Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia sebagai organ pengatur
keseimbangan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang tidak berguna serta bersifat toksis. Fungsi
ginjal yang terpenting adalah untuk mempertahankan homeostasis bio kimiawi yang normal didalam
tubuh, hal ini dilakukan dengan cara mengeksresikan zat-zat yang tidak diperlukan lagi melalui
proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Sindrom Nefrotik merupakan salah saty
penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang
terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkolesteronemia serta edema. Sekitar 90%
kasus anak merupakan Sindrom Nefrotik Primer. Sindrom Nefrotuk yang paling banyak ditemukan
adalah jenis kelainan minimal yaitu sekitar 76%. Pasien yang menderita Sindrom Nefrotik untuk
pertama kalinya sebagian besar datang ke rumah sakit dengan gejala edema. Pada pasien anak
dengan Sindrom Nefrotik biasanya akan didapatkan kenaikan berat badan yang dapat mencapai
hingga 50% dari berat badan sebelum menderita Sindrom Nefrotik. Hal tersebut terjadi karena
timbulnya proses edema yang merupakan salah satu gambaran klinis dari Sindrom Nefrotik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan masalah dari makalah
ini adalah:

1.2.1 Apakah definisi dari tetanus?

1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi dari tetanus?

1.2.3 Apakah etiologi dari tetanus?

1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi dari tetanus?

1.2.5 Bagaimanakah pathway dari tetanus?

1.2.6 Bagaimanakah manifestasi klinis dari tetanus?

1.2.7 Apa saja tanda dan gejala dari tetanus?

1.2.8 Apa saja pemeriksaan penunjang untuk klien dengan tetanus?

1.2.9 Bagaimana proses penatalaksana dari tetanus?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan tetanus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Memahami definisi dari tetanus.

1.3.2.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi dari tetanus.

1.3.2.3 Mengetahui etiologi dari tetanus.


1.3.2.4 Memahami patofisiologi dari tetanus.

1.3.2.5 Mengetahui pathway dari tetanus.

1.3.2.6 Mengetahui manifestasi klinis dari tetanus.

1.3.2.7 Mengetahui tanda dan gejala dari tetanus.

1.3.2.8 Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan tetanus.

1.3.2.9 Mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada kien dengan tetanus.
Pengertian

Sindrom nefrotik yaitu kumpulan tanda-tanda degenerasi ginjal tanpa adanya


peradangan, ditandai dengan oedema, albuminuria dan penurunan albumin dalam
serum(Ramali, 2003, hal 230). 

Sindrom nefrotik berkaitan erat dengan proteinuria(Tisher, 1997, hal 37).

Sindrom nefrotik merupakan kumpulan manifestasi klinis (di tandai proteinuria masif
lebih dari 3,5 gram per 1, 73 m2 luas permukaan tubuh perhari dan hipoalbuminemia
kurang dari 3 gram per milliliter) dan bekerjasama dengan kelainan glomerulus akhir
penyakit - penyakit tertentu atau tidak diketahui /  idiopatik(Soeparman, 1990, hal 282)

Sindrom nefrotik yaitu penyakit yang terjadi secara tiba-tiba, biasanyan berupa oliguria
dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akhir proeinuria berat. Tanda yang
terlihat terang yaitu oedema pada kaki dan genetalia (Mansjoer, 1999, hal 525).

Sindrom nefrotik ialah penyakit dengan tanda-tanda edema, proteinuria,


hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia, kadang – kadang terdapat hematuria,
hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 1997,      hal 304)

Dari beberapa pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa nefrotik sindrom
yaitu suatu penyakit degenerasi fungsi ginjal yang ditandai dengan oedema, albuminuria,
dan penurunan albumin serum yang diakibatkan oleh penyakit - penyakit tertentu yang
terjadi secara tiba-tiba.

