Anda di halaman 1dari 12

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

Definisi
Pembesaran kalenjer prostat oleh karena hyperplasia beberapa/semua komponen prostat meliputi
jaringan kalenjer/jaringan fibromuscular yang menyebabkan penyubatan urethra pars prostatika.
ANATOMI KELENJER PROSTAT
Kelenjer prostat adalah organ padat yang mengelilingi urethra antara vesica urinaria dan
diaphragma urogenitale
FISIOLOGI KELENJER PROSTAT
 Menghasilkan cairan yang kental,seperti susu,basa,mengandung asam sitrat,kalsium,asam
fosfat,fruktosa,zinc,enzim,dan prostaglandin
 Mempertahankan motilitas dan fertilitas spermatozoa
PEMERIKSAAN FISIK
 DRE (Digital Rectal Examination) atau rt
-Pembesaran prostat teraba simetris dengan konsistensi kenyal
-sulcus medialis yang normalnya teraba digaris tengah mengalami obliterasi karena
pembesaran prostat sehingga pole atas terangkat dan tidak dapat teraba
 Pemeriksaan abdomen :
-Ada distensi vesica urinaria karena ada retensi urin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
-sedimen urine : -Leukosuria(+)
-Hematuria(+)
-Kultur Urine :
-Faal Ginjal : cari kemungkinan penyulit yang mengenai S.K atas
PSA-jika dicurigai adanya keganasan prostat,nilai PSA 4-10 ng/dl
Pencitraan
-Foto Polos Abdomen
-USG
Transrectal (TRUS) :untuk mengetahui besar/volume kelenjer prostat
Transabdominal :untuk mendeteksi adanya hidronefrosis IVP
-Uroflowmetri
-Residual Urine (normal:0,09-2,24 ml)
-Uretrosistokopi

PENANGANAN
1.Watchful Waiting
-menunggu dan mengawasi
-nilai skoring ringan
-setiap 3-6 bulan
2.Medikamentosa
-supresor Androgen
-Alpha Blocker
-Phytoterapi
3.Operasi
1. Pembedahan
2. Pembedahan terbuka
3. Pembedahan Endourologi
4. TURP (Trausetra Reseksi Prostat
5. Elektrovaporasi Prostat
6. Laser prostatektomi
7. Tindakan invasive minimal
8. Termoterapi
9. TUNA (Transuretrhal needle ablation of the protate
10. Stent
11. HIFU (High intensity focused ultrasaound)
12. Control berkala
PENCEGAHAN
 Penyakit degenerative,tidak bisa dihindari namun bisa ditunda dengan mengontrol factor
risiko
 Segera berkemih jika ada keinginan berkemih
 Menghindari alkohol,rokok,kopi
 Penggunaan obar-obatan yang mengandung fenilpropanolamin
 Banyak berolahraga
PROGNNOSIS
Tergantung pada derajat hyperplasia ,kecepatan,penanganan,dan ada tidaknya komplikasi.

CHRONIC KIDNEY DISEASE


(CKD)
PENGERTIAN
Gagal ginjak kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secra bertahap (Doenges,1999;626).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner &Suddart,2001;1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsug beberapa tahun. (Price,1992;812)
Cronic Kidney Disease (CKD) pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronic
renal failure (CRF),namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk
membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, karena dengan CKD dibagi 5 grade,dengan
harapan klien datang/merasa masih dalam stage-stage awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep CKD
untuk menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (elearance creatinin test)
dengan rumus stage 1 sampai 5,sedangkan CRF hanya 3 stage. Secara umum ditentukam klien
datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.

