PENDAHULUAN
1
aktif [2,5]. Pada metode adsorpsi dengan karbon aktif tidak dapat
menghilangkan polutan tetapi hanya dapat menyerapnya. Pada
penanganan secara oksidasi biologi hanya berlangsung secara lambat
dalam mendegradasi limbah fenol [2].
Proses fotokatalitik merupakan metode yang potensial dalam
penanganan limbah fenol. Metode fotokatalitik digunakan untuk
mendegradasi limbah fenol dengan bantuan sinar matahari akan tetapi
fenol terdegradasi sangat lambat sehinga aktivitas fotodegradasinya dapat
ditingkatkan dengan penambahan fotokatalis seperti ZnO, Fe2O3, CdO,
TiO2, CuO, dan sebagainya [6].
Fototokatalis TiO2 memilki sifat yang sangat stabil dan mampu
mendegradasi senyawa organik [2]. Fotokatalis TiO2 anatase memiliki
nilai band gap 3,2 eV yang sangat baik di aplikasikan pada sinar UV.
Penambahan doping pada semikonduktor ini mampu menyerap sinar
yang lebih tinggi pada daerah panjang gelombang sinar tampak [7].
Penambahan dopan N pada TiO2 mampu meningkatkan aktivitas
semikonduktor dibawah sinar matahari. Dopan N dapat diperoleh dari
urea karena memiliki kandungan nitrogen yang tinggi, mudah didapat dan
tidak mahal. Penambahn urea yang semakin banyak akan menurunkan
jumlah kristal TiO2 anatase [8]. Haris, dkk [7] menambahkan dopan
tembaga (Cu) dan sulfur (S) dengan metode sol gel untuk sintesis
fotokatalis TiO2. Penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk [8],
menggunakan fotokatalis TiO2 dopan N untuk pengolahan limbah cair
batik, energi celah pita yang dihasilkan untuk TiO2 dopan N (95:5)
sebesar 3,035 eV dan TiO2 dopan N (90:10) sebesar 3,023 eV.
Pemakaian pengemban dapat meningkatkan aktivitas dari
fotokatalis. Mineral zeolit dapat digunakan sebagai pengemban karena
memiliki sifat kapasitas tukar kation yang tinggi dan memiliki struktur
yang berongga sehingga memiliki kemampuan adsorpsi yang baik [9].
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotodegradasi yaitu
penambahan dopan, jumlah fotokatalis, agen pengoksidasi, pengaruh pH,
suhu kalsinasi, dan lamanya waktu penyinaran [10]. Pada proses
degradasi fenol menggunakan fotokatalis ZnO terdegradasi dalam
suasana basa. Nilai persentase degradasi (%D) sebesar 40,65% pada pH
8 sehingga menyebabkan fenol lebih cepat terdegradasi [6]. Kondisi pH
asam maupun basa akan berpengaruh pada aktivitas fotokatalitiknya [11].
Lamanya waktu penyinaran berpengaruh pada proses
fotodegradasi. Semakin lama waktu penyinaran, persentase degradasi
2
(%D) akan semakin meningkat [6]. Permata, dkk [6], melakukan proses
degradasi fenol menggunakan semikonduktor ZnO dengan persentase
degradasi (%D) relatif tetap yaitu berkisar 70% untuk penyinaran lebih
dari 8 jam. Sedangkan untuk penyinaran 2-8 jam interaksi antara cahaya,
fenol, dan semikonduktor ZnO semakin meningkat dan terbentuk radikal
OH yang semakin banyak.
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh pH awal fenol, lamanya
waktu penyinaran, pengaruh dopan N, dan penggunaak kembali
fotokatalis terhadap penurunan konsnetrasi fenol serta dilakukan
karakterisasi fotokatalis granul TiO2N/Zeolit-Kitosan menggunakan FTIR
dan XRD.
3
4. Mengkaji kemampuan penggunaan kembali fotokatalis granul TiO2-
N/zeolit-kitosan terhadap penurunan konsentrasi fenol.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zeolit
Zeolit adalah suatu mineral aluminosilikat terhidrasi yang memiliki
rongga dan saluran tertentu. Rongga pada zeolit berisi kation yang dapat
dipertukarkan dengan kation lain. Kestabilan pada kerangka kristal zeolit
akan meningkat dengan penambahan rasio Si/Al. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan zeolit, diantaranya suhu, rasio SiO2: Al2O3,
SiO2 : Na2O, Na2O : H2O, dan lama reaksi [12]. Dalam industri zeolit
dimanfaatkan sebagai penukar ion, penyaringan molekul, katalis, dan
adsorben. Zeolit memiliki rumus kimia sebagai berikut [13] :
M2/nO Al2O3 xSiO3 yH2O
2.2 Fenol
Senyawa fenol merupakan senyawa aromatik yang bersifat toksik,
korosif, dan memiliki bau yang tidak sedap [1]. Fenol bersifat karsinogenik
dan terurai sangat lambat oleh sinar matahari dan teroksidasi oleh oksigen
sangat lambat [2]. Limbah cair yang berupa fenol berasal dari industri rumah
tangga, farmasi, gas, penyulingan minyak bumi, dan tekstil. Senyawa fenol
jika terakumulasi pada tubuh manusia akan menghasilkan dampak negatif
seperti pelemahan detak jantung, tekanan darah, kerusakan ginjal dan
kematian [6].
6
Gambar 2.3 Struktur fenol [19]
2.3 Kitosan
Kitosan berasal dari kitin yang dihasilkan dari proses deasetilasi.
Kitin merupakan kulit udang yang memiliki rumus molekul (C8H13NO5)5.
Kitosan merupakan poly-(β-1,4-D-glukosamin) yang dapat larut dalam asam
7
asetat encer, asam laktat, asam malat, asam format, dan asam suksinat.
Kitosan memiliki pKa 6,3 yang merupakan polikationik yang dapat
menghasilkan ion-ion –NH3+ jika dilarutkan dalam asam [22]. Kitosan dapat
digunakan untuk mengadsoprsi limbah cair, yang mana gugus amino dan
hidroksil yang terikat jika dihubungkan akan meningkatkan reaktivitas pada
kitosan sehingga dapat digunakan sebagai adsorben [23].
Kitosan berasal dari isolasi limbah kulit udang dan kepiting yang
merupakan polimer alam hasil dari derivatif deasetilasi kitin. Kitosan
memiliki gugus hidroksil (OH) yang bermuatan negatif dan memiliki gugus
amin (NH2) sehingga memiliki ikatan ionik yang sangat kuat Selain itu
kitosan memiliki sifat hidrofilik yang sangat lemah [24]. Dalam kondisi
asam memiliki banyak ion H+ sehingga menyebabkan gugus amina pada
kitosan terprotonasi [25].
Kitosan banyak diaplikasikan dalam bidang industri, seperti pada
industri tekstil, kedokteran, penanganan limbah, dan pengolahan pangan.
