Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telah terjadi migrasi secara besar-besaran dari negara Myanmar oleh


masyarakat Rohingya. Para masyarakat rohingnya telah menyebar ke sejumlah
wilayah dunia seperti Asia, Eropa dan Amerika. Sejak 2017 lalu migrasi
rohingnya telah menyebar ke beberapa negara seperti Bangladesh sekitar 800.000
orang, Saudi Arabia sekitar 250.000-470.00 orang, Pakistan 450.00 orang,
Malaysia 200.000 orang, India dan Uni Emirat Arab 50.000 orang, Australia,
Thailand dan Amerika Serikat sebanyak 5.000 orang, Uni Eropa sebanyak 3.000
orang, Indonesia, Yordania dan Kanada sebanyak 1.000 orang dan Jepang, Sri
Langka dan Nepal sekitar 500-800 orang. (Beni, 2023).

Terkhusus pada negara Indonesia menurut catatan UNHCR terdapat


sekitar 859 orang 0,1% orang. (Santika, 2023). Faktor utama sehingga fenomena
migrasi Rohingnya muncul disebabkan oleh keterlibatan orang Rohingya dalam
sengketa lahan dengan pemeritah Myanmar (Beni, 2023). Dari masa kekuasaan
Inggris pada 1800-an orang India dan Bangladesh yang dibawa ke Myanmar
disebut Rohingnya ini sampai membuat komunitas muslim yang besar. Sehingga
menimbulkan adanya kecemburuan dari masyarakat lokal Myanmar dan semakin
memperparah keadaan. Sampai pada intruksi politik dari pemerintah Myanmar
untuk meminta kartu putih sekitar 300.000 sebagai bukti hak suara dalam pemilu
dan jika tidak mempunyai kartu maka akan ditangkap dan dijebloskan ke dalam
penjara.

Studi terdahulu lebih banyak membahas tentang peran dan respon dari
masyarakat dan negara terhadap migrasi Rohingya di Inonesia (Rosyid, 2018),
(Hidayatullah, 2022), (Hamdi, Dkk, 2023) dan (Paramita & Zahidi, 2023). Namun
belum ada yang mengulas tentang mengapa masyarakat Rohingya memilih
Indonesia sebagai salah satu wilayah tujuan migrasi. Oleh karena itu maka studi
ini hendak mengangkat migrasi Rohingnya di Indonesia dengan fokus analisis
memakai SWOT dan DBO dari Peter Hedstrom pada pilihan dari masyarakat
Rohingnya sehingga menetapkan tujuan bermigrais ke Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
a. Mengapa masyarakat rohingnya memilih untuk bermigrasi ke Indonesia?
b. Apakah Rohingnya bermigrasi ke Indonesia dipengaruhi oleh stimulan dari
aktor tertentu?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui penyebab masyarakat Rohinya memilih bermigrasi ke
Indonesia melalui analisis SWOT
b. Untuk mengetahui dan membuktikan ada tidaknya pengaruh secara stimulan
dari seorang aktor sehingga Rohingnya memilih Indonesia sebagai wilayah
sasaran migrasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori dan Metode

Teori DBO merupakan singkatan dari Desire, Belief dan Opportunity.


Desire diartikan sebagai suatu kecenderungan pada keinginan dan rasa penasaran
yang kuat untuk melakukan sebuah berbuatan disebabkan oleh kesukaan dan
kesenanngan. Belief merujuk pada keyakinan atau pandangan seseorang mengenai
sesuatu yang dipercayai benar adanya. Sedangkan Opportunity merupakan kondisi
yang dianggap dapat memberikan keuntungan dan kesempatan yang bagus untuk
suatu kemajuan. Sebagaimana menurut Peter Hedstrom bahwa hasrat diartikan
sebagai keinginan, keyakinan merujuk pada sesuatu yang dianggap benar, dan
peluang mengacu pada serangkaian alternatif pada tindakan aktual yang ada
secara independen dari keyakinan aktor mengenai alternatif tersebut. (Hedstrom;
dalam Kaidesoja, 2012).

Studi ini menggunakan metode analisis SWOT. Strengths artinya


kekuatan, Weaknesss kelemahan, Opportunities merupakan peluang, Threats atau
ancaman. Dua yang disebut pertama berada pada bagian internal dan dua yang
disebutkan terakhir merupakan bagian eksternal dari objek analisis. (Riadi, 2020).
Analisis SWOT merupakan bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif untuk memberikan gambaran dari berbagai faktor yang mempengaruhi
pengambilan sebuah sebuah keputusan.

2.1 Penyebab Masyarakat Rohingya Memilih Bermigrasi ke Indonesia

2.1.1 Beberapa Faktor

a. Krisis Ekonomi: berdasarkan data dari Deutsche Welle (DW) Indonesia


menyampaikan bahwa tidak adanya mata pencaharian yang susuai dengan
kebutuhan masyarakat Rohingnya membuat mereka melarikan diri dari kamp-
kamp pengungsian. (Dwi, 2023). Mereka mencari berbagai wilayah untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, tempat tinggal, kesehatan,
pendidikan, dan keamanan untuk mempertahankan hidupnya sehingga menyebar
ke berbagai negara salah satunya adalah Indonesia.

b. Komunitas warga Rohingnya di Indonesia cukup besar sehingga mereka


menganggap bahwa ketika bermigrasi ke Indonesia maka kemungkinan besar
terdapat peluang untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka ke arah yang
lebih baik. Disamping pengalaman pahit yang telah dialami oleh Rohingnya di
Myanmar dari pemerintah Myanmar melalui tindakan kekerasan seperti
pembunuhan, penculikan dan pemerkosaan.

c. Pengungsi dari Rohingnya percaya bahwa dengan mengungsi ke negara seperti


Indonesia maka mereka dapat dan bisa mendapatkan penghasilan dan pekerjaan
dari negara tersebut. Dalam situasi tanpa harapan itu membuat pengungsi
Rohingnya membuat mereka cenderung mudah untuk percaya sekalipun itu
datang dari pihak yang tidak bertanggung jawab seperti para penyelundup
perdagangan manusia (Human trafficking) dengan cara mengiming-imingi
kehidupan yang lebih baik. (Dwi, 2023).

2.1.2 Analisis SWOT Terhadap Masyarakat Rohingnya di Indonesia

a. Kekuatan (Strengths) dari etnis Rohingnya terdiri dari (1) dari segi jumlah
memiliki jumlah yang cukup banyak di Indonesia sekitar 859 orang sejak
september 2023 kemarin sehingga ini dapat menjadi kesatuan kekuatan di dalam
mempertahankan hidup mereka di Indonesia. (2) Dapat menyuarakan
kemanusiaan untuk menuntut mendapatkan perlidungan dari negara sasaran
berdasarkan pada hukum konvensi dan norma yang diakui secara universal oleh
masyarakat dunia. (Fitriana, 2023).

b. Kelemahan (Weakness) dari masyarakat migrasi dari Rohingnya di Indonesia


terdiri dari (1) Masyarakat Rohingnya merupakan salah satu kelompok minoritas
berdasarkan kenegaraan mereka tidak mendapatkan hak dasar untuk hidup. (2)
Harus bergantung pada negara lain seperti Indonesia namun tidak dapat menjamin
penerimaan atau perlindungan sepenuhnya dari warga lokal.

c. Peluang (Opportunities) bagi masyarakat migrasi Rohingnya di Indonesia


terdiri dari (1) Indonesia masih tetap ingin menerima migran Rohingnya dengan
alasan kemanusiaan. (2) Indonesia melakukan salah satu isi konvensi internasional
yang meminta bahwa negara tujuan dari suatu pengungsi agar tidak memulangkan
para pencari suaka ke negara asalnya. (3) Pemerintah daerah di berbagai wilayah
Indonesia menyediakan tempat untuk penampungan dan layanan dasar bagi
pengungsi Rohingnya. (4) Berbagai organisasi masyarakat sipil memberikan
dukungan dan bantuan kemanusiaan seperti makanan, pakaian dan obat-obatan.
(6) Sebagian masyarakat di wilayah daerah lokal memberikan dukungan moral
dan material. (Ardiansyah, 2023).

d. Ancaman (Threats) bagi masyarakat Rohingya di Indonesia terdapat (1)


