Anda di halaman 1dari 3

Nama : Camilla Hafsari Febriyanti

NPM : 2306218572
Mata kuliah : Politik di Malaysia, Singapura, dan Brunei

Country Facts (Malaysia)

Malaysia terletak di sepanjang Laut Tiongkok Selatan dan memiliki perbatasan


langsung dengan Indonesia. Negara ini adalah monarki konstitusional federal di Asia
Tenggara, terdiri dari 13 negeri dan tiga wilayah federal dengan luas wilayah mencapai
329.847 km persegi. Meskipun ibukota Malaysia adalah Kuala Lumpur, pusat pemerintahan
federal terletak di Putrajaya. Dengan populasi lebih dari 27 juta, Malaysia terbagi menjadi
dua kawasan, yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur, yang dipisahkan oleh Kepulauan
Natuna. Seperti Indonesia, Malaysia juga mengalami iklim tropis. Kepala negara, atau Sri
Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong, adalah seorang Raja atau Sultan yang dipilih setiap
lima tahun. Pemerintahan dipegang oleh Pedana Mentri, mengadopsi sistem parlementer
Westminster. Selain itu, Malaysia memiliki sejarah kolonialisme dengan Inggris yang
menjajahnya dari tahun 1786 hingga 1957. Pada tahun 1786, Britania Raya mendirikan
koloni pertamanya di Semenanjung Malaya, bagian dari wilayah Malaysia saat ini. Periode
kolonial ini memberikan dampak signifikan pada perkembangan sejarah dan masyarakat
Malaysia.
Malaysia merupakan negara multietnik. Dengan berbagai etnis yang berada di
dalamnya, secara obyektif membuat Malaysia menghadapi tantangan dalam proses
berkembang. Spektrum politiknya pun terfragmentasi mengikuti garis-garis etnik,, atau
unsur etnik ini menjadi tolak kepentingannya.
Pemimpin harus mampu mengelola negara dengan bijak, terkhusus dalam hal
menyeimbangi kepentingan-kepentingan partikularistik di suatu golongan, dengan
kepentingan yang bersifat nasional. Meskipun Malaysia telah lebih dari 50 tahun
menjalankan Kerjasama politik antaretnik, identifikasi identitas suatu etnik masih cukup
kental di sana, hal ini memicu keraguan terhadap Malaysia untuk dapat berhasil membentuk
sebuah “bangsa”. Dari segi ini, usaha Malaysia untuk membentuk bangsa dapat dikatakan
masih cukup jauh dari harapan.
Malaysia dalam sejarah, tercatat menjadi pencetus kebijakan yang bersifat socio and
political engineering, yaitu insiden kerusuhan rasial (mei, 1969) yang membuka mata banyak
kalangan akan pentingnya mengelola perbedaan masyarakat dengan harmonis. Konflik ini
melahirkan kesadaran Malaysia mengenai kerapuhan integrasi rakyatnya. Pemerintah
kemudian mendirikan Lembaga Majelis Gerakan Negara yang dipimpin Tun Abdul Razak
Hussein. Lembaga ini memiliki kewenangan dalam rekonstruksi nasional pasca kerusuhan.
Lalu melalui Lembaga ini, didirikan Majelis Perpaduan Negara untuk menangani isu
pembinaan integrasi. Selain itu juga MPN menjadi think thank pemerintah dalam
menciptakan kebijakan yang menyeluruh dan Menyusun program yang mampu menciptakan
kesadaran masyarakat mengenai eksistensi dirinya dalam bangsa.
Pada 1998, Malaysia dilanda krisis ekonomi yang berujung konflik politik antara
Mahathir dan Deputinya, Anwar Ibrahim yang dicopot jabatannya. Usaha Anwar sebagai
pihak oposisi yang melawan pemerintah menyebabkan perpecahan di kalangan Melayu.
Partai tulang punggung Barisan Nasional, UMNO, juga Sebagian anggotanya pecah ke kubu
anwar. Hukuman yang diterima pihak Anwar juga menyebabkan pemikiran bahwa mahthir
memang berniat untuk menamatkan karir politik anwar. Anwar kian melakukan perlawanan
termasuk juga melalui Partai Keadilan Rakyat yang beliau dirikan sebelum dipenjara.
Pada pemilu November 1999, Barisan Nasional mengalami pemerosotan suara,
Dimana mereka hanya mendapat 148 kursi di parlemen. Padahal pada pemilu sebelumnnya
mereka mencapai 162 kursi. Sedangkan, partai oposisi mengalami lonjakan. Hal ini
menyimpulkan bahwa adanya simpati masyarakat terhadap Anwar. Suara para golongan
melayu memecah dan Sebagian beralih ke PKR. Ini menjadi bukti bahwa mereka tidak
menyukai sikap represif rejim. Selain itu, politisi melayu muda juga bisa beraliansi dengan
politisi non-melayu. Kehadiran PKR ini, memberikan warna serta tantangan sendiri dalam
mewujudkan kepartaian yang terbuka dan multietnik.
John Hilley (2001) menjelaskan bahwa stabilitas hegemonic yang diciptakan UMNO
yang begitu Panjang tidak lepas dari kecerdasan Mahathir, perpaduan antara koersi dan
manipulasi serta keberhasilannya dalam mengelola ekonomi.
Pasca-mundurnya Mahathir Mohamad pada tahun 2003, Malaysia mengalami
perubahan dinamika politik di bawah kepemimpinan Perdana Menteri baru, Abdullah
Ahmad Badawi. Pemerintahan Abdullah Badawi dikenal dengan sebutan "Pak Lah" dan
awalnya menjanjikan reformasi dan kebijakan yang lebih inklusif. Abdullah Badawi
mengusung gagasan "Islam Hadhari," yang mengedepankan nilai-nilai Islam moderat dan
pembangunan berkelanjutan. Namun, pada pertengahan masa jabatannya,
pemerintahannya dihadapkan pada kritik terkait penanganan korupsi, kurangnya
transparansi, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Pemilihan umum tahun 2008 menjadi momen penting ketika koalisi oposisi Pakatan
Rakyat memenangkan sejumlah besar kursi parlemen. Keadaan ini mencerminkan
ketidakpuasan terhadap pemerintahan Abdullah Badawi. Pada 2009, Abdullah
mengumumkan pengunduran dirinya, membuka jalan bagi Naib Presiden UMNO, Najib
Razak, untuk mengambil alih. Pemerintahan Najib Razak diwarnai oleh kontroversi, termasuk
skandal korupsi 1MDB yang mencuat pada pertengahan 2010-an. Isu-isu ini menciptakan
tekanan politik dan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan. Secara keseluruhan,
periode pasca-Mahathir di bawah kepemimpinan Abdullah Badawi dan kemudian Najib
Razak mencerminkan dinamika politik yang kompleks dengan tantangan dan kontroversi.
Perguliran waktu membawa Malaysia ke periode yang lebih baru dengan perubahan
kebijakan dan pergeseran politik yang terus berkembang.
Ekonomi dan Politik di Malaysia

