Pak Sulayana adalah seorang pengusaha arang briket yang akan mengembangkan
usahanya dengan membuka cabang di Yogyakarta, oleh karenannya Pak Sulayana
membutuhkan tempat tinggal untuk 15 karyawannya. Berdasarkan KTP Pak Sulayana
beralamat di Jl. Melati No.101 RT 11/RW 2, Garut, Jawa Barat. Namun pada saat ini Pak
Sulayana tinggal di Jl. Wates No. 133 Wates, Kab. Kulon Progo. Setelah mencari kontrakan
dalam waktu yang cukup lama Pak Sulayana bertemu dengan Pak Rinjani dan merasa cocok
dengan rumah yang dikontrakkan Pak Rinjani karena memiliki banyak kamar. Pak Rinjani
bertempat tinggal di Jl. Parangkusumo Dusun Kembang, Desa Sadeng, Kecamatan Sewon,
Kabupaten Bantul. Selanjutnya, dibuatlah perjanjian sewa diantara mereka yang
ditandatangani pada tanggal 28 Februari 2020. Penandatanganan tersebut dihadiri pula
oleh 2 (dua) orang saksi dari pak Rinjani yaitu Pak Anton dan Bu Mursidah, dan 2 (dua)
orang saksi dari Pihak Pak Sulayana yaitu Pak Mustofa dan Bu Sri Sumarni. Isi perjanjian
tersebut kurang lebih tertulis sebagai berikut :
1. Pak Sulayana dan karyawannya menyewa rumah Pak Rinjani selama 3 (tiga) tahun
dengan biaya sewa per tahun sebesar Rp 150.000.000,-;
2. Masa sewa berlaku dari 28 Februari 2020 sampai dengan 28 Februari 2023;
3. Setelah perjanjian sewa berakhir, rumah diserahkan kembali dalam keadaan
kosong.
Pada tahun 1970 Kustono menikah dengan Kustini sehingga memiliki anak 3 orang yang
Kustriono yang lahir tahun 1971, Kustriani yang lahir tahun 1973 dan Tri Kustianto yang
lahir pada tahun 1976.
Selama pernikahan tersebut Kustono setelah sekian lama tinggal mengontrak akhirnya
membeli rumah untuk tinggal keluarganya di Perumahan Taman Cemara, Maguwoharjo,
Sleman pada tahun 1990. Namun pada tahuan 2008, Kustono meninggal dunia.
Saat Kustono meninggal dunia, Kustriono sudah hidup berumah tangga dengan istrinya dan
tinggal di Jakarta. Sementara Tri Kustianto juga sudah bekerja di Batam sehingga yang
tinggal bersama dengan Kustini hanya Kurstriani yang tinggal juga dengan suaminya yaitu
Iwan Sariawan.
Karena kesulitan keuangan disebabkan Kustono meninggalkan hutang sebesar
Rp200.000.000,-, Kustini kemudian pada tahun 2010 menjual rumah di Perumahan Taman
Cemara kepada seseorang bernama Maxiat Doeryana dengan harga jual seharga
Rp600.000.000,. Jual Beli dilakukan dihadapan seorang Notaris/PPAT yang bernama
Johanes Notarius Sujono dengan saksi atas jual beli itu adalah Marjono dan Marjiem yang
keduanya merupakan pegawai dari Johanes Notarius Sujono.
Namun karena belum memiliki rumah pengganti, akhirnya Kustini meminta agar Maxiat
Doeryana memberikan kesempatan baginya untuk menyewa rumah tersebut seharga
Rp.10.000.0000 per tahun selama 5 (lima) tahun sampai tahun 2015 dan Maxiat
menyetujuinya dan langsung dibuat perjanjian sewa-menyewa dengan disaksikan oleh 2
(dua) tetangga Kustini yaitu Sok Hok Gie dan I Made Gede Askali.
Pada tahun 2013 Sok Hok Gie Meninggal dan demikian juga I Made Gede Askali meninggal
pada tahun 2014.
Pada Tahun 2015 ketika masa sewa menyewa habis, Kustini dan Kustriani serta suaminya
Iwan Sariawan meminta kembali perpanjangan waktu sewa selama 5 (lima) tahun namun
Maxiat hanya menyetujui selama 3 (tiga) tahun dengan harga sewa seharga Rp20.000.000,-
per tahun dan disanggupi oleh Kustini.
Setelah masa sewa habis, pada tahun 2018 Maxiat meminta agar Kustini dan anak
mantunya untuk keluar karena rumah tersebut akan digunakan oleh anaknya. Tetapi
Kustini dan Kustriani serta Iwan Sariawan dan meminta agar diberikan kesempatan untuk
membeli kembali rumah tersebut dengan harga sebagaimana pada waktu dijual.
Akhirnya karena berlarut-larut pada Agustus tahun 2023 Maxiat menggugat Kustini,
Kustriani dan Iwan Sariawan ke Pengadilan Negeri Sleman. Namun pada saat acara sidang
antara Jawaban dengan Replik. Tri Kustianto dan Kustriona mengajukan gugatan intervensi
kepada Maxiat, Kustini, Kustriani dan Iwan Sariawan dengan gugatan pembatalan
perjanjian.