Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sholikhatun Nisa’

NIM : 177231047

Prodi : Ilmu Informasi dan Perpustakaan

KESENIAN RAKYAT BLORA

BARONGAN

https://www.blorakab.go.id/index.php/public/berita/detail/4696/
desember-2022--festival-barongan-nasional-digelar-di-blora

Blora merupakan sebuah kabupaten kecil di Jawa Tengah yang adat dan tradisinya
masih sangat kental. Blora mempunyai banyak sekali adat istiadat, tradisi, budaya dan
kesenian. Salah satu kesenian yang paling terkenal adalah kesenian singo barong atau
lebih dikenal masyarakat Blora dengan sebutan “Barongan”. Hiburan rakyat asal
Blora ini digemari banyak kalangan. Biasanya Barongan dipentaskan pada saat
upacara adat festival, acara sedekah bumi, khitanan dan masih banyak acara lainnya.
Di Blora, Barongan masih eksis hingga saat ini. Sebab, barongan masih menjadi
hiburan paling favorit saat mengadakan sebuah acara. Pada pertunjukan Barongan
masih terdapat ritual-ritual sakral. Konon dahulu kesenian Barongan dipakai sebagai
sarana ritual masyarakat Blora. Warga setempat mempercayai bahwa Barongan
merupakan makhluk mitologi yang berasal dari daerah di Blora yang dianggap suci.
Namun, saat ini kesenian Barongan hanya digunakan sebagai sarana hiburan,
walaupun saat pertunjukaannya masih terdapat ritual-ritual kuno.
Dalam Babad Giyanti pernah disebutkan bahwa dulunya Blora berada di bawah
kekuasaan Ponorogo. Tak heran apabila sejarah kesenian Barongan ini masih
berkaitan dengan kesenian Reog Ponorogo. Sejarah kesenian Barongan ini berkisah
dari cerita legenda Klana Sawandana dari Kabupaten Bantaragin dan Panji
Asmarabangun yang jatuh cinta pada Dewi Sekartaji, putri Raja Kediri. Klana
Sawandana memerintahkan Patih Pujangga Anom untuk meminang Dewi Sekartaji.
Keberangkatannya dikawal oleh 44 pasukan prajurit dan dipimpin oleh empat orang
perwira, yaitu: Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih, dan Kuda Sangsangan.
Sesampainya di Hutan Wengker, mereka dihadang oleh Singo Barong, sebagai
penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang tugasnya menjaga keamanan
perbatasan. Para prajurit berhasil dikalahkan oleh Singo Barong, namun keempat
perwira tersebut melarikan diri dan melaporkan kekalahan mereka pada Klana
Sewandana. Pada saat yang sama, Raden Panji mengutus dua orang abdi Kerajaan
Jenggala, Lurah Noyontoko dan Untub, untuk melamar Dewi Sekartaji. Sesampainya
di Hutan Wengker, mereka pun berhadapan dengan Singo Barong. Noyontoko dan
Untub kewalahan menghadapi Singo Barong sehingga meminta bantuan kepada Joko
Lodro, rekan guru Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan
dibunuh. Namun berkat kesaktiannya, Singo Barong bisa hidup Kembali. Peristiwa itu
dilaporkan kepada Raden Panji dan dengan perasaan marah, Raden Panji pergi
menemui Singo Barong.

Pada saat yang sama, Prabu Klana mendapat laporan dari Bujangga Anom lalu Prabu
Klana memutuskan berangkat untuk membunuh Singo Barong karena utusannya telah
dikalahkan. Setelah sampai di hutan, Wengker akhirnya bertemu dengan Singo
Barong dan terjadilah perkelahian. Akhirnya Singo Barong dilumpuhkan oleh Prabu
Klana Sawendana dengan senjata andalannya, Pecut Samandiman. Dengan kesaktian
Prabu Klana, kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali dengan syarat ia
membawa Prabu Klana ke Kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji.
Sesampainya di Alun-Alun Kediri, pasukan Prabu Klana berhadapan dengan pasukan
Raden Panji. Pertarungan keduanya pun tak terhindarkan, terjadilah pertarungan
antara Raden Panji dan Prabu Klana yang dimenangkan oleh Raden Panji. Setelah itu,
Singo Brong dikutuk oleh Raden Panji hingga tidak bisa kembali ke wujud
manusianya (Gembong Amijoyo). Para prajurit dan Bujangganong tiba di hadapan
Raden Panji. Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan untuk melamar Dewi
Sekartaji. Prosesi ini merupakan landasan dari kesenian barongan.