Klasifikasi CKD
1. Kerusakan ginjal dengan LFG normal (LFG > 90 ml/menit/1.73 m2)
2. Kerusakan ginjal dengan LFG ringan (LFG > 60-89 ml/menit/1.73 m2)
3. Kerusakan ginjan dengan LFG sedang (LFG > 30-59 ml/menit/1.73 m2)
4. Kerusakan ginjal dengan LFG berat (LFG > 15-29 ml/menit/1.73 m2)
5. Gagal ginjal (LFG < 15 ml/menit/1.73 m2 atau dialysis

LFG (ml/mnt/1.73 m2)=(140-umur)xBB per


72 x kreatinin plasma (mg/dl)
*Pada perempuan dikalikan 0,85

Diagnosis CKD
1. Gambaran klinis
a. Sesuai penyakit yang mendasari Dm,infeksi traktus urinarius , hipertensi , hiperurikemi ,
Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
b. Sindrom uremia (lemah,letargi,anoreksia,mual muntah,nokturia,kelebihan volume
cairan,neuropati,perifer,uremic frost,perikarditis,kejang sampai koma
c. Gejala komplikasi (hipertensi,anemia,osteodistorfi renal,payah jantung,asidosis
metabolik,gangguan keseimbangan elektrolit (sodium,kalium,khlorida)
2. Gambaran Laboratoris
a. Sesuai penyakit yang mendasari
b. Penurunan fungsi ginjal peningkatan kadar ureum kreatinin serum,penurunan LFG
c. Kelainan biokimiawi darah (penurunan Hb,peningkatan kadar asam
urat,hiper//hipokalemia,hiponatremia,hiper/hipokloremia,hiperfosfatemia,hipokalse
mia,asidosis metabolik
d. Kelainan urinalisis (proteinuria,hematuria,leukosuria,cast,isostenuria)

GAMBARAN LABORATORIUM
 TES KLIREN KREATININ :LFR pada umunya Turun
 KIMIA DARAH :urea/BUN Naik,serum kreatinin Naik,dapat terjadi
hipoalbunemia,dislipidemia,hiperfosfatase
 DARAH LENGKAP :Hb Turun ,trombosit,hematokrit,Fe serum dan feritin Turun,lekosit
Naik
 ANALISA GAS DARAH :pH Turun,pCO,HCO3,dan kadang-kadang terjadi penurunan pO2
 HAPUSAN DARAH :leukosit Naik,trombosit Turun,dan eritrosit normokrom normositer
 PEMERIKSAAN URINE :dapat terjadi hematuri,proteinuri,albuminuri,bakteriuri

PENATALAKSANAAN
 Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
 Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
 Memperlambat pemburukan fungsi ginjal
 Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kadiovaskular
 Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
 Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal

1.Terapi spesifik terhadap penyakitnya


Waktu paling tepat adalah sebelum terjadi penurunan LFG sehingga pemburukan fungsi ginjal
tidak terjadi.Pada ukuran ginjal masih normal secara USG,biopsi dan pemeriksaan histopalogi
dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik.
2.Pencegahan dan Terapi terhadap kondisi komorbid
Perlu pencatatan kecepatan penurunan LFG,untuk mengetahui kondisi komorbid antara lain 0
gangguan keseimbangan cairan,obstruksi tract urinarius,obat-obatan nefrotksik,bahan kontras
atau peningkatan penyakit dasarnya.
3. Menghambat perburukan fungsi ginjal
Faktor utama : hiperfiltrasi glomerulus,ada 2 cara untuk mengurangi yaitu:
a.Pembatasan Asupan Protein mulai dilakukan LFG,untuk kurang lebih 60 ml/mnt
Protein diberikan 0,6-0,8/kgBB/hari.Jumlah kalori 30-35 kka/kgBB/hr.
b.Terapi farmakologis pemakaian OAH,untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus dan
hipertrofi glomerulus.Beberapa OAH terutama ACEI,sebagai anthipertensi dan antiproteinuria.
SISTEM IMUN

