Anda di halaman 1dari 19

MODUL PELATIHAN

Bab 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017 Pasal 15 ayat 1,
mengamanatkan bahwa “Menteri membentuk Sistem Pendataan Kebudayaan
Terpadu untuk mendukung pelaksanaan Pemajuan Kebudayaan”. Selain itu
Pasal 18 ayat 2 mengamanatkan bahwa “Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah memfasilitasi Setiap Orang yang melakukan pencatatan dan
pendokumentasian Objek Pemajuan Kebudayaan. Undang-Undang Cagar
Budaya Nomor 11 Tahun 2010 Pasal 30, juga mengamanatkan perlunya
dilakukan pendaftaran sebagai bagian dari proses penyusunan Register
Nasional. Penyusunan Register Nasional merupakan upaya penting untuk
mengetahui jumlah kekayaan Cagar budaya secara nasional.

Pembentukan Sistem Pendataan Kebudayaan ini juga diperkuat melaui


Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia dimana
pada pasal 2 ayat 2 menjelaskan bahwa tujuan satu data adalah mendorong
keterbukaan dan transparasi data sehingga tercipta perencanaan dan
perumusan kebijakan pembangunan yang berbasis pada data. Untuk
menunjang konsep Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu (SPKT) tersebut
dibutuhkan sebuah platform yang akan menjadi data referensi utama dalam
pendataan kebudayaan, yaitu Data Pokok Kebudayaan (Dapobud).

Upaya pemajuan kebudayaan yang terlegalisasi setelah disahkannya Undang


Undang Pemajuan Kebudayaan No. 5 Tahun 2017, belum sepenuhnya
dilaksanakan secara maksimal. Upaya Pelestarian, Pelindungan, Pemanfaatan,
dan Pengembangan masih menyisakan beberapa agenda yang harus
dilaksanakan. Agenda yang paling mendasar adalah pendataan. Tiap tiap
instansi yang memiliki singgungan terhadap kebudayaan baik secara langsung
maupun tidak, seharusnya memiliki data Kebudayaan. Kenyataannya data
tersebut sangat tersebar, bahkan ada Instansi yang membutuhkan data
kebudayaan karena minim pendataan. Data yang selama ini ada pun harus
diverifikasi ulang, karena kebudayaan terus berkembang.

B. Deskripsi Singkat
Pelatihan ini akan memberikan pengetahuan kepada peserta tentang DAPOBUD ( Data
Pokok Kebudayaan). Pengetahuan tersebut meliputi gambaran umum Dapobud, Pengelolaan
Dapobud, dan peran Dapobud dalam pemajuan kebudayaan Indonesia.

C. Hasil Belajar
Setelah melakukan pelatihan ini peserta mampu:

1. Memahami apa itu Dapobud dan latar belakang pembentukannya


2. Memahami konsep pendataan pada Dapobud
3. Memahami jenis-jenis data yang berada pada Dapobud
4. Memahami stakeholder dari Dapobud
5. Memahami mekanisme pengelolaan Dapobud di daerah
6. Memahami metode pengumpulan data Dapobud
7. Memahami cara mekanisme mengakses Dapobud

D. Indokator Hasil Belajar


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat :

1. Menjelaskan gambaran umum Dapobud


2. Menjelaskan konsep pendataan pada Dapobud
3. Menjelaskan jenis-jenis data Dapobud
4. Menjelaskan stakeholder pengelolaan Dapobud di daerah
5. Menjelaskan mekanisme pengelolaan Dapobud di daerah
6. Menjelaskan metode pengumpulan dara Dapobud
7. Menjelaskan mekanisme akses dapobud

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


1. Gambaran umum Dapobud
 Penjelasan tentang Dapobud
 Jenis-jenis data Dapobud
 Konsep pendataan Dapobud
2. Pengelolaan Dapobud
 Akses dapobud
 Metode pengumpulan data
 Stakeholder dapobud
BAB 2. GAMBARAN UMUM DAPOBUD.
A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat memahami tentang Dapobud

B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Apa itu Dapobud
Data Pokok Kebudayaan (Dapobud) adalah mekanisme pendataan kebudayaan
skala nasional untuk mewujudkan Data Referensi Kebudayaan yang terintegrasi
dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, sampai tingkat Pusat.
Dapobud adalah bagian dari Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu yang
merupakan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan.

Landasan hukum yang melatarbelakangi terbentuknya dapobud antara lain :

1. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945


(Amandemen ke-4, 2002, Pasal 32);Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan;
6. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia;
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 tentang
Ratifikasi Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
106 Tahun 2013 tentang Warisan Budaya Takbenda Indonesia;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja (OTK);
10. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Tahun 2020-2024; dan
11. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2022 tentang Satu Data Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
12. Keputusan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 36/M/2024 tentang Petunjuk Teknis Data
Kebudayaan, Kebahasaan, dan Kesastraan

Data kebudayaan terdiri atas 5 (lima) entitas, yaitu:

1. Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), merupakan unsur kebudayaan yang


menjadi sasaran utama pemajuan kebudayaan.
2. Cagar Budaya (CB), adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa
benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs
cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang
perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan
melalui proses penetapan.
3. Tenaga Kebudayaan (TB), merupakan Sumber Daya Manusia (SDM)
kebudayaan yang bergiat, bekerja, dan/atau berkarya dalam bidang yang
berkaitan dengan Objek Pemajuan Kebudayaan.
4. Lembaga Kebudayaan (LK), merupakan organisasi yang berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum yang berperan dalam pemajuan
kebudayaan.
5. Sarana dan Prasarana Kebudayaan (SP), merupakan fasilitas penunjang
terselenggaranya aktivitas kebudayaan.

2. Konsep Pendataan Kebudayaan


Pada dasarnya terdapat 2 konsep dasar yang harus dipahami lebih dulu untuk
setiap orang yang melakukan pencatatan data kebudayaan dalam sistem
Dapobud, yaitu terkait data faktual dan sistem register jamak (multi tagging).

Data kebudayaan merupakan satu bentuk pengkategorian yang dibuat untuk


memudahkan dalam inventarisasi data. Pengkategorian ini tidak bersifat
mendikotomi, karena bentuk dapobud memiliki sistem register jamak ( multi
tagging). Contohnya yaitu Tortor yang berasal dari Sumatera Utara merupakan
bagian dari seni apabila aktivitas manortor dilihat dari segi gerak tubuh yang
mengandung dimensi artistik, bagian dari ritus apabila tortor dilihat sebagai
bagian penting dalam upacara penyambutan tamu kehormatan, bagian dari
adat istiadat apabila tortor dilihat sebagai kebiasaan yang memiliki nilai
tertentu dan diwariskan secara turun-temurun, dan bagian dari pengetahuan
tradisional apabila tortor dilihat sebagai cerminan dari suatu pandangan
masyarakat Batak yang diwariskan secara turun-temurun.

Pengumpulan dan penginputan data merupakan proses paling penting dalam


keseluruhan proses Data Pokok Kebudayaan (Dapobud). Tujuan utama
pengumpulan data adalah untuk mendapatkan data faktual yang dapat
menggambarkan keseluruhan keadaan semua entitas (objek pemajuan
kebudayaan, cagar budaya, tenaga, lembaga, dan sarana prasarana) dalam satu
wilayah. Data faktual adalah data berdasarkan fakta sebenarnya yang terdapat
di wilayah tersebut, bukan sekedar data yang berasal dari wilayah ataupun
kebudayaan corak utama di wilayah tersebut. Contoh: Data faktual tentang
Bahasa di Kota Bandung akan menggambarkan bukan hanya berapa banyak
penutur Bahasa Sunda di wilayah tersebut, tetapi juga menggambarkan ada
Bahasa apa saja yang dituturkan/digunakan dalam wilayah itu saat ini.
Misalnya: di Kota Bandung terdapat 500.000 penutur Bahasa Sunda, 15.000
penutur Bahasa Batak, 12.000 penutur Bahasa Padang, 7.000 orang penutur
Bahasa Bugis, dsb.
3. Jenis-jenis data Dapobud
Seperti dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, bahwa entitas data kebudayaan terdiri dari 5
jenis entitas data, yaitu OPK (Objek Pemajuan Kebudayaan), CB/ODCB (Cagar Budaya/Objek
Diduga Cagar Budaya) Tenaga kebudayaan, Lembaga Kebudayaan dan sarana prasana
kebudayaan. Di sini kita akan membahas detail dari entitas data tersebut

