Anda di halaman 1dari 8

MADANI

Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan


Vol 15 No 1 (2023) : Februari 2023
(P-ISSN 2085 - 143X) (E-ISSN 2620 - 8857)

Peran Ancaman Realistis terhadap Prasangka kepada Etnis Tionghoa di


Indonesia

Audi Ahmad Rikardi

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

aar318@ums.ac.id

Abstract
Minority groups tend to be prejudiced by other groups, including Chinese Indonesian. Chinese Indonesians have
massive power in Indonesia's economy and hence are considered a threat to occupation and housing opportunities.
This study aims to understand realistic threats that would predict prejudice toward Chinese Indonesian. A
quantitative method with a cross-sectional survey was conducted for data collection. Sample criteria include 18
years above and belonging to several ethnicities, Javanese, Sundanese, Maduranese, Bugis, Minangkabau, Malayan,
and Batavian. Two hundred forty-one respondents participated in this study. This study found realistic threat
predicted prejudice toward Chinese Indonesian. Realistic threat explains 18% prejudice toward Chinese Indonesian.
Practical and theoretical implications were discussed further.

Keywords: Chinese, Prejudice, Threat

Introduction

1
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Journal of Governance, Juni 2018 Volume 3, No. 1

Prasangka adalah sikap negatif terhadap Prasangka terhadap orang Tionghoa juga
individu lain yang merupakan anggota dari suatu ada hubungannya dengan faktor ekonomi. Salah
kelompok atau terhadap suatu kelompok secara satu mitos yang tersebar luas adalah bahwa
keseluruhan (Brochu & Cadwalader, 2021). Salah Tionghoa mendominasi perekonomian Indonesia
satu kelompok yang mengalami prasangka adalah sebesar 60% (Chua, 2004; Setijadi, 2017). Tionghoa
kelompok minoritas. Sebagai contoh, kelompok juga dianggap sebagai orang yang memiliki hak
Yahudi adalah minoritas di Polandia yang istimewa, serakah, kaya, dan bagian dari
mengalami prasangka dari orang-orang Polandia masyarakat kelas menengah (Fossati dan kolega.,
sebab Yahudi dipersepsikan sebagai ancaman bagi 2017). Tionghoa juga diyakini memiliki pengaruh
identitas nasional. (Bilewicz & Krzeminski, 2010; yang kuat dalam penguasaan properti
Golec de Zavala & Cichocka, 2012). Prasangka (Fakhiransyah, 2023). Simpulannya, dominasi
terhadap minoritas, seperti muslim, pengungsi, Tionghoa dalam perekonomian dianggap sebagai
dan orang asing juga terjadi terhadap minoritas di ancaman oleh penduduk “pribumi” atau pribumi.
Jerman (Jedinger & Eisentraut, 2020). Prasangka Selain itu, etnis Tiongoha di Indonesia belum
antarkelompok memiliki dampak, salah satunya dianggap sepenuhnya sebagai warga negara
adalah menghambat keutuhan suatu kelompok Indonesia, dengan kata lain etnis Tionghoa
(Váradi dan kolega., 2021). Di Indonesia, salah satu dianggap sebagai orang asing yang datang dari
kelompok yang kerap mengalami prasangka negeri luar (Lie & Sandel, 2020)
adalah etnis Tionghoa. Penelitian sebelumnya mengenai sikap
Secara historis, etnis Tionghoa di Indonesia negatif Tionghoa di Indonesia menemukan
mengalami perlakuan diskriminatif dari beberapa bukti. Penelitian dari Sudiana dan