Kitosan didapat dengan cara deasetilasi kitin. Fourier transform infrared
spectroscopy (FTIR) dapat digunakan untuk menentukan derajat deasetilasi
kitosan dengan panjang gelombang 4000 cm-1-600 cm-1 [26].
Dari gambar 2.5 menunjukkan adanya interaksi hipotetik antara TiO2
dengan kitosan yang terjadi melalui ikatan hidrogen. Pembentukan interaksi
asam-basa Lewis dan ikatan hidrogen antara gugus-gugus fungsional pada
kitosan dan zat lainnya yang dapat menstabilkan interaksi dari kitosan
sehingga penyisipan TiO2 ke dalam matriks kitosan terjadi karena adanya
interaksi oleh ikatan hidrogen dengan asam-basa Lewis.[27].
8
2.4 Fotokatalis TiO2
Senyawa TiO2 merupakan senyawa semikonduktor yang memiliki
sifat stabil dan dapat digunakan sebagai katalis untuk mendegradasi senyawa
organik yang memiliki konsentrasi rendah karena terdapat spesies radikal
yang aktif [2]. Titanium dioksida ini memiliki band gap sebesar 3,2 ev
sehingga dapat diaplkasikan pada sinar UV [7]. TiO2 memiliki 3 jenis
polimorf yaitu [28] :
1. Rutil :memiliki struktur oktahedral, sedikit distorsi untuk
oktahedronnya, band gap 3,1 eV.
2. Anatase :memiliki struktur oktahedral, distorsi cukup besar dan tidak
simetri, lebih reaktif terhadap cahaya, memiliki daerah
aktivasi yang luas, band gap 3,2 eV
3. Brukit : struktur kristalnya ortorhombik.
9
Pengaruh pH larutan terhadap proses fotodegradasi akan
mempengaruhi kekuatan ionik, sifat dye, adsorpsi pewarna pada partikel
fotokatalis TiO2, dan muatan permukaan fotokatalis [28].
(a) (b)
Gambar 2.6 Struktur kristal anatase (a) dan rutil (b) [28].
10
memiliki pita valensi dan pita konduksi yang kosong sehingga saat disinari
dengan cahaya matahari akan terjadi eksitasi elektron dari pita valensi ke
pita konduksi sehingga mengalami hole pada pita valensi. Selanjutnya hole
bereaksi dengan H2O membentuk radikal hidroksil. Radikal hidroksil
mampu mendegradasi senyawa organik menjadi CO2 dan air. Pada
permukaan semikonduktor terdapat elektron yang dapat beraksi dengan O2
membentuk radikal superoksida. Radikal ini juga mampu mendegradasi
senyawa organik [8]. Penelitian Haris, dkk [7] menunjukkan proses
fotokatalitik fenol dengan sinar UV menggunakan semikonduktor TiO2
memiliki aktivitas yang lebih tinggi dalam mendegradasi limbah fenol bila
dibandingkan dengan semikonduktor Cu-S TiO2. Pada pH basa permukaan
TiO2 akan bermuatan negatif sedangkan pada pH asam permukaan TiO2
bermuatan positif. Reaksi berikut merupakan pengaruh pH terhadap
keadaan ionisasi dari permukaan TiO2 yaitu [31] :
11
TiO2N/Zeolit-Kitosan pada degradasi methylene blue dapat meningkatkan
aktivitas proses fotokatalik hingga ±20% sehingga dihasilkan degradasi
methylene blue yang optimal.
12
2.7 Spektrofotometer UV-Vis
Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah suatu hubungan antara
berkas radiasi elektromagnetik yang diabsorbsi atau ditransmisikan dengan
tebalnya cuplikan dan konsentrasi dari komponen penyerap. Pada penentuan
konsentrasi sampel diperoleh dari data serapan sampel sehingga dapat dibuat
kurva baku yang merupakan hubungan antara berkas radiasi yang diabsorbsi
dengan konsentrasi dari zat standar yang diketahui.
Penggunaan spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada hukum Lambert –
Beer yaitu hubungan antara intensitas cahaya yang ditansmisikan dengan
tebalnya larutan dan hubungan antara intensitas dengan konsentrasi zat.
Hukum Lambert-beer yaitu [38] :
A = log (2.3)
A = a .b. C (2.4)
13
n = kelipatan bilangan bulat, λ = panjang gelombang sinar X, θ = sudut
difraksi, d = jarak antar bidang
Berdasarkan Gambar 2.9 menunjukkan hasil karakterisasi XRD bahwa
intensitas peak TiO2 anatase berkurang dengan adanya penambahan urea.
Nilai peak yang dihasilkan pada TiO2 anatase, TiO2-dopan N (95:5) dan
TiO2-dopan-N (90:10) berturut-turut 2θ = 25,5794°, 2θ = 25,5398° dan 2θ =
25,7286° [8].
2θ
Gambar 2.9 Hasil karakterisasi XRD fotokatalis TiO2 dopan- N [8]
Gambar 2.10 Spektra IR (A) zeolit asal, (B) kristal TiO2 (anatase), dan (C)
TiO2-zeolit [41]
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
8. Penentuan Konsentrasi fenol hasil degradasi menggunakan
Spektrofotometer UV Visible Genesys 10S.
9. Analisa Data
17
3.4.4 Karakterisasi fotokatalis granul TiO2-N/zeolit-kitosan
3.4.4.1 Karakterisasi fotokatalis granul TiO2-N/zeolit-kitosan
menggunakan FTIR
Karakterisasi FTIR digunakan untuk mengkarakterisasi gugus
fungsional yang terdapat pada fototakatalis granul TiO2N/Zeolit-Kitosan
dengan bilangan gelombang 4000-400 cm-1 dengan menggunakan metode
pellet KBr.
18
HCl 0,05 M atau NaOH 0,05 M hingga mencapai pH larutan fenol standar,
ditambahkan 25 mL aquades lalu diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum.
19
3.4.6.2 Pembuatan kurva baku fenol
Larutan fenol dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 mg/L
diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis
selanjutnya dibuat kurva baku.
