Anda di halaman 1dari 4

Luka

Marsya Adelia Putri / 16

Di sebuah kota yang maju, terdapat salah satu SMA yang terkenal cukup elit dengan
kualitas yang tinggi dan fasilitas yang memadai. Murid-murid yang bersekolah di SMA itu
rata-rata berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang cukup tinggi atau anak yang
berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas. Terdapat salah satu murid yang berasal dari
keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah atau cukup sulit. Murid itu bernama
Angkasa Bintang Nugraha.
Angkasa dapat bersekolah di SMA itu karena memperoleh beasiswa atas prestasi yang
dia miliki. Meskipun berasal dari keluarga yang kurang mampu, Angkasa memiliki semangat
yang tinggi dalam menempuh pendidikan. Angkasa terkenal sebagai murid yang cukup pintar
di kelasnya. Angkasa tinggal di daerah perkampungan pinggiran kota yang terlihat sedikit
kumuh. Angkasa memiliki wajah yang tampandengan rahang tegas dan hidung mancung serta
rambut lurus berponi dan sedikit berantakan. Tubuhnya tinggi dan sedikit kurus.
Angkasa selalu berjalan dengan menunduk. Dia sering kali merasa takut dengan
tatapan teman-teman di sekelilingnya. Angkasa juga merasa malu dengan penampilannya
yang berantakan, seragam yang kusut, dan sepatu yang sudah usang. Berbeda dengan teman-
temannya yang berpakaian rapi dan wangi. Namun, Angkasa tidak terlalu memedulikan hal
tersebut dan bersikap acuh.
Angkasa sering kali di bully oleh teman-temannya, terutama teman sekelasnya.
Teman-temannya tidak suka dengan Angkasa karean dia adalah murid beasiswa dan berasal
dari keluarga tidak mampu. Mereka juga merasa iri atas kepintaran yang Angkasa miliki.
Sering kali Angkasa merasa sedih dan sakit hati karena cacian, hinaan, dan ejekan yang
dilontarkan mulut teman-temannya kepada Angkasa. Angkasa hanya bisa diam dan berlalu
begitu saja.
Ada empat teman Angkasa di kelas yang selalu bersikap semena-mena terhadapnya.
Mereka adalah Alex, Marcell, Zein, da Kenzie. Mereka berempat hidup dan tumbuh di
keluarga dengan kondisi ekonomi yang tinggi atau bisa disebut berasal dari keluarga yang
kaya. Tidak heran jika mereka bersikap sombong dan merasa berkuasa. Mereka dengan
seenaknya sering menindas, menyuruh, dan memukuli Angkasa. Diantara mereka berempat,
Marcell yang merasa paling benci dan tidak suka dengan Angkasa. Hal ini karena Marcell
merasa rangkingnya selalu tersaingi oleh Angkasa.
Saat Angkasa sedang duduk di bangku kelas dan membaca buku, tiba-tiba ada sepatu
yang dilempar ke arah Angkasa dan mengenai kepala Angkasa. “Woi idiot, lo gak liat Sepatu
gue di situ?” ucap Alex. Angkasa hanya diam. “Budek kali tuh anak, atau mungkin bisu kali
ya,” sahut Zein dengan senyum miring dan meremehkan. Alex, Marcell dan Zein yang
mendengar hal tersebut pun tertawa dengan nada mengejek. “Ambilin dong anjing, balikin ke
gue!” pinta Alex kepada Angkasa. Tanpa basa basi, Angkasa pun beranjak berdiri untuk
meraih sepatu yang tadi dilempar ke kepalanya. Dengan pandangan sedikit kabur dan pusing,
Angkasa melangkah menuju Alex untuk menyerahkan sepatu. Saat sampai dihadapan Alex,
tiba-tiba Marcell menghampiri Angkasa lalu menendang perut Angkasa dengan keras hingga
Angkasa jatuh tersungkur. Teman-teman lain di kelas menyaksikan kejadian tersebut tanpa
ada niatan untuk menolong Angkasa. Angkasa hanya bisa meringis kesakitan dalam diam dan
berusaha beranjak berdiri menuju kembali ke tempat duduknya.
Hal tersebut sudah sering dialami oleh Angkasa. Tak jarang Angkasa berpikir untuk
menyerah dan mengakhiri hidupnya. Namun, Angkasa teringat akan orang tua yang harus
dibahagiakan, ada cita-cita da harapan yang belum tercapai, ia harus menjadi sukses dan
membahagiakan kedua orang tuanya. Hal itulah yang menjadi alasan untuk Angkasa bisa
bertahan hingga saat ini.
