Anda di halaman 1dari 2

EPILEPSI

SOP 440/148.d.a/PKM-
No.Dokumen :
PR/SOP/I/2023
No.Revisi : 00
Tanggal Terbit : 04 Januari 2023
Halaman : 1/2

UPTD Puskesmas dr. Antoni


Paduan Rajawali NIP. 19860726 201410 1 001

1. Pengertian Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang berselang
lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi, sedangkan yang dimaksud dengan
bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak
yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron.
No. ICPC II : N88 Epilepsy
No. ICD X : G40.9 Epilepsy, unspecified
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan penyakit Epilepsi di
lingkungan Puskesmas Paduan Rajawali
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Paduan Rajawali No. 440/069.a/PKM-PR/SK/I/2023
tentang Kebijakan Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan dan Penunjang Puskesmas
Paduan Rajawali
4. Referensi 1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/Lang 1. Dokter melakukan anamnesis

kah – langkah Ada tiga langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu:
a. Langkah pertama: memastikan apakah kejadian yang bersifat paroksismal
merupakan bangkitan epilepsi.
b. Langkah kedua: apabila benar terdapat bangkitan epilepsi, maka tentukan
bangkitan tersebut.
c. Langkah ketiga: menentukan etiologi, sindrom epilepsi, atau penyakit epilepsi apa
yang diderita pasien dilakukan.
2. Dokter melakukan pemeriksaan fisik meliputi:
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda-tanda dari
gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti trauma kepala, infeksi telinga
atau sinus, gangguan kongenital, kecanduan alkohol atau obat terlarang, kelainan pada
kulit, kanker, defisit neurologik fokal.
a. Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka akan tampak
tanda pasca iktal terutama tanda fokal seperti todds paresis (hemiparesis setelah
kejang yang terjadi sesaat), trans aphasic syndrome (afasia sesaat) yang tidak
jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi.
b. Jika dilakukan pada beberapa waktu setelah bangkitan terakhir berlalu, sasaran
utama adalah menentukan apakah ada tanda-tanda disfungsi system saraf
permanen (epilepsi simptomatik) dan walaupun jarang apakah ada tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
3. Dokter menegakkan diagnosa
Diagnosis Klinis:
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis
4. Dokter memberikan penatalaksanaan secara komfrehensif meliput:
Penatalaksanaan:
Sebagai dokter pelayanan primer, bila pasien terdiagnosis sebagai epilepsi, untuk
penanganan awal pasien harus dirujuk ke dokter spesialis saraf.
OAE diberikan bila:
a. Diagnosa epilepsi sudah dipastikan.
b. Pastikan faktor pencetus dapat dihindari (alkohol, stress, kurang tidur, dan lain-
lain)
c. Terdapat minimum 2 bangkitan dalam setahun
d. Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan terhadap tujuan
pengobatan
e. Penyandang dan/atau keluarganya telah diberitahu tentang kemungkinan efek
samping yang timbul dari OAE
5. Dokter memberikan rujukan eksternal jika ada kriteria sebagai berikut:
Setelah diagnosis epilepsi ditegakkan maka pasien segera dirujuk ke.pelayanan sekunder
yang memiliki dokter spesialis saraf
6. Bagan alir -

7. Hal – hal yang Mengevaluasi perbaikan klinis pasien sebelum dan sesudah pengobatan

perlu

diperhatikan

8. Unit terkait 1. Poli umum


2. Apotik
9. Dokumen 1. Rekam medis

Terkait 2. Rujukan eksternal


3. Resep Obat
10. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan

historis

perubahan

2/2

Anda mungkin juga menyukai