Setelah kemarin Ryan Gosling, hari ini saya giliran menonton debut
penyutradaraan dari Russell Crowe. Di luar dugaan, Crowe dengan segala
arogansinya itu memilih kisah drama penuh kehangatan serta rasa cinta
seorang ayah kepada anak-anaknya. Diangkat dari buku berjudul sama
karya Andre Anastasios dan Dr Meaghan Wilson-Anastasios, The Water
Diviner ber-sentral pada karakter Joshua Connor (Russell Crowe), seorang
petani sekaligus pencari air di Australia. Joshua harus menghadapi
kenyataan bahwa sang istri, Eliza (Jacqueline McKenzie) masih tidak bisa
merelakan ketiga anak mereka yang hilang di "Pertempuran Gallipoli"
lima tahun sebelumnya. Eliza pun akhirnya bunuh diri, dan Joshua
bertekad membawa pulang ketiga anaknya meski mereka telah mati
sekalipun. Maka berangkatlah sang pencari air ini ke Turki untuk mencari
keberadaan ketiga anaknya yang telah lama dianggap tewas.
Sebagai salah satu lawan main Crowe ada Olga Kurylenko sebagai Ayshe,
seorang pemilik hotel yang suaminya juga hilang di Gallipoli. Meski disatu
sisi persamaan kehilangan diantara mereka menghadirkan simpati pada
hubungan yang terjalin, tetap ada ganjalan bagi saya. Ayshe masih
merasa kehiangan sang suami, apalagi Crowe yang belum lama
mendapati istrinya bunuh diri. Namun pertemuan beberapa waktu di hotel
sudah cukup membuat keduanya jatuh cinta. Saya paham dengan
maksud cerita yang ingin menunjukkan fase babak baru kehidupan. Tapi
konklusi yang hadir dalam subplot hubungan mereka dipaksakan terlalu
bahagia. Setelah semua usaha menghindarkan film ini dari kesan
cheesy (yang mana berhasil), kesan itu justru hadir pada subplot
tersebut. Akan terasa lebih hangat sekaligus tidak out-of-character jika
konklusinya menyiratkan babak baru, bukan secara total sudah berada di
sana.
Tapi diluar kekurangan tersebut baik Crowe maupun Kurylenko telah
memberikan penampilan individu yang baik, termasuk chemistry kuat.
Sebuah chemistry yang membuat saya tetap merasakan simpati pada
hubungan mereka meski kekurangan di atas hadir. Olga Kurylenko
meyakinkan sebagai seorang wanita penuh harga diri yang masih
terkekang oleh duka. Matanya menunjukkan kekuatan, tapi juga berkaca-
kaca memancarkan kesedihan terpendam. Sedangkan Crowe
menghadirkan kembali sebuah penampilan yang membuatnya sempat
dinobatkan sebagai aktor terbaik di dunia, khususnya berkat tiga
nominasi Oscar beruntun lebih dari satu dekade lalu. Ingin tahu seperti
apa rasa sayang tulus seorang ayah pada anaknya? Lihat Russell Crowe
disini. Tidak perlu melihat segala perjuangan karakter Joshua, cukup lihat
bagaimana ekspresi sampai gerak tubuh Crowe. Ada penderitaan yang
hadir karena kehilangan, namun disaat bersamaan harapan berkat rasa
cinta turut menyeruak kuat.
Verdict: Secara tidak terduga Russell Crowe tahu cara elegan untuk
menghadirkan drama penuh perasaan. Tidak terlalu mengaduk-aduk
emosi, tapi hangat dan penuh cinta.
http://movfreak.blogspot.com/2015/04/the-water-diviner-2014.html
Sinopsis Lengkap Film The Water Diviner (2014) - Hallo sahabat arsip novita, Pada Film yang akan
anda lihat kali ini dengan judul Sinopsis Lengkap Film The Water Diviner (2014), kami telah
mempersiapkan Film ini dengan baik untuk anda nikmati dan ambil informasi didalamnya. mudah-
mudahan isi postingan Film 2014, Film Drama, Film Hollywood, Film Olga Kurylenko, Film Russell
Crowe, Film War, Film Yilmaz Erdogan, yang kami posting ini dapat anda pahami. baiklah, selamat
menikmati.
Judul : Sinopsis Lengkap Film The Water Diviner (2014)
link : Sinopsis Lengkap Film The Water Diviner (2014)
Baca juga
26 Desember 2014
Negara
Amerika Serikat
Bahasa
Inggris
Sutradara
Russell Crowe
Produser
Troy Lum
Pemeran
Sinematografi
Andrew Lesnie
Music
David Hirschfelder
Distributor
1919, tepat usai PD I berakhir, berpusat di sekitar Joshua Connor petani dan peramal air Australia. 3
putranya Arthur, Edward dan Henry bertugas dengan Korps ANZAC selama kampanye militer di
Gallipoli 4 tahun sebelumnya dan telah diduga tewas. Istrinya Eliza melakukan bunuh diri sebab
kesedihan, Joshua memutuskan membawa pulang mayat putranya menguburkan mereka dengan
ibu mereka.
Joshua menuju Turki dan tinggal di hotel di Istanbul yang dikelola Ayshe yang janda perang, namun
tidak mampu melakukan perjalanan menuju Gallipoli melalui jalan darat. Ayshe memberitahunya
menyuap seorang nelayan setempat guna melakukan ke Gallipoli dengan perahu. Saat dia tiba
Joshua mengetahui ANZAC terlibat perincian penguburan massal dan warga sipil dilarang.
Mayor Hasan perwira Angkatan Darat Turki yang membantu ANZAC, membujuk Capten ANZAC Cyril
Hughes memprioritaskan membantu Joshua dalam pencariannya. Usai menemukan kuburan Henry
dan Edward, Joshua melihat mimpinya Arthur selamat dari pertempuran. Hasan mengakaui nama
keluarga Joshua dan menjelaskan kepadanya Arthur mungkin dipenjara. Joshua menuju Istanbul,
namun gagal menemukan kamp penjara dimana Arthur berada.
Dia kembali ke hotel Ayshe dan mengetahui dia ditekan untuk menikahi saudara iparnya yaitu Omer.
Argumen mereka pun panas dan Omer mundur saat Yoshua turun tangan. Ayshe menyerang
menyalahkan Yoshua sebab memperburuk keadaan menyuruhnya pergi. Joshua meninggalkan hotel,
Omer dan beberapa rekannya menyerangnya hanya untuk dihentikan bawahan Hasan Sersan Jemal.
Jemal membawa Joshua menuju Hasan yang menjelaskan orang-orang Yunani telah menyerbu,
mereka akan mempertahankan negara mereka sebab Inggris tidak campur tangan. Joshua
memutuskan berpergian dengan kelompok Hasan. Joshua kembali ke hotel mengambil barangnya,
Ayshe meminta maaf atas perkataannya sebelumnya.
Di kereta, Jemal bertanya terhadap Joshua mengenai bats kriket yang dia temukan di parit Sekutu
saat mereka mundur, sebab dia tidak yakin apakah itu senjata ataukah bukan. Joshua selanjutnya
menjelaskannya. Namun tentara Yunani menyerang kereta dan hanya Jemal, Joshua dan Hasan yang
selamat dari serangan awal. Dengan memanfaatkan bats, Joshua menyelamatkan Hasan saat
seorang perwira Yunani bersiap mengeksekusinya. Namun Jemal terbunuh dalam perjuangan.
Joshua dan Hasan kabur menuju kota terdekat dimana mereka melihat kincir angin yang dilihat
Joshua dalam mimpinya berulang. Disana dia mendapati Arthur hidup namun trauma. Arthur
menjelaskan bahwa di akhir pertempuran, Edward masih hidup namun terluka parah. Dia memohon
terhadap Arthur mengakhiri penderitaannya dan Arthur setuju menurutinya.
Menyalahkan dirinya sendiri terhadap kematian saudaranya, Arthur merasa dia tidak akan pernah
mampu kembali kepada keluarganya. Para prajurit Yunani yang sebelumnya menyerang kereta pun
mulai menyerang kota, dan kedua pria tersebut berusaha kabur melalui pegunungan. Arthur
menolak mengikuti ayahnya namun mengalah saat Joshua menjelaskan bahwa tanpa istri dan
putranya dia tidak memiliki tempat lagi untuk pergi. Mereka menghindari pasukan Yunani kembali ke
hotel Ayshe. Film berakhir dimana Joshua minum kopi yang dibuat Ayshe yang menunjukkan dia
telah jatuh hati padanya.
Anda sekarang sedang melihat Film Sinopsis Lengkap Film The Water Diviner (2014) dengan alamat
link https://arsipnovita.blogspot.com/2019/10/sinopsis-lengkap-film-water-diviner-2014.html
https://arsipnovita.blogspot.com/2019/10/sinopsis-lengkap-film-water-diviner-2014.html
Namun mencapai Gallipoli bukan perkara mudah. Semenanjung yang kini bernama
Çanakkale itu tertutup untuk umum dan sepenuhnya dikuasai tentara Turki dan Sekutu, dua
pihak yang sebelumnya berperang. Tentara tengah menggali ribuan jasad sisa perang untuk
diidentifikasi satu per satu.
Kantor militer di Istanbul tak memberi surat izin bagi Connor. Maka dia menempuh cara
gelap dengan menyewa jasa nelayan lokal.
Di Gallipoli, awalnya Connor tetap ditolak para perwira, tapi dia berkukuh tak meninggalkan
semenanjung itu, dan memilih bermalam di perahu. Mayor Hasan (Yilmaz Erdogan) akhirnya
satu-satunya perwira yang akhirnya memberi izin dengan alasan, “Cuma dia ayah yang
datang mencari anak-anaknya.”
Berbekal buku harian salah satu anaknya yang menceritakan keberadaan terakhir tiga
bersaudara itu, Connor “memindai” Gallipoli dengan cara yang tak dapat dicerna orang lain.
Dengan buku kecil itu di tangan, dia dapat membayangkan perpindahan demi perpindahan
tiga putranya dan dia ikuti langkah-langkah mereka hingga berhenti di satu titik dan tak
bergerak lagi. Connor tancapkan satu ranting di tanah, “Ini. Mereka di sini.”
Tentara menggali tepat di titik yang ditandai. Satu kerangka ditemukan, menyusul kemudian
satu lagi. Baru dua, padahal dia berjanji membawa tiga putranya pulang. Setelah menunggu
beberapa hari, Connor mendapat kabar putranya satu lagi masih hidup, ada dalam daftar
pengungsi di kota lain.
The Water Diviner adalah debut penyutradaraan Russell Crowe setelah sebelumnya
menyutradarai beberapa film pendek dan dokumenter. Dengan membuat The Water Diviner
yang berlatar belakang sejarah dan kisah nyata, pijakannya makin mantap sebagai sutradara.
Ada sejumlah aspek sosiologis menarik tentang forensik militer zaman perang dalam naskah
Andrew Knight dan Andrew Anastasios. Crowe mengeksekusinya secara cerdas,
menggabungkan sensitivitas dan sisi akademis. Contoh saja, militer Australia memegang
teguh urut-urutan yang mesti dilakukan terhadap korban tewas, yakni menguburkan mereka
secara layak adalah hal pertama (dan utama) yang wajib dilakukan oleh siapa pun.
Cara Connor mencari jenazah anak-anaknya dapat dikaitkan dengan caranya mencari sumber
air untuk dibuat sumur di Australia yang tandus dan berdebu, yakni dengan cara dowsing.
Dowsing, yang diidentikkan dengan kegiatan mistis dan tak punya dasar ilmiah, adalah
memegang dua batang besi, di dua tangan, yang menunjukkan arah tanah yang mengandung
air. Jika dua besi itu bersilangan, di situlah sumber air.
Dowsing dijadikan adegan pembuka untuk meyakinkan penonton bahwa jagoan kita ini
seorang “dukun air” (water diviner), maka jangan heran kalau caranya mencari jasad anak-
anaknya pun dengan mengerahkan kemampuan yang sama.
Aspek lain dari film ini, seperti persahabatan Connor dengan perempuan pemilik hotel di
Istanbul, Ayshe (Olga Kurylenko) serta putranya Orhan (Dylan Georgiades), dibuat standar
saja. Sekadar menyesuaikan dengan keindahan latar belakang kota kuno. Bisa jadi dalam
kenyataannya, Ayshe tak ada atau, Ayshe ada tapi tak pernah ada hubungan apa-apa dengan
Connor.
The Water Diviner di-shot dengan indah dan adegan-adegan individualnya kuat. Adegan
Connor menggali pasir untuk membuat sumur, mengingatkan kita pada Daniel Day Lewis di
There Will Be Blood (2007) mencari sumber minyak. Sebagai aktor, terbukti keberadaan
Crowe masih diperhitungkan di layar lebar.
Crowe sedang berusaha membuat epos tentang perang, cinta, dan kehilangan a la sutradara
Inggris David Lean yang namanya dikenang lewat film-film, antara lain The Bridge on The
River Kwai (1957), Lawrence of Arabia (1962), Doctor Zhivago (1965), dan A Passage to
India (1984), tapi The Water Diviner masih gagap dan terlalu melodramatik. Namun sebagai
debut, boleh kita angkat topi.
***
Dimuat di Majalah Detik edisi 177, 20-26 April 2015
Posted in film, resensiTagged film the water diviner, russel crowe, the water diviner, the water
diviner movie, the water diviner review
Silvia Galikano adalah independent journalist, penulis, dan penikmat karya seni yang senang
mengunjungi bangunan tua dan tempat-tempat bersejarah. Berlatar belakang sebagai jurnalis,
antara lain, di Media Indonesia, Jurnal Nasional, Majalah Detik, CNNIndonesia.com, dan
media seni Sarasvati. Mohon sertakan tautan ke tulisan aslinya jika menyalin-rekat (copy-
paste) tulisan dan/atau mengunduh foto dari blog ini, Dapat dihubungi di
galikano@gmail.com atau WA di bit.ly/Galikano View all posts by Silvia Galikano
https://silviagalikano.com/2015/06/11/epos-perang-russel-crowe/
Sinopsis The Water Diviner, Kisah Sedih di
Balik Perjalanan Lintas Benua Halaman all
- Kompas.com
Kompas Cyber Media
3 minutes
JAKARTA, KOMPAS.com - The Water Diviner merupakan film yang dibintangi sekaligus
disutradarai Russell Crowe.
Film yang dirilis pada 2014 ini diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Andrew
Anastasios dan Dr. Meaghan Wilson-Anastasios.
Cerita film The Water Diviner mengikuti perjalanan petani Australia, Joshua Connor (Russell
Crowe), ke Turki.
Ternyata ada alasan haru di balik perjalanan lintas benua itu, ia ingin mencari ketiga putranya
yang dikabarkan telah tewas.
Baca juga: Sinopsis The Good Lie, Reese Witherspoon Bantu Korban Perang
Ketiga putra Joshua, Arthur (Ryan Corr), Edward (James Fraser), dan Henry (Ben O'Toole)
yang bertugas dengan Korps Angkatan Darat Australia dan Selandia Baru (ANZAC) selama
serangan militer di Gallipoli empat tahun sebelumnya, diperkirakan tewas.
Tak mampu menahan kesedihan, istri Joshua, Eliza (Jacqueline McKenzie), memilih untuk
bunuh diri.
Setelah tragedi itu, Joshua berjanji pada mendiang istrinya untuk membawa pulang jenazah
putra mereka dan akan dimakamkan di sebelahnya.
Joshua kemudian melakukan perjalanan ke Turki dan menginap di sebuah hotel di Istanbul.
Ternyata, Joshua tak bisa melakukan perjalanan ke Gallipoli melalui jalur darat.
Mengetahui hal itu, Ayshe menyuruhnya menyuap nelayan setempat untuk mengantarnya ke
Gallipoli dengan perahu.
Baca juga: Sinopsis The Life Ahead, Persahabatan Nenek Tua dan Remaja Bermasalah
Setelah tiba di Gallipoli, Joshua mengetahui kalau ANZAC bertanggung jawab dalam
penguburan massal, sementara semua warga sipil dilarang ikut campur.
Mayor Hasan (Yilmaz Erdogan), seorang perwira Angkatan Darat Turki, membujuk kapten
ANZAC Letnan Kolonel Cyril Hughes (Jai Courtney) untuk membantu Joshua.
Ia merasa iba dengan Joshua sebagai satu-satunya ayah yang cukup peduli untuk datang
melintasi benua demi menemukan putranya.
Baca juga: Sinopsis How to Buy a Friend, Saat Persahabatan Berlandaskan Surat
Perjanjian
Temukan jawabannya dalam film The Water Diviner yang tayang di Mola TV.
https://www.kompas.com/hype/read/2020/11/13/172820766/sinopsis-the-water-diviner-kisah-
sedih-di-balik-perjalanan-lintas-benua?page=all