OLEH
AHYAITA NAPILA : 220105010086
A. Latar Belakang
Dalam pembahasan lebih lanjut definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
2. Fase pengarahan
Fase ini bermaksud untuk membantu para pekerja agar mampu
mewujudkan perncanaannya menjadi kenyataan, yakni dengan memantapkan tipe
karieryang dinginkannya, dan mengatur langkah-langkah yang harus di tempuh
untuk mewujudkannya. Ada dua cara pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:
3. Fase pengembangan
Fase ini adalah tenggang waktu yang diperlukan pekerja untuk memenuhi
persyaratan yang memungkinkannya melakukan gerak dari suatu posisi ke posisi lain
yang menginginkanya. Kgiatan-kegitan yang dapat dilakukan antara lain.
Menurut Byars dan Rue (2000), pengembangan karir merupakan aktivitas formal
dan berkelanjutan yang merupakan suatu upaya organisasi untuk mengembangkan
dan memperkaya sumberdaya manusianya dengan menyelaraskan kebutuhan mereka
dengan kebutuhan organisasi. Dari perkembangan konsep ini, maka kita mengenal
tiga model pengembangan karir, yaitu:
Dalam model ini karyawan dibimbing atau diarahkan untuk membuat keputusan
sendiri mengenai seberapa cepat mereka menginginkan kemajuan dalam karir mereka.
Ketiga model tersebut berkaitan erat dengan tipe manajemen sebuah organisasi
maupun perusahaan. Tiap organisasi memiliki bentuk/system pengembangan karir yang
berbeda-beda tergantung kebijakan manajer maupun pimpinan organisasi.
Menurut Hasto Joko Nur Utomo dan Meilan Sugiarto (2007: 98), memberikan contoh
9 faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan karir individu di suatu organisasi,
yaitu :
Dalam situasi ideal, pegawai organisasi berada dalam hubungan yang saling
menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik pegawai maupun organisasi dapat
mencapai produktifitas kerja yang tinggi.
2. Personalia Pegawai
3. Faktor Eksternal
Dengan kata lain, bila kadar “politicking” dalam organisasi sudah demikian parah,
maka manajemen karir hampir dipastikan akan mati dengan sendirinya.
Perencanaan karir akan menjadi sekedar basa-basi.
5. Sistem Penghargaan
Organisasi yang tidak mempunyai sistem penghargaan yang jelas (selain gaji dan
insentif) akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai
yang berprestasi baik dianggap sama dengan pegawai malas.
6. Jumlah Pegawai
Semakin banyak pegawai maka semakin ketat persaingan untuk menduduki suatu
jabatan, dan semakin kecil kesempatan (kemungkinan) bagi seorang pegawai
untuk meraih tujuan karir tertentu.
7. Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi dalam konteks ini berhubungan dengan jumlah jabatan yang
ada dalam organisasi tersebut, termasuk jumlah jenis pekerjaan, dan jumlah
personel pegawai yang diperlukan untuk mengisi berbagai jabatan dan pekerjaan
tersebut.
8. Kultur Organisasi
9. Tipe Manajemen
Secara teoritis-normatif, semua manajemen sama saja di dunia ini. Tetapi dalam
impelemntasinya, manajemen di suatu organisasi mungkin amat berlainan dari
manajemen di organisasi lain.
Karir seorang pegawai tidak hanya tergantung pada faktor-faktor internal di dalam
dirinya (seperti motivasi untuk bekerja keras dan kemauan untuk ingin maju), tetapi juga
sangat tergantung pada faktor-faktor eksternal seperti manajemen. Banyak pegawai yang
sebenarnya pekerja keras, cerdas, jujur, terpaksa tidak berhasil meniti karir dengan baik,
hanya karena pegawai ini “terjebak” dalam sistem manajemen yang buruk.
a. Individual
b. Manajer/Pimpinan
c. Organisasi
a. Prestasi Kerja
Kegiatan penting untuk memajukan karir adalah prestasi kerja karena kemajuan
karir sangat bergantung pada prestasi kerja (performance).
b. Exposure
c. Permintaan berhenti
d. Kesetiaan Organisasional
Kesetiaan rendah pada umumnya ditemui pada diri para sarjana baru (yang
mempunyai pengharapan tinggi, sehingga sering kecewa pada perusahaan
pertama mereka) dan para professional (yang kesetiaan pertamanya adalah pada
profesi mereka).
Masa mahasiswa merupakan masa dimana individu memasuki dewasa awal, hal ini sesuai
dengan pendapat Hurlock (1980) yang menjelaskan bahwa “Usia dewasa awal dimulai pada usia
18 tahun sampai dengan usia 40 tahun”. Lebih lanjut Hurlock (1980) menjelaskan bahwa salah
satu tugas perkembangan masa dewasa awal ini adalah memperoleh pekerjaan yang layak, dengan
demikian pada masa ini individu sudah seharusnya mulai memikirkan rencana masa depan yang
berhubungan dengan karier dan pekerjaan apa yang akan dirintis setelah tamat dari masa
perkuliahan. Mahasiswa perlu memiliki kesiapan kerja yang baik, agar mampu bersaing dalam
dunia kerja.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja mahasiswa. Menurut Hillage & Pollard (dalam
Mashigo, 2014) ada beberapa elemen yang mempengaruhi kesiapan kerja, di antaranya adalah
keterampilan dalam manajemen/perencanaan karier, pengalaman kerja, keterampilan dalam
memperoleh pekerjaan, dan dukungan keluarga.
I. Perencanaan karier
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan perencanaan karier
mahasiswa berada dalam kategori baik. Temuan ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudah
memiliki perencanaan karier yang baik.
Perencanaan karier merupakan suatu hal sangat penting yang harus dilakukan oleh mahasiswa
dalam rangka mencapai tujuan karier yang diinginkannya. Melalui perencanaan tersebut,
mahasiswa dapat memikirkan dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan atau dipersyaratkan
dalam karier yang hendak jalaninya. Winkel (2004) menjelaskan bahwa “Perencanaan yang
matang menuntut pemikiran tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu
panjang (long-ange goals) dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam waktu pendek (shot-
range goals)”. Berdasarkan pendapat Winkel tersebut, dapat dipahami bahwa dengan
merencanakan kariernya maka mahasiswa akan memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan
tujuan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut Isaacson (1986) “The individual (progresess through) five steps as follows: awarenes,
exploration, decision making, preparation and employment”. Pendapat Isaacson tersebut
menyatakan bahwa individu yang merencanakan kariernya akan melalui lima tahap yang dimulai
dari (1) pemahaman diri (2) melakukan eksplorasi (3) membuat keputusan, (4) melakukan
persiapan untuk memasuki dunia kerja, dan (5) memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
Dunia pendidikan merupakan preokupasi, dan merupakan masa yang menentukan bagi karier
seseorang (Yusuf, 2002; Daharnis, D., Ardi, Z., 2016). Oleh karena itu, untuk memperoleh karier
yang sesuai dengan harapan di masa mendatang, maka perlu adanya perencanaan karier sejak
masa preokupasi atau sejak masa pendidikan. Adanya perencanaan karier yang baik/matang,
maka akan membantu mahasiswa untuk mencapai tujuan karier yang ingin dijalaninya setelah
selesai dari masa perkuliahan.
2. Efikasi diri
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan efikasi diri mahasiswa
berada pada kategori tinggi. Efikasi diri yang dimiliki oleh mahasiswa merupakan salah satu modal
penting yang berharga bagi mahasiswa untuk mecapai kesusksesan di masa mendatang. Efikasi
diri yang tinggi menunjukkan bahawa mahasiswa memiliki keyakinan akan kemampuannya
seperti dalam hal menyelesaikan pendidikan, memperoleh pekerjaan yang diharapkan, melakukan
coping ability, mengerjakan tugas/pekerjaan dengan baik, menyelasaikan permasalahan yang
berhubungan dengan pekerjaan dan mampu mempersuasi rekan dalam bekerja.
Efikasi diri merupakan suatu hal penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Bandura (1997)
menjelaskan bahwa efikasi diri memiliki peran penting dalam karier individu. Efikasi diri sangat
diperlukan dalam menghadapi berbagasi situasi sulit dan mengatasi hambatan/permasalahan yang
ada. Keyakinan akan kemampuan diri yang tinggi akan membuat individu merasa optimis dalam
menghadapi berbagai hal, sesulit apapun keadaan apabila memiliki efikasi diri yang tinggi maka
individu tidak mudah menyerah, karena dengan meyakini bahwa dengan kemampuan yang
dimiliki akan mampu mengatasi situasi tersebut.
Mahasiswa sebagai individu yang akan segera memasuki dunia kerja atau masa okupasi, perlu
memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimiliki. Keyakinan tersebut merupakan salah satu
modal berharga bagi mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai individu yang akan segera
memasuki dunia kerja, semestinya terus berusaha meningkatkan efikasi dirinya. Hal yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri ialah dengan belajar dari pengalaman, baik pengalaman
diri sendiri yang telah dilalui maupun pengalaman orang lain
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari telaah dan pengkajian mengenai pengembangan karir personalia yang terdapat
dalam perusahaan atau institusi pendidikan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Dalam sebuah organisasi, seorang karyawan bisa merencanakan pengembangan
karirnya. Dalam merencanakan pengembangan karir individu, tak bisa dilepaskan antara
peran individu (karyawan), manajer, dan organisasi tersebut. Ketiga-tiganya harus
berperan saling mendukung dan mendorong pengembangan karir karyawan. Ada
beberapa hal/faktor yang mempengaruhi pengembangan karir individu, tapi bisa
disimpulkan jadi dua factor, yakni factor internal (professionalisme karyawan) dan factor
internal (lingkungan organisasi, seperti tipe manajemen, manajer, system
pengembangan karir di organisasi, dan lain-lain).
Pengembangan karir merupakan salah satu tugas manajemen Sumber Daya Manusia
(SDM). Setiap manajer harus memiliki sistem manajerial dalam mengelola karyawan,
salah satunya sistem pengembangan karir karyawan . Semakin bagus sistem
pengembangan karir karyawan di dalam organisasi, semakin mudah bagi karyawan
untuk merencanakan pengembangan karirnya.
DAFTAR PUSTAKA