Anda di halaman 1dari 13

Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

Hubungan antara Komunikasi yang Efektif dan Harga Diri dengan Kohesivitas
Kelompok pada Pasukan Suporter Solo Sejati (Pasoepati)

The Correlation between Effective Communication and Self-Esteem toward Group


Cohesiveness in Pasukan Suporter Solo Sejati (Pasoepati)

Hertina Wulansari, Tuti Hardjajani, Arista Adi Nugroho

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK
Kohesivitas kelompok terlihat melalui ketertarikan antaranggota dan kebersatuan kelompok dalam pelaksanaan
fungsi dan tujuan kelompok. Anggota kelompok diharapkan menghimpun komunikasi yang baik dan
mengoptimalisasi kemampuannya untuk turut serta memberi kontribusi demi kelangsungan kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara komunikasi yang efektif dan harga diri dengan
kohesivitas kelompok pada Pasoepati, 2. Hubungan antara komunikasi yang efektif dengan kohesivitas kelompok
pada Pasoepati, dan 3. Hubungan antara harga diri dengan kohesivitas kelompok pada Pasoepati.

Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok suporter Pasoepati. Pengambilan sampel menggunakan quota
incidental sampling, dengan penentuan kuota sebanyak 200 responden. Alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala kohesivitas kelompok, skala komunikasi yang efektif, dan skala harga diri. Teknik
analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi dua prediktor, selanjutnya
untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial.

Dari hasil analisis regresi dua prediktor, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,723; p = 0,000 (p < 0,05)
dan F hitung 107,701 > F tabel 3,042. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara komunikasi yang efektif dan harga diri dengan kohesivitas kelompok pada Pasoepati. Secara parsial
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi yang efektif dengan kohesivitas kelompok
pada Pasoepati dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,592; serta terdapat hubungan yang signifikan antara
harga diri dengan kohesivitas kelompok pada Pasoepati yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar
0,141. Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,522 atau 52,2%; terdiri atas kontribusi komunikasi yang efektif
terhadap kohesivitas kelompok sebesar 45,8% dan kontribusi harga diri terhadap kohesivitas kelompok sebesar
6,4%. Ini berarti masih terdapat 47,8% faktor lain yang mempengaruhi kohesivitas kelompok.

Kata kunci: komunikasi yang efektif, harga diri, kohesivitas kelompok, pasoepati

PENDAHULUAN populasi televisi Indonesia menyaksikan


tayangan Piala Dunia 2010 (Andarias, 2010).
Sepakbola merupakan olahraga yang populer,
dibuktikan pada Piala Dunia 2010 lalu yang Penonton yang banyak dalam pertandingan
mampu menyedot perhatian 2,997 juta sepakbola merupakan pemandangan yang
penonton (Jayakarta, 2010). Adapun minat biasa mengingat begitu populernya olahraga
yang tinggi pada sepakbola di Indonesia tersebut. Klasifikasi penonton menurut Suroso,
ditunjukkan oleh penelitian AC Nielsen yang dkk. (2010) ada dua, yaitu penonton yang
mengungkapkan bahwa lebih dari 40% sekedar menyaksikan jalannya pertandingan

1
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

dan suporter yang menyaksikan serta memihak Indonesia sebagai salah satu negara yang turut
tim yang didukungnya. Penonton hanya terbawa euforia sepakbola memiliki kelompok
menikmati jalannya pertandingan, sedangkan suporter yang tersebar di berbagai kota,
suporter turut memberi dukungan dan termasuk di Solo. Kelompok suporter di Solo
seringkali tergabung dalam suatu kelompok. menamakan dirinya sebagai Pasukan Suporter
Kehadiran kelompok suporter sepakbola Solo Sejati (Pasoepati).
mempunyai dampak yang positif maupun
Keistimewaan Pasoepati terlihat melalui citra
negatif. Dampak negatifnya adalah sikap
diri Pasoepati sebagai aset kota Solo yang turut
berlebihan kelompok suporter dalam
serta dalam berbagai kegiatan yang dapat
mendukung timnya dapat melahirkan bentrok
mengharumkan nama kota Solo. Selain itu,
kelompok suporter.
Pasoepati terlihat tetap bersatupadu dalam
Suryanto (1996) mengungkapkan bahwa dalam mendukung dua tim sepakbola Solo musim
evaluasi 136 pertandingan sepakbola terjadi pertandingan 2011 lalu. Fenomena di kota lain,
kerusuhan sebanyak 2,6% atau sekitar tiga terdapat dua klub sepakbola dalam satu kota
hingga empat kali. Hal tersebut menunjukkan dengan dua suporter yang berbeda, bahkan
belum tercapainya tujuan kelompok suporter satu klub sepakbola dengan dua suporter yang
secara maksimal, yaitu mendukung tim disertai berbeda di satu kota. Contohnya: Persema dan
sportivitas tinggi sesuai dengan program fair- Arema Malang dengan Ngalamania dan
play yang dikeluarkan FIFA (Adi, 2011). Aremania serta PSIS Semarang dengan Panser
Biru dan Snex (pasoepati.net Digital Magazine,
Dampak positif dari keberadaan kelompok
2011).
suporter dapat terlihat melalui keterdekatan
para anggotanya dalam berbagai kegiatan Terlepas dari keistimewaan tersebut, Pasoepati
kelompok, diantaranya: pertemuan kelompok dalam perjalanannya pernah mendapatkan
dan kebersamaan dalam membuat spanduk label sebagai kelompok suporter yang anarkis,
maupun jargon untuk mendukung tim yang disebabkan Pasoepati pernah terlibat bentrok
disayangi (Social Issues Research Center, antarsuporter. Menurut Jatmiko (2011),
2008). Kegiatan semacam itu dapat Pasoepati juga mulai terjebak budaya rasis.
memelihara rasa saling memiliki antaranggota Nyanyian Pasoepati kerap berisi hujatan
yang merujuk pada kohesivitas kelompok, terhadap kelompok suporter lain yang mereka
yang diartikan Gibson, dkk. (2000) sebagai anggap musuh. Lebih jauh lagi, loyalitas
kekuatan yang menjadikan anggota kelompok Pasoepati mulai dipertanyakan karena dalam
berkeinginan tetap tinggal dan menaati laga tim Persis Solo musim 2011 terlihat
kesepakatan kelompok. banyak bangku stadion yang kosong yang
disinyalir disebabkan menurunnya semangat

2
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

Pasoepati seiring prestasi Persis Solo yang terwujud pada individu dengan penghargaan
juga menurun (Onengisme, 2011). Fenomena yang cukup. Hal tersebut berkaitan dengan
tersebut menunjukkan kohesivitas kelompok harga diri yang diartikan Sears, dkk. (1999)
yang belum maksimal pada tubuh kelompok sebagai perasaan berharga dan berkemampuan
suporter ini. dalam diri individu.

Robbins (dalam Munandar, 2001) Perwujudan harga diri tinggi dapat


mengungkapkan bahwa interaksi yang kurang memunculkan konsekuensi yang positif bagi
intensif di dalam kelompok dapat menjadikan individu, termasuk dalam kehidupan
kohesivitas kelompok menjadi rendah. berkelompok. Individu dengan harga diri
Intensitas interaksi dapat menunjukkan pula tinggi akan dapat diterima secara sosial dan
kuantitas komunikasi karena interaksi mengoptimalkan kemampuannya sehingga
dikatakan Soekanto (2000) dapat terjadi dapat turut andil dalam pencapaian tujuan
melalui komunikasi. Namun, komunikasi yang kelompok yang dikatakan dapat mewujudkan
baik tidak hanya dilihat dari kuantitasnya, kohesivitas kelompok.
tetapi juga kualitas di dalamnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
Book (1980) mengatakan bahwa komunikasi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang baik dapat terwujud ketika komunikator mengenai hubungan antara komunikasi yang
dan komunikan memperhatikan kemampuan efektif dan harga diri dengan kohesivitas
dan cara berkomunikasi secara efektif. kelompok pada Pasukan Suporter Solo Sejati
Rakhmat (2009) mengungkapkan bahwa dalam (Pasoepati).
praktik komunikasi efektif terjadi kesamaan
pengertian dan kesenangan. Apabila
dipraktikkan oleh anggota kelompok, DASAR TEORI
diharapkan mereka dapat saling mempengaruhi
1. Kohesivitas Kelompok
sehingga tujuan kelompok dapat tercapai dan
mengarahkan pada kohesivitas kelompok. Forsyth (2006) mengatakan bahwa kohesivitas
kelompok muncul dari ikatan-ikatan di antara
Kohesivitas kelompok dapat meningkat seiring
anggota kelompok. Carron, dkk. (dalam
dengan tingginya rasa suka antaranggota
Carron, dkk., 2001) mendefinisikan
(Brown, dalam Taylor, 2009). Anggota
kohesivitas kelompok sebagai proses dinamis
kelompok dapat saling menyukai ketika
yang terlihat melalui kecenderungan kelekatan
mereka saling menerima. Perasaan diterima,
dan kebersatuan kelompok dalam pemenuhan
baik oleh diri sendiri maupun orang lain
tujuan dan atau kepuasan kebutuhan afeksi
dikatakan Maslow (dalam Goble, 2000)
anggota kelompok.