Pada masa kepemimpinan Mahathir Mohamad (1981-2003) dan penerusnya


Abdullah Ahmad Badawi (2003-2009), Malaysia mengalami transformasi ekonomi dan politik
yang signifikan. Di bawah Mahathir, Malaysia melaksanakan kebijakan "Vision 2020" yang
bertujuan menjadikan negara ini sebagai negara maju pada tahun 2020. Mahathir
mendorong industrialisasi, infrastruktur, dan investasi asing, yang menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun, periode ini juga dicirikan oleh sentimen
otoriterisme, dengan Mahathir menghadapi kritik terkait pelanggaran hak asasi manusia dan
pembatasan kebebasan politik. Pembangunan ekonomi yang cepat juga disertai dengan isu
korupsi dan ketidaksetaraan ekonomi. Kebijakan Mahathir juga mencakup peningkatan
pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan KLIA (Bandara Internasional Kuala
Lumpur) dan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.

Pergantian kepemimpinan kepada Abdullah Ahmad Badawi pada tahun 2003


membawa harapan untuk reformasi dan pemberantasan korupsi. Namun, pemerintahan
Abdullah Badawi diwarnai dengan tantangan, termasuk skandal korupsi di dalam
pemerintahan dan penurunan popularitas. Kebijakan "Islam Hadhari" yang diperkenalkan
Abdullah Badawi bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai Islam moderat dalam
pembangunan negara. Selama kepemimpinannya, Malaysia juga mengalami penurunan
pertumbuhan ekonomi, sebagian akibat dari krisis keuangan Asia pada tahun 1997.
Pemerintahan ini mengejar inisiatif untuk meningkatkan tata kelola dan mengurangi korupsi,
tetapi peningkatan tersebut belum sepenuhnya mencapai harapan.

Pada tahun 2009, Najib Razak mengambil alih sebagai perdana menteri dan
meluncurkan program Transformasi Ekonomi Malaysia (ETP) dan Program Transformasi
Sosial (STP). Ini bertujuan meningkatkan daya saing ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan sosial. Namun, masa kepemimpinan Najib juga disertai dengan skandal
1Malaysia Development Berhad (1MDB), yang menciptakan ketidakpercayaan dan
kontroversi.

Dapat disimpulkan, secara keseluruhan, masa Mahathir dan Abdullah Badawi


mencerminkan dinamika yang kompleks dalam pembangunan ekonomi dan politik Malaysia.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat bersanding dengan isu-isu hak asasi manusia, korupsi,
dan tantangan politik, yang menjadi bagian dari perjalanan evolusi negara ini menuju
masyarakat yang lebih inklusif dan demokratis.

Anda mungkin juga menyukai