Anda di halaman 1dari 8

Bab 1: Awal Masa Remaja Ku

Angkasa merupakan seorang anak yang akan menuju sekolah tingkat SMA, dikalangannya,
dia juga anak yang bisa dibilang gabung dengan geng motor. Kita tahu anak geng motor pasti
memiliki motor kesayangannya masing-masing. Angkasa menamai motor kesayangannya dengan
nama “Alaska”.

“Bip…Bip…’

Alarm berbunyi. Suara hentakan berbagai kaki tak henti terdengar bagi setiap orang
yang tinggal di jalan itu. Berbagai kaki itu menuju suatu tempat yang berkali-kali
mengumandangkan adzan. Malam mulai bosan menampakkan eksistensinya sebagai
pemegang bumi. Burung-burung mulai mengepakkan sayapnya sebagai tanda memulai
harinya. Daun-daun berjatuhan ketika angin tak sengaja mengenai ranting mereka.

Angkasa terbangun setelah alarm tersebut berbunyi dan sedikit menggerutu karena
alarmnya tak kunjung berhenti walau ia berkali-kali mematikannya. Ia pergi ke kamar mandi
untuk mandi. “Ma, handuk aku dimana?”, ujarnya yang sedari tadi tak kunjung mendapatkan
handuknya.

“Ini, makanya kalau nyari make mata”, kata ibunya yang sedang memasak dan
kebetulan kehabisan gas saat memasak.

Angkasa mandi dan setelah mandi, ia berpakaian dan pergi ke bawah untuk makan
dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Tak lupa ia membawa tas yang berisikan bekal dan
perlengkapan lainnya. Angkasa memanaskan “Alaska”, yang merupakan motor
kesayangannya, kemudian berangkat ke sekolah. Tak sadar jarum jam menunjukkan pukul
06.45. Angkasa berangkat dengan terburu-buru, dan pada saat diperjalanan hampir saja ia
menabrak seorang pengendara motor. Ya…, pengendara motor itu merupakan kating dari
Angkasa.

Angkasa sampai di depan gapura besar. Matanya melihat seorang pengendara motor
yang hampir saja ia tabrak. Lalu ia masuk dan akan menjalani waktu demi waktu
disekolahnya. Hari ini merupakan hari pertama Angkasa menapakkan kaki di Lentera
Internasional scholl. Hari pertama, tiap sekolah melakukan MPLS atau bisa disebut “Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah”. Jam menunjukkan pukul 09.00, tiap siswa mulai berlari
menuju kelapangan untuk membentuk barisan. Barisan terbentukk MPLS pun dimulai. Hari
pertama Angkasa disekolah barunya berjalan dengan lancar.

Hari kedua MPLS, Angkasa memulai hari nya dan berangkat kesekolah dengan motor
kesayangannya. Jalan demi jalan dilaluinya, sambil menikmati suasana sejuk dipagi hari. Hari
ini dia berangkat lebih awal karena dia trauma akan kejadian semalam yang terjadi padanya.
Tak terasa sudah menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya ia sampai
disekolahnya. Hari kedua ini merupakan hari dimana kating akan mengospek para peserta
MPLS dengan mencari kesalah tiap-tiap peserta MPLS dihari pertama. Waktu sedikit berlalu
dan Angkasa sudah berada di pertengahan kegiatan, Angkasa yang awalnya santai mengikuti
kegiatan tersebut seketika jantungnya berdenyut kencang karena kating memanggil dirinya.
Dengan kaki yang gemetar angkasa maju kedepan, Angkasa tidak tahu kesalahan apa yang
telah ia lakukan sehingga ia dipanggil.

Sebut saja namanya “KATING GALAK’, ya dia merupakan kating yang hampir saja
ditabrak oleh Angkasa di hari pertama. Angkasa mendapatkan bentakan serta ceramah dari
kating tersebut karena dia telah ugal-ugalan membawa motor. Kegiatan ospek berlalu,
semenjak kejadian tersebut angkasa menjadi benci terhadap kating tersebut.