3
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

Level kohesivitas yang tinggi biasanya kelompok secara sosial, kesatuan kelompok
bermanfaat bagi pelaksanaan fungsi kelompok dalam tugas, kesatuan kelompok secara sosial,
karena kohesivitas kelompok juga diartikan dan kerjasama.
sebagai kekuatan, baik positif maupun negatif,
Faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas
yang menyebabkan anggota tetap bertahan
kelompok diungkapkan oleh Baron dan Byrne
dalam kelompok (Taylor, dkk., 2009). Fungsi
(2005) dan Brown (dalam Taylor, 2009), yaitu:
kelompok akan tercapai secara maksimal pada
status (identitas) di dalam kelompok, usaha
kelompok yang kohesif karena eksistensi
masuk dalam kelompok, ancaman atau
kelompok kohesif tetap terjaga seiring dengan
kompetisi yang kuat, ukuran kelompok, rasa
anggotanya yang juga eksis di dalam
suka antaranggota, tujuan kelompok, dan
kelompok.
kekuatan yang mencegah anggota keluar dari
Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan kelompok.
kohesivitas kelompok sebagai tingkat
2. Komunikasi yang Efektif
ketertarikan antaranggota kelompok sehingga
termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok. Menurut DeVito (1995), komunikasi
Cara untuk diterima oleh kelompok sehingga antarpribadi adalah pengiriman pesan-pesan
dapat bertahan di dalamnya adalah dengan dari seseorang dan diterima oleh orang lain
menjadi seperti orang-orang di dalam dengan efek umpan-balik yang langsung.
kelompok dalam berbagai hal. Kesamaan Komunikasi memungkinkan individu untuk
dengan orang-orang di dalam satu kelompok berbagi mengenai perasaan dan keinginannya,
tersebut akan menjadikan anggota satu lebih mengungkapkan kebencian, kegembiraan,
kompak dengan anggota lain dalam kehidupan cinta, maupun keputusasaannya.
berkelompok.
Banyak manusia yang melakukan komunikasi,
Berdasarkan uraian di atas, maka kohesivitas namun belum tentu setiap manusia telah
kelompok dimaknakan sebagai ketertarikan melakukan komunikasi yang efektif (Book,
dan kebersatuan anggota kelompok sehingga 1980). Supratiknya (2008) mengungkapkan
termotivasi untuk tetap bertahan di dalam bahwa keefektifan dalam hubungan
kelompok serta bersama-sama melaksanakan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan
fungsi dan meraih tujuan kelompok. mengkomunikasikan secara jelas informasi
yang hendak disampaikan, menciptakan kesan
Aspek kohesivitas kelompok menurut Carron,
yang diinginkan, atau mempengaruhi orang
dkk. (dalam Carron, dkk., 2001) dan Forsyth
lain seperti yang diharapkan.
(2006), meliputi: ketertarikan individu pada
tugas kelompok, ketertarikan individu pada

4
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

Tubbs dan Moss (2008) mengemukakan mata komunikan, dan komunikator harus
bahwa efektivitas komunikasi interpersonal berusaha mendapatkan umpan-balik secara
ditandai dengan komunikan (penerima pesan) optimal tentang pengaruh pesan dalam diri
dan komunikator (pengirim pesan) dalam komunikan.
sebuah proses komunikasi terwujud saling
3. Harga Diri
pengertian, kesenangan, saling mempengaruhi,
hubungan sosial yang baik, juga adanya Coopersmith (1967) mengartikan harga diri
tindakan nyata sebagai umpan-balik. sebagai hasil evaluasi individu terhadap diri
Komunikasi yang efektif diharapkan dapat sendiri yang diekspresikan dalam sikap
mengurangi dampak buruk yang timbul pada terhadap diri sendiri. Evaluasi ini menyatakan
kelompok terkait dengan adanya kepuasan di suatu sikap penerimaan atau penolakan dan
dalamnya. menunjukkan seberapa besar individu percaya
bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil,
Komunikasi yang efektif dimaknakan sebagai
berharga menurut standar dan nilai pribadinya.
komunikasi yang memberikan hasil yang
sesuai dengan harapan pihak-pihak yang Harga diri menurut Branden (1992) merupakan
berkomunikasi yang terwujud melalui saling dorongan kekuatan yang dimiliki tiap-tiap
pengertian, kesenangan, saling mempengaruhi, individu mengenai pandangan keberhargaan
hubungan sosial yang baik, serta tindakan dirinya untuk mengatasi tantangan kehidupan
nyata sebagai umpan-balik, sehingga dan mencapai hak untuk merasa bahagia dalam
menghindarkan individu dari konflik. menjalani kehidupan. Manusia tidak akan
dapat menyadari potensi dirinya tanpa harga
Aspek-aspek komunikasi yang efektif yang
diri yang menjadikannya merasa berarti dan
dikemukakan Tubbs dan Moss (2008)
percaya pada diri sendiri.
meliputi: understanding (pemahaman),
pleasure (kesenangan), attitude influence Robins, dkk. (2001) mendefinisikan harga diri
(mempengaruhi sikap), improved relationship sebagai keseluruhan orientasi sikap individu
(memperbaiki hubungan), dan action mengenai dirinya. Harga diri yang tinggi
(tindakan). mengarahkan seseorang memiliki banyak ciri
kepribadian yang diinginkan secara sosial dan
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 2008),
tidak memiliki pembawaan yang tidak
terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk
diinginkan.
mengirimkan pesan secara efektif, yaitu:
komunikator harus mengusahakan agar pesan- Harga diri dapat dimaknakan sebagai
pesan yang dikirimkan mudah dipahami, pandangan keberhargaan diri individu yang
komunikator harus memiliki kredibilitas di diekspresikan dalam sikap terhadap diri sendiri

5
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

yang menunjukkan seberapa besar individu orang sebagai jumlah sampel sudah cukup
percaya bahwa dirinya mampu, berarti, memadai pada populasi tak terbatas (infinite
berhasil, berharga menurut standar dan nilai population).
pribadinya sehingga dapat diterima secara
Sampling yang digunakan adalah quota
sosial.
incidental sampling. Pasoepati dengan jumlah
Aspek-aspek harga diri yang dikemukakan yang sudah ditentukan ditunjuk sebagai
oleh Coopersmith (1967) meliputi: anggota sampel dan diberi kesempatan untuk
significance (keberartian), power (kekuatan), mengisi skala psikologi yang digunakan dalam
competence (kemampuan), dan virtue penelitian. Pemberian skala psikologi
(kebajikan). dikakukan secara insidental, yaitu ketika
peneliti menemui anggota Pasoepati yang
Mruk (2006) menjabarkan sumber-sumber
hendak menyaksikan pertandingan di stadion
harga diri meliputi: acceptance versus
Manahan Solo.
rejection (penerimaan versus penolakan),
virtue versus guilt (kebajikan versus Metode pengumpulan data menggunakan alat
kesalahan), influence versus powerlessness ukur berupa skala psikologi dengan jenis skala
(pengaruh versus ketidakberdayaan), dan Likert. Ada tiga skala psikologi yang
achievements versus failures (keberhasilan digunakan, yaitu:
versus kegagalan). 1. Skala Kohesivitas Kelompok
Skala kohesivitas kelompok berdasarkan aspek
yang dikemukakan Carron, dkk. (dalam
METODE PENELITIAN Carron, dkk., 2001) dan Forsyth (2006), yang
meliputi: ketertarikan individu pada tugas
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kelompok, ketertarikan individu pada
anggota Pasoepati yang menyaksikan
kelompok secara sosial, kesatuan kelompok
pertandingan di stadion Manahan pada hari
dalam tugas, kesatuan kelompok secara sosial,
Minggu tanggal 29 April 2012. Jumlah
dan kerjasama.
anggota Pasoepati tersebut tidak diketahui
2. Skala Komunikasi yang Efektif
secara pasti, tetapi diperkirakan sebanyak
Skala komunikasi yang efektif berdasarkan
5.000-10.000 orang. Penelitian ini
aspek yang dikemukakan oleh Tubbs dan Moss
menggunakan 50 anggota Pasoepati untuk
(2008), yaitu: understanding (pemahaman),
pelaksanaan uji-coba dan 200 anggota
pleasure (kesenangan), attitude influence
Pasoepati untuk penelitian, mengacu pada
(mempengaruhi sikap), improved relationship
rekomendasi dari Crocker dan Algina (dalam
(memperbaiki hubungan), dan action
Azwar, 2003) yang menyarankan bahwa 200
(tindakan).

6
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

3. Skala Harga Diri dengan kohesivitas kelompok menghasilkan


Skala harga diri berdasarkan aspek yang nilai signifikansi pada linearity sebesar
dikemukakan oleh Coopersmith (1967), yaitu: 0,000. Nilai signifikansi tersebut kurang
significance (keberartian), power (kekuatan), dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa
competence (kemampuan), dan virtue antara variabel prediktor dengan variabel
(kebajikan). kriterium terdapat hubungan yang linear.

2. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Multikolinearitas
HASIL- HASIL
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas
Penghitungan dalam analisis penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai VIF kedua
dilakukan dengan bantuan komputer program variabel prediktor, yaitu komunikasi yang
Statistical Product and Service Solution efektif dan harga diri adalah 1,593. Nilai
(SPSS) versi 16.0. tolerance yang dihasilkan adalah 0,628. Hal
1. Uji Asumsi Dasar tersebut menunjukkan bahwa antarvariabel
a. Uji Normalitas prediktor tidak terdapat persoalan
Uji normalitas dalam penelitian ini multikolinearitas karena nilai VIF yang
menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov didapat kurang dari 5 dan nilai tolerance
Goodness of Fit Test dengan taraf lebih dari 0,1.
signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil b. Uji Heteroskedastisitas
penghitungan, didapatkan nilai signifikansi Metode pengujian untuk uji
kohesivitas kelompok 0,200; komunikasi heteroskedastisitas pada penelitian ini
yang efektif 0,097; serta harga diri 0,200. menggunakan uji Park. Priyatno (2008)
Oleh karena nilai signifikansi untuk seluruh menjelaskan bahwa uji Park yaitu
2
variabel lebih besar dari 0,05; dapat meregresikan nilai residual (Lnei ) dengan
disimpulkan bahwa data pada variabel masing-masing variabel prediktor (LnX1
kohesivitas kelompok, komunikasi yang dan LnX2). Dari hasil penghitungan,
efektif, dan harga diri berdistribusi normal. didapatkan nilai t hitung adalah -0,629 dan
b. Uji Linearitas 0,610. Karena – ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, nilai
Uji linearitas dalam penelitian ini ttabel adalah 1,972017; maka Ho diterima,
menggunakan Test for Linearity dengan artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnX1
taraf signifikansi 0,05. Hasil uji linearitas dan Lnei2 dengan LnX2 tidak ada gejala
menunjukkan bahwa hubungan antara heteroskedastisitas.
komunikasi yang efektif dengan kohesivitas
kelompok serta hubungan antara harga diri

7
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

c. Uji Otokorelasi komunikasi yang efektif dikendalikan, adalah


Pengujian otokorelasi dalam penelitian ini sebesar 0,141. Arah hubungan yang terjadi
menggunakan uji DW (Durbin-Watson). adalah positif, karena nilai r positif, artinya
Nilai D-W yang diperoleh sebesar 1,934; semakin tinggi harga diri, maka semakin tinggi
berada di antara -2 sampai +2 sehingga kohesivitas kelompok.
dapat disimpulkan tidak terdapat
4. Kontribusi Komunikasi yang Efektif dan
otokorelasi.
Harga Diri terhadap Kohesivitas Kelompok
3. Uji Hipotesis
Kontribusi komunikasi yang efektif dan harga
Pengujian hipotesis menghasilkan p-value
diri dengan kohesivitas kelompok sebesar
0,000 < 0,05; sedangkan Fhitung 107,701 > Ftabel
52,2%, terdiri atas kontribusi komunikasi yang
3,042. Artinya, bahwa hipotesis yang diajukan
efektif sebesar 45,8% dan harga diri sebesar
dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu
6,4%.
terdapat hubungan yang signifikan antara
komunikasi yang efektif dan harga diri dengan 5. Analisis Deskriptif
kohesivitas kelompok.
Hasil kategorisasi pada skala kohesivitas
Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang kelompok dapat diketahui bahwa responden
dihasilkan adalah 0,723 dan nilai koefisien secara umum memiliki tingkat kohesivitas
determinasi R2 (R Square) adalah 0,522 atau kelompok yang tinggi dengan rerata empirik
52,2%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 106,39; serta pada skala komunikasi yang
variabel prediktor memberikan kontribusi efektif dan harga diri secara umum responden
sebanyak 52,2% terhadap variabel kriterium, berada pada tingkatan sedang dengan rerata
sisanya 47,8% dipengaruhi atau dijelaskan empirik 88,36 dan 100,745.
oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
PEMBAHASAN
Nilai korelasi parsial antara komunikasi yang
efektif dengan kohesivitas kelompok (rx1y), Analisis data yang telah dilakukan
variabel harga diri dikendalikan, adalah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sebesar 0,592. Arah hubungan yang terjadi signifikan antara komunikasi yang efektif dan
adalah positif, karena nilai r positif, artinya harga diri dengan kohesivitas kelompok pada
semakin tinggi komunikasi yang efektif, maka Pasoepati yang ditunjukkan dengan nilai
semakin tinggi kohesivitas kelompok. Nilai korelasi (R) sebesar 0,723; dan didapat p-value
korelasi parsial antara harga diri dengan 0,000 < 0,05 dan Fhitung 107,701 > Ftabel 3,042
kohesivitas kelompok (rx2y), variabel pada tingkat signifikansi 5%. Pola

