aar318@ums.ac.id
Abstract
Minority groups tend to be prejudiced by other groups, including Chinese Indonesian. Chinese Indonesians have
massive power in Indonesia's economy and hence are considered a threat to occupation and housing opportunities.
This study aims to understand realistic threats that would predict prejudice toward Chinese Indonesian. A
quantitative method with a cross-sectional survey was conducted for data collection. Sample criteria include 18
years above and belonging to several ethnicities, Javanese, Sundanese, Maduranese, Bugis, Minangkabau, Malayan,
and Batavian. Two hundred forty-one respondents participated in this study. This study found realistic threat
predicted prejudice toward Chinese Indonesian. Realistic threat explains 18% prejudice toward Chinese Indonesian.
Practical and theoretical implications were discussed further.
Introduction
1
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Journal of Governance, Juni 2018 Volume 3, No. 1
Prasangka adalah sikap negatif terhadap Prasangka terhadap orang Tionghoa juga
individu lain yang merupakan anggota dari suatu ada hubungannya dengan faktor ekonomi. Salah
kelompok atau terhadap suatu kelompok secara satu mitos yang tersebar luas adalah bahwa
keseluruhan (Brochu & Cadwalader, 2021). Salah Tionghoa mendominasi perekonomian Indonesia
satu kelompok yang mengalami prasangka adalah sebesar 60% (Chua, 2004; Setijadi, 2017). Tionghoa
kelompok minoritas. Sebagai contoh, kelompok juga dianggap sebagai orang yang memiliki hak
Yahudi adalah minoritas di Polandia yang istimewa, serakah, kaya, dan bagian dari
mengalami prasangka dari orang-orang Polandia masyarakat kelas menengah (Fossati dan kolega.,
sebab Yahudi dipersepsikan sebagai ancaman bagi 2017). Tionghoa juga diyakini memiliki pengaruh
identitas nasional. (Bilewicz & Krzeminski, 2010; yang kuat dalam penguasaan properti
Golec de Zavala & Cichocka, 2012). Prasangka (Fakhiransyah, 2023). Simpulannya, dominasi
terhadap minoritas, seperti muslim, pengungsi, Tionghoa dalam perekonomian dianggap sebagai
dan orang asing juga terjadi terhadap minoritas di ancaman oleh penduduk “pribumi” atau pribumi.
Jerman (Jedinger & Eisentraut, 2020). Prasangka Selain itu, etnis Tiongoha di Indonesia belum
antarkelompok memiliki dampak, salah satunya dianggap sepenuhnya sebagai warga negara
adalah menghambat keutuhan suatu kelompok Indonesia, dengan kata lain etnis Tionghoa
(Váradi dan kolega., 2021). Di Indonesia, salah satu dianggap sebagai orang asing yang datang dari
kelompok yang kerap mengalami prasangka negeri luar (Lie & Sandel, 2020)
adalah etnis Tionghoa. Penelitian sebelumnya mengenai sikap
Secara historis, etnis Tionghoa di Indonesia negatif Tionghoa di Indonesia menemukan
mengalami perlakuan diskriminatif dari beberapa bukti. Penelitian dari Sudiana dan
pemerintah, salah satunya terjadi di Era Order kolega. (2020) menemukan bahwa kontak
Baru. Misalnya, saat atlet beretnis Tionghoa yang antarkelompok yang rendah berhubungan dengan
berlaga di Olimpiade 1996 mengalami kesulitan prasangka yang lebih tinggi terhadap orang
untuk mengurus administrasi kewarganegaraan Indonesia keturunan Tionghoa, dengan responden
Indonesia (Tanasaldy, 2015). Perlakuan lain adalah laki-laki memiliki prasangka yang lebih tinggi
kebijakan asimiliasi untuk memaksa etnis dibandingkan responden perempuan. Burhan &
Tionghoa mengubah nama Tionghoa ke nama Sani (2013) menemukan nasional yang menonjol
yang dianggap lebih Indonesia. Pembatasan memiliki peran dalam menjelaskan prasangka
budaya juga dialami oleh etnis Tionghoa, seperti Tionghoa, yang berarti seseorang dengan identitas
dilarang merayakan imlek hingga kesulitan dalam nasional yang lebih tinggi memiliki sikap negatif
mengakses fasilitas publik termasuk sekolah terhadap Tionghoa. Selain itu, prasangka menjadi
negeri (Tanasaldy, 2022). Namun, perilaku lebih tinggi jika individu menganggap Tionghoa
diskrimintaif terhadap etnis Tionghoa menurun sebagai ancaman. Sikap anti-Tionghoa juga
setelah keruntuhan era Order Baru. Selama rezim muncul ketika diadakannya Pemilihan Gubernur
Abdurrahman Wahid, etnis Tionghoa dapat DKI Jakarta pada tahun 2012 ketika calon dari
merayakan imlek dan menunjukkan identitas Tiongkok Basuki Tjahaja Purnama (BTP)
Tionghoa dengan lebih luwes (Mustajab, 2017). mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur. BTP
Selain itu, etnis Tionghoa diakui sebagai bagian dianggap bukan orang Indonesia karena dia
dari etnis Indonesia melalui UU No 12 Tahun 2006 berasal dari etnis Tionghoa (Putra, 2016). Ketika
tentang Kewarganegaraan (Suharyanto, 2015). BTP mencalonkan diri sebagai calon Gubernur
Namun, survei yang dilakukan oleh Fossati pada tahun 2017, sentimen anti-Cina semakin kuat
dan kolega. (2017) menemukan bahwa orang dengan tudingan penodaan agama Islam. Putra
Indonesia masih memiliki persepsi negatif dan kolega. (2021) berpendapat bahwa dakwaan
terhadap orang Tionghoa Indonesia. 47,6% setuju terhadap BTP sebagai kamuflase anti-Tionghoa.
bahwa budaya Tionghoa Indonesia masih setia
kepada Tiongkok, dan 42,6% setuju bahwa budaya
Tionghoa Indonesia tidak sesuai dengan nilai-nilai
Indonesia. 62% setuju bahwa Tionghoa Indonesia Landasan Teori
memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian Prasangka adalah sikap negatif terhadap
Indonesia. Survei ini menyiratkan sentimen negatif anggota kelompok atau kelompok secara
dan prasangka buruk terhadap warga Tionghoa di keseluruhan. Prasangka dapat dijelaskan oleh
Indonesia, meskipun pemerintah telah mengubah lebih dari satu faktor penyebab. Salah satu
kebijakan diskriminasi mereka. Oleh karena itu, faktornya adalah ancaman. Stephan dan kolega.
penelusuran mengenai sikap negatif Indonesia (2009), dalam Integrated Threat Theory
Tionghoa tetap penting. menjelaskan ancaman sebagai prediktor
2
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 15 No 1 (2023) : Februari 2023
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan validitas yang baik pada rentang 0,9-0,95. Skala
kuantitatif dengan desain survey cross-sectional. tersebut juga memiliki reliabilitas yang baik, 0,91
Ancaman tersebut merupakan prediktor Cronbach Alpha.
prasangka terhadap Tionghoa Indonesia, yang Prasangka terhadap Tionghoa Indonesia
diperlakukan sebagai variabel tergantung. menggunakan skala rasisme modern yang
Kriteria responden adalah berusia 18 tahun ke mengukur komponen kognitif dari prasangka
atas dan berasal dari salah satu etnis tersebut— (Winata, 2021). Skala rasisme modern
Jawa, Sunda, Madura, Bugis, Melayu, Minang, dan mengandung pernyataan implisit tentang
Betawi. Dengan menghitung menggunakan Tionghoa Indonesia. Skala diukur dengan skala
G*Power, untuk mencapai kekuatan statistik 95%, Likert 7 poin jawaban (1=sangat tidak setuju,
diperlukan paling sedikit 74 responden (Kang, 7=sangat setuju). Skor yang lebih tinggi
2021). Responden direkrut melalui pamflet digital menunjukkan prasangka yang lebih tinggi
yang berisi informed consent dan tautan kuesioner terhadap Tionghoa-Indonesia. Salah satu contoh
yang terdapat di dalam Google Form. 246 item adalah, “Keturunan Tionghoa memperoleh
responden mengisi tautan yang dibagikan dan 241 keuntungan ekonomi lebih dari yang seharusnya
responden memenuhi kriteria responden. mereka terima.” Uji validitas oleh Aiken V
Ancaman diukur dengan skala ancaman menunjukkan validitas yang baik pada rentang
realistis versi bahasa Indonesia yang diadaptasi 0,9-1. Skala tersebut juga memiliki reliabilitas yang
dari Croucher dan kolega (2020). Ancaman realistis baik sebesar 0,706 Cronbach Alpha.
adalah ketika individu mempersepsikan Tionghoa Uji statistik menggunakan perangkat lunak
Indonesia mengancam pekerjaan dan perumahan Jamovi 2.3. Tahapan pertama, uji statistika
—ancaman realistis diukur dengan skala Likert 5 deskriptif dilakukan. Tahapan berikutnya adalah
poin jawaban (1=sangat tidak setuju, 5=sangat menguji asumsi regresi linier sederhana yaitu uji
setuju). Skor yang lebih tinggi menunjukkan normalitas residual dan uji heteroskedasdisitas
ancaman realistis yang dirasakan lebih tinggi. yang harus menunjukkan nilai p>0,05. Selanjutnya
Salah satu contoh item adalah, “Karena kehadiran dilakukan regresi linier sederhana untuk
orang Tionghoa Indonesia, pribumi kesulitan mencari pengujian hipotesis.
pekerjaan.” Uji validitas oleh Aiken V menunjukkan
3
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Journal of Governance, Juni 2018 Volume 3, No. 1
Hasil
Hasil penelitian ini berisi statistika deskriptif, uji asumsi, dan uji hipotesis.