Lentera Internasional School menetapkan hari MPLS 2 hari saja. Peraturan demi
peraturan tidak dijabarkan secara langsung, namun siswa/i tersebut yang diarahkan agar
mengerti sendiri peraturan-peraturan yang ada disekolah tersebut. Hari-hari disekolahnya
dijalani dengan baik, dimana Angkasa merupakan anak yang baik dan tekun disekolahnya.

Hari demi hari dijalani oleh Angkasa, tak lupa juga Angkasa sering mendapatkan
masalah disekolahnya akibat pertauran-peraturan yang tak disebutkan. Angkasa lama
kelamaan muak dengan peraturan-peraturan yang ada disekolahnya, karena Angkasa merasa
tindakan-tindakan yang ia lakukan tidak ada yang fatal. Angkasa juga merasa peraturan
peraturan tersebut kurang logis karena terlalu ketat, namun Angkasa tidak sadar Lentera
Internasional School menerapkan peraturan semi militer.

Angkasa ada niatan untuk pindah dari sekolah tersebut, karena Angkasa tidak terbiasa
dengan peraturan-peraturan yang sangat mengekang dia. Niat pindah tersebut berawal ketika
Angkasa ditegur, karena motornya yang bisa dibilang berisik. Angkasa sangat sensitive
orangnya ketika ia ditegur karena soal motor kesayangannya. Namun, teguran tersebut lama
kelamaan dapat diterima oleh Angkasa, karena pernah teman dari Angkasa ditilang oleh polisi
karena suara kenalpot dari motornya dan sekolah Angkasa menegur soal kenalpot Angkasa.
Dengan teguran-teguran tersebut Angkasa menjadi orang yang lebih baik lagi dari
sebelumnya. Dia menjadi orang yang bertanggung jawab dan lebih memiliki etika yang lebih
baik. Karena Angkasa sebelum nya didasari pribadi yang baik dan dibentuk lagi menjadi
lebih baik dia terpilih menjadi seorang ketua kelas dikelasnya. Ketika dia menduduki
jabatannya sebagai ketua kelas tak dikit rintangan dan masalah yang dilalui dan didapatkan
olehnya.

Bulan pertama ya, Angkasa melaksakan tugasnya dengan baik. Dia dikenal sebagai
orang yang memiliki jiwa kepemimpinan dan orang yang bertanggung jawab. Karena ia
mampu mengatur kelasnya dan melakukan dengan siggap perintah dari bapak ibu gurunya.

Masuk bulan kedua, Angkasa mulai terikut dengan sikap teman-temanya. Kinerja
Angkasa pun menurun dan Angkasa jadi sering ditegur guru. Kini Angkasa sudah mau
melalaikan tugasnya. Hari demi hari berlalu yang awalnya sikap Angkasa berubah sedikit
menjadi lebih buruk, kini Angkasa sudah benar-benar menjadi anak yang taat aturan. Angkasa
kadang tidur dikelas saat jam kosong, tidak mengerjakan tugas, sering nongkrong
menggunakan dinas sekolah, dan yang paling parah, dia tidak memenuhi tanggung jawabnya
lagi sebagai ketua kelas untuk mengamankan dan mengurus kelas tersebut.

2 bulan sebelum akhir semester pun tiba, dan walikelasnya menggantikan posisi
Angkasa, kini ia tidak lagi menjadi seorang ketua kelas karena perilaku buruknya. Ketua
kelas berganti, teguran demi teguran pun didapatkan oleh Angkasa namun ia tidak
menghiraukan teguran tersebut dia tetap melanggar aturan yang ada. Kini Angkasa juga
sudah kembali menggunakan Alaska kesayanganya dengan kenalpot racing. Angkasa hampir
saja mendapatkan surat panggilan orang tua atas tingkah lakunya yang sudah melanggar
hampir semua dari peraturan sekolah yang ada.