8
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

hubungannya dinyatakan oleh persamaan pemikiran maupun perasaannya dengan cara


regresi Y = 17,79 + 0,8311X1 + 0,1505X2. yang tepat di dalam kelompok, dapat
Variabel komunikasi yang efektif dan harga menjadikan anggota yang lain memahami,
diri secara bersama-sama memiliki hubungan menyetujui, bahkan mengikuti apa yang
signifikan dengan kohesivitas kelompok. Hal disampaikannya. Hal tersebut dapat
ini menunjukkan bahwa komunikasi yang menghindarkan konflik di dalam kelompok,
efektif dan harga diri dapat dijadikan prediktor dikarenakan minimnya kesalahpahman yang
untuk memprediksi kohesivitas kelompok. muncul di antara anggota kelompok sebagai
konsekuensi tercapainya efektivitas pada
Kohesivitas kelompok pada Pasoepati secara
proses komunikasi yang mereka bangun.
umum tergolong tinggi. Hal tersebut dapat
Kualitas hubungan interpersonal pun
dilihat berdasarkan hasil kategorisasi yang
meningkat sehingga antaranggota kelompok
memperlihatkan 66% responden memiliki skor
dapat saling mempengaruhi, termasuk dalam
kohesivitas kelompok tinggi dan 34% lainnya
aktivitas kelompok, yang turut meningkatkan
memiliki skor kohesivitas sedang. Individu
kohesivitas di dalamnya.
yang memutuskan bergabung menjadi bagian
kelompok suporter telah siap akan konsekuensi Selanjutnya, anggota kelompok dengan
yang harus dijalaninya sebagai anggota penghargaan diri yang cukup dapat berperilaku
kelompok, yaitu turut menjaga eksistensi sesuai tuntutan sosial yang ada. Harga diri
kelompok. Kontribusi anggota kelompok dapat tinggi yang dicapai anggota kelompok turut
dilakukan dengan cara tetap terikat/bertahan membawa konsekuensi positif pada kehidupan
pada kelompok dan melaksanakan fungsi serta kelompok dengan adanya kesadaran akan
meraih tujuan kelompok. Hal tersebut kemampuan yang dimiliki. Keterdekatan dan
berkaitan dengan kohesivitas kelompok yang pencapaian tujuan kelompok dapat terwujud
diartikan Carron, dkk. (dalam Carron, dkk., secara maksimal seiring dengan semangat
2001) sebagai proses dinamis yang terlihat hidup berkelompok yang dimiliki anggota-
melalui kecenderungan kelekatan dan anggotanya. Adapun praktik semangat hidup
kebersatuan kelompok dalam pemenuhan berkelompok terlihat melalui optimalisasi
tujuan dan atau kepuasan kebutuhan afeksi kualitas positif anggota kelompok, yang
anggota kelompok. terealisasi dalam perilaku di dalam kelompok
yang mengarah pada pelaksanaan fungsi dan
Setiap meningkatnya praktik komunikasi yang
tujuan kelompok yang mengacu pada
efektif dan harga diri pada Pasoepati, akan
kohesivitas.
diikuti dengan kenaikan kohesivitas di dalam
kelompok suporter tersebut. Anggota Skor tertinggi pada skala komunikasi yang
Pasoepati yang mampu menyampaikan efektif terletak pada aspek pleasure