3.1. OPK (Objek Pemajuan Kebudayaan)


OPK (Objek Pemajuan Kebudayaan) sesuai dengan UU no 5 tahun 2017 tentang
Pemajuan Kebudayaan terdiri dari Tradisi Lisan, Manuskrip, Adat Istiadat, Ritus,
Pengetahuan Tradisional, Teknologi Tradisional, Seni, Bahasa, Permainan Rakyat dan
Olahraga Tradisional.
2.1.1 Tradisi Lisan
Tradisi lisan adalah tuturan yang diwariskan secara turun-temurun oleh
masyarakat, antara lain sejarah lisan, dongeng, rapalan, pantun, dan cerita
rakyat
2.1.2 Manuskrip
Manuskrip adalah naskah beserta segala informasi yang terkandung di
dalamnya yang memiliki nilai budaya dan sejarah, antara lain serat, babad,
hikayat, dan kitab.
2.1.3 Adat Istiadat
Adat istiadat adalah kebiasaan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan
oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi
berikutnya, antara lain tata Kelola lingkungan dan tata cara penyelesaian
sengketa.
2.1.4 Ritus
Ritus adalah adalah tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang
didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara
terus menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain berbagai
perayaan, peringatan kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan
ritual kepercayaan beserta perlengkapannya.
2.1.5 Pengetahuan Tradisional
Pengetahuan tradisional adalah keseluruhan ide dan gagasan dalam masyarakat
yang mengandung nilai-nilai setempat sebagai hasil pengalaman nyata dalam
berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terusmenerus, dan
diwariskan pada generasi berikutnya. Pengetahuan tradisional juga termasuk
pengetahuan mengenai alam semesta (mikrokosmos dan akrokosmos), ilmu
perbintangan yang digunakan dalam pelayaran, pendirian
bangunan, dan penentuan hari baik (primbon, wariga).
2.1.6 Teknologi Tradisional
Teknologi tradisional adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan
barangbarang atau cara yang diperlukan bagi kelangsungan atau kenyamanan
hidup manusia dalam bentuk produk, kemahiran, dan keterampilan masyarakat
sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan,
ikembangkan secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya.
Teknologi tradisional antara lain arsitektur (proses pembuatan, rancang bangun),
arah hadap bangunan (arah mata angin), bangunan ditentukan oleh
status (jahe julu), perkakas pengolahan sawah, alat transportasi, dan system
irigasi
2.1.7 Seni
Seni adalah ekspresi artistik individu, kolektif, atau komunal, yang berbasis
warisan budaya maupun berbasis kreativitas penciptaan baru, yang terwujud
dalam berbagai bentuk kegiatan dan/atau medium. Seni antara lain seni
pertunjukan, seni rupa, seni sastra, film, seni musik, dan seni media.
2.1.8 Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi antarmanusia, baik berbentuk lisan, tulisan,
maupun isyarat, antara lain, bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Yang dapat
dimaksud dengan bahasa termasuk aksara, dialek, tata bahasa, tindak tutur,
tingkatan berbahasa.
2.1.9 Permainan Rakyat
Permainan Rakyat adalah berbagai permainan yang didasarkan pada nilai
tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus menerus dan
diwariskan pada generasi berikutnya, yang bertujuan untuk menghibur diri.
Permainan rakyat memiliki aturan tata permainan seperti jumlah pemain,
gerakan, tata cara penentuan menang kalah. Memiliki karakteristik pemain
seperti permainan untuk laki-laki, perempuan, anak kecil, dewasa, tua, muda.
Memiliki pakaian khas yang dipakai untuk bermain seperti misalnya, sarung, ikat
kepala. Memiliki ketentuan waktu bermain seperti misalnya siang, sore, malam,
hari besar, dll. Memiliki karakteristik bahan pembuat mainan seperti misalnya
gerabah, kayu. Memiliki lokasi permainan yang khas seperti misalnya di pantai,
bukit, halaman rumah.
2.1.10 Olahraga tradisional
Olahraga tradisional adalah berbagai aktivitas fisik dan/atau mental yang
bertujuan untuk menyehatkan diri, peningkatan daya tahan tubuh, didasarkan
pada nilai tertentu, dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus,
dan diwariskan pada generasi berikutnya.

3.2. CB/ODCB (Cagar Budaya / Objek Diduga Cagar Budaya)


Cagar Budaya berdasarkan pada UU No, 11 Tahun 2010 adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang
perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang tidak
memenuhi kriteria cagar budaya, tetapi memiliki arti khusus bagi masyarakat
atau bangsa Indonesia, dapat diusulkan sebagai Cagar Budaya melalui proses
penelitian. Arti khusus tersebut dapat merupakan simbol pemersatu, kebanggaan, dan
jati diri bangsa, atau yang merupakan suatu peristiwa luar
biasa berskala nasional atau dunia (contoh: Monumen Nasional di Jakarta,
Monumen Lubang Buaya di Jakarta, kapal terdampar akibat peristiwa tsunami di Banda
Aceh, dan lain-lain).
3.2.1. Benda Cagar Budaya
Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik
bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian
bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan
dan sejarah perkembangan manusia.
Pada umumnya benda berukuran kecil dan mudah dibawa atau dipindahkan dari
satu tempat ke tempat yang lain, misalnya mahkota (Gambar 3.1) atau biola
(Gambar 3.2). Namun demikian, terdapat benda-benda berukuran besar dan
berat sehingga sukar atau bahkan tidak mungkin dipindahkan dari
kedudukannya, misalnya arca batu (gambar 3.3). Namun benda juga dapat
menjadi bagian dari struktur atau bangunan, misalnya daun pintu atau jendela
(Gambar 3.4). Benda-benda yang dimaksud tersebut dapat terbuat dari
bahanbahan alami atau bahan buatan manusia, baik yang dibentuk oleh manusia
maupun dipergunakan langsung sebagai mana adanya .
3.2.2. Bangunan Cagar Budaya
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
Bangunan dapat berupa gedung (Gambar 3.5), rumah (Gambar 3.6), atau balai
(Gambar 3.7). Pada umumnya bangunan selain memiliki atap juga terdapat
lantai, pintu, jendela, lubang angin, atau unsur-unsur lain yang melengkapi
fungsinya sebagai tempat tinggal, tempat bekerja, tempat ibadah, atau tempat
bernanungnya manusia. Bangunan-bangunan semacam ini umumnya memang
tersusun dari banyak unsur, meskipun sedikit jumlahnya namun terdapat
bangunan-bangunan khusus yang hanya berunsur tunggal. Misalnya bangunan
pura di dalam Kompleks Pura Besakih di Bali yang seluruhnya
terbuat dari batu padas tunggal (Gambar 3.8).
3.2.3. Struktur Cagar Budaya
Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan
yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung
kebutuhan manusia.

Seperti juga pada bangunan, struktur dapat terdiri dari banyak unsur maupun
tunggal, berdiri sendiri atau menjadi bagian dari formasi alam. Pada umumnya
struktur sukar dipindahkan dari lokasinya tanpa menyebabkannya rusak. Tugu
(Gambar 3.9), lapangan (Gambar 3.10), jembatan (Gambar 3.11), atau pahatan
pada dinding (Gambar 3.12) dapat dikelompokkan sebagai struktur. Selain itu
daripada itu perahu (Gambar 3.13), pesawat terbang (Gambar 3.14), mobil,
sepeda, saluran air (Gambar 3.15), atau pondasi (Gambar 3.16) termasuk ke
dalam jenis-jenis struktur.

3.2.4. Situs Cagar Budaya


Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang
mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau
Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian
pada masa lalu.
Pada prinsipnya situs adalah ruang di permukaan bumi tempat berlangsungnya
kegiatan manusia. Sisa dari kegiatan tersebut dapat terlihat di permukaan
tanah (Gambar 3.17) atau tersembunyi di dalam tanah (Gambar 3.18).
Perubahan lingkungan dan perilaku manusia selama ratusan tahun
menyebabkan banyak cagar budaya yang terkubur di dalam tanah dan rusak.
Sisa kegiatan itu juga dapat berada di dasar laut, sungai, rawa, atau danau
(Gambar 3.19). Oleh karena sifatnya yang menyatu dengan permukaan bumi
maka situs tidak dapat dipindahkan tanpa menyebabkan rusak bahkan
hancur.

Sebagai kesatuan ruang yang permanen, situs menyimpan banyak informasi


terkait dengan perilaku manusia, lingkungan alam, dan perubahan-perubahan
yang terjadi di masa silam. Oleh sebab itu di hampir semua situs umumnya
dapat ditemukan Benda Cagar Budaya, selain Bangunan Cagar Budaya dan
Struktur Cagar Budaya. Kehadiran ketiga jenis cagar budaya inilah yang
menyebabkan lokasi tempat keberadaannya tersebut ditetapkan sebagai Situs
Cagar Budaya. Ini berarti tanpa keberadaan ketiga jenis cagar budaya setiap
lokasi di muka bumi tidak dapat disebut sebagai Situs Cagar Budaya.
3.2.5. Kawasan Cagar Budaya
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs
Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan
ciri tata ruang yang khas.
Sifatnya sama seperti Situs Cagar Budaya yang berupa ruang di permukaan
bumi, di darat maupun di air, akan tetapi dengan ukuran lebih luas karena
mencakup bukan hanya satu melainkan dua atau lebih Situs Cagar Budaya di
dalamnya. Hubungan tata ruang Situs-situs Cagar Budaya yang letaknya
berdekatan di dalamnya menjadi pertimbangan penyatuannya menjadi
Kawasan Cagar Budaya. Berdasarkan prinsip penyatuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, satuan ruang
geografis tidak dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila hanya
terdapat satu situs di dalamnya, atau dua situs yang jaraknya berjauhan. Oleh
karena ukurannya yang cukup besar, luas Kawasan hanya dapat diamati dari
tempat-tempat yang tinggi atau menggunakan bantuan foto udara, foto satelit
atau peta sebagai contoh adalah sebaran situs di daerah Kawasan Cagar
Budaya Batujaya, Provinsi Jawa Barat (Gambar 3.20) atau peta sebaran situs
di Kawasan Cagar Budaya Muarajambi, Provinsi Jambi (Gambar 3.21)

3.3. Tenaga Budaya


Tenaga Kebudayaan merupakan Sumberdaya Manusia Kebudayaan yang
bergiat, bekerja, dan/atau berkarya dalam bidang yang berkaitan dengan Objek
Pemajuan Kebudayaan. Objek Pemajuan Kebudayaan atau OPK sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 adalah unsur
Kebudayaan yang menjadi sasaran utama Pemajuan Kebudayaan. Adapun
beberapa contoh dari Tenaga Kebudayaan sebagai berikut:
 Tradisi Lisan : Peneliti tradisi lisan, pendongeng tradisional, pengumpul tradisi
lisan
 Manuskrip : Filolog, Epigraf, penulis manuskrip, arsiparis manuskrip
 Adat Istiadat : Sultan, Permaisuri, Abdi Dalem, Kepala adat, Prajurit
 Ritus : dukun, paraji, juru kunci, mak andam, siwer
 Pengetahuan tradisional : tabib, pengolah makanan tradisional, tukang pijat,
perias pengantin tradisional, penafsir primbon, ahli falak
 Teknologi tradisional : juru sawah, pembuat klir wayang, pembuat gawangan,
nelayan tradisional
 Seni : koregografer, penari, composer, pembuat alat music, sutradara, actor,
penata rias.
 Bahasa : penyuluh Bahasa, peneliti Bahasa, penerjemah, penyunting
 Permainan rakyat : pelaku permainan tradisional, wasit permainan rakyat,
pembuat konten permainan rakyat
 Olahraga tradisional : pesilat, pengrajin alat olahraga tradisional, juri olahraga
tradisional,
 CB/ODCB : Juru pelihara, peneliti, juru pugar, polisi khusus cagar budaya, teknisi
konservasi cagar budaya
 Museum : kepala museum, curator, educator, penata pameran
 Sejarah : konsultan sejarah, editor sejarah, penulis sejarah, konten creator
sejarah, pemandu wisata sejarah
3.4. Lembaga Kebudayaan
Lembaga Kebudayaan merupakan lembaga publik dalam suatu negara yang
berperan dalam pemajuan budaya, ilmu pengetahuan, seni, lingkungan, dan
pendidikan pada masyarakat yang ada pada suatu daerah atau negara.
Lembaga Kebudayaan merupakan elemen lain yang dapat berperan serta dalam
pelestarian seni dan budaya. Merupakan elemen masyarakat yang relatif
mempunyai perhatian dan kepedulian pada eksistensi dan kelestarian seni dan
budaya daerah. Lembaga Kebudayaan juga merupakan organisasi yang
bertujuan mengembangkan dan membina kebudayaan.
3.4.1. Museum
Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,
memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.
Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat
dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat,
menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia
dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.
3.4.2. Taman Budaya
Taman budaya adalah suatu kompleks yang terdiri dari ruang terbuka dan
ruang tertutup dimana berfungsi sebagai wadah dari berbagai aktivitas
pertunjukan, pergelaran, serta sebagai tempat berkumpulnya para seniman
maupun masyarakat umum untuk saling berbagi ilmu atau informasi mengenai
seni dan budaya, sehingga dapat terus melestarikan seni dan budaya warisan
leluhur dahulu.
3.4.3. Sanggar
Sanggar adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh sekumpulan
orang untuk berkegiatan seni dan budaya seperti seni tari, seni lukis, seni kriya,
seni peran dan lain-lain. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar berupa
kegiatan pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari pembelajaran,
penciptaan hingga produksi dan semua proses hampir sebagian besar
dilakukan di dalam sanggar (tergantung ada tidaknya fasilitas dalam sanggar).
Sanggar tari merupakan sarana, wadah, untuk berkreatifitas & mengenal
taritarian yang ada di Indonesia.
3.4.4. Asosiasi Profesi
Asosiasi profesi adalah organisasi non-profit yang beranggotakan orang-orang
dengan latar belakang profesi yang sama yang umumnya memiliki tujuan
memajukan dan mempromosikan profesi tersebut, meningkatkan
kompetensianggotanya, dan melayani serta melindungi kepentingan publik dan
anggotanya.
3.4.5. Lembaga Adat
Lembaga adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan baik yang sengaja
dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam
sejarah masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu masyarakat hukum
adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam
wilayah hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur,
mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang
berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang
berlaku.
3.4.6. Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa
Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME adalah sebuah
organisasi kemasyarakatan yang telah tumbuh dan berkembang untuk
menaungi para Penghayat Kepercayaan. Penghayat Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, selanjutnya disebut Penghayat Kepercayaan adalah
setiap orang yang mengakui dan meyakini nilai-nilai penghayatan kepercayaan
terhadap Tuhan YME.
3.4.7. Padepokan
Padepokan adalah lembaga pendidikan tradisional yang merupakan suatu
komunitas pelaku pendidikan di mana selain terjadi kegiatan belajar mengajar
di dalamnya juga terjadi kegiatan berhuni. Di dalam padepokan, bersama-sama
tinggal guru sebagai pemilik dan sesepuh padepokan, serta orang-orang yang
datang dengan maksud berguru dan menimba ilmu. Guru menjadi orientasi dan
panutan setiap orang dan masyarakat di lingkungan yang bersangkutan.
3.4.8. Komunitas Budaya
Komunitas budaya merupakan kesatuan sosial yang memiliki potensi budaya
berupa tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional,
teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, olahraga tradisional,
cagar budaya, permuseuman, dan kesejarahan.
3.5. Sarana dan Prasarana Kebudayaan
Sarana dan Prasarana Kebudayaan adalah fasilitas penunjang terselenggaranya
aktivitas Kebudayaan, antara lain museum, ruang pertunjukan, galeri, sanggar,
bioskop publik, studio musik, studio rekaman, perpustakaan, taman kota, balai
adat, lapangan, pendopo, sasana, monumen, kebun raya, gelanggang, dan
taman budaya.

BAB 3. Pengelolaan Dapobud


A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pelatihan ini,

B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Organisasi Pelaksana Dapobud
Pelaksana Data Pokok Kebudayaan (Dapobud) adalah Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. Hal tersebut diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia yang menyebutkan bahwa
“Integrasi Data dilakukan berjenjang dari tingkat Kabupaten/Kota ke Provinsi sampai dengan
Pusat dalam bentuk Penyelenggaraan Satu Data Indonesia”. Pengaturan satu data tersebut
dimaksudkan untuk mengatur penyelenggaraan tata kelola data untuk mendukung
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian pembangunan.

Dalam pelaksanaan Data Pokok Kebudayaan (Dapobud), pendataan dilakukan secara


terintegrasi mulai dari pengumpulan hingga verifikasi dan validasi data oleh Dinas Bidang
Kebudayaan kabupaten/kota. Tahapan selanjutnya adalah verifikasi dan validasi yang
dilakukan oleh Dinas Bidang Kebudayaan provinsi untuk memastikan bahwa tidak ada data
duplikasi dan tidak terjadi konflik antardata. Sementara itu, pemerintah pusat menerima
kompilasi data dan melakukan verifikasi dan validasi data yang diperoleh dari
kabupaten/kota/provinsi

Adapun jenis user yang akan terlibat dalam pelaksanaan Dapobud adalah masyarakat, Dinas
Kbupaten/kota, Dinas Provinsi, Pusat, Tenaga Ahli, UPT Ditjen Kebudayaan. Setiap jenis user
tersebut memiliki hak akses yang berbeda sesuai dengan peruntukannya yang dapat dilihat
pada gambar berikut

2. Akses Ke Dapobud
Masyarakat luas dapat mengakses seluruh data kebudayaan yang telah di himpun
dalam DAPOBUD melalui pranala dapobud.kemdikbud.go.id. Lebih lanjut untuk
dapat berpartisipasi dalam pendataan DAPOBUD, pengguna aplikasi harus terlebih
dahulu melakukan pendaftaran melalui sso.dapobud.kemdikbud.go.id dan bagi user
dari unsur Dinas dan Tenaga Ahli harus mengirimkan SK Tim Pendataan DAPOBUD
dan Surat Tugas Operator DAPOBUD ke Ditjen Kebudayaan. Untuk mendaftar ke
SSO Kebudayaan dapat mengikuti langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Klik tombol register

Tampilan awal pendaftaran akun SSO Kebudayaan

Langkah 2: Isi nama di kolom nama dan nomor telepon di kolom nomor telepon

Langkah 3: Klik kolom kategori, dan pilih kategori sesuai kebutuhan Anda.
Jika Anda memilih Kabupaten/Kota, maka akan muncul kolom Kabupaten dan pilih sesuai
Kabupaten/Kota asal dari Dinas bidang kebudayaan yang bersangkutan.

Langkah 4: Isi email yang aktif dan isi password yang mudah diingat. Pastikan bahwa
password hanya berisi karakter alfabet dan angka saja (alphanumeric).

Langkah 5: Isi kolom sesuai captcha, apabila captcha tidak terbaca atau terlalu lama
didiamkan, silahkan klik gambar captcha untuk mendapatkan captcha yang terbaru, lalu klik
kotak centang i Accept kemudian klik sign up.

Langkah 6: Tunggu email berisi tautan verifikasi, biasanya email ini akan berada di folder
spam, kemudikan klik tautan yang berikan. Hingga tahap ini akun SSO Anda telah aktif.
Setelah bisa login ke SSO Kebudayaan maka selanjutnya silakan login ke tautan
https://app.dapobud.kemdikbud.go.id/login/ . setelah berhasil login akan muncul tampilan
Setelah dapat login ke laman Dapobud seperti itu, maka silakan hubungi Ditjen Kebudayaan
untuk dibukakan akses ke data yang bersangkutan.

3. Metode Pengumpulan Data Dapobud


Terdapat 3 (dua) metode untuk melaksanakan pengumpulan data dalam
Dapobud, yaitu survei lapangan, meja bantuan, dan urun daya. Keseluruhan
proses pengumpulan data mengacu pada formulir isian Dapobud, yang terdiri
dari 5 jenis, meliputi:

1. Formulir isian Objek Pemajuan Kebudayaan (DAPOBUD-OPK), yang meliputi


pendataan atas 10 Objek Pemajuan Kebudayaan: bahasa, manuskrip, adat
istiadat, ritus, tradisi lisan, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional,
seni, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.
2. Formulir isian Cagar Budaya (DAPOBUD-CB), yang meliputi pendataan atas
objek diduga cagar budaya dan cagar budaya.
3. Formulir isian Tenaga Kebudayaan (DAPOBUD-TB), yang meliputi
pendataan atas sumber daya manusia terkait Pemajuan Kebudayaan.
4. Formulir isian Lembaga Kebudayaan (DAPOBUD-LK), yang meliputi
pendataan atas lembaga terkait Pemajuan Kebudayaan.
5. Formulir isian Sarana dan Prasarana Kebudayaan (DAPOBUD-SP), yang
meliputi pendataan atas sarana dan prasarana terkait Pemajuan
Kebudayaan.

3.1. Survei Lapangan


Survei lapangan adalah kegiatan pengumpulan data di wilayah kabupaten/kota
melalui wawancara dan/atau observasi lapangan. Survei lapangan dipimpin oleh tim
Dapobud bidang pengumpulan data. Besar dan jumlah anggota tim survei
disesuaikan dengan kebutuhan tim Dapobud dalam melakukan pengumpulan data.

Dalam melaksanakan survei lapangan, sangat dianjurkan untuk bekerjasama dengan


perguruan tinggi/universitas/Lembaga penelitian/lembaga kebudayaan/lembaga
lainnya yang berpengalaman dalam penelitian sosial atau budaya, sebagai tim survei
yang ditunjuk oleh tim Dapobud. Kerjasama dengan perguruan
tinggi/universitas/Lembaga penelitian/lembaga kebudayaan/lembaga lainnya dapat
membuat pengumpulan data menjadi efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan
pihakpihak tersebut telah memiliki pengetahuan yang memadai, memiliki
kerangka metodologi penelitian yang mumpuni, serta memiliki sarana dan
prasarana yang memadai untuk menjalankan survei lapangan.

Survei lapangan dilaksanakan dengan cara tim survei menemui masyarakat guna
mendapatkan data yang dibutuhkan untuk Dapobud. Instrumen yang digunakan
dalam survei lapangan harus mengacu kepada formulir isian Dapobud dari
Kemendikbud. Setelah survei dilaksanakan, tim survey menyerahkan hasil survei
lapangan kepada petugas input agar dapat dimasukkan ke dalam aplikasi pendataan.

3.2. Meja Bantuan


Layanan meja bantuan merupakan mekanisme pengumpulan data yang dapat
diakses oleh masyarakat secara luring, baik dengan cara mendatangi maupun
menghubungi langsung pusat pengumpulan data yang disediakan. Dengan
mekanisme meja bantuan, masyarakat/tenaga/lembaga dapat mendatangi Dinas
Bidang Kebudayaan untuk mendaftarkannya. Selain itu, masyarakat/tenaga/lembaga
juga dapat berkonsultasi melalui saluran siaga yang dibentuk oleh Dinas Bidang
Kebudayaan.

Objek pemajuan kebudayaan, cagar budaya, tenaga kebudayaan, lembaga


kebudayaan, serta sarana dan prasarana kebudayaan yang didaftarkan
melalui meja bantuan akan mendapatkan nomor induk. Instrumen yang
digunakan dalam meja bantuan harus mengacu kepada formulir isian
Dapobud melalui aplikasi pendataan yang disediakan dari Kemendikbud.

3.3. Urun Daya


Urun daya adalah kegiatan pengumpulan data di wilayah kabupaten/kota yang
dilakukan oleh masyarakat baik kelompok maupun individu secara mandiri melalui
aplikasi Dapobud. Kelompok atau individu pengumpul data kebudayaan merupakan
salah satu potensi untuk menjaring data kebudayaan lebih banyak dan
komprehensif, sehingga dapat memperkaya data kebudayaan yang ada di daerah.

Kelompok atau individu yang dapat melakukan urun daya data Dapobud
memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki data yang sudah terkumpul baik dalam bentuk salinan keras
maupun salinan lunak; dan
b. Memiliki kekuasaan penuh atas data yang telah dikumpulkan.

Kelompok atau individu yang sudah memenuhi persyaratan di atas harus


mengikuti ketentuan yang berlaku sebagai peserta urun daya Dapobud
sebagai berikut:

a. Salinan data yang dimiliki kelompok atau individu sepenuhnya menjadi milik
negara dan dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat umum;
b. Kelompok atau individu mendapatkan pengakuan sebagai sumber data; dan
c. Data yang telah dimasukkan ke dalam sistem dapat tertolak oleh validasi yang
dilakukan oleh daerah.

Anda mungkin juga menyukai