Hubungan antara Komunikasi yang Efektif dan Harga Diri dengan Kohesivitas
Kelompok pada Pasukan Suporter Solo Sejati (Pasoepati)
ABSTRAK
Kohesivitas kelompok terlihat melalui ketertarikan antaranggota dan kebersatuan kelompok dalam pelaksanaan
fungsi dan tujuan kelompok. Anggota kelompok diharapkan menghimpun komunikasi yang baik dan
mengoptimalisasi kemampuannya untuk turut serta memberi kontribusi demi kelangsungan kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara komunikasi yang efektif dan harga diri dengan
kohesivitas kelompok pada Pasoepati, 2. Hubungan antara komunikasi yang efektif dengan kohesivitas kelompok
pada Pasoepati, dan 3. Hubungan antara harga diri dengan kohesivitas kelompok pada Pasoepati.
Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok suporter Pasoepati. Pengambilan sampel menggunakan quota
incidental sampling, dengan penentuan kuota sebanyak 200 responden. Alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala kohesivitas kelompok, skala komunikasi yang efektif, dan skala harga diri. Teknik
analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi dua prediktor, selanjutnya
untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial.
Dari hasil analisis regresi dua prediktor, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,723; p = 0,000 (p < 0,05)
dan F hitung 107,701 > F tabel 3,042. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara komunikasi yang efektif dan harga diri dengan kohesivitas kelompok pada Pasoepati. Secara parsial
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi yang efektif dengan kohesivitas kelompok
pada Pasoepati dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,592; serta terdapat hubungan yang signifikan antara
harga diri dengan kohesivitas kelompok pada Pasoepati yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar
0,141. Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,522 atau 52,2%; terdiri atas kontribusi komunikasi yang efektif
terhadap kohesivitas kelompok sebesar 45,8% dan kontribusi harga diri terhadap kohesivitas kelompok sebesar
6,4%. Ini berarti masih terdapat 47,8% faktor lain yang mempengaruhi kohesivitas kelompok.
Kata kunci: komunikasi yang efektif, harga diri, kohesivitas kelompok, pasoepati
1
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
dan suporter yang menyaksikan serta memihak Indonesia sebagai salah satu negara yang turut
tim yang didukungnya. Penonton hanya terbawa euforia sepakbola memiliki kelompok
menikmati jalannya pertandingan, sedangkan suporter yang tersebar di berbagai kota,
suporter turut memberi dukungan dan termasuk di Solo. Kelompok suporter di Solo
seringkali tergabung dalam suatu kelompok. menamakan dirinya sebagai Pasukan Suporter
Kehadiran kelompok suporter sepakbola Solo Sejati (Pasoepati).
mempunyai dampak yang positif maupun
Keistimewaan Pasoepati terlihat melalui citra
negatif. Dampak negatifnya adalah sikap
diri Pasoepati sebagai aset kota Solo yang turut
berlebihan kelompok suporter dalam
serta dalam berbagai kegiatan yang dapat
mendukung timnya dapat melahirkan bentrok
mengharumkan nama kota Solo. Selain itu,
kelompok suporter.
Pasoepati terlihat tetap bersatupadu dalam
Suryanto (1996) mengungkapkan bahwa dalam mendukung dua tim sepakbola Solo musim
evaluasi 136 pertandingan sepakbola terjadi pertandingan 2011 lalu. Fenomena di kota lain,
kerusuhan sebanyak 2,6% atau sekitar tiga terdapat dua klub sepakbola dalam satu kota
hingga empat kali. Hal tersebut menunjukkan dengan dua suporter yang berbeda, bahkan
belum tercapainya tujuan kelompok suporter satu klub sepakbola dengan dua suporter yang
secara maksimal, yaitu mendukung tim disertai berbeda di satu kota. Contohnya: Persema dan
sportivitas tinggi sesuai dengan program fair- Arema Malang dengan Ngalamania dan
play yang dikeluarkan FIFA (Adi, 2011). Aremania serta PSIS Semarang dengan Panser
Biru dan Snex (pasoepati.net Digital Magazine,
Dampak positif dari keberadaan kelompok
2011).