Etiologi

Mansjoer (1999, hal 525) menyatakan bahwa penyebab sindrom nefrotik pada orang
cukup umur yaitu :

1. Glomerulonefritis primer ( sebagian besar tidak diketahui sebabnya )


 Glomerulonefritis membranosa
 Glomerulonefritis kelainan minimal
 Glomerulonefritis membranoproliperatif
 Glomerulonefritis pascastreptokokok
2. Glomerulonefritis sekunder

 Lupus Eritemotosus Sistemik (LES)


 Obat (emas, pensilalanin, anti inflamsi nonsteroid)
 Neoplasma (kanker payudara, kolon, bronkus)
 Penyakit sistemik yang mensugesti glomerulus (diabetes, amiloidosis).
Sedangkan Tisher (1997, hal 38) menyebutkan bahwa penyebab nefrotik sindrom ada 2
yaitu kelainan primer glomerulus dan kelainan sekunder yakni : 

1. Kelainan primer glomerulus

 Proteinuria ortostatik atau postural (benigna)


 Glomerulonefritis membranosa 
 Glomerulonefritis membranoproliferatik idiopatik 
 Glomerulonefritis fokal segmental
 Nefropati IgA
 Penyakit lesi minimal
 Glomerulonefritis proliferatif
2. Kelainan sekunder

 Herediter – familial : diabetes mellitus, sindrom Alport, penyakit sel sabit


 Autoimun ; lupus eritematosus sistemik (LSE), sindrom Goodpasture,
granulomatosis wegener, poliartesis nodosa, rematoid arthritis
 Infeksi : postinfeksi glomerulonefritis, endokarditis, hepatitis B.
 Obat : biro inflamasi nonsteroid, heroin, emas, merkuri
 Neoplasma : penyakit Hodgkin, leukemia, multiple mieloma
 Lain - lain : amiloidosis, preeklampsia-eklampsia, hipertensi renovaskular,
nefritis interstitial, demam, olahraga.

Patofisiologi

Pada individu yang sehat, dinding kapiler glomerrolusberfungsi sebagai sawar untuk
menyingkirkan protein semoga tidak memasuki ruangan urinarius melalui diskriminasi
ukuran dan muatan listrik(Tisher, 1997, hal 37).

Dengan adanya gangguan pada glomerulus, ukuran dan muatan sawar selektif sanggup
rusak sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran glomerolus. Proses
penyaringan pun menjadi terganggu.molekul protein yang seharusnya bisa tersaring
oleh glomerulus, tidak sanggup tersaring. Sehingga urine mengandung protein(Tisher,
1997, hal 37).

Sebagian besar protein dalam urine yaitu albumin. Dengan banyaknya albumin yang
keluar bersama urine, menimbulkan kandungan albumin dalam darah menjadi rendah
yang disebut hipoalbuminemia(Mansjoer, 1999, hal 526)

Rangkaian keadaan yang memperlihatkan mulai dari proteinuria hingga sindrom nefrotik
tergantung pada perkembangan dari hipoalbuminemia.hipoalbuminemia mengurangi
tekanan onkotik plasma, dan kemudian mengakibat perpindahan cairan intravaskular ke
ruang interstitial. Perpindahan cairan ini akan menjadikan volume cairan intravaskular
menurun, sehingga menurunkan jumlah anutan darah ke ginjal / volume darah efektif
menurun(Soeparman, 1990, hal 286).

Ginjal akan melaksanakan kompensasi dengan merangsang produksi renin - angiotensin


dan sekresi aldosteron yang kemudian menimbulkan retensi natrium dan air. Kejadian ini
menimbulkan edema perifer, anasarka dan asites. Kondisi hipoalbuminemia juga
mensugesti respon imun seseorang.faktor imun Ig G menurun sehingga penderita
nefrotik sindrom lebih peka terhadap semua macam infeksi(Soeparman, 1990, hal 286

Pathway

Anatomi Fisiologi

Tanda dan Gejala

Manifestasi Klinik

Pada penderita Sindrom Nefrotik, edema merupakan tanda-tanda klinik yang menonjol.
Kadang - kadang mencapai 40 % dari pada berat tubuh dan didapatkan edema anasarka.
Pasien sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selama beberapa ahad mungkin
terdapat hematuria, azotemia dan hipertensi ringan. Terdapat proteinuria terutama
albumin      (85-95%) sebanyak 10 - 15 gram perhari. Selama edema masih banyak
biasanya produksi urin berkurang, berat jenis urin meninggi. Sedimen sanggup normal
atau berupa torak hialin, granula, lipoid; terdapat pula sel darah putih. Pada fase non
nefritis, uji fungsi ginjal tetap normal atau meninggi. Dengan perubahan yang progresif
di glomerulus terdapat penurunan fungsi ginjal pada fase nefrotik.