3.5.2 Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata atau nilai
tengah pada suatu data dengan menggunakan standar nilai F. Untuk
menghitung beda nyata setiap perlakuan, maka dibuat hipotesis nol (H0) dan
20
hipotesis alternative (H1). Jika Fhitung > F table maka H0 ditolak, menunjukkan
adanya beda nyata pada perlakuan.
ulangan Rata-
Perlakuan Total rata
1 2 3
A
Y11 Y14 Y13
B
C
Total
Y12
Keterangan :
KTg = kuadrat tengah galat yang diperoleh dari analisa ragam
α = taraf nyata
r = banyaknya pengulangan
t = nilai yang diperoleh dari tabel t-student pada taraf nyata (α)
Dari nilai Uji BNT yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan yaitu :
a. Jika BNT (α) < (XA – XB ) menunjukkan adanya perbedaan
b. Jika BNT (α) > (XA – XB ) menunjukkan tidak adanya beda nyata.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
4.2 Sintesis Fotokatalis TiO2-N/Zeolit
Pembuatan fotokatalis TiO2-N dilakukan dengan menggunakan
metode sonikasi dengan mencampurkan TiO2 dan urea dengan perbandingan
mol TiO2 dan urea (20:3). Campuran tersebut ditambahkan dengan air
demineralisasi agar terbentuk suspensi kemudian dilakukan sonikasi selama
30 menit. Tujuan dilakukan sonikasi adalah untuk mempercepat
terbentuknya kristal, menghindari terbentuknya partikel amorf, dan
mencegah terbentuknya gumpalan pada suspensi tersebut [43]. Campuran
hasil sonikasi yang telah dikeringkan dengan oven suhu 110°C menjadi
padatan kering berwarna putih dan dikalsinasi pada suhu 300 °C selama 2
jam untuk menghilangkan molekul-molekul air dan molekul organik yang
ada pada TiO2-N. Fotokatalis TiO2-N berwujud padatan berwarna putih.
Gambar fotokatalis TiO2-N disajikan pada lampiran Gambar E.2
Fotokatalis TiO2-N yang terbentuk selanjutnya diimpregnasi pada
zeolit aktivasi dengan ditambah larutan etanol 96% dan dilakukan
pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 5 jam. Hal ini bertujuan
untuk memaksimalkan proses dispersi TiO2 pada zeolit. Etanol digunakan
untuk menghomogenkan larutan campuran. TiO2-N yang terimpregnasi pada
zeolit dilakukan kalsinasi pada suhu 500 °C selama 5 jam agar TiO2-N
terikat kuat pada zeolit aktivasi dan untuk menghilangkan molekul air,
menghilangkan pengotor organik, dan menginduksi kristalisasi. Fotokatalis
TiO2-N/zeolit berwujud padatan berwarna kecoklatan. Gambar fotokatalis
TiO2-N/ zeolit disajikan pada lampiran E.3
23
4.4 Karakterisasi Fotokatalis Granul TiO2-N/Zeolit-Kitosan
4.4.1 FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy)
Gambar 4.1 Spektra FTIR dari zeolit aktivasi, TiO2-N, TiO2-N/Zeolit dan
TiO2-N/Zeolit-Kitosan
24
Tabel 4.1 Hasil interpretasi FTIR sampel fotokatalis zeolit, TiO2, TiO2-N,
TiO2-N/zeolit, dan TiO2-N /zeolit-kitosan
TiO2N/
Zeolit TiO2 TiO2-N TiO2N/ Zeolit- Pustaka Interpre-tasi
zeolit Kitosan
Bilangan Gelombang (cm-1)
3632,47 3620,14 Vibrasi ulur
[42] Si-OH
3401,08 3424, 18 3111, 3422, 3362, 46 3448, 72
73 25 [45] Gugus OH
terhidrasi
1651, 72 1664 Gugus CO
[46] amida
1634, 1560
36 [46] NH bending
1420, 1427, 1422, 1250- 1650
27 99 20 [33] Ikatan N-TiO2
25
gekombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.
Karakterisasi dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui puncak serapan
sampel sebelum dan sesudah terbentuknya suatu komposit fotokatalis TiO2-
N /zeolit-kitosan.
Hasil karakterisasi FTIR untuk zeolit aktivasi (Gambar 4.1), pada
bilangan gelombang 3632,47 dan 3401,03 cm-1 menunjukkan adanya gugus
OH yang yang terhidrasi pada zeolit, 1651,72 cm-1 menunjukkan adanya
vibrasi tekuk OH, 1051,89 dan 797,31 cm-1 menunjukkan serapan regangan
asimetri dan simetri dari O-Si-O dan O-Al-O. Pada bilangan gelombang
565,87 dan 454 cm-1 merupakan karakteristik vibrasi bonding Al-O dan Si-O
[42].
Hasil karakterisasi untuk sampel TiO2 (Gambar 4.1), serapan pada
bilangan gelombang 3424,18 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur OH,
1634,36 cm-1 merupakan serapan OH tekuk deformasi dari H2O yang
diadsorpsi oleh permukaan TiO2 saat proses sonikasi. Serapan khas TiO2
pada bilangan gelombang 712,45 cm-1, 689,30 cm-1, 535,01 cm-1, dan 525,36
cm-1. Untuk sampel TiO2-N, pada bilangan gelombang 1420,27 cm-1
menunjukkan terbentuknya ikatan N pada TiO2. Karakteristik dari TiO2
terdapat pada bilangan gelombang 712,45 cm-1, 662,30 cm-1, dan 525,36 cm-
1
. Serapan pada TiO2 terjadi sedikit pemendekan puncak karena gugus Ti-O
menjadi Ti-N.
Pada karakterisasi FTIR sampel TiO2-N/zeolit (Gambar 4.1), setelah
dilakukan penambahan dengan zeolit menunjukkan adanya serapan yang
melebar pada daerah 3400 cm-1 yang menandakan adanya vibrasi ulur OH
pada zeolit. Serapan pada bilangan gelombang 1427,99 cm-1 menunjukkan
adanya ikatan N pada TiO2 puncak 1055,75 cm-1 menunjukkan adanya
vibrasi ulur asimetri Si-O dan Al-O. Karakteristik TiO2 ditunjukkan pada
puncak 465,58 cm-1. Serapan pada TiO2-N lebih pendek dibandingkan
dengan zeolit, karena zeolit yang dicampurkan lebih banyak dibandingkan
dengan TiO2-N.
Hasil karakterisasi untuk fotokatalis granul TiO2-N/zeolit-kitosan
(Gambar 4.1), pada bilangan gelombang 3362,46 cm-1 menunjukkan adanya
tumpang tindih serapan vibrasi rentangan gugus –OH dan N−H. Hal
tersebut menunjukkan bahwa H2O membentuk ikatan hidrogen pada zeolit
dan digantikan dengan OH pada kitosan. Perubahan spektra tersebut
mengindikasikan terbentuknya suatu komposit. Bilangan gelombang
1651,72 cm-1 dan 1422,20 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O pada
kelompok amida dan adanya vibrasi tekuk pada NH pada kelompok amida
26
[46]. Pada bilangan gelombang 1057,68 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi
ulur asimetri Si-O dan Al-O. Karakteristik dari TiO2 ditunjukkan pada
bilangan gelombang 465,58 cm-1. Berdasarkan spektra IR pada kitosan,
menunjukkan adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 3441,01 cm-1
yang menunjukkan adanya OH stretching, dan 1660,71 cm-1 menunjukkan
adanya gugus C=O amida [50].
Counts
800 Zeolit Alam Lolos 200mesh
600
400
200
0
30 40 50 60 70
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
27
Zeolit Standar JCPDS 49-0924 dan
83-1833
2θ Int. d [A°] 2θ Int. Jenis
26,7722 100,00 3,32726 26,403 48,0 Mordenit
29,8547 11,31 2,99936 29,178 100,00 Kristobalit
A
1000
500
0
30 40 50 60 70
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Counts
TiO2-N (1)
800
B
600
400
200
0
30 40 50 60 70
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
28
Tabel 4.3 Nilai 2θ difraktogram TiO2 dan TiO2-N dan standar TiO2
TiO2 TiO2-N JCPDS 881175
2θ Int. 2θ Int. 2θ Int. Jenis
27,4793 19,24 27,5448 26,65 27,911 100,00 Rutil
36,1078 12,62 36,1292 16,85 36,435 42,8 Rutil
39,5323 9,66 39,5288 17,19 39,884 6,9 Rutil
41,2824 3,36 41,3411 6,21 41,723 16,5 Rutil
44,1204 1,27 44,1756 3,11 44,831 6,2 Rutil
55,0904 4,87 55,1754 15,04 55,119 46,5 Rutil
29
Parameter ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH pada
proses penurunan konsentrasi fenol dan juga terjadinya adsorpsi. Hasil dari
penurunan konsentrasi fenol 50 mg/L dengan variasi pH 2, 4, 6, 8, 10, dan
12 terdapat pada Gambar 4.2 yang merupakan kurva hubungan variasi pH
terhadap penurunan konsentrasi fenol.
Pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa semakin tinggi pH
penurunan konsentrasi fenol semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji
statistika untuk parameter ini (Lampiran D.1) menunjukkan bahwa
Fhitung>Ftabel 95%) (74,37>4,39), artinya bahwa pH berpengaruh terhadap
penurunan konsentrasi fenol dan dipastikan dengan uji BNT. Hasil uji
BNT diperoleh pH optimum yaitu pH 12. Pada pH asam dalam kondisi
penyinaran sinar UV untuk pH 2, 4, dan 6 berturut-turut penurunan
konsentrasi fenol sebesar 17,83; 25,43; dan 28,65 %. Sedangkan pada pH
8, 10, dan 12 didapat nilai penurunan konsentrasi fenol berturut-turut
sebesar 29,53; 32,74; dan 35,08%.
Fotokatalis TiO2 memiliki pHpzc 6,2 [51], sehingga dalam keadaan
ini TiO2 lebih banyak bereaksi dengan H+ sehingga permukaan TiO2
cenderung bermuatan positif. Senyawa fenol merupakan senyawa organik
yang bermuatan positif dalam kondisi basa [6], sehingga dalam kondisi
asam bereaksi dengan TiO2 reaksinya cenderung tidak disukai (tolak-
menolak) karena dalam kondisi asam TiO2 bermuatan positif sehingga
menyebabkan pH optimum tidak dalam kondisi asam.
Kondisi pH optimum diperoleh dalam kondisi basa yaitu pada pH
12, hal ini karena TiO2 dalam suasana basa bermuatan negatif dan fenol
bermuatan positif sehingga reaksinya cenderung lebih disukai (lebih
mudah bereaksi mendegradasi fenol), hal ini sesuai dengan persamaan 2.2
[31]. Pada kondisi basa diperoleh penurunan konsentrasi fenol lebih tinggi
karena banyaknya OH- yang yang dapat bereaksi dengan hole, sehingga
pH dapat mempengaruhi proses penurunan konsentrasi fenol. Fenol
merupakan asam kuat dan memiliki pKa 10. Fenol yang bereaksi dengan
NaOH akan berubah menjadi natrium fenoksida. Berikut merupaka reaksi
fenol dengan NaOH [52] :
30
Pada penelitian Permata [6], tentang radiasi fotokatalitik fenol
menggunakan fotokatalis ZnO dan sinar UV diperoleh degradasi fenol
dalam suasana basa pada pH optimum yaitu pH 8, dikarenakan fenol
memiliki muatan kationik sehingga lebih teradsorpsi pada permukaan
ZnO yang bermuatan anionik, sedangkan penelitian Ghofur [53] diperoleh
pH optimum dalam kondisi basa yaitu pH 11 untuk degradasi metilen biru
menggunakan fotokatalis TiO2-Bentonit. Hal ini dikarenakan TiO2 yang
diembankan pada bentonit memiliki muatan negatif akibat berada pada
kondisi diatas pHzpc TiO2 yaitu 6,3. Metilen biru memiliki muatan kationik
sehingga zat warna metilen biru lebih mudah bereaksi dengan fotokatalis,
sedangkan pada proses degradasi methyl orange diperoleh pH optimum
dalam keadaan asam yaitu pH 2. Pada kondisi asam permukaan TiO2
bermuatam positif dan methyl orange bermuatan negatif sehingga
interaksinya lebih mudah dalam kondisi asam [31].
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi larutan
fenol yang dihasilkan pada kondisi gelap relatif kecil . Pada kondisi asam
dengan variasi pH 2, 4, dan 6 dihasilkan persentase penurunan konsentrasi
fenol berturut-turut sebesar 6,43; 6,43; dan 7,89%. Sedangkan pada pH
basa yang diwakili pH 8, 10, dan 12 diperoleh nilai persentase penurunan
konsentrasi fenol berturut-turut sebesar 8,47; 9,94; dan 11,11%. Hal ini
dikarenakan pada kondisi gelap tidak ada energi foton yang dapat
mengaktifkan fotokatalis TiO2-N/zeolit-kitosan. Pada kondisi gelap ini
hanya terjadi proses adsorpsi oleh fotokatalis [54]. Adsorpsi terjadi karena
senyawa fenol dan sisi aktif pada permukaan fotokatalis bersifat polar
sehingga adanya interaksi yang kuat [55].
Berdasarkan Gambar 4.4 terlihat adanya perbedaan antara
penurunan konsentrasi fenol dalam kondisi penyinaran sinar UV dan
kondisi gelap, hal ini menunjukkan terjadinya proses fotodegradasi. dengan
adanya sinar sebagai energi foton. Adanya energi foton akan dihasilkan
radikal •OH yang aktif untuk mendegradasi senyawa fenol.
32
menyebabkan terjadnya eksitasi elektron menuju pita konduksi semakin
terbatas [56]. Penelitian yang dilakukan Wardhani, dkk [58], diperoleh
band gap TiO2 sebesar 3,28 eV, sedangkan untuk TiO2-Zeolit diperoleh
band gap sebesar 3,15 eV, sehingga selisih band gapnya sebesar 0,13 eV
Adanya energi baru dari dopan N dapat mengakibatkan pergeseran panjang
gelombang tepi menuju sinar tampak sehingga fotokatalis dopan N
aktivitas fotokatalitiknya lebih tinggi pada daerah sinar tampak
dibandingkan dengan fotokatalis tanpa dopan N [57].
Berdasarkan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa lama penyinaran
berpengaruh terhadap penurunanan konsentrasi fenol. Semakin lama waktu
penyinaran maka perubahan penurunan konsentrasi fenol semakin
meningkat. Lamanya waktu penyinaran yang optimum ditunjukkan pada
penyinaran selama 12 jam untuk fotokatalis TiO2-N/zeolit-kitosan maupun
fotokatalis TiO2/zeolit-kitosan. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik
(Lampiran D.4 dan D.7), menunjukkan bahwa Fhitung>Ftabel
(95%)(1900,19>3,23) artinya bahwa lama penyinaran berpengaruh terhadap
penurunan konsentrasi fenol dan dipastikan dengan uji BNT. Hasil uji BNT
menunjukkan ada perbedaan nyata dalam perlakuan. Pada penyinaran
selama 1-6 jam terjadi peningkatan penurunan konsentrasi yang sangat
tajam sedangkan pada penyinaran 6-12 jam peningkatan penurunan
konsentrasinya sangat kecil. Pada penyinaran selama 12 jam untuk
fotokatalis granul TiO2-N/zeolit-kitosan diperoleh penurunan konsentrasi
fenol sebesar 42,69% sedangkan pada fotokatalis tanpa dopan N diperoleh
penurunan konsentrasi sebesar 56,15%. Hal ini dikarenakan lamanya
waktu penyinaran pada penurunan konsentrasi fenol menunjukkan bahwa
adanya lama kontak antara fotokatalis dengan sinar (hύ) untuk
menghasilkan radikal •OH. Semakin lama waktu penyinaran maka akan
meningkatkan energi foton yang dihasilkan sehingga akan menghasilkan
radikal •OH yang semakin banyak [59]. OH radikal merupakan oksidator
kuat yang dapat digunakan untuk mendegradasi senyawa fenol. Semakin
banyaknyan radikal OH yang terbentuk maka akan semakin banyak
senyawa fenol yang terdegradasi. Hal ini sesuai dengan reaksi 4.3 sampai
4.9. Reaksi terjadinya proses degradasi zat warna pada permukaan
semikonduktor selama penyinaran yaitu [34]:
33
TiO2 + hύ → TiO2 + (e-cb+ h+vb) (4.3)
(h+vb) + H2O → H+ + OH• (4.4)
(h+vb) + OH- → OH• (4.5)
(e-cb) + O2 → O2-• (4.6)
2O2- + 2H2O → 2OH• + OH- + O2 (4.7)
OH• + zar warna → degradasi pewarna (4.8)
TiO2 (e-cb + h+ vb) + senyawa organik → CO2 + H2O (4.9)
34
Gambar 4.8 Kurva hubungan penggunaan kembali (reuse) fotokatalis
TiO2-N/zeolit-kitosan terhadap penurunan aktivitas
fotokatalis
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesmpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan adanya ikatan N pada
permukaan TiO2 pada bilangan gelombang 1420,27 cm-1. Hasil
karakterisasi XRD menunjukkan bahwa zeolit yang digunakan
dalam penelitan adalah zeolit jenis mordenit sedangkan untuk TiO2
yang digunakan merupakan TiO2 jenis rutil.
2. Kondisi pH larutan fenol mempengaruhi terjadinya penurunan
konsentrasi fenol dengan menggunakan sinar UV dan diperoleh pH
optimum yaitu pH 12.
3. Variasi lama penyinaran berbanding lurus dengan penurunan
konsentrasi fenol. Waktu penyinaran optimum terdapat pada
penyinaran selama 12 jam. Dopan N pada fotokatalis TiO2 tidak
meningkatkan efektivitas dalam penurunan konsentrasi fenol dengan
menggunakan sinar UV.
4. Efektivitas penggunaan kembali (reuse) fotokatalis granul
TiO2N/zeolit-kitosan dalam penurunan konsentrasi fenol dapat
digunakan hingga kedua kali pemakaian dengan penurunan aktivitas
fotokatalis sebesar 25,04 %.
5.2 Saran
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan karakterisasi hasil
degradasi agar diketahui senyawa yang terbentuk setelah proses degradasi
dan kajian yang lebih mendalam untuk menentukan laju reaksi penurunan
konsentrasi fenol.
37
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dewilda, Y., Arfianita, R., dan Iman, F.F., 2012, Degradasi Senyawa
Fenol Oleh Mikroorganisme Laut, Jurnal Teknik
Lingkungan Unand, Vol. 9, No.1, 59-73.
[7] Haris, A., Widodo, D.S., dan Nuryanto, R., 2014, Sintesis dan
Karakterisasi Nanopartikel Fotokatalis TiO2 dengan Doping
Tembaga dan Sulfur serta Aplikasinya pada Degradasinya
Senyawa Fenol, Jurnal Sains dan Matematika, Vol. 22, No. 2,
48-51.
[8] Riyani, K., Setyaningtyas, T., dan Dwiasih, D.W., 2012, Pengolahan
Limbah Cair Batik menggunakan Fotokatalis TiO2-Dopan N
38
dengan bantuan Sinar Matahari, Valensi, Vol. 2, No.5, 581-
587.
[9] Solikha, S., dan Utami, B., 2014, Perbedaan Penggunaan Zeolit
Alam Teraktivasi dan Zeolit Terimmobilisasi Dityzon Untuk
Penyerapan Ion Logam Tembaga (Cu2+), Seminar Nasional
Kimia dan Pendidikan Kimia VI, Surakarta.
[10] Hameed, B.H., dan Akpan, U.G., 2009, Parameters Affecting the
Photocatalytic Degradation of Dyes Using TiO2 –based
Photocatalysts : A review, Journal of Hazardous Material 170,
520-529.
[12] Nikmah, R.A.S., Widiastuti, N,, dan Fansuri, H., 2008, Pengaruh
Waktu dan Perbandingan Si/Al terhadap Pembentukan
Zeolit A Dari Abu Dasar Bebas Karbon Dari PLTU
PT.IPMOMI dengan Metode Hidrotermal, Jurnal Zeolit
Indonesia, Vol. 7, No. 1.
39
[17] Widjajanti, E., Tutik, R., dan Utomo, M.P., Pola Adsorpsi Zeolit
terhadap Pewarna Azo Metil Merah dan Metil Jingga,
Prosiding Seminar Penelitian Pendidikan dan Penerapan
MIPA, Yogyakarta, 14 Mei 2011.
[22] Alaudin, M., dan Widiarti, N., 2014, Sintesis dan Modifikasi Lapis
Tipis Kitosan-Tripolifosfat, Jurnal MIPA 37 (1) : 46-52.
[23] Harahap, S., 2011, Penggunaan Kitosan dari Kulit Udang dalam
Menurunkan Kadar Total Suspenden Solid (TSS) Pada
Limbah Cair Industri Plywood, Jurnal Akuatika, Vol.2,
No.2.