9
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

(kesenangan), dengan skor rata-rata sebesar menunjukkan individu yang saling menyukai.
2,97. Terkadang komunikasi tidak ditujukan Rasa saling menyukai tersebut apabila terjalin
untuk menyampaikan pesan atau membentuk pada anggota kelompok dikatakan Brown
pengertian. Suasana hangat dan akrab dapat (dalam Taylor, 2009) dapat mengarahkan pada
tercipta ketika anggota-anggota kelompok pencapaian level yang tinggi pada kohesivitas
mengemas komunikasi sebagai hal yang kelompok.
menyenangkan. Keakraban para anggota
Nilai korelasi parsial antara komunikasi yang
kelompok dapat mendorong terciptanya
efektif dengan kohesivitas kelompok
kebersamaan dan rasa saling memiliki.
ditunjukkan dengan hasil rx1y-x2 sebesar 0,592
Kebersamaan dapat melekatkan hubungan dengan p-value 0,000 < 0,05. Hal ini berarti
interpersonal anggota kelompok. Hubungan secara parsial terdapat hubungan yang
yang lekat tersebut menjadikan anggota signifikan antara komunikasi yang efektif
kelompok seolah saling terikat. Ikatan-ikatan dengan kohesivitas kelompok pada Pasoepati.
di antara anggota kelompok dikatakan Forsyth
Komunikasi yang efektif seringkali dapat
(2006) dapat memunculkan kohesivitas
memberikan dampak positif dan
kelompok.
menguntungkan bagi pihak-pihak yang
Sama halnya dengan skala komunikasi yang berkomunikasi, sehingga komunikasi yang
efektif, di dalam skala harga diri juga terdapat efektif menjadi penting untuk dipraktikkan
aspek dengan skor paling tinggi di antara skor (Book, 1980). Pentingnya komunikasi yang
pada aspek lainnya, yaitu significance efektif berlaku pula bagi hubungan
(keberartian), dengan skor rata-rata sebesar antaranggota dalam kelompok karena
2,85. Perasaan diterima oleh orang-orang komunikasi merupakan alat penghimpun
sekitar membuat individu menyadari kegiatan kelompok.
pengakuan orang lain atas keberadaan dirinya.
Praktik komunikasi yang efektif akan
Tanpa keterlibatan orang lain, individu tidak
melekatkan hubungan antaranggota kelompok
dapat merasakan perasaan diakui dan
sejalan dengan perolehan kesenangan di
bermanfaat bagi sekitar. Oleh karena itu, orang
dalamnya. Komunikasi yang efektif juga dapat
lain dikatakan berperan dalam perwujudan rasa
mengarahkan anggota kelompok untuk
keberartian individu. Individu yang merasa
melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan
diterima orang-orang di sekitarnya akan
dengan pemenuhan tujuan kelompok. Hal
menerima pula keberadaan mereka.
tersebut sejalan dengan pendapat Liliweri
Penerimaan semacam ini dapat mempererat
(1994) yang mengatakan bahwa komunikasi
hubungan yang telah terjalin, bahkan mencapai
yang efektif dapat mengubah atau
ikatan persahabatan. Ikatan persahabatan

10
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

mempengaruhi pengetahuan seseorang dengan terwujudnya harga diri yang tinggi turut
tercapainya kesamaan makna. berperan dalam peningkatan kohesivitas
kelompok sehubungan dengan keterikatan di
Komunikasi yang efektif yang dilakukan
dalamnya.
anggota kelompok suporter Pasoepati dapat
mempertinggi kohesivitas kelompok di
dalamnya dengan pencapaian kesukaan
PENUTUP
antaranggota dan tepatnya tujuan kelompok
yang diraih. A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan
Nilai korelasi parsial antara harga diri dengan
antara komunikasi yang efektif dan harga
kohesivitas kelompok ditunjukkan dengan
diri dengan kohesivitas kelompok pada
hasil rx2y-x1 sebesar 0,141 dengan p-value
Pasoepati.
0,047 < 0,05. Hal ini berarti secara parsial
2. Terdapat hubungan yang signifikan
terdapat hubungan yang signifikan antara
antara komunikasi yang efektif dengan
harga diri dengan kohesivitas kelompok pada
kohesivitas kelompok pada Pasoepati.
anggota kelompok suporter Pasoepati.
3. Terdapat hubungan yang signifikan
Harga diri yang rendah mengakibatkan antara harga diri dengan kohesivitas
individu menarik diri, merasa sedih, dan kelompok pada Pasoepati.
kurang pandai berperilaku sosial (Zanden, B. Saran
dkk., 2007). Kehidupan berkelompok 1. Untuk anggota kelompok suporter
menuntut individu untuk terampil berperilaku Pasoepati
sosial. Kelangsungan kelompok, termasuk Berdasarkan penelitian ini, masih
kohesivitas terwujud pada anggota kelompok terdapat anggota kelompok suporter
dengan harga diri tinggi yang bersemangat Pasoepati dengan tingkat kohesivitas
menjalani kehidupan berkelompok serta yang sedang. Oleh karena itu, anggota
mengembangkan hubungan sosial dengan kelompok suporter Pasoepati perlu
anggota-anggota lain di dalam kelompok. mempraktikkan komunikasi efektif
dengan cara meningkatkan ketrampilan
Perolehan harga diri yang tinggi pada anggota
berkomunikasi, seperti: menyampaikan
kelompok dapat mendatangkan kepuasan
pesan dengan jelas sehingga mudah
dalam kaitannya dengan hidup berkelompok.
dipahami orang lain dan berusaha
Sears, dkk. (1999) mengatakan bahwa
mendapatkan umpan-balik positif
kepuasan dan keterikatan senantiasa berjalan
sebagai indikator efektivitas komunikasi.
berdampingan dalam sebagian besar hubungan
Selain itu, perlu dilakukan pula
antarmanusia. Kepuasan yang dihasilkan dari