Kimia darah memperlihatkan hipoalbuminemia. Kadar globulin normal atau meninggi


sehingga terdapat perbandingan albumin - globulin yang terbalik. Didapatkan pula
hiperkolesterolemia, kadar fibrinogen meninggi sedangkan kadar ureum normal. Pada
keadaan lanjut biasanya terdapat glukosuria tanpa hiperglikemia(Ngastiyah, 1997, hal
306).

Mansjoer(1999, hal 526) menyatakan bahwa tanda-tanda utama yang ditemukan pada
penderita nefrotik sindrom yaitu :

proteinuria > 3,5 g / hari


 hipoalbuminemia  < 30 g / l
 edema anasarka
 hiperlipidemia / hiperkolesterolemia
 hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan
arteri.
 hematuria, hipertensi
Pada masalah berat sanggup ditemukan gagal ginjal.

Komplikasi Sindrom Nefrotik

 Infeksi (akibat defisiensi respon imun)


 Tromboembolisme (terutama vena renal)
 Emboli pulmo
 Peningkatan terjadinya aterosklerosis
 Hypovolemia
 Hilangnya protein dalam urin
 Dehidrasi 

Pemeriksaan Penunjang

Untuk investigasi penunjang, dilakukan investigasi urine dan darah untuk memastikan
adanya proteinuria, proteinemia, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia. Biasanya
ditemukan hematuria mikroskopik lebih dari 20 eritrosit /luas permukaan badan.
Pemeriksaan darah lengkap juga diharapkan untuk mencari mikroangiopati, investigasi
imunologi untuk memilih adanya Lupus Eritematosus Sistemik(Mansjoer, 1999, hal
528). 

Selain itu, untuk menunjang diagnosa, perlu dilakukan investigasi fungsi ginjal berupa
urin mikroskopik, ureum, kreatinin, elektrolit, dan protein urin(Tisher, 1997, hal 40). 
Untuk pengawasan kemajuan penderita Sindrom Nefrotik, dilakukan pengukuran dan
pencatatan terencana dari tekanan darah, keseimbangan cairan serta berat
badan( Mansjoer, 1999, hal 528).

Penatalaksanaan Sindrom nefrotik

Ngastiyah(1997, hal 306) menjelaskan penatalaksanaan penderita Sindrom Nefrotik


yaitu sebagai berikut:

a. Medis 

Pengobatan :

 Istirahat hingga edema tinggal sedikit.


 Diet tinggi protein 2-3 gram/kgBB/hari dengan garam minimal kalau edema
masih berat. Bila edema berkurang sanggup diberi garam sedikit.
 Diuretik
 Kortikosteroid. Berikan prednison peroral dengan takaran awitan 60
mg/hari/luas permukaan badan(lbp) selama 28 hari. Kemudian dilanjutkan
dengan prednison per oral selama 28 hari dengan takaran 40 mg/hari/lbp,
setiap 3 hari dalam satu ahad dengan takaran maksimum 60 mg/hari.
 Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
 Berikan obat digitalis kalau ada indikasi gagal jantung.
b. Keperawatan

Penderita sindrom nefrotik perlu dirawat di rumah sakit lantaran memerlukan


pengawaan dan pengobatan yang khusus. Masalah pasien yang perlu diperhatikan yaitu
edema anasarka, diet, risiko terjadi komplikasi dan pengawasan mengenai
pengobatan/gangguan rasa kondusif dan nyaman.

Anda mungkin juga menyukai