Tabel 1. Statisika Deskriptif
M
Simpangan
Variabel N Mean in Max
Baku
.
Ancaman 241 8,24 3,58 3 15
Realistis
Prasangka 241 21,93 4,97 8 35
Berdasarkan tabel 1. Nilai rata-rata skor pada ancaman realistis adalah 3,58 dan prasangka
ancaman realistis adalah 8,24. Sementara untuk adalah 4,97. Nilai maksimum untuk skor ancaman
prasangka adalah 21,93. Simpangan baku pada realistis adalah 15 dan prasangka adalah 35.
Tabel 2. Uji Asumsi Normalitas Residual
Normality Tests
Statistic p
Kolmogorov-
0.05 0.68
Smirnov
Heteroskedasticity Tests
Statistic p
4
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 15 No 1 (2023) : Februari 2023
5
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Journal of Governance, Juni 2018 Volume 3, No. 1
Journal of Intercultural Relations, 91, Fossati, D., Foong, H., & Negara, S. (2017). The
262–273. Indonesia National Survey Project:
https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2022. Economy, society and politics. Trends
10.011 in Southeast Asia, 2017.
Brochu, P. M., & Cadwalader, K. H. (2021). Golec de Zavala, A., & Cichocka, A. (2012).
Prejudice. Dalam T. K. Shackelford & Collective Narcissism and Anti-
V. A. Weekes-Shackelford (Ed.), Semitism in Poland: The Mediating
Encyclopedia of Evolutionary Role of Siege Beliefs and the
Psychological Science (hlm. 6140–6146). Conspiracy Stereotype of Jews. Group
Springer International Publishing. Processes and Intergroup Relations,
https://doi.org/10.1007/978-3-319- 15(2), Article 2.
19650-3_3299
Herlijanto, J. (2019). Old Stereotypes, New
Burhan, O. K., & Sani, J. (2013). Prasangka Convictions: Pribumi Perceptions of
Terhadap Etnis Tionghoa Di Kota Ethnic Chinese in Indonesia Today.
Medan: Peran Identitas Nasional Dan
Persepsi Ancaman: Prejudice Towards Irene, G., & Ampuni, S. (2020). Do Intergroup
Chinese Ethnic Group In Medan: The Threats Provoke Intergroup Anxiety?
Roles Of National Identity And An Experimental Study on Chinese
Perceived Threats. Psikologia: Jurnal Ethnic Group in Indonesia. Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Psikologi, Psikologi Sosial, 18(3), Article 3.
8(1), 25–33. https://doi.org/10.7454/jps.2020.24
https://doi.org/10.32734/psikologia.v
8i1.2562 Jedinger, A., & Eisentraut, M. (2020). Exploring
the Differential Effects of Perceived
Butz, D. A., & Yogeeswaran, K. (2011). A new Threat on Attitudes Toward Ethnic
threat in the air: Macroeconomic threat Minority Groups in Germany. Frontiers
increases prejudice against Asian in Psychology, 10.
Americans. Journal of Experimental https://www.frontiersin.org/articles/
Social Psychology, 47(1), 22–27. 10.3389/fpsyg.2019.02895
https://doi.org/10.1016/j.jesp.2010.07.
014 Kang, H. (2021). Sample size determination and
power analysis using the G*Power
Chua, C. (2004). Defining Indonesian software. Journal of Educational
Chineseness under the New Order. Evaluation for Health Professions, 18,
Journal of Contemporary Asia, 34(4), 17.
465–479. https://doi.org/10.3352/jeehp.2021.18.
https://doi.org/10.1080/004723304800 17
00221
Kuntjara, E., & Hoon, C.-Y. (2020). Reassessing
Croucher, S. M., Nguyen, T., & Rahmani, D. Chinese Indonesian stereotypes: Two
(2020). Prejudice Toward Asian decades after Reformasi. South East
Americans in the Covid-19 Pandemic: Asia Research, 28(2), 199–216.
The Effects of Social Media Use in the https://doi.org/10.1080/0967828X.202
United States. Frontiers in 0.1729664
Communication, 5, 39.
https://doi.org/10.3389/fcomm.2020.0 Lie, S., & Sandel, T. (2020). Unwelcomed
0039 Guests: Cultural Discourse Analysis of
Comments on Ethnic Chinese in
Fakhiransyah. (2023, Januari 10). Jejak Misterius Indonesian Social Media. Journal of
“Sang Naga” Aguan Menguasai Chinese Overseas, 16(1), 31–57.
Properti Jakarta. CNBC Indonesia. https://doi.org/10.1163/17932548-
https://www.cnbcindonesia.com/mar 12341412
ket/20230110104653-17-404224/jejak-
misterius-sang-naga-aguan-menguasai- Makashvili, A., Vardanashvili, I., &
properti-jakarta Javakhishvili, N. (2018). Testing
6
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 15 No 1 (2023) : Februari 2023
7
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Journal of Governance, Juni 2018 Volume 3, No. 1
8
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII