Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA MTS QUR’ANIYAH BATU KUTA

Pada masa permulaan berdirinya lembaga ini yaitu pada tahun 1968 M. Sanusi seorang tokoh
agama terkemuka di dusun bawak bagik Desa Batu Kuta kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat,
mula-mula memberikan pelajaran agama di serambi rumahnya sendiri.
Setelah berjalan 1 tahun jamaah pengajian dari golongan anak-anak jumlahnya semakin
meningkat, dengan meningkatnya jumlah jama’ah pengajian tersebut maka beliau menghubungi para
pemuka masyarakat untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan formal. Dan akhirnya pada tanggal 2 Juni
tahun 1972 para pemuka dan tokoh masyarakat mengadakan musyawarah untuk membentuk suatu
lembaga pendidikan dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Qur’aniyah.
Asal mula pemberian nama Qur’aniyah karna saat musyawarah bertepatan dengan diadakannya
MTQ Nasional III di Mataram.
Pada permulaan berdirinya jumlah murid kira-kira 40 orang dan keadaan gedungnya sangat
darurat. Akan tetapi dengan melihat peningkatan serta perkembangan pendidikan pada madrasah tersebut
maka masyarakat batu kuta mendirikan sebuah gedung sekolah ukuran 6 x 24 meter diatas tanah seluas
0,10 Ha.
Dari jumlah murid madrasah itu terdapat lebih kurang 25% terdiri dari anak-anak yatim piatu dan
anak-anak terlantar. Melihat dari jumlah anak yatim/terlantar itu maka terdoronglah minat dari TGH.
Muh. Naim untuk mengadakan lembaga sosial yaitu penyantunan anak yatim piatu/terlantar dengan ketua
pengurusnya Bapak Faizin Ya’cub dalam waktu singkat tepatnya pada tanggal 1 Oktober 1983 dengan
akta No: 260, 20 Juni 1987. terbentuklah panitia penyantunan anak yatim piatu/terlantar. Pada mulanya
panitia hanya memberikan bantuan berupa alat-alat pendidikan, pakaian, dan pemeliharaan kesehatan
disebabkan dana maupun sumbangan yang diperoleh sangat terbatas sekali.
Seiring dengan perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Qur’aniyah dan perkembangan lembaga
panitia penyantunan anak yatim piatu/terlantar maka terketuklah hati seorang ibu bernama Inak Sanudin
(almarhumah) untuk mewakafkan tanahnya seluas 0,25 Ha. Kemudian diatas tanah itu didirikan gedung
sekolah permanen dengan ukuran 9 x 52 meter.
Di antara lulusan Madrasah Ibtidaiyah banyak yang melanjutkan ke berbagai sekolah yang ada di
Mataram dan lain-lain. Melihat akan hal ini maka pada tahun 1991 didirikan Madrasah Tsanawiyah dan
mendapat pengakuan pemerintah dengan nomor : WX/I-b/157-a/1991.
Setelah berdiri Madrasah Tsanawiyah banyak siswa dari daerah-daerah yang berjauhan tinggal
menempati pondok. Para siswa yang tinggal di pondok bukan hanya menuntut ilmu di Madrasah saja tetapi
mereka dapat mengaji kepada para kiyai yang ada disekitarnya. Dengan bertambahnya penghuni pondok
maka para guru menyusun pengajian non formal. Disamping itu juga para santri diberikan pendidikan
keterampilan seperti pertukangan kayu, pertanian, anyaman-anyaman, dan lain-lain.
Sesuai dengan perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Qur’aniyah maka hal ini mendorong pemuka
masyarakat untuk meningkatkan lembaga pendidikan ini menjadi pondok pesantren dan diresmikan pada
tanggal 15 Juli 1992 dengan nama : Pondok Pesantren Qur’aniyah dengan ketua pengurusnya TGH. M.
Nuh
Demi kesadaran beragama dan berbangsa maka pembangunan dibidang pendidikan dan dibidang
kesejahteraan sosial terus ditingkatkan. Setelah berdirinya Pondok Pesantren dan panitia penyantunan
anak yatim piatu/terlantar maka dilanjutkan pula membentuk sebuah lembaga di bidang pelayanan
kesejahteraan sosial yaitu panitia penyantunan fakir miskin (P3M) pada tanggal 5 September 1991 dengan
ketua pengurusnya H. Izharuddin
Panitia penyantunan fakir miskin ini mengumpulkan sumbangan/dana dari masyarakat. Penyaluran
bantuan keapada mereka tidak hanya berupa sandang dan pangan saja, tetapi mereka diberikan juga
peralatan kerja sesuai dengan bakat/keterampilan masing-masing seperti : Tukang gergaji diberikan
gergaji, penjual Jajan diberikan modal usaha sekedarnya.
Dan apabila nanti usaha mereka telah berhasil maka diharapkan mereka akan menjadi donatur
tetap dan hasilnya ini akan diberikan kepada yang masih memerlukan. Disamping itu bagi yang tidak
mempunyai tempat tinggal (rumah) mereka dibuatkan rumah darurat secara bergontong royong.
Berselang beberapa tahun kemudian setelah mengalami beberapa kesulitan dan hambatan-
hambatan seperti dalam bidang koordinasi dan administrasi maka timbullah suatu inisiatif dari salah
seorang pemuka masyarakat untuk menyatukan beberapa lembaga yang telah terbentuk, untuk menjadi
suatu badan yang teratur serta ruang lingkupnya lebih luas.
Hal ini dapat memudahkan pihak pemerintah untuk mengadakan bimbingan/pembinaan secara
terarah. Kemudian diadakan musyawarah oleh para pengurus lembaga yang telah ada dan dihadiri pula
oleh tokoh-tokoh agama dan masyarakat dan dengan suara bulat dicetuskan untuk membentuk suatu
yayasan dengan nama Yayasan Qur’aniyah dan menjadi induk dari keseluruhan lembaga-lembaga itu.
Pada tanggal 1 September 1991 Yayasan ini terbentuk dan diresmikan dengan nama Yayasan
Qur’aniyah dengan alamat Batu Kuta, kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, Dengan Akta
Notaris Nomer 41 tanggal 14 september 1991.
Melihat banyak para lulusan Madrasah Tsanawiyah Qur’aniyah yang tidak dapat melanjutkan
pendidikannya ke tingkat atau jenjang yang lebih tinggi, maka pada tahun 1994 didirikan Madrasah Aliyah
dengan nama Madrasah Aliyah Qur’aniyah Batu Kuta dengan jumlah murid pada waktu itu adalah
sebanyak 30 orang dan dengan tenaga pengajar sebanyak 10 orang. Dan kemudian mendapatkan izin
pendirian pada tahun 1997 dengan SK: WX/I-b/150/1997. (Wawancara Dengan Ust. Sanusi 17 Mei 2011)

Anda mungkin juga menyukai