Anda di halaman 1dari 18

PERBANDINGAN REGISTRASI OBAT DENGAN OBAT TRADISONAL, KOSMETIK, ALKES DAN PKRT

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2024
No Aspek OBAT OBAT TRADISIONAL KOSMETIK ALKES PKRT
1 Definisi UU 36/2009 Tentang UU 36/2009 Tentang UU 36/2009 Tentang
Kesehatan (Pasal 1) Kesehatan (Pasal 1) Kesehatan

Obat adalah bahan atau Obat tradisional adalah bahan Alat kesehatan adalah
paduan bahan, termasuk atau ramuan bahan yang instrumen, aparatus, mesin
produk biologi yang berupa bahan tumbuhan, bahan dan/atau implan yang tidak
digunakan untuk hewan, bahan mineral, sediaan mengandung obat yang
mempengaruhi atau sarian (galenik), atau campuran digunakan untuk mencegah,
menyelidiki sistem fisiologi dari bahan tersebut yang secara mendiagnosis,menyembuhkan
atau keadaan patologi dalam turun temurun telah digunakan dan meringankan penyakit,
rangka penetapan diagnosis, untuk pengobatan, dan dapat merawat orang sakit,
pencegahan,penyembuhan, diterapkan sesuai dengan memulihkan kesehatan pada
pemulihan, peningkatan norma yang berlaku di manusia, dan/atau
kesehatan dan kontrasepsi, masyarakat. membentuk struktur dan
untuk manusia. memperbaiki fungsi tubuh.
PMK No PERMENKES No.007/2012 PMK No PerMenkes No 26/2018 Tentang
1010/Menkes/Per/XI/2008 1176/Menkes/Per/VIII/201 Perusahaan Rumah Tangga
tentang Registrasi Obat obat tradisional adalah: bahan 0 tentang Notifikasi Alat Kesehatan dan
atau ramuan bahan yang berupa Kosmetika Perbekalan Kesehatan Rumah
Obat adalah obat jadi yang bahan tumbuhan,bahan Tangga
merupakan sediaan atau hewan,bahan mineral,sediaan Kosmetika adalah bahan
paduan sarian(galenik) atau campuran atau sediaan yang Perbekalan Kesehatan Rumah
bahan-bahan termasuk produk dari bahan tersebut yang dimaksudkan Tangga yang selanjutnya
biologi dan kontrasepsi yang secara turun temurun telah untuk digunakan pada disingkat PKRT adalah alat,
siap digunakan untuk bagian luar tubuh manusia bahan, atau campuran
digunakan untuk pengobatan,dan (epidermis, rambut, kuku, bahan untuk pemeliharaan dan
mempengaruhi atau dapat diterapkan sesuaidengan bibir dan organ genital perawatan untuk
menyelidiki sistem norma yang berlaku di bagian kesehatan manusia, yang
fisiologi atau keadaan patologi masyarakat. luar) atau gigi dan mukosa ditujukan untuk penggunaan
dalam rangka penetapan mulut terutama untuk di rumah tangga dan fasilitas
diagnosa, pencegahan, membersihkan, umum.
penyembuhan, pemulihan, dan mewangikan, mengubah
peningkatan kesehatan. penampilan
dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada
kondisi baik.
PerMenkes No 26/2018
Tentang Perusahaan
Rumah Tangga Alat
Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga

Kosmetika adalah bahan


atau sediaan yang
dimaksudkan
untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ genital
bagian
luar) atau gigi dan
membran mukosa mulut
terutama untuk
membersihkan
mewangikan, mengubah
penampilan dan/atau
memperbaiki bau badan
atau
melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik.
2 Standar UU No. 36 Tahun 2009 UU No. 36 Tahun 2009 Permenkes RI No. 1175 UU No. 36 Tahun 2009
yang Tahun 2010 Tentang Izin
digunakan Sediaan farmasi berupa obat Sediaan farmasi yang berupa Produk Kosmetika Pasal 2 Sediaan farmasi berupa obat dan
dan bahan baku obat harus obat tradisional harus bahan baku obat harus memenuhi
memenuhi syarat farmakope memenuhi standar dan/atau Persyaratan Mutu: syarat farmakope Indonesia atau
Indonesia atau buku standar persyaratan yang ditentukan. Kosmetik yang beredar buku standar lainnya serta
lainnya serta sediaan farmasi harus memenuhi sediaan farmasi yang berupa obat
yang berupa obat tradisional persyaratan Mutu, tradisional dan kosmetika
dan kosmetika serta alat Keamanan, dan serta alat kesehatan harus
kesehatan harus memenuhi Kemanfaatan. memenuhi standar
standar dan/atau persyaratan Sesuai dengan Kodeks. dan/atau persyaratan yang
yang ditentukan. ditentukan.
PP Nomor 72 Tahun 1998 PP Nomor 72 Tahun 1998 PP RI No.Tahun 1998 PP Nomor 72 Tahun 1998 PP Nomor 72 Tahun 1998
Tentang Pengamanan
Sediaan farmasi dan alat Sediaan farmasi dan alat Sediaan Farmasi dan Alat Sediaan farmasi dan alat Sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang diproduksi kesehatan yang diproduksi Kesehatan kesehatan yang diproduksi kesehatan yang diproduksi
dan/atau diedarkan harus dan/atau diedarkan harus dan/atau diedarkan harus dan/atau diedarkan harus
memenuhi persyaratan mutu, memenuhi persyaratan mutu, Kosmetika Indonesia dan memenuhi persyaratan mutu, memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan. keamanan, dan kemanfaatan. Persyaratan lain yang keamanan, dan kemanfaatan. keamanan, dan kemanfaatan.
Persyaratan mutu, keamanan, Persyaratan mutu, keamanan, ditetapkan oleh Menteri Persyaratan mutu, keamanan, Persyaratan mutu, keamanan, dan
dan kemanfaatan sebagaimana dan kemanfaatan sebagaimana dan kemanfaatan. kemanfaatan.
dimaksud dalam ayat (1) dimaksud dalam ayat (1)

untuk : a. Sediaan farmasi untuk : b. Sediaan farmasi yang


yang berupabahan obat dan berupa obat tradisional sesuai
obat sesuai dengan persyaratan dengan persyaratan dalam buku
dalam buku farmakope Materia Medika Indonesia yang
atau buku standarlainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
ditetapkan oleh Menteri.
PMK No. 1120 tahun 2008 PMK 007/ 2012 Pasal 6 PMK1189/MENKES/PER/ PMK 20 TAHUN 2017 Standar
VIII/2010 tentang produksi CPPKRTB
Industri farmasi wajib Menggunakan bahan yang alat kesehatan dan
memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan perbekalan kesehatan Cara Pembuatan Perbekalan
CPOB, persyaratan CPOB keamanan dan mutu. rumah tangga Kesehatan Rumah Tangga yang
bagi industry farmasi Baik yang (CPPKRTB) adalah
dibuktikan dengan dokumen Produk alat kesehatan dan pedoman yang digunakan dalam
yang sesuai. PKRT yang beredar harus rangkaian kegiatan pembuatan
memenuhi standar dan/atau perbekalan kesehatan rumah
persyaratan mutu, keamanan, Standar CPPKRTB tangga dan
dan kemanfaatan yang sesuai pengendalian mutu yang
dengan Farmakope Indonesia bertujuan untuk menjamin agar
atau Standar Nasional produk perbekalan kesehatan
Indonesia (SNI) atau rumah tangga yang diproduksi
Pedoman Penilaian Alat memenuhi persyaratan yang
Kesehatan dan PKRT atau ditetapkan sesuai
standar lain yang ditetapkan dengan tujuan penggunaannya
oleh Menteri.

PMK No. 1799 Tahun 2010 PMK No. 20 Tahun 2017 PMK Nomor 1189 Tahun 2010
tentang CPAKB
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Standar dan/atau persyaratan
dapat melakukan proses Cara Pembuatan Alat mutu, keamanan, dan
pembuatan obat. Tetapi Kesehatan kemanfaatan sesuai dengan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang Baik selanjutnya disebut Farmakope Indonesia atau
harus terlebih dahulu CPAKB yaitu pedoman yang Standar Nasional Indonesia (SNI)
memenuhi digunakan dalam rangkaian atau Pedoman Penilaian Alkes
persyaratan CPOB yang kegiatan pembuatan Alat dan PKRT atau standar lain yang
dibuktikan dengan sertifikat Kesehatan dan pengendalian ditetapkan oleh Menteri.
CPOB. mutu yang bertujuan untuk
menjamin agar produk alat
kesehatan yang diproduksi
memenuhi persyaratan yang
ditetapkan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
PMK 1010/2008 PMK Nomor 1190 Tahun 2010
Mutu yang memenuhi syarat Menjamin Alat kesehatan dan/
yang dinilai dari proses atau PKRT yang memenuhi
produksi sesuai Cara standar persyaratan mutu,
Pembuatan Obat Yang Baik keamanan dan kemanfaatan sejak
(CPOB), spesifikasi dan kegiatan produksi sampai dengan
metoda pengujian terhadap penggunaan Alkes dan/ atau
semua bahan yang digunakan PKRT
serta produk jadi dengan bukti
yang sahih

Per BPOM NOMOR


13 TAHUN 2018

Panduan mengenai cara


pembuatan bahan aktif obat
yang baik (CPBAOB) menurut
sistem yang sesuai
dengan pengelolaan mutu
PKa BPOM No. 24 Tahun PKa BPOM No. 32 Tahun
2017 Standar CPOB 2019 Pasal 3

Standar yang ditetapkan, Persyaratan kemanan dan mutu


termasuk proses produksi sebagaimana dimaksud pada
sesuai dengan CPOB dan ayat (2) merupakan persyaratan
dilengkapi dengan Informasi untuk:
Produk dan Label berisi a. Bahan Baku;
informasi lengkap, objektif dan
dan tidak menyesatkan yang b. Produk Jadi
dapat menjamin penggunaan
Obat secara tepat, rasional dan
aman.
3 Izin Edar UU 36/2009 Tentang UU 36/2009 Tentang UU 36/2009 Tentang UU No. 44 tahun 2009
Kesehatan (Pasal 106) Kesehatan (Pasal 106) Kesehatan (Pasal 106)
Pemerintah dan Pemerinta daerah
Sediaan farmasi dan alat Sediaan farmasi dan alat Sediaan farmasi dan alat bertanggung jawab untuk
kesehatan hanya dapat kesehatan hanya dapat kesehatan hanya dapat mengatur pendistribusian dan
diedarkan setelah mendapat diedarkan setelah mendapat diedarkan setelah mendapat penyebaran Alkes berteknologi
izin edar izin edar. izin edar tinggi dan bernilai tinggi
UU No. 44 tahun 2009
tentang rumah sakit

Pemerintah dan pemerintah

daerah bertanggung jawab


untuk mengatur
pendistribusian dan
penyebaran alat kesehatan
berteknologi tinggi dan
bernilai tinggi.
PP No. 72 tahun 1998 PP No. 72 tahun 1998 PP No. 72 tahun 1998 PP No. 72 tahun 1998

Sediaan farmasi dan alat Sediaan farmasi dan alat Sediaan farmasi dan alat Sediaan farmasi dan alat
kesehatan dapat diedarkan kesehatan dapat diedarkan kesehatan dapat diedarkan kesehatan dapat diedarkan
setelahmemperolah izin edar setelahmemperolah izin edar setelahmemperolah izin edar setelahmemperolah izin edar dari
dari Menteri. Sediaan farmasi dari Menteri. Sediaan farmasi dari Menteri. Sediaan farmasi Menteri. Sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang dan alat kesehatan yang dan alat kesehatan yang dan alat kesehatan yang
dimohonkan untukmemperolah dimohonkan untukmemperolah dimohonkan untuk dimohonkan untuk memperolah
izin edar dari segi mutu, izin edar dari segi mutu, memperolah izin edar dari izin edar dari segi mutu,
keamanandan kemanfaatan keamanandan kemanfaatan. segi mutu, keamanandan keamanandan kemanfaatan
kemanfaatan
PMK 1148 Tahun 2011 PMK No. 26 Tahun 2018 PMK No. 1190/Menkes/Per/
VIII/2010
Setiap pendirian PBFwajib Izin Edar adalah izin untuk
memiliki izin dari Direktur Alat Kesehatan, Alat Alat kesehatan dan/atau PKRT
Jenderal. Setiap PBF dapat Kesehatan Diagnostik yang akan diimpor, digunakan
mendirikan PBF Cabang. In vitro dan PKRT yang dan/atau diedarkan di wilayah
Setiap Pendirian PBF cabang diproduksi oleh produsen, republik Indonesia Harus
wajib memperoleh pengakuan dan/atau diimpor oleh Terlebih dahulu memiliki izin
dari Kepala Dinas Kesehatan distributor alat kesehatan dan edar
Provinsi di wilayah PBF alat kesehatan diagnostik In
Cabang berada. Izin PBF Vitro atau importir yang akan
berlaku 5 (lima) tahun dan diedarkan di wilayah Negara
dapat diperpanjang selama Republik Indonesia,
memenuhi persyaratan. berdasarkan penilaian
Pengakuan PBF Cabang terhadap keamanan, mutu,
berlaku mengikuti jangka dan kemanfaatan
waktu izin PBF
PMK No. 1190/Menkes/Per/
VIII/2010

Alat kesehatan dan/atau


PKRT
yang akan diimpor,
republik Indonesia Harus
Terlebih
dahulu memiliki izin edar
PMK RI PMK No 62 tahun 2017 Tentang
No.1010/MENKES/PER/XI/2008 Izin Edar Alat Kesehatan, Alat
Tentang Registrasi Obat Pasal 2 Kesehatan Diagnostik In Vitro
Ayat (2) dan (3), Pasal 18 Dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga Pasal 4 Ayat
Menteri Kesehatan, yang (2) dan (3)
dilimpahkan kepada kepala
Badan POM (dengan Izin Edar alat kesehatan
rekomendasi oleh Komite diberikan oleh Menteri,
Nasional Penilai Obat, Panitia kemudian menteri
Penilai Khasiat mendelegasikan pemberian
Keamanan dan Panitia Penilai Izin Edar
Mutu, Teknologi, kepada Direktur Jenderal.
Penandaan dan Kerasionalan
Obat)

PMK No 1010 / Menkes / Per PMK No 1176 / Menkes /


/ XI / 2008 tentang Registrasi Per / VIII / 2010 tentang
Obat Notifikasi Kosmetika
(BAB VII SANKSI) (BAB II NOTIFIKASI)

Pembatalan izin edar dapat Notifikasi menjadi batal


terjadi apabila terdapat hal-hal atau dapat dibatalkan
berikut: apabila:
a. Tidak memenuhi kriteria a. Izin produksi kosmetika,
obat yang memiliki izin edar izin usaha industri, atau
b. Penandaan dan promosi tanda daftar industri sudah
menyimpang dari persetujuan tidak berlaku, atau
izin Angka Pengenal Importir
edar (API)sudah tidak berlaku
c. Tidak melaksanakan b. Berdasarkan evaluasi,
kewajiban memproduksi atau kosmetika yang telah
mengedarkan obat beredar
selambat-lambatnya satu tahun tidak memenuhi persyaratan
setelah teknis (persyaratan
tanggal persetujuan keamanan, bahan,
dikeluarkan penandaan, dan klaim)
d. Selama 12 bulan c. Atas permintaan
berturut-turut obat yang pemohon notifikasi
bersangkutan d. Perjanjian kerjasama
tidak diproduksi, diimpor, atau antara pemohon dengan
diedarkan perusahaan pemberi
e. Izin Industri Farmasi yang lisensi/industri penerima
mendaftarkan, memproduksi, kontrak produksi, atau surat
atau mengedarkan dicabut penunjukkan keagenan
f. Pemilik izin edar melakukan dari produsen negara asal
pelanggaran di bidang sudah berakhir dan tidak
produksi dan/atau peredaran diperbaharui
obat e. Kosmetika yang telah
beredar tidak sesuai dengan
data dan/atau dokumen yang
disampaikan pada saat
permohonan notifikasi
f. Pemohon notifikasi tidak
memproduksi atau
mengimpor dan
mengedarkan kosmetika

PMK No.1010 tentang Permenkes 1176 tahun


Registrasi Obat 2010 tentang Notifikasi
Kosmetika
BAB I : Ketentuan Umum
- Izin edar diberikan oleh BAB II : Notifikasi
Menteri - Setiap kosmetika hanya
- Menteri melimpahkan dapat diedarkan setelah
pemberian mendapat izin edar dari
Kepala Badan Menteri.
izin edar kepada - Notifikasi dilakukan
sebelum kosmetika beredar
oleh pemohon kepada
Kepala Badan.

