Anda di halaman 1dari 3

Tiga bersaudara yang tidak pernah akur terpaksa bersaing memperebutkan warisan berupa

sebuah guest house atau tempat penginapan milik ayah mereka. 


Pasalnya, ketiga saudara ini sedang dilanda ketidakberuntungan dalam hidupnya. Melihat
kesempatan tersebut, mereka bertiga pun bertekad untuk menjadi pengurus guest house milik
ayahnya dengan harapan bisa mengubah nasibnya masing-masing.

Ada Adam anak sulung yang menyalahkan sikap keras ayahnya untuk kegagalan-kegagalan
hidupnya. Laras, anak tengah berjiwa independen dan idealis yang sedang mencari donatur untuk
yayasan panti jomponya. Kemudian ada si bontot Dicky, kesayangan ayahnya yang dimanja
sejak kecil, tumbuh sebagai pemakai barang haram atau narkoba.
Keputusan untuk siapa yang menggantikan Dahlan ada di tangan para karyawan guest house.
Mereka adalah orang-orang yang akan melakukan pemungutan suara, memilih mana dari tiga
anak Dahlan yang layak mengisi kursi kepemimpinan Salma Guest House.

Sejak awal, Acho serta jajaran orang yang mendampinginya sudah menjanjikan bahwa ‘Gara-
Gara Warisan’ akan menjadi film komedi Lebaran yang siap mendatangkan tawa selebar-
lebarnya. Ia pun menepati janji tersebut dengan mempersembahkan film yang penuh akan
lelucon.
Acho tahu betul jenis komedi seperti apa yang sedang ramai di masyarakat. Tanpa menyudutkan
satu pihak atau menyinggung hal-hal yang kelewat batas, seluruh lelucon di  ‘Gara-Gara
Warisan’ terasa sangat dekat alias sering dijumpai dari mulut-mulut orang di sekitar kita.
Memang, masih ada beberapa kali guyonan yang ambigu. Namun, hal itu tidak serta merta
menjadi nilai minus untuk ‘Gara-Gara Warisan’, sebab penyampaiannya pun tidak dilakukan
terus-menerus. Tidak ada jokes yang monoton di film ini.
Satu keputusan Acho yang harus diapresiasi adalah membuat para karyawan Salma Guest House
sebagai lumbung komedi di film ini. Ada Aci (Resti Wiwin), Ijul (Lolox), Aceng (Ence Bagus),
dan Dicky (Difie Umar) yang mampu melahirkan sebuah kesan tersendiri karena banyolan
mereka benar-benar sukses mengocok perut selama film berlangsung.

Jalan cerita dijelaskan secara detail

Sejak film dimulai, ‘Gara-Gara Warisan’ sudah mengawalinya dengan background story yang


lengkap. Tidak diceritakan secara berbelit, cukup selama beberapa menit agar penonton tahu
bahwa ini merupakan fondasi yang kelak akan membentuk karakter para kakak beradik.
Kakak beradik ini juga sebenarnya memiliki jalan hidup yang tidak jauh berbeda. Mereka semua
sedang dilanda masa sulit karena beberapa alasan tertentu. Seperti Adam yang hidup biasa-biasa
saja sebagai seorang call center, namun harus selalu memenuhi kebutuhan istrinya, Rini (Hesti
Purwadinata), menjadi seorang influencer media sosial.

Ada juga Laras yang kekeuh ingin mencari donatur untuk panti jompo miliknya setelah ditinggal
donatur lama. Kemudian Dicky yang dimanja sejak kecil akhirnya malah lari menjadi pemakai
narkoba bersama pacarnya, Vega (Sheila Dara)
Semua watak dan kepribadian itu terbentuk oleh latar cerita yang diceritakan secara detail,
membuat penonton tidak perlu mengira-ngira dari mana keputusan-keputusan yang mereka buat
berbekal dari mana. 
‘Gara-Gara Warisan’ juga tidak serta merta menjejeli penonton dengan aksi Adam, Laras, dan
Dicky terus-terusan. Acho membagi peran setiap karakter di film ini secara pas, di mana porsi
yang didapat pemeran di film ini tidak lebih dan tidak kurang. Semua sesuai dengan kebutuhan
adegan pada saat itu.
Hal itu terlihat dari pemeran pasangan para kakak beradik yang kerap berperan serta dalam
keputusan yang dibuat oleh pasangannya.
Mereka adalah suara kedua yang tidak boleh dilewati, menguatkan pesan bahwa dalam
berhubungan dan berkeluarga harus bisa saling terbuka satu sama lain, bertukar pikiran mencari
solusi yang terbaik dari situasi yang sedang dihadapi.

Terlena dengan komedi, (sedikit) melupakan cerita dramanya

‘Gara-Gara Warisan’ sudah dari awal menyinggung bahwa ada masalah pribadi antara satu sama
lain yang tak kunjung terselesaikan selama bertahun-tahun. Masalah itu termasuk keputusan
Dahlan menikah dengan istri baru bernama Astuti (Ira Wibowo) yang tidak pernah disetujui oleh
Laras.
Namun, ketegangan antara para anggota keluarganya tak sering disinggung lagi di banyak
adegan paruh pertama film. ‘Gara-Gara Warisan’ larut dalam komedinya, melupakan bahwa ada
cekcok yang harus dirampungkan.
Ketika film akhirnya selesai mengocok perut penonton habis-habisan, tone dari ‘Gara-Gara
Warisan’ tiba-tiba berbubah jadi serius dengan sangat drastis.
Suasana menjadi sangat kelam, bahkan para karyawan Salma Guest House yang menjadi bintang
paruh pertama film tiba-tiba hilang begitu saja. 
Akting kuat ditopang dengan musik yang tepat

Tak hanya Acho yang melakukan debut di film in, Oka Antara juga baru pertama kali berperan
di film drama komedi setelah sebelumnya banyak bergelut di film action. Hasilnya ternyata
cukup memuaskan. Oka bisa beradaptasi dengan baik bersama para aktor dan aktris yang sudah
lama berkecimpung di film komedi.
Indah Permatasari juga sama apiknya memancarkan kebencian ke orang-orang yang tidak dia
sukai. Tatapan dan amarah seorang Laras terasa betul, emosinya terpancar tajam menunjukkan
ketikdasukaan yang mendalam.

Ge Pamungkas sebagai si bontot yang problematik juga layak mendapatkan jempol. Perjuangan
dia memerangi adiksinya beberapa kali terpandang dari usahanya menjauhi obat-obat terlarang.
Dicky hanyalah seorang anak kesayangan ayahnya yang terlalu sering dimanja, kebetulan
tercebut ke kolam yang kotor.
Semua keindahan dari seni peran ‘Gara-Gara Warisan’ didukung denga alunan musik yang
muncul di saat-saat tepat. Ketepatan tersebut menambah rasa yang penuh emosi ketika para
pemeran utama dihadapi dengan berbagai macam situasi. Pergerakan kamera juga diambil
dengan cermat, memperlihatkan keseluruhan masalah dari lansekap yang lebih luas.

Kesimpulan
Akhir kata, ‘Gara-Gara Warisan’ adalah debut manis bagi seorang Muhadkly Acho. Sebagai
penyusun naskah, Acho bisa memberi porsi yang pas kepada para pemeran dan memberikan
cerita yang penuh komedi, namun tetap meninggalkan kesan drama yang sama berbobotnya. 
Beberapa kekurangan memang sedikit mencoreng jalannya cerita ‘Gara-Gara Warisan’, tetapi
dengan akting yang jempolan, film ini bisa tertolong dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai