Anda di halaman 1dari 27

Festival, Aku Datang!

Tantra Rahmadia
Amalia Dian
“Lihat, ini sepeda jipang! Aku suka!”
“Ada bakso mercon sebesar kelapa!”
“Ada payung raksasa aneka warna!”
Festival membuat teman-temannya tak henti
bercerita.
Euis sibuk menerka-nerka, “Festival? Seperti
apa, ya?”

1
Euis bergegas menemui Ambu.
Ramainya festival membuat Euis ingin tahu.
Dia keluarkan beragam jurus untuk merayu.
“Sepeda jipang itu apa, Ambu?”
“Penganan manis dari beras,” sahut Ambu.
“Di festival, bolehkah aku beli satu?” Ibunya
mengangguk setuju.
“Asyiiik!” Euis berseru.

2
Esoknya, Euis bangun dengan bersemangat.
Dia ingin pergi ke festival cepat-cepat.
Dia tuntaskan pekerjaannya secepat kilat.
Meskipun lelah dia tak beristirahat.

3
Tak! Tung! Tak! Tung!
Bunga aren yang dipukul terdengar merdu.
Abah sibuk memasang bambu.
”Abah, sarapan dulu!” Euis berseru.
”Ada sayur kangkung dan gulai tahu.”
Hore! Usai sudah tugas Euis hari itu.

4
Euis kembali dalam sekejap.
Namun, di dapur masih penuh kepulan asap.
“Euis, tolong ambilkan kayu,” kata Ambu
dikelilingi uap.
“Lalu bantu Ambu menyalakan api,” pinta
Ambu lengkap.

5
Setumpuk kayu diikat.
Uuh ... hap! “Wah, berat!”
Euis berusaha bangkit.
”Aduuuhh!” Euis menjerit.
Tiba-tiba tumitnya terasa sakit.
Ada semut rangrang menggigit.

6
Di dapur, bara api hampir tertutup abu.
”Api ... jangan mati dulu!”
Euis menambahkan kayu ke dalam tungku.
Dia tiup bara dengan bambu.
Whuu ... whuuu ... whuuu ...
”Hore, menyala apiku!”

7
Gula yang sudah dingin ditumpuk tiap
sepuluh keping.
Tumpukan gula diikat dengan pelepah kering.
Tangan Euis terasa bagai keriting.
Dia lelah, kepalanya pening.

8
Akhirnya, Abah datang!
Ambu selesai mencetak gula yang sudah
matang.
Tumpukan gula ditata di dalam keranjang.
Gula aren siap dijual sekarang.
”Festival, aku datang!
Aku mau beli sepeda jipang!”
Euis berseru senang.

9
Di depan rumah, Euis bernyanyi berulang-
ulang.
”Festival, aku datang! Beli sepeda jipang!”
Dari kejauhan, sebuah benda hitam menyala
terang.
Bergoyang-goyang melintasi jalan berlubang.
”Mobil datang!” Euis melambai, berteriak
kencang.

10
Mobil melaju melewati ladang tebu dan bukit
berbatu.
Lalu, melewati jembatan kayu, juga hutan
randu.
Meski jalanan berliku, penumpang
menyanyikan lagu.

11
Beberapa anak melompat saat mobil
berhenti.
Euis turun dengan berhati-hati.
Karena tak sabar, Euis ikut berlari.
Astaga! Hampir jatuh uang lima belas ribu
yang Ambu beri.

12
Banyak hal yang baru Euis lihat pertama kali.
Dia sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri.
“Peraga busana itu amat tinggi!”
“Kostumnya cantik warna-warni!”
“Suara angklung merdu sekali!”

13
“Waaah!”
Euis ternganga saat menengadah.
“Payung raksasa! Ukurannya besar dan
megah!”
“Warnanya menarik dan indah!”

14
Kuda-kuda berputar dan berayun tanpa henti.
Antrean menunggang kuda tak kunjung sepi.
Euis pun ikut berbaris rapi.
Dia mencoba sendiri dengan berani.
Naik turun sesuai irama, oh asyik sekali!

15
Euis berkeliling ke penjual makanan.
Terendus aroma wangi yang menggiurkan.
”Beberapa makanan memakai gula aren
sebagai bahan,” kata Ambu menjelaskan.

16
Ada penjual meracik minuman dengan andal.
Kata Ambu, ”Dari gula aren rasa enaknya
berasal.”
Gula aren Ambu terkenal enak dan tak mahal.
Malam itu satu keranjang gula aren terjual.

17
Euis berkeliling lagi melihat aneka jajanan.
Dia sibuk membaca tiap tulisan.
”Oh, kukira bakso mercon berisi petasan
sungguhan!
Ternyata ulekan cabai rawit dalam bulatan!”

18
Tiba-tiba, Euis terpaku.
Dia melihat sesuatu.
Itu ... itu ... sepeda jipang yang dia buru!

19
Oh, ternyata bentuknya bukan hanya sepeda.
“Berapa harga sepedanya, Pak?”
“Lima belas belas ribu rupiah,” kata
penjualnya.
Uang Euis tidak cukup, sayangnya.
Aha!
Ada ide melintas di kepala.

20
“Pak, ini berapa harganya?”
”Sepuluh ribu saja,” jawab penjualnya.
”Bolehkah saya beli bentuk yang berbeda?”

21
Euis semula ingin sepeda jipang.
Kini di tangannya kupu-kupu melayang.
Sudah tentu, dia tetap senang.
”Kupu-kupu, ayo terbang!” serunya riang.

22
Gula aren terjual, Ambu juga senang.
Kemeriahan festival akan selalu Euis kenang.
Kupu-kupu jipang amat dia sayang.
Euis memeluknya selama perjalanan pulang.

23
©2021 ,The Asia
Foundation. Proyek pengembangan buku
ini menampilkan para perempuan tangguh
(the mighty girls and women) sebagai tokoh
cerita dengan melibatkan penulis, ilustrator,
editor, dan desainer yang hampir seluruhnya
perempuan. Buku ini dikembangkan melalui
workshop pengembangan buku yang
diadakan atas kerja sama Yayasan Litara dan
The Asia Foundation dengan dukungan Estée

24
Lauder Companies Charitable Foundation.
Pendampingan dan penyuntingan cerita, teks,
ilustrasi dan desain dilakukan oleh Yayasan
Litara. Yayasan Litara adalah lembaga nirlaba
yang mengembangkan literasi anak melalui
buku anak.

25
Brought to you by

Let’s Read is an initiative of The Asia Foundation’s Books for Asia


program that fosters young readers in Asia and the Pacific.
booksforasia.org
To read more books like this and get further information about
this book, visit letsreadasia.org

Original Story
Festival, Aku Datang!, Author: Tantra Rahmadia. Illustrator: Amalia
Dian. Published by The Asia Foundation - Let’s Read, © The Asia
Foundation - Let’s Read. Released under CC-BY-NC-4.0.

This work is a modified version of the original story. © The Asia


Foundation, 2021. Some rights reserved. Released under
CC-BY-NC-4.0.

Anda mungkin juga menyukai