40
[26] Harjanti, R.S., 2014, Kitosan dari Limbah Udang sebagai
Bahan Pengawet Ayam Goreng, Jurnal Rekayasa Proses,
Vol.8, No.1.
[30] Paola, A.D., Bellardita, M., dan Palmisano, L., 2013, Brookite,
the Least Known TiO2 Photocatalyst, Catalysts, 3, 36-73.
41
menggunakan Fotokatalis TiO2- N, Kimia Student Journal,
Vol. 1, No.1, 661-667.
[35] Kalantari, K., Mansour, K., Sohrabi, M., dan Royae, S.J., 2016,
Synthesis and Characterization of N-doped TiO2
Nanoparticles and Their Application in Photocatalytic
Oxidation of Dibenzothiophene Under Visiblelight,
Ceramics International, 42, 14834-14842.
42
[40] Stuart, B., 2004, Infrared Spectroscopy : Fundamental And
Applications, John Wiley & Sons, Ltd, France.
43
[48] Vetrivel, V., Rajendran, K., dan Kalaiselvi, V., 2015, Synthesis and
Characterization of Pure Titanium dioxide
Nanoparticles by Sol-gel Method, International Journal of
Chemtech Research, Vol.7, No.3, 1090-1097.
[50] Agustina, S., Swantara, M.D., dan Suartha, I.N., 2015, Jurnal Kimia,
Vol.2, No.9, 271-278.
[51] Chou, J.C., dan Liao, L.P., 2005, Study on pH at The Point of Zero
Charge of TiO2 pH Ion-Sensitive Field Effect Transistor
Made by the Sputtering Method, Thin Solid Films,
476,157-161.
[53] Ghofur, M.A., Wardhani, S., dan Tjahjanto, R.T., 2014, Pengaruh pH
Awal dan Konsentrasi Awal Larutan Metilen Biru
pada Degradasi Larutan Metilen Biru
menggunakanFotokatalis TiO2-Bentonit, Kimia Student
Journal, Vol. 2, No. 2, pp. 548-554.
[54] Gurkan, Y.Y., Turkten, N., Hatipoglu, A., dan Cinar, Z., 2012,
Photocatalytic Degradation of Cafezolin over N-doped
TiO2 under UV and Sunlight Irradation: Prediction of
The Reaction Paths via Conceptual DFT, Chemical
Engineering Journal, 113-124.
[55] Lin, Y-T., Weng, C-H., Hsu, H-J., Huang, J-W., Srivastav, A.L., dan
Shiesh, C-C., 2014, Effect of Oxygen, Moisture, and
Temperature on The Photo Oxidation of Ethylene on
N-doped TiO2 Catalyst, Separation and Purification
Technology, Vol. 134, 117-125.
44
[56] Cheng, X., Yu, X., dan Xing, Z., 2012, Characterization and
Mechanism Analysis of N doped TiO2 with Visible
Light Response and Its Enhanced Visible Activity,
Applied Surface Science, 3244-3248.
[57] Fraditasari, R., Wardhani, S., dan Khunur, M.M., 2015, Degradasi
Methil Orange Menggunakan Fotokatalitis TiO2-N :
Kajian Pengaruh Sinar dan Konsentrasi TiO2-N, Kimia
Student Journal, Vol. 1, No. 1, pp. 606-612.
45
LAMPIRAN
46
47
LAMPIRAN B. Perhitungan dan Pembuatan Larutan
B.1 Pembuatan Fotokatalis TiO2-N
Fotokatalis TiO2-N : Urea dibuat dengan perbandingan mol TiO2 -N :
Urea sebesar (20:3). Massa TiO2 dan massa urea yang digunakan yaitu :
Massa TiO2 (g) = mol TiO2 x Mr TiO2
= 0,03 mol x 79,87 g/mol
= 2,4 g
Massa Urea (g) = x 0,03 mol x Mr Urea
[HCl] = x x
= x x
= 10,179 M
a. HCl 0,4
V1.C1 = V2.C2
V1 . 10,179 M = 1000 mL . 0,4 M
V1 = 39,296 mL
48
b. HCl 0,05 M
V1.C1 = V2.C2
V1 . 10,179 M = 1000 mL . 0,05 M
V1 = 12,5 mL
[NaOH] =
0,4 M =
V1.C1 = V2.C2
V1 . 0,4 M = 100 mL . 0,05 M
V1 = 12,5 mL
49
B.6 Preparasi Larutan Fenol
a. Larutan Induk Fenol 100 mg/L
Padatan fenol ditimbang 100 mg dan dilarutkan pada 1000 mL
aquades.
1 ppm = 1 mg/L
100 ppm = 100 mg/L
b. Larutan Fenol 12 mg/L
Larutan fenol 12 mg/L dibuat dengan memipet 12 mL larutan fenol
100 mg/L dan dilarutkan dengan aquades hingga 100 mL :
V1.C1 = V2.C2
V1 . 100 mg/L= 100 mL . 12 mg/L
V1 = 12 mL
V1.C1 = V2.C2
V1 . 0,4 M = 1000 mL . 0,01 M
V1 = 25 mL
b. pH 4
pH = - log [H+]
4 = -log [H+]
10-4 = [H+]
50
V1.C1 = V2.C2
V1 . 0,4 M = 1000 mL . 10-4 M
V1 = 0,25 mL
c. pH 6
pH = - log [H+]
6 = -log [H+]
10-6 = [H+]
V1.C1 = V2.C2
V1 . 0,4 M = 1000 mL . 10-6 M
V1 = 2,5 x 10-3 mL
d. pH 8
14 = pH + pOH
14 = 8 + pOH
6 = pOH
pOH = -log [OH-]
6 = -log [OH-]
10-6 = [OH-]
V1.C1 = V2.C2
V1 . 0,4 M = 1000 mL . 10-6 M
V1 = 2,5 x 10-3 mL
e. pH 10
14 = pH + pOH
14 = 10 + pOH
4 = pOH
pOH = -log [OH-]
4 = -log [OH-]
10-4 = [OH-]
V1.C1 = V2.C2
V1 . 0,4 M = 1000 mL . 10-4 M
V1 = 0,25 mL
51
f. pH 12
14 = pH + pOH
14 = 12 + pOH
2 = pOH
pOH = -log [OH-]
2 = -log [OH-]
10-2 = [OH-]
V1.C1 = V2.C2
V1 . 0,4 M = 1000 mL . 10-2 M
V1 = 25 mL
52
LAMPIRAN C. Data Hasil Penelitian
C.1 Karakterisasi Fotokatalis Granul TiO2- N/Zeolit-Kitosan
C.1.1 Karakterisasi menggunakan FTIR
100
%T
90
3401.03
697.02
1510.92
3632.47
625.66
80
1651.72
565.87
797.31
70
60
50
1221.62
454.00
40
30
1051.89
20
10
0
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
Zeolit Aktifasi 1/cm
105
%T
90
2513.84
3424.18
1798.30
1698.00
75
1634.36
434.72
60
876.38
45
30
525.36
535.01
689.30
712.45
15
1424.13
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
TiO2 1/cm
53
90
3111.73
2513.84
1134.83
1798.30
%T
1717.29
75
60
876.38
45
1420.27
30
15
662.30
712.45
525.36
0
-15
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
TiO2N 1/cm
90
%T
75
1427.99
1634.36
60
45
3422.25
30
1055.75
627.58
693.16
465.58
15
0
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
TiO2N Zeolit 1/cm
54
100
%T
2874.50
90
3362.46
1651.72
1422.20
80
70
774.16
60
693.16
465.58
50
1057.68
40
30
20
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
Beads TiO2n Zeolit Kitosan 1/cm
Counts
800 Zeolit Alam Lolos 200mesh
600
400
200
0
30 40 50 60 70
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
56
46.6393 31.37 0.3264 1.94588 5.29
57
Tabel C.3 Standar Silika JCPDS 83-1833
58
Counts
TiO2 f.g
1500
1000
500
0
30 40 50 60 70
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
59
Tabel C.4 Data peak TiO2
Pos. [°2Th.] Height [cts] FWHM d-spacing [Å] Rel. Int.
Left [%]
[°2Th.]
60
53.9466 89.87 0.1673 1.69969 5.71
61
Counts
TiO2-N (1)
800
600
400
200
0
30 40 50 60 70
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
62
38.7398 37.20 0.2342 2.32444 4.48
63
68.8574 48.29 0.1224 1.36244 5.81
64
65
C.2 Penentuan panjang gelombang maksimum fenol dengan
spektrofotometer UV-Visible
66
Gambar C.10 Kurva baku fenol pada λ 269,70 nm
67
Absorbansi
Larutan Fenol 50 mg/L fp
(A)
pH 6 5 0.169
pH 8 5 0.178
pH 10 5 0.174
pH 12 5 0.169
68
C.5.2 Data Uji Pengaruh pH Fenol 50 mg/L terhadap Penurunan
Konsentrasi Fenol dengan Fotokatalis TiO2N/Zeolit-Kitosan dalam
kondisi gelap selama 5 jam
Tabel C.10 Data hasil uji pengaruh pH Fenol 50 mg/L terhadap penurunan
konsentrasi fenol 50 mg/L dengan Fotokatalis granul TiO2N/Zeolit-Kitosan
dalam kondisi gelap selama 5 jam
pH Absorbansi Absorbansi Co Ct %C
(A) Rata-rata (mg/L) Rerata Rata-rata
(mg/L)
2 0,160 0,160 50 46,78 6,43 ± 0,00
0,160
4 0,158 0,159 50 46,48 6,43 ± 0,82
0,160
6 0,158 0,1575 50 46,04 7,89 ± 0,41
0,157
8 0,158 0,1565 50 45,75 8,47 ±1,24
0,155
10 0,154 0,154 50 45,02 9,94 ± 0,00
0,154
12 0,152 0,152 50 44,44 11,11 ± 0,00
0,152
Tabel C.12 Data uji pengaruh lama penyinaran dan penambahan dopan N
pada fotokatalis TiO2 terhadap penurunan konsentrasi fenol 50 mg/L pH 12
dalam kondisi sinar UV (Fotokatalis granul TiO2/Zeolit-Kitosan)
Waktu Absorbansi Absorbansi Co Ct Rata-rata
(A) Rata-rata (mg/L) Rerata Penurunan
(mg/L) Konsentrasi
(%)
70
Waktu Absorbansi Absorbansi Co Ct Rata-rata
(A) Rata-rata (mg/L) Rerata Penurunan
(mg/L) Konsentrasi (%)
5 0,096 0.096 50 28,07 43,85 ± 0,00
0,096
6 0,085 0,085 50 24,85 50,29 ± 0,00
0,085
8 0,081 0,081 50 23,68 52,63 ± 0,00
0,081
10 0,076 0,076 50 22,22 55,55 ± 0,00
0,076
12 0,075 0,075 50 21,92 56,14 ± 0,00
0,075
71
Contoh Perhitungan:
Slope=0,0171
Absorbansi= 0,169
Ct= x fp
= x5
= 41,22
= x 100%
= 17,56 %
72
LAMPIRAN D. Uji statistika
D.1 Data statistik pengaruh pH Fenol 50 mg/L terhadap Penurunan
Konsentrasi Fenol dengan Fotokatalis granul TiO2N/Zeolit-Kitosan
dibawah sinar UV selama 5 jam
Tabel D.1 Data statistik pengaruh pH Fenol 50 mg/L terhadap Penurunan
Konsentrasi Fenol dengan Fotokatalis granul TiO2N/Zeolit-Kitosan
dibawah sinar UV selama 5 jam
% PK Standar
pH %Rerata PK Deviasi
I II
2 17,54 18,12 17,83 0,41
4 26,31 24,56 25,43 1,24
6 27,48 29,82 28,65 1,65
8 29,23 29,82 29,53 0,41
10 33,33 32,16 32,74 0,82
12 34,50 35,67 35,08 0,82
Total = 338,54
Standar Deviasi
73
Perhitungan jumlah kuadrat
p n
Yij
2
JK total= i 1 j 1 -FK
= ( 17,542 + 18,122 +….+35,672) - FK
= 9927,157– 9550,777
= 376,38
2
n
p
Yij
JK perlakuan
j 1
i 1
- FK
n
= 1271,636 2587,757 ... 4923,829- 9550,777
2
= 9921,177 – 9550,777
= 370,4
KT perlakuan 74,08
F hitung = = = 74,37
KT galat 0,996
74
Tabel D. 2 Analisa sidik ragam satu arah penentuan pH optimum
Sumber dB JK KT Fhitung Ftabel
Keragaman
Perlakuan 5 370,4 74,08
Galat percobaan6 5,98 0,996 74,37 4,39
Total 11 376,38 75,076
H0 = P1=P2=P3=P4
H1 =P1≠P2≠P3≠P4
Fhitung > Ftabel maka H0 tidak diterima, yaitu ada perbedaan yang nyata
dalam perlakuan sehingga dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji
BNT.