pemerintah, salah satunya terjadi di Era Order kolega. (2020) menemukan bahwa kontak
Baru. Misalnya, saat atlet beretnis Tionghoa yang antarkelompok yang rendah berhubungan dengan
berlaga di Olimpiade 1996 mengalami kesulitan prasangka yang lebih tinggi terhadap orang
untuk mengurus administrasi kewarganegaraan Indonesia keturunan Tionghoa, dengan responden
Indonesia (Tanasaldy, 2015). Perlakuan lain adalah laki-laki memiliki prasangka yang lebih tinggi
kebijakan asimiliasi untuk memaksa etnis dibandingkan responden perempuan. Burhan &
Tionghoa mengubah nama Tionghoa ke nama Sani (2013) menemukan nasional yang menonjol
yang dianggap lebih Indonesia. Pembatasan memiliki peran dalam menjelaskan prasangka
budaya juga dialami oleh etnis Tionghoa, seperti Tionghoa, yang berarti seseorang dengan identitas
dilarang merayakan imlek hingga kesulitan dalam nasional yang lebih tinggi memiliki sikap negatif
mengakses fasilitas publik termasuk sekolah terhadap Tionghoa. Selain itu, prasangka menjadi
negeri (Tanasaldy, 2022). Namun, perilaku lebih tinggi jika individu menganggap Tionghoa
diskrimintaif terhadap etnis Tionghoa menurun sebagai ancaman. Sikap anti-Tionghoa juga
setelah keruntuhan era Order Baru. Selama rezim muncul ketika diadakannya Pemilihan Gubernur
Abdurrahman Wahid, etnis Tionghoa dapat DKI Jakarta pada tahun 2012 ketika calon dari
merayakan imlek dan menunjukkan identitas Tiongkok Basuki Tjahaja Purnama (BTP)
Tionghoa dengan lebih luwes (Mustajab, 2017). mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur. BTP
Selain itu, etnis Tionghoa diakui sebagai bagian dianggap bukan orang Indonesia karena dia
dari etnis Indonesia melalui UU No 12 Tahun 2006 berasal dari etnis Tionghoa (Putra, 2016). Ketika
tentang Kewarganegaraan (Suharyanto, 2015). BTP mencalonkan diri sebagai calon Gubernur
Namun, survei yang dilakukan oleh Fossati pada tahun 2017, sentimen anti-Cina semakin kuat
dan kolega. (2017) menemukan bahwa orang dengan tudingan penodaan agama Islam. Putra
Indonesia masih memiliki persepsi negatif dan kolega. (2021) berpendapat bahwa dakwaan
terhadap orang Tionghoa Indonesia. 47,6% setuju terhadap BTP sebagai kamuflase anti-Tionghoa.
bahwa budaya Tionghoa Indonesia masih setia
kepada Tiongkok, dan 42,6% setuju bahwa budaya
Tionghoa Indonesia tidak sesuai dengan nilai-nilai
Indonesia. 62% setuju bahwa Tionghoa Indonesia Landasan Teori
memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian Prasangka adalah sikap negatif terhadap
Indonesia. Survei ini menyiratkan sentimen negatif anggota kelompok atau kelompok secara
dan prasangka buruk terhadap warga Tionghoa di keseluruhan. Prasangka dapat dijelaskan oleh
Indonesia, meskipun pemerintah telah mengubah lebih dari satu faktor penyebab. Salah satu
kebijakan diskriminasi mereka. Oleh karena itu, faktornya adalah ancaman. Stephan dan kolega.
penelusuran mengenai sikap negatif Indonesia (2009), dalam Integrated Threat Theory
Tionghoa tetap penting. menjelaskan ancaman sebagai prediktor

2
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 15 No 1 (2023) : Februari 2023

prasangka. Individu cenderung mempunyai sikap Di Indonesia, persepsi ancaman telah


