Sumedang, 16 Mei 1957, dari pasangan Hj. Siti Hadijah dengan alm.
SM.arief, seorang putri sulung dari tujuh bersaudara ini sejak kecil sering
dokter hanya bisa hidup tiga bulan lagi. Selain Thallesmia di juga mengalami
penulis seperti sekarang. Di samping itu menulis baginya bisa menjadi obat
Pipet Senja yang menikah dengan Drs. H.E. Yassin Sirigar, telah
dikaruniai dua orang anak yakni: MK. Haekal (23th) dan Adzimattinur
penulis dan aktifis forum lingkar pena. Kini Teh Pipiet (nama panggilannya )
38
39
Pada tahun 1975, Pipiet Senja mulai menulis yang saat itu berusia
Biru Yang Biru (1978), dan novel lainnya Sepotong Hati Di Sudut Kamar
(1980) Nyayian Pagi Lautan, Serenada Cinta (1981), Mawar Elok Rimba
panjang 17,5 cm dan tebal 1,5 cm, serta terdiri dari 264 halaman. Halaman 1-
6 memuat tulisan basmalah, UU hak cipta, cover dalam dan daftar isi. Cerita
ini dimulai pada halaman 7 berakhir pada halaman 261. halaman 262-263
berisi biografi penulis, sedangkan 264 berisi tentang koleksi buku-buku novel
Cover luar dari novel “Tembang Lara” ini tampil dengan cover
bergambar tokoh utama novel, mulai ia kecil, remaja, hingga dia dewasa
menjadi seorang pelukis dengan memakai jilbab. Ilustrasi tokoh utama ini
tenang dan bersinar serta ekspresi wajah ketika ia sukses digambarkan dengan
walaupun pada ilustrasi wajah kelihatan pucat namun itu yang akan
(penderitaan).
mendukung ilustrasi tokoh utama, sehingga tulisan ini dapat menjadi center of
warna biru tua, yang menjadi dasar warna dengan gambar daun-daunnan
warna hijau tua, warna kuning menjadi warna pada tulisan judul dan warna
putih pada tulisan nama pengarang, sehingga antara nama pengarang dengan
gambaran ilustrasi tokoh utama dapat memberikan kesan lembut dan tidak
mencolok. Kesan lembut tersebut itulah yang akan membuat para konsumen
3.3 Sinopsis
belum ada obatnya itu, ia hanya mengandalkan transfusi darah tiap 2-3 bulan
41
(Dewi, Ratih dan Ratnani). Menginjak ia dewasa dan menikah dengan Binsar,
untuk balas dendam, karena Arestia orang satu-satunya yang masih hidup dari
bahkan Binsar sampai menuduh Arestia yang tidak tahu apa-apa dituduh
untuk memahami apa rencana Allah dibalik penderitaan yang tiada hentinya
Dalam beberapa minggu saja, hidup diantara para santri telah membuka
ketertutupan dirinya selama ini. Dia mulai belajar mengaji dan mengerjakan
Hidayah itu telah sampai ke dalam kalbu Arestia, sejak saat itu Arestia
merasa banyak diberkahi oleh Sang Khaliq. Dia telah memberi banyak
melahirkan anak secara alami dan selamat serta berhasil meluluhkan hati
ditampilkan, seperti :
c. Masalah Cinta
kasar dan menganiaya, karena rasa cinta dan sayang itulah yang
berikut:
“Aku menyesali sikapku kepadamu tempo hari itu. Aku tak kan
menggulanginya lagi. Tolong, berilah kesempatan kepadaku
untuk menjadi suami yang baik…”. Arestia yang begitu rapuh dan
kepercayaan yang kuat, langsung luluh dan ikut kepada suaminya
(hlm. 135).
karakter inilah yang paling dominan mewarnai dari awal sampai akhir
136). Oleh karena itu di dalam novel “Tembang Lara” pun dihadirkan
Ruhut, Sirait, Prof. Hilmi, Mang Diman, Bibi Kiyah, Bang Tigor,
Mayor Bayu Pratama, Aliet, Iqbal, Yani, Intan, Kyai Yusuf, Ummi
Saidah dan Ibu Mariam. Ada pula tokoh yang tidak disebut namanya
secara langsung dalam cerita ini adalah Binsar dan Arestia , seperti
“Suami neng itu orangnya nggak pedulian, angkuh dan kasar. Dia
sering cari gara-gara dengan pemuda disini …..”arestia tak
menggubrisnya.
“Heh kamu perempuan sial!” hardiknya sambil mendoronr dada
arestia kuat-kuat, hingga terjengkang kepalanya membentur tembok”.
(hlm 120)
hati dan penderita Tallasemia yang mandiri dan tegar seperti kutipan
berikut:
hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita (Sumarjono dan
Saini, 1983: 89) dari pengertian tersebut jelas bahwa peristiwa tidak
lain, peristiwa lain itu akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa
alur maju, yaitu alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama,
Saini, 1983: 92). Adapun alur dalam novel ini disusun sebagai
berikut:
tinggal.
ginjalnya
ke rumah.
12. Hlm. 112 – 113 : Orang tua Arestia membuat perjanjian kesepakatan
13. Hlm.114 – 117 : Arestia mendapat kabar bahwa kedua orang tuanya
seminar.
14. Hlm. 118 – 121 : Pegawai bank menyita rumah peninggalan orang
15. Hlm. 122 – 133 : Binsar berubah menjadi kasar, dan sering
menganiaya Arestia.
16. Hlm. 134 – 143 : Arestia melarikan diri ke Magelang dan Binsar
ramah.
17. Hlm. 144 – 153 : Binsar melarang Arestia untuk tranfusi darah dan
18. Hlm. 154-156 : Binsar dan Netty di grebeg warga, dan diusir dari
19. Hlm. 157- 163 : Binsar memaksa arestia bekerja menyanyi di kafe-
harinya
20. Hlm. 164 -179 : Arestia tinggal bersama mertuanya yang kasar dan
seorang tahanan.
22. Hlm.188 – 196 : Perangai Binsar dan Netty yang kasar, datang ke
24. Hlm. 213 – 219 : Arestia berpuasa di bulan Ramadhan untuk pertama
25. Hlm. 220 -247 : Binsar dan Netty mencari Arestia di Pesantren dan
26. Hlm. 248 – 253 : Polisi menyergap Netty dan komplotannya, Netty
unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu walaupun
diantaranya :
a. Latar Waktu
pernikahan mereka”.
50
b. Latar Tempat
“Tembang Lara” terdapat beberapa latar tempat seperti, kafe, villa, rumah
sakit, kuburan, yayasan Tallesemia dan ruangan. Selain itu dalam novel
ini juga disebutkan nama kota, seperti Jakarta, Magelang, Cipanas, Bogor
dan Batak.
darahnya.
seperti tokoh dan penokohan, sehingga dapat menjadi suatu karya sastra
yang estetik.
c. Latar Sosial
tempat, dan waktu tertentu, pandangan hidup, sikap hidup, adat istiadat
Latar sosial yang ada dalam novel “Tembang Lara” ini adalah
mengenai sikap hidup. Hal ini digambarkan pada kisah keluarga Binsar
yang berasal dari Batak, dimana Imelda adik Binsar tidak memiliki
pandangan hidup seperti kakak dan ibunya. Orang batak yang perangai
biasanya galak, kasar dank eras, tidak tampak pada sifat Imelda seperti
3.3.5 Judul
adalah kata ganti orang pertama, seperti saya, aku, kami, kita.
mereka.
53
yang seragam dari awal sampai akhir. Pola kebahasaan ini biasanya
berikut :