suporter dapat terlihat melalui keterdekatan
para anggotanya dalam berbagai kegiatan Terlepas dari keistimewaan tersebut, Pasoepati
kelompok, diantaranya: pertemuan kelompok dalam perjalanannya pernah mendapatkan
dan kebersamaan dalam membuat spanduk label sebagai kelompok suporter yang anarkis,
maupun jargon untuk mendukung tim yang disebabkan Pasoepati pernah terlibat bentrok
disayangi (Social Issues Research Center, antarsuporter. Menurut Jatmiko (2011),
2008). Kegiatan semacam itu dapat Pasoepati juga mulai terjebak budaya rasis.
memelihara rasa saling memiliki antaranggota Nyanyian Pasoepati kerap berisi hujatan
yang merujuk pada kohesivitas kelompok, terhadap kelompok suporter lain yang mereka
yang diartikan Gibson, dkk. (2000) sebagai anggap musuh. Lebih jauh lagi, loyalitas
kekuatan yang menjadikan anggota kelompok Pasoepati mulai dipertanyakan karena dalam
berkeinginan tetap tinggal dan menaati laga tim Persis Solo musim 2011 terlihat
kesepakatan kelompok. banyak bangku stadion yang kosong yang
disinyalir disebabkan menurunnya semangat
2
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
Pasoepati seiring prestasi Persis Solo yang terwujud pada individu dengan penghargaan
juga menurun (Onengisme, 2011). Fenomena yang cukup. Hal tersebut berkaitan dengan
tersebut menunjukkan kohesivitas kelompok harga diri yang diartikan Sears, dkk. (1999)
yang belum maksimal pada tubuh kelompok sebagai perasaan berharga dan berkemampuan
suporter ini. dalam diri individu.
3
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
Level kohesivitas yang tinggi biasanya kelompok secara sosial, kesatuan kelompok
bermanfaat bagi pelaksanaan fungsi kelompok dalam tugas, kesatuan kelompok secara sosial,
karena kohesivitas kelompok juga diartikan dan kerjasama.
sebagai kekuatan, baik positif maupun negatif,
Faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas
yang menyebabkan anggota tetap bertahan
kelompok diungkapkan oleh Baron dan Byrne
dalam kelompok (Taylor, dkk., 2009). Fungsi
(2005) dan Brown (dalam Taylor, 2009), yaitu:
kelompok akan tercapai secara maksimal pada
status (identitas) di dalam kelompok, usaha
kelompok yang kohesif karena eksistensi
masuk dalam kelompok, ancaman atau
kelompok kohesif tetap terjaga seiring dengan
kompetisi yang kuat, ukuran kelompok, rasa
anggotanya yang juga eksis di dalam
suka antaranggota, tujuan kelompok, dan
kelompok.
kekuatan yang mencegah anggota keluar dari
Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan kelompok.
kohesivitas kelompok sebagai tingkat
2. Komunikasi yang Efektif
ketertarikan antaranggota kelompok sehingga
termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok. Menurut DeVito (1995), komunikasi
Cara untuk diterima oleh kelompok sehingga antarpribadi adalah pengiriman pesan-pesan
dapat bertahan di dalamnya adalah dengan dari seseorang dan diterima oleh orang lain
menjadi seperti orang-orang di dalam dengan efek umpan-balik yang langsung.
kelompok dalam berbagai hal. Kesamaan Komunikasi memungkinkan individu untuk
dengan orang-orang di dalam satu kelompok berbagi mengenai perasaan dan keinginannya,
tersebut akan menjadikan anggota satu lebih mengungkapkan kebencian, kegembiraan,
kompak dengan anggota lain dalam kehidupan cinta, maupun keputusasaannya.
berkelompok.
Banyak manusia yang melakukan komunikasi,
Berdasarkan uraian di atas, maka kohesivitas namun belum tentu setiap manusia telah
kelompok dimaknakan sebagai ketertarikan melakukan komunikasi yang efektif (Book,
dan kebersatuan anggota kelompok sehingga 1980). Supratiknya (2008) mengungkapkan
termotivasi untuk tetap bertahan di dalam bahwa keefektifan dalam hubungan
kelompok serta bersama-sama melaksanakan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan
fungsi dan meraih tujuan kelompok. mengkomunikasikan secara jelas informasi
yang hendak disampaikan, menciptakan kesan
Aspek kohesivitas kelompok menurut Carron,
yang diinginkan, atau mempengaruhi orang
dkk. (dalam Carron, dkk., 2001) dan Forsyth
lain seperti yang diharapkan.
(2006), meliputi: ketertarikan individu pada
tugas kelompok, ketertarikan individu pada
4
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
Tubbs dan Moss (2008) mengemukakan mata komunikan, dan komunikator harus
bahwa efektivitas komunikasi interpersonal berusaha mendapatkan umpan-balik secara
ditandai dengan komunikan (penerima pesan) optimal tentang pengaruh pesan dalam diri
dan komunikator (pengirim pesan) dalam komunikan.
sebuah proses komunikasi terwujud saling
3. Harga Diri
pengertian, kesenangan, saling mempengaruhi,
hubungan sosial yang baik, juga adanya Coopersmith (1967) mengartikan harga diri
tindakan nyata sebagai umpan-balik. sebagai hasil evaluasi individu terhadap diri
Komunikasi yang efektif diharapkan dapat sendiri yang diekspresikan dalam sikap
mengurangi dampak buruk yang timbul pada terhadap diri sendiri. Evaluasi ini menyatakan
kelompok terkait dengan adanya kepuasan di suatu sikap penerimaan atau penolakan dan
dalamnya. menunjukkan seberapa besar individu percaya
bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil,
Komunikasi yang efektif dimaknakan sebagai
berharga menurut standar dan nilai pribadinya.
komunikasi yang memberikan hasil yang
sesuai dengan harapan pihak-pihak yang Harga diri menurut Branden (1992) merupakan
berkomunikasi yang terwujud melalui saling dorongan kekuatan yang dimiliki tiap-tiap
pengertian, kesenangan, saling mempengaruhi, individu mengenai pandangan keberhargaan
hubungan sosial yang baik, serta tindakan dirinya untuk mengatasi tantangan kehidupan
nyata sebagai umpan-balik, sehingga dan mencapai hak untuk merasa bahagia dalam
menghindarkan individu dari konflik. menjalani kehidupan. Manusia tidak akan
dapat menyadari potensi dirinya tanpa harga
Aspek-aspek komunikasi yang efektif yang
diri yang menjadikannya merasa berarti dan
dikemukakan Tubbs dan Moss (2008)
percaya pada diri sendiri.
meliputi: understanding (pemahaman),
pleasure (kesenangan), attitude influence Robins, dkk. (2001) mendefinisikan harga diri
(mempengaruhi sikap), improved relationship sebagai keseluruhan orientasi sikap individu
(memperbaiki hubungan), dan action mengenai dirinya. Harga diri yang tinggi
(tindakan). mengarahkan seseorang memiliki banyak ciri
kepribadian yang diinginkan secara sosial dan
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 2008),
tidak memiliki pembawaan yang tidak
terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk
diinginkan.
mengirimkan pesan secara efektif, yaitu:
komunikator harus mengusahakan agar pesan- Harga diri dapat dimaknakan sebagai
pesan yang dikirimkan mudah dipahami, pandangan keberhargaan diri individu yang
komunikator harus memiliki kredibilitas di diekspresikan dalam sikap terhadap diri sendiri
5
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
yang menunjukkan seberapa besar individu orang sebagai jumlah sampel sudah cukup
percaya bahwa dirinya mampu, berarti, memadai pada populasi tak terbatas (infinite
berhasil, berharga menurut standar dan nilai population).
pribadinya sehingga dapat diterima secara
Sampling yang digunakan adalah quota
sosial.
incidental sampling. Pasoepati dengan jumlah
Aspek-aspek harga diri yang dikemukakan yang sudah ditentukan ditunjuk sebagai
oleh Coopersmith (1967) meliputi: anggota sampel dan diberi kesempatan untuk
significance (keberartian), power (kekuatan), mengisi skala psikologi yang digunakan dalam
competence (kemampuan), dan virtue penelitian. Pemberian skala psikologi
(kebajikan). dikakukan secara insidental, yaitu ketika
peneliti menemui anggota Pasoepati yang
Mruk (2006) menjabarkan sumber-sumber
hendak menyaksikan pertandingan di stadion
harga diri meliputi: acceptance versus
Manahan Solo.
rejection (penerimaan versus penolakan),
virtue versus guilt (kebajikan versus Metode pengumpulan data menggunakan alat
kesalahan), influence versus powerlessness ukur berupa skala psikologi dengan jenis skala
(pengaruh versus ketidakberdayaan), dan Likert. Ada tiga skala psikologi yang
achievements versus failures (keberhasilan digunakan, yaitu:
versus kegagalan). 1. Skala Kohesivitas Kelompok
Skala kohesivitas kelompok berdasarkan aspek
yang dikemukakan Carron, dkk. (dalam
METODE PENELITIAN Carron, dkk., 2001) dan Forsyth (2006), yang
meliputi: ketertarikan individu pada tugas
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kelompok, ketertarikan individu pada
anggota Pasoepati yang menyaksikan
kelompok secara sosial, kesatuan kelompok
pertandingan di stadion Manahan pada hari
dalam tugas, kesatuan kelompok secara sosial,
Minggu tanggal 29 April 2012. Jumlah
dan kerjasama.
anggota Pasoepati tersebut tidak diketahui
2. Skala Komunikasi yang Efektif
secara pasti, tetapi diperkirakan sebanyak
Skala komunikasi yang efektif berdasarkan
5.000-10.000 orang. Penelitian ini
aspek yang dikemukakan oleh Tubbs dan Moss
menggunakan 50 anggota Pasoepati untuk
(2008), yaitu: understanding (pemahaman),
pelaksanaan uji-coba dan 200 anggota
pleasure (kesenangan), attitude influence
Pasoepati untuk penelitian, mengacu pada
(mempengaruhi sikap), improved relationship
rekomendasi dari Crocker dan Algina (dalam
(memperbaiki hubungan), dan action
Azwar, 2003) yang menyarankan bahwa 200
(tindakan).
6
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
7
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
8
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
9
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
(kesenangan), dengan skor rata-rata sebesar menunjukkan individu yang saling menyukai.
2,97. Terkadang komunikasi tidak ditujukan Rasa saling menyukai tersebut apabila terjalin
untuk menyampaikan pesan atau membentuk pada anggota kelompok dikatakan Brown
pengertian. Suasana hangat dan akrab dapat (dalam Taylor, 2009) dapat mengarahkan pada
tercipta ketika anggota-anggota kelompok pencapaian level yang tinggi pada kohesivitas
mengemas komunikasi sebagai hal yang kelompok.
menyenangkan. Keakraban para anggota
Nilai korelasi parsial antara komunikasi yang
kelompok dapat mendorong terciptanya
efektif dengan kohesivitas kelompok
kebersamaan dan rasa saling memiliki.
ditunjukkan dengan hasil rx1y-x2 sebesar 0,592
Kebersamaan dapat melekatkan hubungan dengan p-value 0,000 < 0,05. Hal ini berarti
interpersonal anggota kelompok. Hubungan secara parsial terdapat hubungan yang
yang lekat tersebut menjadikan anggota signifikan antara komunikasi yang efektif
kelompok seolah saling terikat. Ikatan-ikatan dengan kohesivitas kelompok pada Pasoepati.
di antara anggota kelompok dikatakan Forsyth
Komunikasi yang efektif seringkali dapat
(2006) dapat memunculkan kohesivitas
memberikan dampak positif dan
kelompok.
menguntungkan bagi pihak-pihak yang
Sama halnya dengan skala komunikasi yang berkomunikasi, sehingga komunikasi yang
efektif, di dalam skala harga diri juga terdapat efektif menjadi penting untuk dipraktikkan
aspek dengan skor paling tinggi di antara skor (Book, 1980). Pentingnya komunikasi yang
pada aspek lainnya, yaitu significance efektif berlaku pula bagi hubungan
(keberartian), dengan skor rata-rata sebesar antaranggota dalam kelompok karena
2,85. Perasaan diterima oleh orang-orang komunikasi merupakan alat penghimpun
sekitar membuat individu menyadari kegiatan kelompok.
pengakuan orang lain atas keberadaan dirinya.
Praktik komunikasi yang efektif akan
Tanpa keterlibatan orang lain, individu tidak
melekatkan hubungan antaranggota kelompok
dapat merasakan perasaan diakui dan
sejalan dengan perolehan kesenangan di
bermanfaat bagi sekitar. Oleh karena itu, orang
dalamnya. Komunikasi yang efektif juga dapat
lain dikatakan berperan dalam perwujudan rasa
mengarahkan anggota kelompok untuk
keberartian individu. Individu yang merasa
melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan
diterima orang-orang di sekitarnya akan
dengan pemenuhan tujuan kelompok. Hal
menerima pula keberadaan mereka.
tersebut sejalan dengan pendapat Liliweri
Penerimaan semacam ini dapat mempererat
(1994) yang mengatakan bahwa komunikasi
hubungan yang telah terjalin, bahkan mencapai
yang efektif dapat mengubah atau
ikatan persahabatan. Ikatan persahabatan
10
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
mempengaruhi pengetahuan seseorang dengan terwujudnya harga diri yang tinggi turut
tercapainya kesamaan makna. berperan dalam peningkatan kohesivitas
kelompok sehubungan dengan keterikatan di
Komunikasi yang efektif yang dilakukan
dalamnya.
anggota kelompok suporter Pasoepati dapat
mempertinggi kohesivitas kelompok di
dalamnya dengan pencapaian kesukaan
PENUTUP
antaranggota dan tepatnya tujuan kelompok
yang diraih. A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan
Nilai korelasi parsial antara harga diri dengan
antara komunikasi yang efektif dan harga
kohesivitas kelompok ditunjukkan dengan
diri dengan kohesivitas kelompok pada
hasil rx2y-x1 sebesar 0,141 dengan p-value
Pasoepati.
0,047 < 0,05. Hal ini berarti secara parsial
2. Terdapat hubungan yang signifikan
terdapat hubungan yang signifikan antara
antara komunikasi yang efektif dengan
harga diri dengan kohesivitas kelompok pada
kohesivitas kelompok pada Pasoepati.
anggota kelompok suporter Pasoepati.
3. Terdapat hubungan yang signifikan
Harga diri yang rendah mengakibatkan antara harga diri dengan kohesivitas
individu menarik diri, merasa sedih, dan kelompok pada Pasoepati.
kurang pandai berperilaku sosial (Zanden, B. Saran
dkk., 2007). Kehidupan berkelompok 1. Untuk anggota kelompok suporter
menuntut individu untuk terampil berperilaku Pasoepati
sosial. Kelangsungan kelompok, termasuk Berdasarkan penelitian ini, masih
kohesivitas terwujud pada anggota kelompok terdapat anggota kelompok suporter
dengan harga diri tinggi yang bersemangat Pasoepati dengan tingkat kohesivitas
menjalani kehidupan berkelompok serta yang sedang. Oleh karena itu, anggota
mengembangkan hubungan sosial dengan kelompok suporter Pasoepati perlu
anggota-anggota lain di dalam kelompok. mempraktikkan komunikasi efektif
dengan cara meningkatkan ketrampilan
Perolehan harga diri yang tinggi pada anggota
berkomunikasi, seperti: menyampaikan
kelompok dapat mendatangkan kepuasan
pesan dengan jelas sehingga mudah
dalam kaitannya dengan hidup berkelompok.
dipahami orang lain dan berusaha
Sears, dkk. (1999) mengatakan bahwa
mendapatkan umpan-balik positif
kepuasan dan keterikatan senantiasa berjalan
sebagai indikator efektivitas komunikasi.
berdampingan dalam sebagian besar hubungan
Selain itu, perlu dilakukan pula
antarmanusia. Kepuasan yang dihasilkan dari
11
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
12
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H., Jr. Andryanto, M. dan Soekrisno, S.). Jakarta:
2000. Organizations: Behavior, Structure, Erlangga.
Processes 10th Edition. United States of America:
McGraw-Hill Companies, Inc. Social Issues Research Center (SIRC). 2008. Football
Passions. Report of Research. The Social Issues
Goble, F.G. 2000. The Third Force, The Psychology of Research Center, 28 St Clemens Street Oxford.
Abraham Maslow (Terjemahan Supratiknya, A.).
Yogyakarta: Kanisius. Soekanto, S. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali Press.
Jatmiko, L. 2011. Budaya Tanpa Rasis. Artikel
pasoepati.net Digital Magazine Edisi Pertama: Supratiknya, A. 2008. Tinjauan Psikologis
Maret, hal. 6-8. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Jayakarta, 2010. Penonton Piala Dunia 2010. Internet Suroso, Santi, D.E, dan Pramana, A. 2010. Ikatan
www.kompasiana.com. Diakses 2 Januari 2012. Emosional terhadap Tim Sepakbola dan
Fanatisme Suporter Sepakbola. Jurnal Penelitian
Liliweri, A. 1994. Perspektif Teoritis Komunikasi Psikologi. Vol. 01, No. 01, hal. 23-37. Fakultas
Antarpribadi (Suatu Pendekatan ke Arah Psikologi. Universitas 17 Agustus 1945
Psikologi Sosial Komunikasi). Bandung: PT. Surabaya.
Citra Aditya Bakti.
Suryanto. 1996. Agresi Penonton Sepakbola. Naskah
Mruk, C. J. 2006. Self-Esteem Research, Theory, and Publikasi Tesis Psikologi Sosial. Yogyakarta:
Practice: Toward a Possitive Psychology of Self- Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Esteem 3rd Edition. New York: Springer Mada.
Publishing Company.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. 2009. Social
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Psychology 12th Edition. (Alih Bahasa Tri
Organisasi. Jakarta: UI Press. Wibowo B.S.). Jakarta: Prenada Media Group.
Onengisme, A. 2011. Menuntut Janji Loyalitas Tubbs, S., Moss, S. 2008. Human Communication:
Pasoepati. Artikel pasoepati.net Digital Magazine Principles and Contexts 11th Edition. New York:
Edisi Kedua: April, hal. 40-43. McGraw Hill Companies, Inc.
Pasoepati.net Digital Magazine. 2011. Suporter Solo Zanden, J.W.V., Crandell, T.L, & Crandell, C.H.
Memang Beda. Artikel pasoepati.net Digital 2007. Human Development 8th Edition. New
Magazine Edisi Keempat: Juni, hal. 62-68. York: McGraw Hill Companies, Inc.
Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS: Untuk
Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta:
MediaKom.
Rakhmat, J. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Robbins, S.P., Judge, T.A. 2008. Organizational
Behavior 12th Edition (Terjemahan Angelica, D.).
Jakarta: Salemba Empat.
Robins, R.W., Tracy, J.L., Trzesniewski, K., Potter, J.,
& Gosling, S.D. 2001. Personallity Correlates of
Self-Esteem. Journal of Research in Personality
35, 463–482.
Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. 1999.
Social Psychology 5th Edition (Alih Bahasa
13