 Immunology (Latin) : Immunis + Logos


 Immunology (Immunology): studi tentang mekanisme biologis dari
Seluler,Jaringan,Molekular serta fungsional Sistim Imun.
 Sistim Imun (Immune System) : Sistim yang teridiri dari Molekuler,Seluler,Jaringan dan
Organ yang berperan dalam proteksi /kekebalan tubuh
 Immunitas (Immunity) : Proteksi dari penyakit Infeksi

FUNGSI RESPON IMUN


1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab:menghilangkan mikroorg/subtansi
(bakteri,jamur,parasit,virus,tumor)
2. Menghilangkan jaringan /sel yang mati/rusak untuk perbaikan jaringan
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Sasaran utama : Bakteri patogen dan Virus
Leukosit : sel imun utama (disamping sel plasma,makrofag dan sel mast)

TAHAPAN RESPON IMUN (2 FASE)


A. Fase Deteksi
1. Sel-sel imun menemukan dan mengenali benda asing
2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon
3. Menghimpun bantuan dan kontrol respon
4. Menghancurkan /menekan pengaruh invasi
B.Fase Respon
1. Fase Pengenalan -Terjadi ikatan antara antigen asing dengan reseptor yang di lekosit matang
(makrofag)
2. Fase aktivitase-Terjadi proliferasi dan deferensisasi dari sel imunokompeten
3. Fase Efektor-Terjadi Eliminasi antigen yang masuk. Fase ini berbeda-beda tiap sel
imunokompeten,seperti :
a) Makrofag-terjadi kematian sel
b) Sel T-membentuk sitokin/interleukin
c) Sel B-produksi antibodi
d) Sel Nk-terjadi lisis sel tumor/sel terinfeksi virus
Tahap awal mekanisme tubuh dalam mengenal molekul asing adalah tahap pengenalan. Ada 2
sistem

pertahanan tubuh yang berperan dalam hal ini, yaitu:

1. Sistem pertahanan tubuh alamiah (innate immune system) merupakan sistem kekebalan yang
dibawa

sejak lahir dan menjadi pertahanan tubuh paling terdepan dalam menghadapi mikroorganisme
penyebab

penyakit. Sel-sel fagosit memegang peranan penting dalam mengenal mikroorganisme tertentu
dan segera

menghancurkannya.

2. Sistem pertahanan tubuh yang didapat (adaptive immune system), dalam hal ini antibodi
memegang

peranan utama. Dalam mengenal molekul asing yang masuk ke dalam tubuh reseptor dibentuk
dengan

cara menyatukan.

beberapa segmen dari gen sehingga terbentuk suatu reseptor yang spesifik untuk molekul tertentu
(Handojo, 2003).

Bila sistem imun bekerja pada zat yang diangap asing, maka ada dua jenis respon imun yang
mungkin

terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon imun spesifik (Kresno, 2010).

Sistem Imun non Spesifik


Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan memiliki respon langsung
serta cepat terhadap adanya patogen pada individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai
lini pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya, bersifat
tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan
berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh
terhadap patogen yang potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit, epitel
mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH asam
lambung.

Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen, interferon, protein fase akut dan kolektin.
Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi
terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai
opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis bakteri dan parasit. Tidak
hanya komplemen, kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat
mengikat hidrat arang pada permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel
NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap
infeksi virus.1 Peningkatan kadar C-reactive protein dalam darah dan Mannan Binding
Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen terjadi saat mengalami infeksi akut.
Sel fagosit mononuklear dan polimorfonuklear serta sel Natural Killer dan sel mast berperan
dalam sistem imun non spesifik selular.

Neutrofil, salah satu fagosit polimorfonuklear dengan granula azurophilic yang mengandung
enzyme hidrolitik serta substansi bakterisidal seperti defensins dan katelicidin. 1,2 Mononuklear
fagosit yang berasal dari sel primordial dan beredar di sel darah tepi disebut sebagai monosit.
Makrofag di sistem saraf pusat disebut sebagai sel mikroglia, saat berada di sinusoid hepar
disebut sel Kupffer, di saluran pernafasan disebut makrofag alveolar dan di tulang disebut
sebagai osteoklas. Sel Natural Killer merupakan sel limfosit yang berfungsi dalam imunitas
nonspesifik terhadap virus dan sel tumor. Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan imunitas
terhadap parasit dalam usus serta invasi bakteri.

Sistem Imun Spesifik


Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing.
Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem
imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan
kemudian dihancurkan.1 Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi
oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun
ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.

a. Sistem imun spesifik humoral


Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral yang akan menghasilkan
antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami
proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan
terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.1 Sel B memiliki
reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen dan dapat dideteksi melalui metode
tertentu melalui marker seperti CD19, CD21 dan MHC II.

b. Sistem imun spesifik selular


Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di
sumsung tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus. Persentase sel T
yang matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama sistem
imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus, jamur, parasit dan
keganasan.
Sel T terdiri atas beberapa subset dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu sel Th1, Th2, Tdth,
CTL atau Tc, Th3 atau Ts atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8
merupakan penanda dari CTL yang terdapat pada membran protein sel.

B. Interferon
Interferon merupakan suatu protein alami yang diproduksi tubuh sebagai respon tubuh
dalam melawan senyawa berbahaya, seperti virus, bakteri, atau kanker. Interferon juga tersedia
dalam bentuk obat. Interferon dalam bentuk obat dapat bekerja dengan meningkatkan respon
kekebalan tubuh dan menghambat pertumbuhan virus, bakteri, atau kanker. Senyawa interferon
adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan senyawa tersebut akan terinduksi
pada tahap awal infeksi virus. Dengan kata lain, pada saat virus memasuki tubuh dan mulai
menginfeksi sel-sel tubuh, interferon akan segera terbentuk sebelum sistem imun spesifik
merespon infeksi tersebut. Pada saat rangsangan biologis terjadi, sel yang terinduksi akan segera
melepaskan interferon ke lingkungannya sehingga interferon dapat berikatan dengan reseptor sel
target dan menginduksi transkripsi kurang lebih 20 sampai 30 gen antiviral. Hal ini membuat sel-
sel tersebut mampu mengaktifkan kemampuan antivirus sehingga perluasan infeksi virus dapat
dicegah.

C. CRP (C-Reactive Protein)


Tes CRP atau C-reactive protein adalah pemeriksaan untuk mengetahui kadar protein C-reaktif
dalam darah. Protein ini merupakan penanda adanya peradangan dalam tubuh Anda. Protein C-
reaktif dihasilkan oleh hati dan kadarnya akan meningkat sebagai respons tubuh terhadap
peradangan (inflamasi).

4. Pertahanan seluler
Dalam imunitas seluler, tubuh mengenali sel yang terinfeksi dan mem-bu-nuh mereka, menggunakan
sel seperti makrofag dan sel-sel pembunuh alami. Sel-sel ini dirancang untuk memicu kematian sel,
memastikan bahwa sel-sel yang terinfeksi tidak mereplikasi dan memungkinkan infeksi menyebar.
Struktur & Cara kerja antibodi
 Produksi antibodi pada infeksi pertama kali disebut respons antibodi primer.
 Pada infeksi kedua,sistem imun sistem merespon lebih cepat. Ini disebut respons antibodi
sekunder. Konsentrasi antibodi meningkatkan lebih banyak dan lebih cepat daripada
respons primer.
 Jumlah sel memori menurun setelah infeksi pertama,tetapi sel B memori dapat dihasilkan
dengan lebih cepat pada saat infeksi kedua.

Sel T
Sel T adalah salah satu jenis sel darah putih. Sel T kerap disebut dengan limfosit T, karena
merupakan salah satu jenis limfosit sel darah putih bersama dengan sel B. Sel T dibuat oleh sel
punca dalam sumsum tulang belakang. Berbeda dengan sel darah putih lainnya, sel T tidak
langsung matang melainkan harus terdiferensiasi terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai