Dibacakan :
Hari/Tanggal : Kamis, 4 November 2021
Jam : 08.00
Tempat : Konfren Poli Klinik/ Via Zoom
INTERNUCLEAR OPHTHALMOPLEGIA
TAHAP II
PENDAHULUAN
1
BAB II
2.1 Anatomi
2.1.1 Nervus Okulomotor
Nervus okulomotor terdiri dari 24.000 serat-serat fiber yang mensuplai seluruh
otot ekstraokular kecuali otot oblik superior dan rektus lateral. Nervus ini juga
mempersarafi sfingter pupil dan otot siliaris. Nervus okulomotor berasal dari
sekelompok sel-sel kompleks di rostral midbrain, atau mesencefalon pada kolikulus
superior. Nervus okulomotor memiliki nukleus yang terdiri dari motor subnukleus
yang besar yang masing-masing berguna dalam inervasi otot ekstraokular. Kecuali
subnukleus sentral yang mempersarafi kedua otot levator palpebra superior, kelompok
sel ini berpasangan. Persyarafan kedua otot levator merupakan contoh dari persamaan
inervasi hukum hering. Subnukleus tersebut menginervasi:6
Otot rektus inferior ipsilateral
Otot oblik inferior ipsilateral
Otot rektus media ipsilateral
Otot rektus superior kontralateral
2
Gambar 1. CN III 6
3
Gambar 2. Distribusi CN III 6
4
intrakranial. Nervus abdusen memasuki orbita melalui fisura orbitalis superior untuk
mempersarafi otot rektus lateral. Keadaan patologis dari N VI dapat menyebabkan
gangguan gerakan horizontal (lateral gaze palsy).7,8
Gambar 3. CN IV.8
5
tepat diatas medula piramid dari sulkus medullopontine dan berjalan ke arah
superolateral di prepontine cistern kanal Dorello. 7
6
2.2 Fisiologi gerakan mata horizontal
Pergerakan mata binokuler disebut versi, terjadi bila kedua mata bergerak
pada arah yang sama. Vergen terjadi bila kedua mata bergerak ke arah berlawanan
(konvergen dan divergen). Pada gerakan binokuler dikenal hukum Hering yang
menyatakan bahwa ketika mata bergerak ke salah satu arah, inervasi simultan
menyebabkan otot yang berpasangan (yoke muscle) mendapatkan inervasi yang
sama. Otot-otot ekstraokuler memiliki aksi primer, sekunder dan tersier dalam
menggerakkan bola mata (tabel 1). 10,11,12
7
horizontal. Dari nukleus medial dan vestibular. Burst informasi disuplai dari PPRF,
yang berbatasan langsung dengan nukleus N VI dan MLF. 7,13
Sel burst normalnya dihambat oleh neuron omnipause. Gerakan sakadik
diinisiasi oleh hambatan supranuklear sel omnipause yang memungkinkan sel burst
untuk mengaktifkan gerakan horizontal dan pusat vertikal. Untuk menghasilkan
gerakan horizontal pada kedua mata, peningkatan sinyal firing harus didistribusikan
ipsilateral ke rektus lateral dan otot rektus medial kontralateral. Otot rektus lateral
disuplai langsung melalui N VI ipsilateral. Otot media kontralateral dirangsang oleh
interneuon yang menyilang di pons dan naik di MLF kontralateral. 7,13
Pada gambar 6 menunjukan skema anatomi untuk sintesis sinyal gerakan mata
horizontal. Dari kanalis semisirkularis horizontal, aferen primer nervus vestibular (N
VIII) terutama yang mengarah ke neuron nukleus N VIII yang kemudian mengirimkan
8
koneksi rangsangan ke nukleus abdusen kontralateral. N VI menginervasi otot rektus
lateral ipsilateral dan nukleus CN III kontralateral melalui MLF. 7
Gerakan sakadik horizontal dihasilkan pada bidang mata bagian frontal, yang
mengaktivasi PPRF kontra lateral. Burst neuron di PPRF menstimulasi nukleus
abdusen ipsilateral dengan, jalur berikutnya yang identik dengan pergerakan mata
yang dihasilkan vestibular horizontal. 7
9
BAB III
PPRF menerima informasi dari pusat kortikal yang lebih tinggi seperti bidang
mata frontal, lobus oksipital dan parietal dan colliculus superior. Dari PPRF sinyal
berjalan ke nukleus ipsilateral untuk saraf abdusen. Nukleus abdusen kemudian akan
mengirimkan sinyal rangsang melalui MLF ke otot rektus medial kontralateral (CN
III). Aktivasi otot rektus medial kontralateral dan otot rektus lateral ipsilateral
menghasilkan gerakan mata konjugasi horizontal. 4,14
10
persarafan ke yoke musclenya (kontralateral rektus lateral) mengakibatkan nistagmus.