Suatu hari, Alex, Marcell, Zein, dan Kenzie menyuruh Angkasa untuk membelikan
mereka makanan di kantin. Saat itu Angkasa menolak permintaan mereka karena ada pangilan
dari wali kelasnya yang harus ia hadiri. Angkasa pun bergegas menuju ke ruang guru dan
berlalu meninggalkan mereka berempat yang masih merasa geram dan tidak terima. “Bisa-
bisanya si babi nolak permintaan kita,” ujar Kenzie kepada ketiga temannya. “Tau ah anjing,
sok sibuk banget tuh anak, mana mukanya sok pinter lagi cok,” saut Marcell. Alex pun ikut
berceloteh, “Emosi banget gue liat tuh muka, pengen gue hajar sampe bonyok aja rasanya
angjing.” Zein dengan wajah marah dan penuh emosi mendukung argumen Alex, “Yaudah
ayo gas kalo lo mau hajar tuh anak, biar tau rasa. Gak bakal berani tuh anak nolak perintah
kita lagi.
Angkasa kembali dari ruang guru tepat saat bel istirahat kedua berbunyi. Angkasa
berjalan menuju rooftop untuk menenangkan diri dan menghirup udara segar. Sesampainya di
rooftop, punggungnya tiba-tiba ditendang dengan keras hingga teratuh dan kepalanya
terbentur lantai. Ya, siapa lagi pelakunya jika bukan Alex, Marcell, Zein, da Kenzie. Mereka
berempat telah berencana untuk menghajar Angkasa dan memantau serta mengikuti Angkasa
diam-diam. Angkasa sudah tak berdaya lagi. Dia di keroyok dan di hajar habis-habisan oleh
mereka berempat hingga tak sadarkan diri. Angkasa pingsan. Mereka meninggalkan Angkasa
begitu saja yang terkulai lemas serta tubuh yang penuh luka dan lebam.
Beberapa waktu kemudian, Angkasa sudah mulai siuman. Saat Angkasa membuka
mata, dia melihat sekelilingnya. Dia tau tempat ini. Ya benar, Angkasa sedang berada di ruang
UKS di sekolahnya. Angkasa segera beranjak bangkit dan duduk dari tidurnya. Dia harus
segera kembali ke kelas. Angkasa tidak boleh terus-terusan tidur di UKS dan meninggalkan
jam Pelajaran. Hal ini bisa menjadi masalah untuk Angkasa. Angkasa pun bergegas berdiri
menuju ke kelas meski pun badannya terasa sakit semua.
Keesokan harinya, Angkasa masih saja di bully oleh Alex, Marcel, Zein, dan Kenzie.
Tidak ada habisnya mereka menyusahkan Angkasa. Mereka menyuruh Angkasa untuk
membeli makanan di kantin dalam jumlah besar hingga Angkasa kesulitan untuk
membawanya. Saat menuju ke kelas, Angkasa di tegur oleh teman perempuannya yang
menawarkan diri untuk membantunya yang terlihat sedang kesulitan itu. “Hai, apakah kamu
butuh bantuan? Aku bisa membantumu membawakan beberapa camilan ini ke kelasmu,” ujar
teman Perempuan yang entah siapa namanya, bahkan Angkasa tidak mengenalinya. Dengan
gugup dan rasa canggung, Angkasa menjawab tawaran tersebut, “M-mm saya bisa
membawanya sendiri, terimakasih atas tawarannya.” Angkasa tidak mau merepotkan siapa
pun dan membuat orang susah karena dirinya. Di lain waktu, teman perempuan itu
menawarkan diri untuk membantu Angkasa. Dan Angkasa menolaknya dengan alasan yang
sama.
Angkasa benar-benar tidak tau siapa teman perempuannya itu. Sebelum-sebelumnya
Angkasa tidak pernah melihatnya. Angkasa rasa mungkin saja dia murid baru di sekolahnya.
Saat ini Angkasa sedang berjalan sendirian ke arah taman sekolahnya. Tiba-tiba saja
pundaknya di tepuk oleh seseorang membuat Angkasa sedikit terkejut. Ya, seseorang itu
adalah teman perempuan yang beberapa kali menawarkan diri untuk membantu Angkasa.
“Hai, kamu mau kemana? Ohya, kenalin aku Marsya Winata dari kelas sebelah dan kita satu
angkatan. Jadi, kamu bisa panggil aku Marsya atau Winata, senyaman kamu aja. Mmm nama
kamu siapa?” sapa Marsya kepada Angkasa dengan energik dan antusias. Angkasa menjawab
dan menanggapi beberapa kalimat yang di ucapkan Marsya kepada Angkasa, “Hai Marsya,
saya Angkasa. K-kamu bisa panggil saya Angkasa. Dan saya sekarang hanya sedang berjalan-
jalan saja di taman dan berniat duduk disana untuk menghirup udara segar. Kamu mau ikut?”
Marsya menjawab tawaran Angkasa dengan semangat, “Mau mauuu, pasti asik deh duduk
disana.”
Mereka pun duduk dibangku taman dan saling bercerita serta mengakrapkan diri satu
sama lain. Entah kenapa, Angkasa merasa senang dan nyaman dengan Marsya. Padahal
mereka baru saja saling mengenal. Angkasa banyak tertawa dengan lepas dan tersenyum
lebar. Sebelumnya, Angkasa sudah sangat jarang sekali melakukan ini. Lelucon dan tingkah
random Marsya yang terlihat konyol membuat Angkasa sering tertawa. Saat bercerita, Marsya
sangat ekspresif dan kata-kata yang digunakan terdengar lucu membuat Angkasa senang saat
mendengar ceritanya.
Marsya memiliki tubuh yang cukup ramping dengan tinggi setara dengan bahu
Angkasa. Hal ini membuat Angkasa sedikit menunduk saat sedang berbicara dengan Marsya.
Marsya memiliki rambut yang lurus dan selalu digerai dengan panjang sekitar sebahu.
Interaksi mereka berdua terlihat lucu dan menggemaskan. Semenjak kehadiran Marsya,
Angkasa sudah tidak pernah lagi di bully oleh teman-temannya. Hal ini karena siapa pun yang
mencoba mengganggu Angkasa, Marsya selalu melemparkan tatapan tajam untuk mereka.
Semenjak bertemu dengan Marsya, Angkasa merasa lebih Bahagia. Akhirnya dia tau
rasanya memiliki teman. Teman yang yang bisa dijadikan tempat bercerita, teman yang selalu
ada untuknya, teman yang bisa membuatnya lebih banyak tertawa dan bersyukur. Tidak jarang
Marsya menasehati dan memberikan saran kepada Angkasa untuk beberapa hal. Marsya
sering mengingatkan Angkasa untuk melawan teman-teman yang membully nya. Marsya juga
menyarankan Angkasa untuk bersikap cuek kepada orang-orang di sekelilingnya yang sering
mengganggunya dan jangan pedulikan mereka.
Marsya benar-benar membawa banyak pengaruh baik bagi Angkasa. Bahkan pola
makan dan waktu istirahat Angkasa menjadi lebih baik dan teratur karena Marsya selalu
mengingatkan Angkasa untuk makan tepat waktu dan istirahat yang cukup. Angkasa juga jadi
lebih rajin berolahraga membentuk otot-otot di tubuhnya. Badan Angkasa tidak lagi terlihat
kurus, tetapi terlihat sedikit lebih tegap dan gagah.
Saat ini mereka berdua berada di rooftop, salah satu tempat favorit Angkasa untuk
menyendiri dan menenangkan pikiran. “Marsya terimakasih sudah hadir di hidupku,
terimakasih karena telah menjadi temanku, dan terimakasih untuk segalanya,” ucap Angkasa
yang di balas dengan senyum oleh Marsya dengan rambut yang sedikit mengenai wajah
karena tertiup angin. Angkasa melanjutkan kalimatnya, “Karenamu, aku merasa lebih
bahagia, aku bisa tertawa dan tersenyum.” Marsya juga mengucapkan beberapa hal untuk
Angkasa, “Sama-sama Angkasa. Aku ingatkan untukmu, jangan biarkan orang lain
menguasaimu dan bersikap semena-mena padamu.” Angkasa mengangguk mendengar hal
tersebut. “Kamu tau gak, apa yang kita rencanakan terkadang kenyataannya tidak sesuai
seperti yang kita bayangkan. Meskipun begitu, tetaplah berusaha untuk melakukan yang
terbaik. Sekarang udah waktunya aku buat pergi. Teruslah berbuat baik ya Angkasa. Selamat
tinggal,” lanjut Marsya dengan melambaikan tangan dan mulai menghilang dari hadapan
Angkasa.
Angkasa merasa bingung dan sedih atas apa yang terjadi. Angkasa terus memanggil-
manggil Marsya dan berharap Marsya dapat kembali hingga akhirnya dia terbangun di
ruangan bernuansa putih. Tidak, ini bukan UKS sekolahnya. Namun, Angkasa berada di
rumah sakit karena mengalami koma akibat di keroyok dan di hajar oleh teman-temannya
waktu itu. Angkasa masih teringat dengan sosok Marsya dengan begitu jelas. Beberapa hari
kemudian, Angkasa diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik.
Angkasa mulai beraktivitas seperti biasanya. Empat teman Angkasa, yaitu Alex,
Marcell, Zein, da Kenzie dikeluarkan dari sekolah. Sudah tidak ada lagi yang membully
Angkasa. Teman-teman yang lain pun mulai berbaur dan berteman dengan Angkasa.
Terkadang Angkasa rindu dengan Marsya, rindu dengan leluconnya, tingkah konyol dan
randomnya yang sering kali membuat Angkasa tertawa. Namun, Angkasa harus sadar bahwa
Marsya tidak pernah ada di dunia ini. Marsya adalah suatu hal baik yang dikirimkan Tuhan
kepada Angkasa melalui mimpimya selama koma. Angkasa harus bisa melewati segala
sesuatu seperti saat dia bersama Marsya, meskipun sekarang tanpanya. Nothing is impossible.
Do your best whenever and wherever you are.
“Hidup kita memang tidak sempurna. Tapi kita bisa membuatnya lengkap dengan selalu
bersyukur”

Anda mungkin juga menyukai