusakan lingkungan.

Gambar 2. 7 Peta Sebaran Covid Sumber: https://bpbd.grobogan.go.id/Peta-Sebaran/

13

Anda mungkin juga menyukai