3,4,
11
disertai dengan strabismus vertikal, hal tersebut diakibatkan karena skew deviation
simultan atau kelumpuhan saraf troklearis. Skew deviation adalah ketidaksejajaran
vertikal mata yang disebabkan oleh gangguan asimetris input supranuklear dari organ
otolitik telinga bagian dalam. 4,17
1. Lesi yang melibatkan PPRF (horizontal gaze center) dan MLF atau N VI pada
sisi yang sama menghasilkan "one and a half syndrome" mengakibatkan INO
pada satu mata dan kelumpuhan gerakan horizontal ipsilateral. Sindrom ini
ditandai dengan hilangnya semua gerakan horizontal kecuali abduksi pada mata
kontralateral.
2. Oftalmoplegia internuklear unilateral dapat disertai dengan strabismus vertikal
karena deviasi skew atau kelumpuhan saraf troklear yang terkait.
3. Wall-eyed bilateral internuclear ophthalmoplegia (WEBINO) yang merupakan
kelainan langka di mana oftalmoplegia internuklear bilateral dikaitkan dengan
eksotropia bilateral. Eksotropia diduga terjadi karena terganggunya input dari
organ otolitik.
Lesi pada INO dapat unilateral atau bilateral. Pada INO unilateral, manifestasi
klinisnya berupa gangguan adduksi mata ipsilateral pada pergerakan sakadik dan
nistagmus mata kontralateral saat abduksi. Nistagmus mata kontralateral saat abduksi
terjadi karena kompensasi akibat keterbatasan mata ipsilateral saat adduksi. Hal ini
12
sesuai dengan hukum Hering, dimana pada pergerakan mata binokular, otot-otot yang
berpasangan (yoke muscle) mendapatkan inervasi yang sama. INO unilateral
terkadang disertai dengan strabismus vertikal, hal tersebut diakibatkan karena skew
deviation simultan atau kelumpuhan saraf troklearis.3,4,7,19
Pada INO bilateral terjadi jeda atau keterlambatan adduksi bilateral, nistagmus
abduksi bilateral, dan vertikal, gaze-evoked nystagmus paling terlihat saat gerakan
mata ke atas. Nistagmus pada INO bilateral disebabkan oleh gangguan jalur vertikal
vestibular pursuit dan gaze-holding, yang naik dari nukleus vestibular ke MLF.
Manifestasi klinis lain yang didapatkan apabila lesi MLF bilateral dapat menyebabkan
eksotropia pada posisi primer, kelainan ini disebut wall-eyed bilateral INO syndrome
(WEBINO) dan sering disebabkan oleh lesi pada midbrain dekat dengan nukleus NIII.
4,7,20
Gambar 11. INO bilateral pada pria 53 tahun dengan diplopia pada pandangan
lateral. A, Pandangan horizontal ke kedua arah menghasilkan abduksi penuh mata
ipsilateral tetapi hampir tidak ada adduksi mata kontralateral. Posisi pada pandangan
primer (sentral panel) hampir ortotropik. B, Axial fluid-attenuated inversion recovery
(FLAIR) MRI menunjukkan edema (sinyal terang ditunjukkan oleh panah) di daerah
MLF bilateral pada tingkat midbrain atas (kiri) dan pons (kanan).7
13
A.
B.
14
BAB IV
KESIMPILAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
11. Roodhooft JM. Screen Test Used To Map Out Ocular Deviations. In Bull
SocBelge Ophthalmology. 2007. pp. 57-67.
12. Griffin JR, Grisham JD. Binocular anomalies: diagnosis and vision therapy.
Philadelphia: Butterworth-Heinemann Company; Fifth edition,
2007.pp.122- 126.
13. Salmon FJ. Neuro-Ophthalmology. In: Kanski’s Clinical Ohthalmology A
Systematic Approach Ninth Edition. Elsevier. China. 2020. P 806-807
14. Wang AG. Multiple Sclerosis Presenting with Bilateral Internuclear
Ophthalmology. In: Emergency Neuro-Ophthalmology Rapid Case
Demonstration. Singapore. 2018. P 195-198
15. Liu GT, Volpe NJ, Galetta SL. Eye Movement Disorders: Conjugate Gaze
bnormalities. In: Neuro-Ophthalmology Diagnosis and Management Third
Edition. China. 2019. P 496-497
16. Wai YZ. A Rare Case of Unilateral Cogan’s Anterior Internuclear
Ophthalmoplegia, Upgaze Palsy and Ataxia Caused by Dorsal Tegmentum
Lesion at Pontomesencephalic Junction. BMC Ophthalmology. 2021. P 1-6
17. Savino PJ, Denesh-Meyer HV. Chapter 10 Ocular Misalignment and Other
Ocular Motor Disorders. In: Color Atlas and Synopsis of Clinical
Ophthalmology Second Edition. China. 2012. P 269-274
18. Wu YT. Wall-eyed Bilateral Internuclear Ophthalmoplegia: Review of
Pathogenesis, Diagnosis, Prognosis and Management. Clinical and
Experimental Optometry. 2014. P 1-6
19. Ansions AM. Supranuclear and Internuclear Disorder. In: Diagnosis and
Management of Ocular Motility Disorers. Manchester. 2006. P 487-489
20. Glaser JS. Supranuclear Disorder of Eye Movement. In: Neuro-
Ophthalmology Trird Edition. USA. 1999. P 346-348
21. Keane JR. Internuclear Ophthalmoplegia Unusual Causes in 114 of 410
Patients. 2015. P 714-717
17