PENDAHULUAN
Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia sebagai organ pengatur
keseimbangan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang tidak berguna serta bersifat toksis. Fungsi
ginjal yang terpenting adalah untuk mempertahankan homeostasis bio kimiawi yang normal didalam
tubuh, hal ini dilakukan dengan cara mengeksresikan zat-zat yang tidak diperlukan lagi melalui
proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Sindrom Nefrotik merupakan salah saty
penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang
terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkolesteronemia serta edema. Sekitar 90%
kasus anak merupakan Sindrom Nefrotik Primer. Sindrom Nefrotuk yang paling banyak ditemukan
adalah jenis kelainan minimal yaitu sekitar 76%. Pasien yang menderita Sindrom Nefrotik untuk
pertama kalinya sebagian besar datang ke rumah sakit dengan gejala edema. Pada pasien anak
dengan Sindrom Nefrotik biasanya akan didapatkan kenaikan berat badan yang dapat mencapai
hingga 50% dari berat badan sebelum menderita Sindrom Nefrotik. Hal tersebut terjadi karena
timbulnya proses edema yang merupakan salah satu gambaran klinis dari Sindrom Nefrotik.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan masalah dari makalah
ini adalah:
1.3 Tujuan
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan tetanus.
1.3.2.9 Mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada kien dengan tetanus.
Pengertian
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan manifestasi klinis (di tandai proteinuria masif
lebih dari 3,5 gram per 1, 73 m2 luas permukaan tubuh perhari dan hipoalbuminemia
kurang dari 3 gram per milliliter) dan bekerjasama dengan kelainan glomerulus akhir
penyakit - penyakit tertentu atau tidak diketahui / idiopatik(Soeparman, 1990, hal 282)
Sindrom nefrotik yaitu penyakit yang terjadi secara tiba-tiba, biasanyan berupa oliguria
dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akhir proeinuria berat. Tanda yang
terlihat terang yaitu oedema pada kaki dan genetalia (Mansjoer, 1999, hal 525).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa nefrotik sindrom
yaitu suatu penyakit degenerasi fungsi ginjal yang ditandai dengan oedema, albuminuria,
dan penurunan albumin serum yang diakibatkan oleh penyakit - penyakit tertentu yang
terjadi secara tiba-tiba.
Etiologi
Mansjoer (1999, hal 525) menyatakan bahwa penyebab sindrom nefrotik pada orang
cukup umur yaitu :
Patofisiologi
Pada individu yang sehat, dinding kapiler glomerrolusberfungsi sebagai sawar untuk
menyingkirkan protein semoga tidak memasuki ruangan urinarius melalui diskriminasi
ukuran dan muatan listrik(Tisher, 1997, hal 37).
Dengan adanya gangguan pada glomerulus, ukuran dan muatan sawar selektif sanggup
rusak sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran glomerolus. Proses
penyaringan pun menjadi terganggu.molekul protein yang seharusnya bisa tersaring
oleh glomerulus, tidak sanggup tersaring. Sehingga urine mengandung protein(Tisher,
1997, hal 37).
Sebagian besar protein dalam urine yaitu albumin. Dengan banyaknya albumin yang
keluar bersama urine, menimbulkan kandungan albumin dalam darah menjadi rendah
yang disebut hipoalbuminemia(Mansjoer, 1999, hal 526)
Rangkaian keadaan yang memperlihatkan mulai dari proteinuria hingga sindrom nefrotik
tergantung pada perkembangan dari hipoalbuminemia.hipoalbuminemia mengurangi
tekanan onkotik plasma, dan kemudian mengakibat perpindahan cairan intravaskular ke
ruang interstitial. Perpindahan cairan ini akan menjadikan volume cairan intravaskular
menurun, sehingga menurunkan jumlah anutan darah ke ginjal / volume darah efektif
menurun(Soeparman, 1990, hal 286).
Pathway
Anatomi Fisiologi
Manifestasi Klinik
Pada penderita Sindrom Nefrotik, edema merupakan tanda-tanda klinik yang menonjol.
Kadang - kadang mencapai 40 % dari pada berat tubuh dan didapatkan edema anasarka.
Pasien sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selama beberapa ahad mungkin
terdapat hematuria, azotemia dan hipertensi ringan. Terdapat proteinuria terutama
albumin (85-95%) sebanyak 10 - 15 gram perhari. Selama edema masih banyak
biasanya produksi urin berkurang, berat jenis urin meninggi. Sedimen sanggup normal
atau berupa torak hialin, granula, lipoid; terdapat pula sel darah putih. Pada fase non
nefritis, uji fungsi ginjal tetap normal atau meninggi. Dengan perubahan yang progresif
di glomerulus terdapat penurunan fungsi ginjal pada fase nefrotik.
Mansjoer(1999, hal 526) menyatakan bahwa tanda-tanda utama yang ditemukan pada
penderita nefrotik sindrom yaitu :
Pemeriksaan Penunjang
Untuk investigasi penunjang, dilakukan investigasi urine dan darah untuk memastikan
adanya proteinuria, proteinemia, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia. Biasanya
ditemukan hematuria mikroskopik lebih dari 20 eritrosit /luas permukaan badan.
Pemeriksaan darah lengkap juga diharapkan untuk mencari mikroangiopati, investigasi
imunologi untuk memilih adanya Lupus Eritematosus Sistemik(Mansjoer, 1999, hal
528).
Selain itu, untuk menunjang diagnosa, perlu dilakukan investigasi fungsi ginjal berupa
urin mikroskopik, ureum, kreatinin, elektrolit, dan protein urin(Tisher, 1997, hal 40).
Untuk pengawasan kemajuan penderita Sindrom Nefrotik, dilakukan pengukuran dan
pencatatan terencana dari tekanan darah, keseimbangan cairan serta berat
badan( Mansjoer, 1999, hal 528).
a. Medis
Pengobatan :