Tak hanya disekolah, dirumah juga orang tua Angkasa juga heran mengapa sifat
anaknya berubah drastis. Orang tua Angkasa kini sering dimarahi oleh orang tuanya,
semakin sering Angkasa ditegur oleh orang tuanya semakin sering juga Angkasa
meninggalkan rumah. Angkasa juga melupakan tugas nya sebagai pelajar, ia tidak pernah lagi
belajar dan mengerjakan tugas dari sekolahnya.

Lama kelamaan Angkasa menyadari perubahan yang terjadi didalam dirinya, namun
ia bingung mengapa ia bisa menjadi seperti itu. Ya mungkin Angkasa tidak sekali dua kali
memikirkan hal tersebut, tetapi ia tidak pernah merubah sikapnya tersebut. Dia tetap menjadi
orang anak yang bisa dibilang cukup berandalan karena dia juga mejadi ketua dari geng
motor yang diikuti dia.

Bertepatan disatu hari, Angkasa dipanggil keruang BK karena ia melanggar peraturan


yang ada. Di ruang BK ia diceramahi oleh guru BK dan diancam akan mendapatkan surat
panggilan orang tua jika ia melakukan 1 kesalahan lagi, Angkasa pun sepakat dengan
perjanjian tersebut.

Angkasa juga dulunya seorang yang rajin kegereja dan berdoa kini berubah. Namun
karena perjanjian dia dengan guru BK tersebut ia memiliki tekad untuk datang kegereja dan
merenungkan tindakan-tindakan yang telah ia buat di waktu hampir 1 semester ini. Angkasa
datang ke gereja dan mulai berdoa sambil merenung, sedikit demi sedikit dia menyadari hal
apa yang membuat dia menjadi seperti itu.

Ia mengingat kembali sewaktu ia menjadi ketua kelas, ia masih menjadi seorang yang
polos dan lugu sehingga ia masih mampu terpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Saat ia
menjabat, ia juga bukan orang yang bersifat otoriter sehingga ia masih memiliki jiwa yang
labil dan tidak enakan terhadap temannya.

Dia berfikir dimasa sma ini dia tidak mungkin tidak menghabiskan waktu bersama
teman SMA-nya. Itu sebabnya dia menikmati masa SMA dengan tidak mengikuti peraturan
dan melawan hal baik yang diperintahkan oleh gurunya. Tak sekali dua kali dia dipanggil ke
ruang guru karena melawan peraturan sekolah. Ia mulai mengecat rambutnya menjadi warna
cokelat, dan setiap datang ke sekolah, ia tak segan untuk mengeluarkan bajunya serta
menggunakan sepatu berwarna selain hitam. Ia membuat guru-guru menjadi geram
dengannya dan bahkan, orang tuanya menamparnya di depan umum sesaat setelah mereka
keluar dari ruang BK karena surat panggilan.

“Kamu pikir mama bangga memiliki anak berandalan kayak kamu? Mama kira kamu
jadi anak baik-baik disekolah, tapi kok kayak gini?”, ujar ibu Angkasa.

Angkasa hanya terdiam. Ia tahu bahwa ia salah. Sesekali ia membayangkan


bagaimana jika ia keluar dari sekolah itu. Ia membayangkan seperti apa jika ia keluar dan
mengembangkan geng motornya dengan sangat besar. Ia juga beberapa kali bolos dan
membuatnya sering dipermalukan di depan barisan. Bukannya tobat karena hal tersebut, ia
malah semakin menjadi-jadi karena muncul hasrat balas dendam.
Dibalik masalah Angkasa yang ada disekolah, tak lupa ibu Angkasa yang berada
dirumah juga akhir-akhir ini tampak berbeda. Ibu Angkasa tampak sedikit lemas dan lesuh,
meski begitu Angkasa tidak pernah berubah. Dengan kondisi yang seperti itu Angkasa tetap
rutin kelua rumah untuk berkumpul dengan geng motornya tersebut. Ibu Angkasa sesekali
meminta kepada anak nya agar menemani ibunya dirumah, karena ibunya yang sedang sakit.

“Angkasa, kamu jangan keluar dulu ya nak, temanin ibu dirumah”, kata ibu Angkasa

Mendengr hal tersebut Angkasa cuek dan tetap pergi menemui teman-teman geng
motornya tersebut. Namun sesekali Angkasa memikirkan kondisi ibunya, dia juga rada
menyesal meninggalkan ibunya seorang diri dirumah. Tetapi karena keegoisan yang sedang
menghantui jiwa Angkasa, dia pun cepat melupakan hal tersebut.

*Sesampainya ditongkrongan

“Angkasa, nanti malam ada geng sebelah ngajak balapan nih”, salah satu anggota
Angkasa memberikan informasi tersebut.

“Dimana?”, jawab Angkasa

“Dijalan kemayoran pasar senen”, sahut anggota yang lain.

“Oke, nanti malam semua bersiap-siap!”, respon Angkasa yang tanpa berfikir
panjang.

Angkasa sore hari pulang kerumah, karena pukul 22.00 dia akan mengikuti kegiatan
balap liar tersebut. Ibu Angkasa yang jarang melihat anaknya pulang di sore hari, tak enggan
untuk bertanya.

“Tumben nak, jam segini udah pulang”, tanya ibu Angkasa.

“Bukan urusan ibu”, jawab Angkasa dengan wajah datar.

Ibu Angkasa sakit hati dengan jawaban anaknya yang seperti itu. Bukan hanya dengan
jawaban seperti itu yang membuat ibu Angksa sakit hait, namun melihat perubahan anaknya
yang betul sangat berubah. Sesekali ibu Angkasa berharap adanya surat panggilan dari
sekolah agar adanya perubahan dari anaknya.

Tepat pukul 21.30, Angkasa brgegas untuk pergi. Ibunya bertanya-tanya kepada
Angkasa hendak pergi kemana dan tak lupa juga ibunya mengingatkan Angkasa untuk
bersekolah besok agar Angkasa tidak jadi pergi. Lagi-lagi Angkasa tidak menghiraukan
ibunya dan tetap pergi.

Sesampainya ditempat balapan, anak-anak muda banyak berkumpul untuk


menyaksikan balapan tersebut. Balapan ini sendiri, merupakan balapan liar yang
diselenggarakan anak-anak di pinggir jalan yang dimana sewaktu-waktu bisa terkena razia..

Ditengah berjalannya balap liar, tak sengajasalah satu guru Angkasa disekolah lewat
dan melihat Angksa. Pada saat itu gurunya tidak menegur Angkasa secara langsung, namun
memvidiokan Angkasa yang Tengah mengikuti balap liar tersebut untuk bukti diberikan
kesekolah agar angkasa segera mendapatkan surat panggilan orang tua. Guru Angkasa
melakukan hal tersebut berharap supaya Angkasa kembali seperti dulu lagi.

Keesokan harinya…

Angkasa dipanggil keruang BK, guru BK langsung memberikan HPnya yang dimana
sudah terputar video balapan Angkasa. Angkasa pun tampak takut dan gelisah sambil
menonton video tersebut. Setelah video tersebut habis diputar, guru Angkasa lansung
memberikan surat panggilan orang tua kepada Angkasa dan menyuruh Angkasa memberikan
surat tersebut kepada orang tuanya dan agar segera berannjak dari ruangan tersebut.

“Seharusnya, semalam aku mendengarkan ibu”, ujar Angkasa dengan rasa penuh
penyesalan.

Bel berbunyi menandakan waktu pulang sekolah.

Angkasa pulang kerumah dan segera menghampiri ibunya dan memeluk ibunya
sambil mengeluarkan sedikit air mata. Ibu Angkasa yang masih kebingungan apa yang terjadi
dengan anaknya, memeluk balik sang anak.