negatif terhadap kelompok lain atau anggota digunakan untuk penelitian mengenai relasi-relasi
kelompok yang dianggap mengancam. Ancaman antarkelompok. Misalnya, penelitian (Tjipto dkk.,
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu 2019) mengkaji mengenai persepsi ancaman dan
realistis dan simbolis. Ancaman realistis adalah sikap terhadap kelompok homoseksual di
ancaman terhadap kesejahteraan individu yang Indonesia. Penelitian lain dari (Mashuri &
mencakup ancaman ekonomi dan kesehatan fisik, Zaduqisti, 2015) menemukan bahwa ancaman
sedangkan ancaman simbolis adalah ancaman yang semakin kuat akan meningkatkan keyakinan
terhadap norma, nilai, dan pandangan dunia konspiratif terhadap kelompok Barat di Indonesia.
pribadi. Dalam prasangka Tionghoa Indonesia, Penelitian lain menunjukkan persepsi ancaman
penulis menduga bahwa persepsi ancaman yang memediasi identitas nasional dalam
realistis dapat memprediksi prasangka karena memprediksi prasangka terhadap orang Indonesia
Tionghoa Indonesia percaya bahwa mereka Tionghoa di Medan (Burhan & Sani, 2013).
mendominasi perekonomian Indonesia. Singkatnya, ancaman merupakan prediktor
Penelitian terdahulu menjelaskan ancaman prasangka dalam konteks antarkelompok.
sebagai prediktor prasangka dalam berbagai Berdasarkan penjelasan sebelumnya,
konteks. Croucher dan kolega. (2020) menemukan penelitian ini bertujuan untuk memahami
orang Amerika yang menganggap orang Asia ancaman sebagai prediktor prasangka Tionghoa
sebagai ancaman realistis dan simbolis memiliki Indonesia. Kami berhipotesis bahwa ancaman
prasangka terhadap orang Asia selama wabah mempunyai peran sebagai prediktor prasangka
Covid-19. Eksperimen oleh Makashvili dan kolega Tionghoa Indonesia, yang berarti individu yang
(2018) menemukan prasangka terhadap minoritas memandang Tionghoa Indonesia sebagai ancaman
terjadi ketika orang Georgia menganggap suku akan cenderung mempunyai sikap negatif
minoritas di Georgia sebagai ancaman yang terhadap Tionghoa Indonesia.
realistis dan simbolis.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan validitas yang baik pada rentang 0,9-0,95. Skala
kuantitatif dengan desain survey cross-sectional. tersebut juga memiliki reliabilitas yang baik, 0,91
Ancaman tersebut merupakan prediktor Cronbach Alpha.
prasangka terhadap Tionghoa Indonesia, yang Prasangka terhadap Tionghoa Indonesia
diperlakukan sebagai variabel tergantung. menggunakan skala rasisme modern yang
Kriteria responden adalah berusia 18 tahun ke mengukur komponen kognitif dari prasangka
atas dan berasal dari salah satu etnis tersebut— (Winata, 2021). Skala rasisme modern
Jawa, Sunda, Madura, Bugis, Melayu, Minang, dan mengandung pernyataan implisit tentang
Betawi. Dengan menghitung menggunakan Tionghoa Indonesia. Skala diukur dengan skala
G*Power, untuk mencapai kekuatan statistik 95%, Likert 7 poin jawaban (1=sangat tidak setuju,
diperlukan paling sedikit 74 responden (Kang, 7=sangat setuju). Skor yang lebih tinggi
2021). Responden direkrut melalui pamflet digital menunjukkan prasangka yang lebih tinggi
yang berisi informed consent dan tautan kuesioner terhadap Tionghoa-Indonesia. Salah satu contoh
yang terdapat di dalam Google Form. 246 item adalah, “Keturunan Tionghoa memperoleh
responden mengisi tautan yang dibagikan dan 241 keuntungan ekonomi lebih dari yang seharusnya
responden memenuhi kriteria responden. mereka terima.” Uji validitas oleh Aiken V
Ancaman diukur dengan skala ancaman menunjukkan validitas yang baik pada rentang
realistis versi bahasa Indonesia yang diadaptasi 0,9-1. Skala tersebut juga memiliki reliabilitas yang
dari Croucher dan kolega (2020). Ancaman realistis baik sebesar 0,706 Cronbach Alpha.
adalah ketika individu mempersepsikan Tionghoa Uji statistik menggunakan perangkat lunak
Indonesia mengancam pekerjaan dan perumahan Jamovi 2.3. Tahapan pertama, uji statistika
—ancaman realistis diukur dengan skala Likert 5 deskriptif dilakukan. Tahapan berikutnya adalah
poin jawaban (1=sangat tidak setuju, 5=sangat menguji asumsi regresi linier sederhana yaitu uji
setuju). Skor yang lebih tinggi menunjukkan normalitas residual dan uji heteroskedasdisitas
ancaman realistis yang dirasakan lebih tinggi. yang harus menunjukkan nilai p>0,05. Selanjutnya
Salah satu contoh item adalah, “Karena kehadiran dilakukan regresi linier sederhana untuk
orang Tionghoa Indonesia, pribumi kesulitan mencari pengujian hipotesis.
pekerjaan.” Uji validitas oleh Aiken V menunjukkan

3
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Journal of Governance, Juni 2018 Volume 3, No. 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil penelitian ini berisi statistika deskriptif, uji asumsi, dan uji hipotesis.
Tabel 1. Statisika Deskriptif
M
Simpangan
Variabel N Mean in Max
Baku
.
Ancaman 241 8,24 3,58 3 15
Realistis
Prasangka 241 21,93 4,97 8 35
Berdasarkan tabel 1. Nilai rata-rata skor pada ancaman realistis adalah 3,58 dan prasangka
ancaman realistis adalah 8,24. Sementara untuk adalah 4,97. Nilai maksimum untuk skor ancaman
prasangka adalah 21,93. Simpangan baku pada realistis adalah 15 dan prasangka adalah 35.
Tabel 2. Uji Asumsi Normalitas Residual

Normality Tests

Statistic p

Kolmogorov-
0.05 0.68
Smirnov

Tabel 3. Uji Asumsi Heteroskedasdisitas

Heteroskedasticity Tests

Statistic p

Harrison-McCabe 0.44 0.70


Berdasarkan uji asumsi, semua uji asumsi yaitu sehingga semua asumsi terpenuhi. Selanjutnya,
asumsi normalitas residual dan penulis melakukan uji hipotesis dengan teknik
heteroskedasdisitas menujukkan nilai p>0,05 analisis regresi linier sederhana
.
Tabel 4. Model Koefisien - Prasangka
Predictor Estimate SE t p

Intercept 17.04 0.73 23.37 < .001


Ancaman Realistis 0.59 0.08 7.32 < .001
Berdasarkan tabel 4. Model Koefisien disusun prediktor yang signifikan untuk prasangka
persamaan regresi Y=17,04 + 0,59X +ε. Setiap terhadap etnis Tionghoa.
kenaikan ancaman realistis akan menaikkan Berdasarkan tabel 5. Koefisien deteriminasi dari
prasangka sebesar 0,59. Ancaman realistis ancaman realistis menjelaskan prasangka sebesar
(B=0.59SE=0.08, t=7.32, p<0,001 merupakan 18% (R2=0,18). Sisanya dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

Tabel 5. Uji Koefisien Determinasi


Overall Model Test
Model R R² F df1 df2 p

1 0.43 0.18 53.60 1 239 < .001

4
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 15 No 1 (2023) : Februari 2023

rekonsiliasi dengan etnis Tiongoha


Pembahasan kemungkinan menjadi terhambat (Bilven dkk.,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 2022; Váradi dkk., 2021). Selain itu, menurut
memahami peran ancaman dalam memprediksi Tanasaldy (2022) sikap anti-Tionghoa saat ini
prasangka terhadap Tionghoa Indonesia. sudah mengakar di kalangan akar rumput
Berdasarkan analisis, ancaman diperkirakan masyarakat akibat sentimen negatif yang
akan menimbulkan prasangka buruk terhadap bersumber dari otoritas dalam waktu yang
warga Tionghoa Indonesia. Orang Tionghoa lama pada era Orde Baru. Namun, terdapat
Indonesia dianggap sebagai ancaman terhadap harapan pada generasi muda yang lahir setelah
pendudukan dan kepemilikan rumah kerusuhan 1998 dan tidak memiliki memori
penduduk setempat, oleh karena itu orang kolektif mengenai sentimen anti-Tionghoa. Saat
Tionghoa Indonesia berprasangka buruk. Oleh ini, interaksi generasi muda Indonesia bersifat
karena itu, penelitian ini mengindikasikan lebih beragam dan tidak eksklusif sehingga
untuk menolak hipotesis nol. sikap terhadap etnis lain menjadi lebih positif
Tionghoa Indonesia dianggap sebagai (Herlijanto, 2019; Irene & Ampuni, 2020).
pekerja keras, namun hanya memikirkan
kelompoknya dan tidak mempunyai urusan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
dengan kelompok lain. Tionghoa Indonesia
juga dianggap memiliki pengaruh besar dalam Kesimpulan
perekonomian Indonesia (Fossati dan kolega., Penelitian ini menemukan persepsi
2017; Kuntjara & Hoon, 2020; Setijadi, 2019). ancaman realistis memprediksi sikap negatif
Dalam kondisi itu, Tionghoa Indonesia terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Etnis
dianggap sebagai ancaman bagi ekonomi Tionghoa dipersepsikan sebagai ancaman bagi
“pribumi”, Tionghoa Indonesia dianggap pribumi dalam memperoleh pekerjaan dan
sebagai penghambat kesuksesan “pribumi”. tempat tinggal. Persepsi ancaman menghambat
Penelitian lain di Amerika juga menjelaskan hal proses rekonsiliasi dengan etnis Tionghoa,
serupa, orang Amerika mempunyai sikap meskipun tidak menutup kemungkinan
negatif terhadap orang Amerika keturunan rekonsiliasi telah terjadi pada generasi yang
Asia karena orang Amerika keturunan Asia lebih muda.
dianggap sebagai ancaman terhadap peluang
kerja (Butz & Yogeeswaran, 2011). Rekomendasi
Implikasi teoritik dari penelitian ini
adalah prasangka Tionghoa dapat dikaji Penelitian selanjutnya diharapkan bisa
dengan teori ancaman (Stephan dkk., 2009; mengkaji prasangka terhadap etnis Tionghoa di
Stephan & Stephan, 2000). Penelitian Indonesia dengan mengkhususkan kepada
sebelumnya menunjukkan temuan berbeda generasi muda yang lahir setelah era Orde Baru
yaitu identitas etnis yang kuat akan dan tidak memiliki memori kolektif mengenai
memprediksi prasangka terhadap etnis diskriminasi terhadap etnis Tionghoa.
Tionghoa (Bilven dkk., 2022). Penelitian
sebelumnya mengenai prasangka terhadap
etnis Tionghoa tidak melibatkan teori ini, Bibliography
misalnya penelitian Sujatmika & Probowati
(2016) menggunakan otoritarian sayap kanan REFERENSI / REFERENCE
dan orientasi dominasi sosial dalam
menjelaskan prasangka etnis Tionghoa.
Bilewicz, M., & Krzeminski, I. (2010). Anti-
Penelitian lain menggunakan hipotesis kontak
Semitism in Poland and Ukraine: The
antarkelompok yang tinggi, baik secara
Belief in Jewish Control as a
langsung melalui media daring memengaruhi
Mechanism of Scapegoating. 4, 10.
sikap terhadap etnis Tionghoa (Pertiwi dkk.,
2020; Sudiana dkk., 2020). Dalam situasi ini,
Tionghoa Indonesia tetap dianggap sebagai Bilven, B., Nyúl, B., & Kende, A. (2022).
ancaman bagi peluang ekonomi “pribumi”. Exclusive victimhood, higher ethnic
Dengan persepsi ancaman realistis and lower national identities predict
terhadap etnis Tionghoa, prasangka terhadap less support for reconciliation among
diprediksi akan terus berlangsung dan upaya native and Chinese Indonesians
through mutual prejudice. International

5
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Journal of Governance, Juni 2018 Volume 3, No. 1

Journal of Intercultural Relations, 91, Fossati, D., Foong, H., & Negara, S. (2017). The
262–273. Indonesia National Survey Project:
https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2022. Economy, society and politics. Trends
10.011 in Southeast Asia, 2017.

Brochu, P. M., & Cadwalader, K. H. (2021). Golec de Zavala, A., & Cichocka, A. (2012).
Prejudice. Dalam T. K. Shackelford & Collective Narcissism and Anti-
V. A. Weekes-Shackelford (Ed.), Semitism in Poland: The Mediating
Encyclopedia of Evolutionary Role of Siege Beliefs and the
Psychological Science (hlm. 6140–6146). Conspiracy Stereotype of Jews. Group
Springer International Publishing. Processes and Intergroup Relations,
https://doi.org/10.1007/978-3-319- 15(2), Article 2.
19650-3_3299
Herlijanto, J. (2019). Old Stereotypes, New
Burhan, O. K., & Sani, J. (2013). Prasangka Convictions: Pribumi Perceptions of
Terhadap Etnis Tionghoa Di Kota Ethnic Chinese in Indonesia Today.
Medan: Peran Identitas Nasional Dan
Persepsi Ancaman: Prejudice Towards Irene, G., & Ampuni, S. (2020). Do Intergroup
Chinese Ethnic Group In Medan: The Threats Provoke Intergroup Anxiety?
Roles Of National Identity And An Experimental Study on Chinese
Perceived Threats. Psikologia: Jurnal Ethnic Group in Indonesia. Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Psikologi, Psikologi Sosial, 18(3), Article 3.
8(1), 25–33. https://doi.org/10.7454/jps.2020.24
https://doi.org/10.32734/psikologia.v
8i1.2562 Jedinger, A., & Eisentraut, M. (2020). Exploring
the Differential Effects of Perceived
Butz, D. A., & Yogeeswaran, K. (2011). A new Threat on Attitudes Toward Ethnic
threat in the air: Macroeconomic threat Minority Groups in Germany. Frontiers
increases prejudice against Asian in Psychology, 10.
Americans. Journal of Experimental https://www.frontiersin.org/articles/
Social Psychology, 47(1), 22–27. 10.3389/fpsyg.2019.02895
https://doi.org/10.1016/j.jesp.2010.07.
014 Kang, H. (2021). Sample size determination and
power analysis using the G*Power
Chua, C. (2004). Defining Indonesian software. Journal of Educational
Chineseness under the New Order. Evaluation for Health Professions, 18,
Journal of Contemporary Asia, 34(4), 17.
465–479. https://doi.org/10.3352/jeehp.2021.18.
https://doi.org/10.1080/004723304800 17
00221
Kuntjara, E., & Hoon, C.-Y. (2020). Reassessing
Croucher, S. M., Nguyen, T., & Rahmani, D. Chinese Indonesian stereotypes: Two
(2020). Prejudice Toward Asian decades after Reformasi. South East
Americans in the Covid-19 Pandemic: Asia Research, 28(2), 199–216.
The Effects of Social Media Use in the https://doi.org/10.1080/0967828X.202
United States. Frontiers in 0.1729664
Communication, 5, 39.
https://doi.org/10.3389/fcomm.2020.0 Lie, S., & Sandel, T. (2020). Unwelcomed
0039 Guests: Cultural Discourse Analysis of
Comments on Ethnic Chinese in
Fakhiransyah. (2023, Januari 10). Jejak Misterius Indonesian Social Media. Journal of
“Sang Naga” Aguan Menguasai Chinese Overseas, 16(1), 31–57.
Properti Jakarta. CNBC Indonesia. https://doi.org/10.1163/17932548-
https://www.cnbcindonesia.com/mar 12341412
ket/20230110104653-17-404224/jejak-
misterius-sang-naga-aguan-menguasai- Makashvili, A., Vardanashvili, I., &
properti-jakarta Javakhishvili, N. (2018). Testing

6
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 15 No 1 (2023) : Februari 2023

Intergroup Threat Theory: Realistic and https://doi.org/10.1355/978981484347


Symbolic Threats, Religiosity and 8-015
Gender as Predictors of Prejudice.
Europe’s Journal of Psychology, 14(2), Stephan, W. G., & Stephan, C. W. (2000). An
464–484. integrated threat theory of prejudice.
https://doi.org/10.5964/ejop.v14i2.148 Dalam Reducing prejudice and
3 discrimination (hlm. 23–45). Lawrence
Erlbaum Associates Publishers.
Mashuri, A., & Zaduqisti, E. (2015). The effect
of intergroup threat and social identity Stephan, W. G., Ybarra, O., & Morrison, K. R.
salience on the belief in conspiracy (2009). Intergroup threat theory. Dalam
theories over terrorism in indonesia: Handbook of prejudice, stereotyping,
Collective angst as a mediator. and discrimination (hlm. 43–59).
International Journal of Psychological Psychology Press.
Research, 8(1), 24.
https://doi.org/10.21500/20112084.642 Sudiana, G. N., Ihsan, H., & Nurendah, G.
(2020). Kontak Antarkelompok dan
Mustajab, A. (2017). KEBIJAKAN POLITIK Demografi sebagai Prediktor Prasangka
GUS DUR TERHADAP CHINA Etnis Sunda terhadap Etnis Tionghoa.
TIONGHOA DI INDONESIA. IN MEDIAPSI, 6(2), 145–156.
RIGHT: Jurnal Agama dan Hak Azazi
Manusia, 5(1), Article 1. Suharyanto, A. (2015). Status Kewarganegaraan
https://doi.org/10.14421/inright.v5i1. Etnis Tionghoa Pasca Undang-undang
1293 Nomor 12 Tahun 2006 di Kota Medan.
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan
Pertiwi, Y. G., Geers, A. L., & Lee, Y.-T. (2020). Dan Sosial Politik UMA (Journal of
Rethinking intergroup contact across Governance and Political Social UMA),
cultures: Predicting outgroup 3(2), Article 2.
evaluations using different types of https://doi.org/10.31289/jppuma.v3i2.
contact, group status, and perceived 903
sociopolitical contexts. Journal of
Pacific Rim Psychology, 14, e16. Sujatmika, A., & Probowati, Y. (2016).
https://doi.org/10.1017/prp.2020.9 HUBUNGAN ANTARA RIGHT-WING
AUTHORITARIANISM DAN SOCIAL
Putra, I. (2016). Representations and Discourse DOMINANCE ORIENTATION
about Religion and Chinese DENGAN PRASANGKA ETNIS PADA
Descendants in 2012 Jakarta’s Election. MAHASISWA DI UNIVERSITAS
The Qualitative Report. SURABAYA. CALYPTRA, 5(1), Article
https://doi.org/10.46743/2160- 1.
3715/2016.2518
Tanasaldy, T. (2015). Orientation and
Putra, I. E., Wagner, W., Holtz, P., & Rufaedah, Citizenship Status of teh Indonesian
A. (2021). Accounting for a Riot: Chinese and Political Implications.
Religious Identity, Denying One’s Dalam State, Society, and Minorities in
Prejudice, and the Tool of Blasphemy. South and Southeast Asia.
Journal of Social and Political https://www.academia.edu/15049539
Psychology, 9(1), Article 1. /Orientation_and_Citizenship_Status_
https://doi.org/10.5964/jspp.5565 of_teh_Indonesian_Chinese_and_Politi
cal_Implications
Setijadi, C. (2017). Singapore | 27 September
2017 Chinese Indonesians in the Eyes of Tanasaldy, T. (2022). From Official to
the Pribumi Public. 2017, 12. Grassroots Racism: Transformation of
Anti-Chinese Sentiment in Indonesia.
Setijadi, C. (2019). Anti-Chinese sentiment and The Political Quarterly, 93(3), 460–468.
the ‘return’ of the pribumi discourse. https://doi.org/10.1111/1467-
Dalam Contentious Belonging (hlm. 923X.13148
194–213).

7
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Journal of Governance, Juni 2018 Volume 3, No. 1

Tjipto, S., Haksi Mayawati, E., & Bernardo, A.


B. I. (2019). Perceived Threat of
Homosexuals in Indonesia: Construct,
Measurement, and Correlates. Makara
Human Behavior Studies in Asia, 23(2),
181.
https://doi.org/10.7454/hubs.asia.111
1219

Váradi, L., Barna, I., & Németh, R. (2021).


Whose Norms, Whose Prejudice? The
Dynamics of Perceived Group Norms
and Prejudice in New Secondary
School Classes. Frontiers in Psychology,
11.
https://www.frontiersin.org/articles/
10.3389/fpsyg.2020.524547

Winata, F. F. (2021). Pengaruh Kepercayaan


Terhadap Teori Konspirasi Yahudi
Pada Rasisme Modern Terhadap Cina-
Indonesia Yang Dimediasi Oleh Jarak
Sosial Terhadap Cina-Indonesia
[UNIVERSITAS AIRLANGGA].
https://repository.unair.ac.id/108997/

8
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII

Anda mungkin juga menyukai