Indonesia belum meratifikasi konvensi di tahun 1951 dan protokol 1967 yang
menjadi dasar hukum secara internasional terkait dengan situasi pengungsi. (Sakti,
2023). (2) Para pengungsi Roghingnya masih kesulitan dalam mengakses
pengobatan dan sanitasi sehingga susuah untuk hidup dengan layak. (3) Secara
hukum Indonesia tidak wajib untuk menerima para pengungsi Rohingnya yang
datang sehingga ada ketidaktentuan atas keamanan atau perlidungan dari
Indonesia untuk pengungsi Rohingnya. (4) Tantangan keamanan dimana para
pengungsi Rohingnya rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, baik kekerasan
fisik maupun kekerasan seksual dan perdagangan manusia dan eksploitasi. (5)
Pengungsi Rohingnya di Indonesia tidak memiliki dokumen identitas sehingga
tidak memiliki akses ke layanan dasar, pendidikan, kesehatan dan pekerjaan. (6)
Tantangan ekonomi dimana terdapat persaingan tenaga kerja dengan penduduk
lokal.

2.2 Pengaruh Aktor Pada Migrasi Rohingnya di Indonesia


a. Belief: pada pengungsi Rohingnya memiliki keyakinan untuk bermigrasi ke
Indonesia relatif disebabkan oleh adanya temuan tentang pihak yang
melakukan penyelundupan manusia. Pada kasus di daerah Aceh terdapat
pengungsi dari Rohingnya yang kabur dari tempat pengungsian melalui
bantuan orang lain. Polres Aceh Timur pada April 2023 lalu pernah
menangkap 2 orang yang diduga menjadi pelaku penyelundupan imigran
Rohingya. Kedua orang pelaku berasal dari Kabupaten Aceh Timur dan
Myanmar. (Beni, 2023). Dengan kata lain relatif terdapat aktor sebagai pelaku
penyelundupan manusia dan terjadi pada pengungsi Rohingnya sehingga
mereka para pengungsi Rohingya mempercayakan pada pelaku untuk menjadi
pihak perantara dalam mengakses jalur laut ke Indonesia dengan di iming-
imingi dapat mencapai kehidupan yang lebih baik.
b. Opportunity: Pada aspek peluang disamping adanya kondisi keterpaksaan
yang dalami oleh masyarakat Rohingnya, mereka juga menganggap bahwa
Indonesia menjadi salah satu wilayah sasaran yang menjadi peluang untuk
mencari perlindungan diri dari ancaman pemerintahan Myanmar. Seperti pada
wilayah Aceh secara geografis lebih strategis untuk dijangkau melalui jalur
laut karna lebih dekat. Meskipun anggapan tersebut bahwa Indonesia sebagai
peluang dipengaruhi oleh dan melalui aktor atau pelaku dari penyelundupan
manusia. Masyarakat Rohingnya menjadikan itu sebagai sebuah peluang
walau tidak dipertimbangkan secara rasional terkait wilayah sasaran. Terdapat
anggapan dari masyarakat Rohingnya terkait Indonesia sebagai peluang untuk
memperbaiki, mengamankan, dan mencari perlindungan sebagai pencari
suaka.
c. Sementara pada tataran hasrat untuk bermigrasi ke Indonesia relatif tidak
terjadi berdasarkan sejumlah data yang telah ditelusuri. Justru lebih banyak
yang mengangkat soal faktor krisis ekonomi, tekanan konflik etnis, dan
genosida dari pemerintahan negara Myanmar. Artinya Rohingnya bermigrasi
ke Indonesia tidak di dasari atas keinginan dan rasa penasaran yang tinggi tapi
lebih pada keterpaksaan atas situasi konflik sengketa lahan hingga
penyelundupan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis fenomena melalui pendekatan analisis SWOT dan Teori
DBO dari Peter Hedstrom maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab
sehingga masyarakat Rohingnya menjadikan Indonesia sebagai salah satu wilayah
tujuan migrasi diantaranya disebabkan oleh krisis ekonomi dimana mata
pencaharian mereka tidak sesuai atau layak, adanya komunitas yang besar dari
warga rohingnya di Indonesia sehingga dianggap sebagai peluang dalam
memperbaiki kehidupan mereka, dan terdapat kepercayaan tentang Indonesia
sebagai wilayah yang bisa memberikan penghasilan yang lebih baik.

Sementara berdasarkan hasil analisis SWOT dapat dipahami bahwa pada


aspek strength terdapat (1) memiliki populasi yang banyak (2) dapat menyuarakan
kemanusiaan. Wekness (1) Rohingnya sebagai minoritas, (2) harus bergantung
pada negara lain. Opportunities terdapar enam komponen salah satunya Indonesia
masih tetap menerima Rohingnya dengan alasan kemanusiaan dan Threats
terdapat enam ekomponen salah satunya Rohingnya masih kesulitan mengakses
layanan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.

Sedangkan faktor pengaruh dari aktor sebagai salah satu pemicu bagi para
migran Rohingnya sehingga memilih wilayah tujuan ke Indonesia terjadi namun
hanya pada dua aspek saja yaitu belief: terdapat kepercayaan dari Rohingnya
terdahap pihak penyelundupan manusia terkait dengan Indonesia sebagi alternatif
yang bagus. Opportunity dimana pengungsi Rohingnya menganggap Indonesia
sebagai wilayah yang menjadi peluang dalam mencari pekerja selain dari
persoalan strategis secara geografis seperti di Aceh. Sementara pada aspek desire
tidak ditemukan terjadi sebab lebih cenderung pada keterpaksaan dari pengungsi
Rohingnya untuk mencari suaka dari negara lain.

Daftar Pustaka

Beni, Jo. (2023, 1 Desember). Daftar Populasi Pengungsi Rohingya di


Berbagai Negara. Tirto.Id. https://tirto.id/daftar-populasi-pengungsi-rohingya-
di-berbagai-negara-gSSM

Santika, Erlina.F. (2023). Bangladesh Hingga Indonesia Jadi Suaka


bagi Pengungsi Rohingnya. Databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/12/05/bangladesh-hingga-
indonesia-jadi-suaka-bagi-pengungsi-rohingya

Beni, Jo. (2023, 21 November). Rohingya Berasal dari Mana dan Apa
Alasan Mengungsi ke Aceh. Tirto.Id. https://tirto.id/rohingya-dari-mana-
asalnya-dan-alasan mengungsi-gSoa

Hamdi, M. A., Maulidia, H., & Firlana, H. (2023). FENOMENA


PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI ETNIS ROHINGYA DI
INDONESIA. Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian, 6(1), 55-71.

Rosyid, M. (2019). Peran Indonesia Dalam Menangani Etnis Muslim


Rohingya Di Myanmar. Jurnal Hukum & Pembangunan, 49(3), 613-635.

Syarif, H. (2022). RESPON NEGARA TERHADAP PENCARI SUAKA DI


INDONESIA (Study Kasus Pengungsi Rohingya di Aceh Pasca
Reformasi) (Doctoral dissertation, UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri).

Kaidesoja, Tuukka. (2012). DBO Theory of Action and Distributed


Cognition. Social Science Information. 51(3):311-337.

Riadi, Muchlisin. (2020, 23 September). Analisis SWOT (Pengertian,


Tujuan, Aspek, Kuadran dan Matriks). Kajian Pustaka.
https://www.kajianpustaka.com/2020/09/analisis-SWOT.html
Sakti, E, Rangga. (2023, 2 Desember). Rohingnya dan Komitmen
Indonesia Lindungi Pengungsi Dunia. Kompas.Id.
https://www.kompas.id/baca/riset/2023/11/30/rohingya-dankomitmen
indonesia-lindungi-pengungsi-dunia

Ardiansyah, Novri. (2023, Desember 11). Permasalahan Kedatangan


Pengungsi Rohingnya di Indonesia: Tantangan dan Respon Lokal. Republika
Retizen.https://retizen.republika.co.id/posts/251766/permasalahankedatangan-
pengungsi-rohingya-di-indonesia-tantangan-dan-respon-lokal

Fitriana, Mutiara,S.(2023, 28 Desember). Jejak Pengungsi Rohingya


dan Dilema Kemanusiaan. DetikNews. https://news.detik.com/kolom/d-
7112608/jejak-pengungsi-rohingya-dan-dilema-kemanusiaan

Dwi, Andika. (2023, 13 Desember). Alasan kenapa Rohingnya Pilih


Mengungsi ke Indonesia. Tempo.co.
https://dunia.tempo.co/read/1808797/alasan-kenapa-rohingya-pilih-
mengungsi-ke-indonesia

Beni, Jo. (2023, 1 Desember). Benarkah Pengungsi Rohingya Jadi


Korban Perdagangan Manusia?. Tirto.Id. https://tirto.id/benarkah-rohingya-
aceh-korban-perdagangan-orang-gSTr

Anda mungkin juga menyukai