“Ibu maafin Angkasa ya ibu”, ujar Angkasa

“Maafin Angkasa yang tak pernah dengarkan perkataan ibu”, ungkap Angkasa terus-
menerus.

“Kamu kenapa nak?”, tanya ibu Angkasa

Dengan gemetar Angkasa pun memberikan surat panggilan tersebut kepada ibunya.
Angkasa sangat menyesali apa yang telah ia lakukan, karena ditengah ibunya yang sedang
sakit Angkasa tidak membantu ibunya, tidak memperhatikan ibunya dan malah membuat
ibunya banyak pikiran. Disatu sisi ibu Angkasa menerima surat tersebut dan bersedia untuk
hadir disekolah.

Keesokan harinya ibunya pun datang kesekolah dan berbincang dengan guru BK.
Diruangan itu ada guru BK, ibu Angkasa, dan Angkasa. Semua kelakukan dan perubahan
Angkasa diungkapkan disitu. Mulai dari peringkat Angkasa yang menurun, kelakukan
Angkasa yang jadi suka melawan, dan yang lainnya.

Setelah berbincang lama dengan guru BK, akhirnya ibu Angkasa dan Angkasa keluar
dari ruangan tersebut. Banyak pesan yang diberikan kepada Angkasa, terutama dari ibunya.
Angkasa sangat menyesali hal tersebut dan ia pun berteguh ingin berubah. Ia mengawalinya
dengan merawat ibunya yang sedang sakit. Sambil merawat ibunya ia pun belajar dan
menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya yang telah numpuk.

Keesokan harinya ketika disekolah Angkasa juga menunjukkan perubahannya di


hadapan teman-temannya. Dimana ia mulai tertib, tidak terikut-ikut dengan teman-temannya
lagi, ia juga tekun mendengarkan pengajaran guru yang ada didepan. Perubahan tersebut bisa
dengan cepat dilakukan oleh Angkasa, karena kepribadian asli Angkasa adalah seperti itu.

Hari-hari berjalan Angkasa mulai aktif dikelas, mulai dari menjawab pertanyaan guru,
bertanya dengan guru, memberikan pendapat, dan hal umum yang dilakukan sebagai seorang
murid, tak lama dari situ juga akan dilaksanakannya ujian penaikkan kelas. Angkasa sudah
mulai mempersiapkan dirinya untuk ujian, ia belajar dengan tekun dan giat.

Hari demi hari berlalu, kini saatnya berlangsung kegiatan ujian.

Angkasa tak lupa berdoa dan mengerjakan ujiannya dengan jujur. Meskipun
disekeliling Angkasa semua temannya mengerjakan ujian dengan tidak jujur. Dengan senang
hati Angkasa mengerjakan ujian-ujiannya dengan baik dan mengharapkan nilai yang
memuaskan, agar ibunya bisa membanggakan anaknya lagi.

5 hari ujian berlalu Angkasa menjalankan harinya dengan baik. Ia telah


mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Setelah selesainya masa ujian, Angkasa pun kembali
aktif melayani digrejanya. Itu merupakan prinsip dari seoarang Angkasa yang dimana yaitu
“berusaha sambil berdoa”.

Tiba saatnya penaikkan kelas yaitu penerimaan raport. Nama Angkasa dipanggil
kedepan sebagai perolehan juara 1 dan Angkasa dinyatakan naik ke kelas 11. Dengan
senangnya saat pulang kerumah Angkasa bergegas menemui ibunya dan memberikan raport
dan piagammnya tersebut kepada ibunya. Ibunya pun tak bisa menutup kebahagiaannya atas
perubahan yang telah terjadi kepada anaknya.

“Angkasa kini kamu telah beranjak ke kelas 11, kamu harus meningkatkan lagi
potensi dirimu dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi”, pesan ibu Angkasa kepadanya.

“baik ibu”, jawab Angkasa dengan kesenangan.

Anda mungkin juga menyukai