75
D.2 Data statistik pengaruh lama penyinaran terhadap penurunan
konsentrasi fenol dalam kondisi sinar UV (Fotokatalis granul
TiO2N/Zeolit-Kitosan)
Tabel D.4 Data statistik pengaruh lama penyinaran terhadap penurunan
konsentrasi fenol 50 mg/L pH 12 dalam kondisi sinar UV (Fotokatalis
granul TiO2N/Zeolit-Kitosan)
% Penurunan Rata-rata
Waktu Penurunan Standar
(Jam) I II Konsentrasi Deviasi
(%)
1 8,18 7.60 7,89 0,41
76
Standar Deviasi
Yij
2
JK total= i 1 j 1 -FK
= ( 8,18 + 7,6 +….+42,692) - FK
2 2
= 18517,83– 16221
= 2296,83
2
p n
Yij
JK perlakuan
i 1 j 1
- FK
n
249,3 1034,5 ... 7289,76
= - 16221
2
= 18516,47 – 16221
= 2295,47
77
Perhitungan kuadrat tengah (KT)
JK perlakuan 2295,47
KT Perlakuan = = = 286,93
dB perlakuan 8
JK galat 1,36
KT galat = = = 0,151
dB galat 9
H0 = P1=P2=P3=P4
H1 =P1≠P2≠P3≠P4
Fhitung > Ftabel maka H0 tidak diterima, yaitu ada perbedaan yang nyata
dalam perlakuan sehingga dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji
BNT.
Uji Beda Nyata Terkecil
2KTg
BNT (0,05) = ttabel (0,05/2,dBg)
n
2KTg
= ttabel (0,025;9)
n
2 x 0,151
= 2,262
2
= 0,877
78
Tabel D. 6 Uji beda nyata terkecil penentuan waktu optimum
Waktu
Waktu Penurunan 1 2 3 4 5 6 8 10 12
(Jam) (%) Rerata Penurunan Konsentrasi (%)
79
D.3 Data statistik pengaruh lama penyinaran terhadap penurunan
konsentrasi fenol dalam kondisi sinar UV (Fotokatalis granul
TiO2/Zeolit-Kitosan)
Tabel D.7 Data statistik pengaruh lama penyinaran terhadap penurunan
konsentrasi fenol 50 mg/L pH 12 dalam kondisi sinar UV (Fotokatalis
granul TiO2/Zeolit-Kitosan)
Waktu % PK Rerata ±
% PK
(Jam) SD
I II
1 11,11 11,11 11,11 ± 0,00
2 19,88 19,88 19,88 ± 0,00
3 32,74 32,74 32,74 ± 0,00
4 38,59 38,59 38,59± 0,00
5 43,85 43,85 43,85 ± 0,00
6 50,29 50,29 50,29 ± 0,00
8 52,63 52,63 52,63 ± 0,00
10 55,55 55,55 55,55 ± 0,00
12 56,14 56,14 56,14 ± 0,00
Total =
721,63
Standar Deviasi
Yij
2
JK total= i 1 j 1 -FK
= ( 11,112 + 11,112 +….+56,142) - FK
= 33084,37– 28930,54
= 4153,83
2
n Yij
p
JK perlakuan
j 1
i 1
- FK
n
= 493,82 1581,34 ... 12606,9- 28930,54
2
= 33084,3– 28930,54
= 4153,76
KT perlakuan 519,22
F hitung = = = 67431,16
KT galat 0,0077
81
Tabel D. 8 Analisa sidik ragam satu arah penentuan waktu optimum
Sumber dB JK KT Fhitung Ftabel
Keragaman
Perlakuan 8 4153,76 519,22
Galat percobaan9 0,07 0,0077 67431,16 3,23
Total 17 4153,83 519,22
H0 = P1=P2=P3=P4
H1 =P1≠P2≠P3≠P4
Fhitung > Ftabel maka H0 tidak diterima, yaitu ada perbedaan yang nyata
dalam perlakuan sehingga dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji
BNT.
82
Tabel D. 9 Uji beda nyata terkecil penentuan waktu optimum
Waktu
C 1 2 3 4 5 6 8 10 12
Waktu
(%) Rerata Penurunan Konsentrasi (%)
11,11 19,88 32,74 38,59 43,85 50,29 52,63 55,55 56,14
1 11,11 0
2 19,88 8,77 0
3 32,74 21,63 12,86 0
4 38,59 18,71 18,71 5,85 0
5 43,85 32,74 23,97 11,11 5,26 0
6 50,29 39,18 30,41 17,55 11,7 6,44 0
8 52,63 41,52 32,75 19,89 14,04 8,78 2,34 0
10 55,55 44,44 35,67 22,81 16,96 11,7 5,26 2,92 0
12 56,14 45,03 36,26 23,4 17,55 12,29 5,85 3,51 0,59 0
Standar Deviasi
83
Perhitungan faktor koreksi
2
p n Yij
FK
i 1 j 1
(197,66) 2
9767,3689
pxn 4
Yij
2
JK total= i 1 j 1 -FK
= ( 42,692 + 42,692 +….+56,142) - FK
= 9948,2714– 9767,3689
= 180,9025
2
n
p
Yij
JK perlakuan
j 1
i 1
- FK
n
= 7289,744 12606,8 - 9767,3689
2
= 9948,271 – 9767,3689
= 180,9021
84
Perhitungan nilai Fhitung dan Ftabel
KT perlakuan 180,9021
F hitung = = = 904510,5
KT galat 0,0002
Tabel D.11 Analisa sidik ragam satu arah penentuan pengaruh dopan N
pada fotokatalis TiO2
Sumber dB JK KT Fhitung Ftabel
Keragaman
Perlakuan 1 180,9021 180,9021
Galat percobaan2 0,0004 0,0002 904510,5 18,51
Total 3 180,9025 180,9023
H0 = P1=P2=P3=P4
H1 =P1≠P2≠P3≠P4
Fhitung > Ftabel maka H0 tidak diterima, yaitu ada perbedaan yang nyata
dalam perlakuan
85
Standar Deviasi
Yij
2
JK total= i 1 j 1 -FK
= ( 21,052 + 21,052 + 15,22+ …+5,842) - FK
= 258136,7 – 1275,125
= 256861,575
2
n
p
Yij
JK perlakuan
j 1
i 1
- FK
n
1772,41 960,38 267,97 150,55
= - 1275,125
2
= 1575,66 – 1275,125
= 300,53
86
Perhitungan kuadrat tengah (KT)
JK perlakuan 300,53
KT Perlakuan = = = 100,176
dB perlakuan 3
JK galat 256861,574
KT galat = = = 64215,39
dB galat 4
Perhitungan nilai Fhitung dan Ftabel
KT perlakuan 101,176
F hitung = = = 0,00157
KT galat 64215,39
Tabel D.13 Analisa sidik ragam satu arah penggunaan kembali (Reuse)
fotokatalis granul TiO2N/Zeolit- Kitosan
Sumber dB JK KT Fhitung Ftabel
Keragaman
Perlakuan 3 300,53 101,176
Galat percobaan4 256861,574 64215,39 0,00157 6,59
Total 7 257162,104 64316,566
H0 = P1=P2=P3=P4
H1 =P1≠P2≠P3≠P4
Fhitung < Ftabel maka H0 diterima,
87
LAMPIRAN E. Dokumentasi Penelitian
88