Barongan Blora mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan daerah lain.
Dua ciri khas Barongan Blora yaitu yang pertama adalah gamelan sebagai
pengiringnya. Barongan Blora identik dengan irama ketukan mulai dari tempo lambat
hingga cepat. Hal ini ditambah oleh sorak-sorai penonton selama pertunjukan
barongan. Selain gamelan, pertunjukan Barongan juga diiringi penyinden. Seiring
berjalannya waktu, kita menemukan alat-alat musik modern seperti keyboard,
kendang, kendang besar sering dikaitkan dengan seni campursari. Hal ini menjadikan
Barongan tetap eksis di zaman modern dengan kemajuan alat musik namun tetap
berkonsep tradisional. Kedua yaitu karakter atau tokoh. Tokoh-tokohnya adalah Singo
Barong (Gembong Amijoyo), Gendruwon (Joko Lodro), Penthul (Untub, Noyontko
dan Mbok Ginah), Jaranan (Kor Jenggala) dan Patih Punjangga Anom
(Bujangganong). Diantara tokoh-tokoh tersebut yang menjadi ciri khas Barongan
Blora adalah Penthul yang tidak dapat ditemukan pada kesenian di daerah lain.

Di Blora terdapat banyak sekali grub atau sanggar kesenian Barongan. Salah satu
pemilik barongan tertua ada di desa Jiken. Diperkirakan barongan tersebut berumur
kurang lebih 100 tahun. Seni Barongan ini1mencerminkan1sifat-sifat yang dimiliki
oleh masyarakat Blora diantaranya, yaitu sifat kekeluargaan, kesederhanaan,
kekompakan, dan keberanian yang didasari oleh kebenaran.

Kabupaten1Blora merupakan daerah dengan kuantitas kesenian barong terbesar di


Jawa Tengah. Dibandingkan dengan daerah lain, Blora dapat dikatakan sebagai pusat
kesenian barong di Jawa Tengah. Kabupaten Blora dijuluki sebagai “Kota Barongan”
dan diakui oleh Kemendikbud RI serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa
Tengah. Di zaman modern seperti sekarang ini, mempertahankan eksistensi kesenian
tradisional tentu tidak mudah. Memang banyak bermunculan budaya-budaya baru
yang lebih modern dan menghibur.
Upaya pelestarian kesenian seperti Barongan ini tentunya tidak hanya dari satu pihak
saja, dalam artian senimannya saja, namun memerlukan peran serta masyarakat dan
pemerintah setempat. Sedangkan dari pihak pemerintah setempat, di Kabupaten Blora
biasanya diadakan Festival Barongan setiap tahunnya, dimana lomba tersebut
mempertemukan beberapa perkumpulan seni Barong yang berasal dari Kabupaten
Blora. Puncak acara biasanya adalah acara hiburan kesenian barongan lokal dan
mancanegara yang diselenggarakan untuk menghibur masyarakat Blora. Hal ini tentu
sangat berdampak besar dalam menjaga kesenian daerah dan mengenalkan kesenian
Barong kepada generasi muda. Selain pemerintah, masyarakat juga turut terlibat
dalam pelestarian kesenian Barong.

Perkembangan kesenian Barong di Blora sangat pesat. Dahulu kesenian Barong hanya
untuk keperluan ritual saja, seperti tradisi sedekah bumi, meminta perlindungan dari
bala, dan tradisi desa lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, kesenian Barong
tidak lagi sekedar bersifat ritual sakral namun juga bersifat menghibur. Seni Barong
Blora telah banyak meraih prestasi dari dalam dan luar negeri. Kesenian Barongan
Blora berhasil meraih Juara 1 Parade Seni Budaya di Semarang tahun 2010, lalu
pernah mendapat Juara 2 pada event Jogjakarta International Ethnic Culture Festival
2011. Hal1ini membuktikan bahwa kesenian Barongan di Blora patut untuk
dilestarikan oleh generasi penerus bangsa khusunya pemuda masyarakat Blora.

Para seniman Blora memperkenalkan kesenian Barong kepada masyarakat lewat karya
seni seperti patung, topeng dan cinderamata bertema kesenian Barong lainnya.
Dengan demikian tentunya juga dapat membantu para seniman Blora dari segi
ekonomi untuk meningkatkan pendapatan melalui tangan-tangan kreatif yang mereka
gunakan untuk menciptakan sesuatu yang bernilai. Oleh karena itu, upaya pelestarian
kesenian Barong di Kabupaten Blora tentunya harus didukung oleh semua pihak mulai
dari seniman, masyarakat bahkan pemerintah daerah setempat. Melalui pelestarian ini
diharapkan keturunan dan generasi mendatang selalu dapat mengenal kesenian Barong
ini.

Anda mungkin juga menyukai