PKa BPOM 24 Tahun 2017 PKa BPOM No 24 Tahun 2017

Pemilik izin edar obat wajib Pemilik izin edar obat wajib
melakukan pemantauan melakukan pemantauan khasiat,
khasiat, keamanan dan mutu keamanan dan mutu obat selama
obat selama obat diedarkan obat diedarkan dan melaporkan
dan melaporkan hasilnya hasilnya kepada Kepala Badan.
kepada Kepala Badan. Pemegang nomor izin edar wajib
Pemegang nomor izin edar memproduksi/ mengimpor dan
wajib memproduksi/ mengedarkan produknya

mengimpor dan mengedarkan selambatnya 1 tahun setelah


produknya selambatnya 1 pemberian izin
tahun setelah pemberian izin.
Keputusan KaBPOM RI No: Keputusan KaBPOM RI
HK.00.05.3.1950 Tentang No: HK.00.05.3.1950
Kriteria Dan Tata Laksana Tentang Kriteria Dan Tata
Registrasi Obat Pasal 41 Laksana Registrasi Obat
Pasal 41
Jika sediaan farmasi dan alat
kesehatan tidak memenuhi Jika sediaan farmasi dan alat
syarat untuk izin edar, maka kesehatan tidak memenuhi
izin edar akan dicabut dan syarat untuk izin edar, maka
produk dapat ditarik kembali. izin edar akan dicabut dan
Penarikan kembali karena produk dapat ditarik kembali.
dicabut izin edarnya Penarikan kembali karena
dilaksanakan oleh dan menjadi dicabut izin edarnya
tanggung jawab usaha dilaksanakan oleh dan
yang memproduksi. menjadi tanggung jawab
usaha
yang memproduksi.
Keputusan KaBPOM RI No: PMK No. 26 Tahun 2018
HK.00.05.3.1950 Tentang Pelayanan
Tentang Kriteria Dan Tata
Perizinan Berusaha
Laksana Registrasi
Obat Pasal 1 Terintegrasi Secara
Elektronik
Pihak yang dapat mengajukan Sektor Kesehatan Pasal 22
registrasi obat adalah:
- Obat produksi dalam negeri: Izin Edar Alat Kesehatan
industri bersangkutan dan Alat Kesehatan
- Obat kontrak: pemberi Diagnostik In Vitro
kontrak sebagaimana dimaksud
- Obat impor: penerima impor dalam Pasal 4 diajukan
- Narkotika: industri dengan oleh Pelaku Usaha non
izin khusus perseorangan sesuai dengan
- Obat lisensi: penerima lisensi ketentuan peraturan
- Obat ekspor: industri perundang-undangan.
bersangkutan
- Obat paten: pemilik atau
penerima paten
- Obat pengembangan baru.
Industri yang bersangkutan
- Obat generik, industri yang

bersangkutan
4 Pencatatan UU 35 tahun 2009 UU 35 tahun 2009
dan
Pelaporan Ketentuan mengenai syarat Ketentuan mengenai syarat dan
dan tata cara produksi, impor, tata cara produksi, impor, ekspor,
ekspor, peredaran, pencatatan peredaran, pencatatan dan
dan pelaporan, serta pelaporan, serta pengawasan
pengawasan Prekursor Prekursor Narkotika diatur
Narkotika diatur dengan dengan Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah
PP 44 tahun 2010 PP 72 Tahun 1998

Setiap orang atau badan yang Pemusnahan sediaan farmasi dan


mengelola Prekursor wajib alat kesehatan harus dilaporkan
membuat kepada Menteri
pencatatan dan pelaporan.

PP 72 Tahun 1998

Pemusnahan sediaan farmasi


dan alat kesehatan harus
dilaporkan kepada menteri

PMK No. 13 tahun 2015 PMK No. 1191 tahun 2010 PMK Nomor 70 Tahun 2014

industri farmasi , PBF dan PAK wajib melaporkan hasil Setiap Perusahaan Rumah
Instalasi Farmasi Pemerintah, kegiatan penyaluran setiap 1 Tangga harus melakukan
yang melakukan produksi, (satu) tahun sekali kepada pencatatan atas aktifitas Produksi
Penyaluran, Penyerahan Direktur Jenderal dengan dan penyaluran/peredaran
Narkotika, Psikotropika, tembusan kepada kepala dinas
dan Prekursor Farmasi wajib kesehatan provinsi dengan
membuat pencatatan mengenai menggunakan contoh dalam
pemasukan dan/atau Formulir 15 sebagaimana
pengeluaran Narkotika, terlampir. Cabang PAK wajib
Psikotropika, dan Prekursor melaporkan hasil kegiatan
Farmasi. penyaluran setiap 1 (satu)
tahun sekali kepada kepala
dinas kesehatan provinsi.

Pka BPOM No. 7 tahun 2016


pengelolaan obat-obat tertentu
meliputi : pengadaan,
penyimpanan, pembuatan,
penyaluran, penyerahan,
penanganan obat kembalian,
penarikan kembali obat
pemusnahan,dan pencatatan
dan pelaporan.
5 Sanksi UU NOMOR 5 TAHUN 1997 UU NOMOR 5 TAHUN 1997

Dalam rangka pengawasan, Dalam rangka pengawasan,


Menteri Menteri
berwenang mengambil berwenang mengambil tindakan
tindakan administratif terhadap pabrik
administratif terhadap pabrik obat,
obat, pedagang besar farmasi yang
pedagang besar farmasi yang melakukan pelanggaran terhadap
melakukan pelanggaran ketentuan undang-undang ini.
terhadap Tindakan
ketentuan undang-undang ini. administratif, dapat berupa :
Tindakan administratif, dapat  teguran lisan;
berupa :  teguran tertulis;
 teguran lisan;  penghentian sementara
 teguran tertulis; kegiatan;
 penghentian sementara  denda administratif;
kegiatan;  pencabutan izin praktik
 denda administratif;
 pencabutan izin praktik
UU No. 36 2009 tentang UU No. 36 2009 tentang
Kesehatan Pasal 201 Kesehatan Pasal 201

Untuk korporasi, sanksi Untuk korporasi, sanksi


administrasi berupa administrasi berupa pencabutan
pencabutan izin usaha; dan/atau pencabutan
izin usaha; dan/atau status badan hukum.
pencabutan
status badan hukum.

PP No. 72 Tahun 1998 PP No. 72 Tahun 1998

Apabila hasil pemeriksaan Apabila hasil pemeriksaan oleh


oleh tenaga pengawas tenaga pengawas menunjukkan
menunjukkan adanya dugaan adanya dugaan atau patut diduga

atau patut diduga adanya adanya pelanggaran hukum di


pelanggaran hukum di bidang bidang sediaan farmasi dan alat
sediaan farmasi dan alat kesehatan segera dilakukan
kesehatan segera dilakukan penyidikan oleh penyidik yang
penyidikan oleh penyidik yang berwenang sesuai dengan
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
perundang-undangan yang berlaku Jika pelanggaran hukum
berlaku Jika pelanggaran dilakukan oleh tenaga kesehatan,
hukum dilakukan oleh tenaga tindakan administratif dikenakan
kesehatan, tindakan oleh Menteri berupa :
administratif dikenakan oleh a. Teguran
Menteri berupa : b. Pencabutan izin untuk
a. Teguran melakukan upaya kesehatan.
b. Pencabutan izin untuk
melakukan upaya
kesehatan.
PMK No. 1148 Tahun 2011 PMK 007/ 2012 Pasal 23 PMK No 62 tahun 2017 PMK No.1190 Tahun 2010
Tentang Izin Edar Alat
Pelanggaran terhadap semua Kepala Badan dapat Kesehatan, Alat Kesehatan Penarikan kembali Alkes
ketentuan memberikan Diagnostik In Vitro Dan dan/atau
dalam Peraturan Menteri ini sanksi administratif berupa Perbekalan Kesehatan PKRT dari peredaran karena
dapat pembatalan izin edar. Rumah Tangga Pasal 63 tidak
dikenai sanksi Kepala Badan dapat memenuhi persyaratan
administrative dapat berupa: memberikan sanksi - Peringatan tertulis
peringatan; penghentian administratif lain berupa - Penghentian sementara
sementara kegiatan; perintah penarikan dari kegiatan, dan
pencabutan pengakuan; atau peredaran dan/atau - Pencabutan izin edar
pencabutan izin. pemusnahan obat tradisional
yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan.
PMK 1010/2008 pasal 23

Selama 12 (dua belas) bulan


berturutturut obat yang
bersangkutan tidak diproduksi,
diimpor atau diedarkan.

Pka BPOM NOMOR


HK.03.1.34.11.12.7542
TAHUN 2012
Pelanggaran terhadap
ketentuan Pedoman Teknis
CDOB dapat dikenai sanksi
administratif sebagai berikut:
 Peringatan tertulis
 Penghentian sementara
kegiatan; dan
 Pencabutan Sertifikat
CDOB.
Pengenaan sanksi administratif
berupa Pencabutan Sertifikat
CDOB
diberikan dalam hal:
terjadi penyimpangan
penerapan
CDOB yang mengakibatkan
penyalahgunaan
pendistribusian obat
dan/atau bahan obat; atau
PBF atau PBF Cabang dengan
sengaja melakukan tindakan
yang
mengakibatkan tidak
terlaksananya
penerapan CDOB.

PerKaBPOM RI No. 24 PerKaBPOM No 32 2019


Tahun 2017 Tentang
Kriteria Dan Tata Laksana Penarikan tertulis, penarikan
Registrasi Obat Pasal obat tradisional dari peredaran;
63 Ayat (1) penghentiansementara kegiatan
Produksi dan/atau distribusi;
- Peringatan tertulis dan/atau pembatalan izin edar.
- Pembatalan proses registrasi
- Pembekuan izin edar
- Pencabutan izin edar
- Larangan untuk melakukan
pendaftaran selama 2 thn.

Sanksi administratif: Sanksi Administratif:


 PERKABPOM 24/2017 Jo  Permenkes RI No. 1176
PERKABPOM 15/2019 tahun 2010
 Peraturan  Peraturan BPOM No. 12
Menteri Tahun 2020
Kesehatan  Peraturan BPOM No. 23
Nomer Tahun 2019
1010/Menkes/Per/XI/2008 Sanksi administratif, pidana,
tentang Registrasi Obat denda, dan penjara:
Sanksi administrative, pidana,  Peraturan Pemerintah
denda, dan penjara: Nomer 72 Tahun 1998
 Peraturan Pemerintah Nomer tentang Pengamanan
72 Tahun 1998 tentang Sediaan Farmasi dan Alat
Pengamanan Sediaan Farmasi Kesehatan
dan Alat Kesehatan Sanksi pidana, denda, dan
 Undang-Undang Nomor 8 penjara
Tahun 1999 tentang  Undang-Undang Nomer
Perlindungan Konsumen 36 Tahun 2005 tentang
Sanksi pidana, denda, dan Kesehatan
penjara
 Undang-Undang Nomer 36
Tahun 2005 tentang
Kesehatan

6 Produksi PMK 1799 th 2010 Pasal 2 PMK 007/ 2012 Pasal 9

Proses pembuatan obat Registrasi obat tradisional


dan/atau produksi dalam negeri hanya
bahan obat hanya dapat dapat dilakukan
dilakukan oleh Industri oleh IOT, UKOT, atau UMOT
Farmasi dari MenKes yang
memiliki izin sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan

Pasal 8
Obat tradisional dilarang dibuat
dan/atau diedarkan dalam
bentuk
sediaan: a. intravaginal; b. tetes
mata; c. parenteral; dan d.
supositoria, kecuali digunakan
untuk
wasir.

PP No. 72 Tahun 1998 Pasal


3

Sediaan farmasi dan alat


kesehatan
hanya dapat diproduksi oleh
badan
usaha yang telah memiliki izin
usaha industri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku.

7 Cara PP 72 th 1998 Pasal 5 PMK 007/ 2012 Pasal 6


Produksi
Produksi dilakukan sesuai Produksi dilakukan sesuai
CPOB CPOTB
HIRARKI
PERBANDINGAN REGISTRASI OBAT DENGAN OBAT TRADISONAL, KOSMETIK, ALKES DAN PKRT

1. DEFINISI

OBAT OBAT TRADISIONAL KOSMETIK ALKES PKRT


UU 36/2009 UU 36/2009 PMK No UU 36/2009 PerMenkes No 26/2018
1176/Menkes/Per/VIII/2010
PMK No PERMENKES No.007/2012 PerMenkes No 26/2018
1010/Menkes/Per/XI/2008

2. STANDAR YANG DIGUNAKAN

OBAT OBAT TRADISIONAL KOSMETIK ALKES PKRT


UU No. 36 Tahun 2009 UU No. 36 Tahun 2009 Permenkes RI No. 1175 Tahun PP Nomor 72 Tahun 1998 UU No. 36 Tahun 2009
2010 Tentang Izin Produk
Kosmetika Pasal 2
PMK No. 1120 tahun 2008 PP 72 Tahun 1998 PP RI No.Tahun 1998 Tentang PMK1189/MENKES/PER/VIII PP 72 Tahun 1998
Pengamanan Sediaan Farmasi /2010
dan Alat Kesehatan
PMK No. 1799 Tahun 2010 PMK 007/ 2012 Pasal PMK No. 20 Tahun 2017 PMK 20 TAHUN 2017
PMK 1010/2008 PKa BPOM No. 32 Tahun 2019 PMK Nomor 1189 Tahun
Pasal 3 2010
Per BPOM NOMOR PMK Nomor 1190 Tahun
13 TAHUN 2018 2010
PKa BPOM No. 24 Tahun
2017

3. IZIN EDAR

OBAT OBAT TRADISIONAL KOSMETIK ALKES PKRT


UU 36/2009 Tentang UU 36/2009 Tentang PMK No 1176 / Menkes / Per / UU 36/2009 Tentang UU No. 44 tahun 2009
Kesehatan (Pasal 106) Kesehatan (Pasal 106) VIII / 2010 Kesehatan (Pasal 106
PP No. 72 tahun 1998 PP No. 72 tahun 1998 Permenkes 1176 tahun 2010 UU No. 44 tahun 2009 PP No. 72 tahun 1998
PMK 1148 Tahun 2011 PP No. 72 tahun 1998 PMK No.1190/Menkes/Per/
VIII/2010
PMK RI PMK No. 26 Tahun 2018 PKa BPOM No 24 Tahun
No.1010/MENKES/PER/XI/2 2017
008
PMK No 1010 / Menkes / Per PMK No. 1190/Menkes/Per/
/ XI / 2008 VIII/2010

PMK No.1010 tentang PMK No 62 tahun 2017


Registrasi Obat
PKa BPOM 24 Tahun 2017 Keputusan KaBPOM RI No:
HK.00.05.3.1950
Keputusan KaBPOM RI No: PMK No. 26 Tahun 2018
HK.00.05.3.1950
Keputusan KaBPOM RI No:
HK.00.05.3.1950

4. PENCATATAN PELAPORAN

OBAT OBAT TRADISIONAL KOSMETIK ALKES PKRT


UU 35 tahun 2009 PMK No. 1191 tahun 2010 UU 35 tahun 2009
PP 44 tahun 2010 PP 72 Tahun 1998
PP 72 Tahun 1998 PMK Nomor 70 Tahun 2014
PMK No. 13 tahun 2015
Pka BPOM No. 7 tahun 2016

5. SANKSI

OBAT OBAT TRADISIONAL KOSMETIK ALKES PKRT


UU NOMOR 5 TAHUN 1997 UU No. 36 2009 Sanksi Administratif: PMK No 62 tahun 2017 UU NOMOR 5 TAHUN
Permenkes RI No. 1176 1997
tahun 2010
UU No. 36 2009 PMK 007/ 2012 Pasal 23 PP No. 72 Tahun 1998
PP No. 72 Tahun 1998 PerKaBPOM RI No. 24 Tahun 2017 PMK No.1190 Tahun 2010
PMK No. 1148 Tahun 2011
PMK 1010/2008 pasal 23
Pka BPOM NOMOR
HK.03.1.34.11.12.7542
TAHUN 2012
Sanksi administratif:
PERKABPOM 24/2017 Jo
PERKABPOM 15/2019

7. PRODUKSI DAN CARA PRODUKSI


OBAT OBAT TRADISIONAL
PMK 1799/2010 Pasal 2 PMK 007/ 2012 Pasal 9
PP No. 72 Tahun 1998 PMK 007/ 2012 Pasal 6
PP 72 th 1998 Pasal 5

Anda mungkin juga menyukai