11
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

peningkatan harga diri anggota serta meneliti pula variabel-variabel lain


kelompok suporter yang masih berada yang belum diteliti (usaha yang
dalam tingkat sedang dengan cara dibutuhkan untuk masuk dalam
mengembangkan penerimaan diri, kelompok dan keberadaan ancaman
dimulai dari diri pribadi yang kemudian eksternal atau kompetisi yang kuat).
mengarahkan pada penerimaan oleh
orang lain, mengembangkan sikap
DAFTAR PUSTAKA
kebajikan, dan menghimpun jiwa
kepemimpinan. Untuk anggota Pasoepati Adi, C. 2011. Artikel Pembaca, Mengenai Prinsip Fair
Play. Internet www.pasoepati.net. Diakses 14
dengan kohesivitas kelompok yang Juni 2011.
tinggi diharapkan tetap dapat Andarias, W. 2010. Wah...Orang Indonesia Paling
mempertahankannya seiring dengan Banyak Nonton Piala Dunia. Internet
www.tribunnews.com. Diakses 16 Desember
praktik komunikasi yang efektif dan 2011.
pencapaian harga diri yang tinggi dalam
Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi.
kehidupan kelompok. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2. Untuk pihak pengurus kelompok Baron, R.A., Byrne, D. 2005. Social Psychology 10th
suporter Pasoepati Edition (Terjemahan Djuwita, R). Jakarta:
Erlangga.
Pengurus kelompok suporter Pasoepati
Book, C.L. 1980. Human Communication-Principles,
diharapkan dapat memberikan
Contexts, and Skills. New York: St. Martin’s
pengarahan yang sesuai dalam rangka Press, Inc.
membangun komunikasi efektif dan Branden, N. 1992. The Power of Self-Esteem: An
harga diri yang tinggi, sehingga dapat Inspiring Look at Our Most Important
Psychological Resource. Florida: Health
mempertinggi kohesivitas kelompok Communication, Inc.
pada anggota Pasoepati. Hal ini dapat
Carron, A.V., Bray, S.R., & Eys, M.A. 2001. Team
dilakukan dengan cara mengadakan Cohesion and Team Success in Sport. Journal of
Sports Sciences, Feb. 2002 v20 i2 p119(8).
suatu bentuk diskusi agar anggota
kelompok dapat mengkomunikasikan Coopersmith, S. 1967. The Antecedents of Self-
Esteem. San Francisco: W.H. Freeman and
pemikiran bahkan perasaan terkait Company.
dengan hal-hal yang bersangkutan
DeVito, J.A. 1995. The Interpersonal Communication
dengan kelangsungan kelompok. Book 7th Edition. New York: Harper Collins
College Publisher.
3. Untuk penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan Effendy, O.U. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
untuk penelitian lebih lanjut dengan
Forsyth, D.R. 2006. Group Dynamics 4th Edition.
memperluas cakupan bahasan, misalnya United States of America: Thomson Learning,
memperbanyak responden penelitian, Inc.

12
Wulansari et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DAN

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H., Jr. Andryanto, M. dan Soekrisno, S.). Jakarta:
2000. Organizations: Behavior, Structure, Erlangga.
Processes 10th Edition. United States of America:
McGraw-Hill Companies, Inc. Social Issues Research Center (SIRC). 2008. Football
Passions. Report of Research. The Social Issues
Goble, F.G. 2000. The Third Force, The Psychology of Research Center, 28 St Clemens Street Oxford.
Abraham Maslow (Terjemahan Supratiknya, A.).
Yogyakarta: Kanisius. Soekanto, S. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali Press.
Jatmiko, L. 2011. Budaya Tanpa Rasis. Artikel
pasoepati.net Digital Magazine Edisi Pertama: Supratiknya, A. 2008. Tinjauan Psikologis
Maret, hal. 6-8. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Jayakarta, 2010. Penonton Piala Dunia 2010. Internet Suroso, Santi, D.E, dan Pramana, A. 2010. Ikatan
www.kompasiana.com. Diakses 2 Januari 2012. Emosional terhadap Tim Sepakbola dan
Fanatisme Suporter Sepakbola. Jurnal Penelitian
Liliweri, A. 1994. Perspektif Teoritis Komunikasi Psikologi. Vol. 01, No. 01, hal. 23-37. Fakultas
Antarpribadi (Suatu Pendekatan ke Arah Psikologi. Universitas 17 Agustus 1945
Psikologi Sosial Komunikasi). Bandung: PT. Surabaya.
Citra Aditya Bakti.
Suryanto. 1996. Agresi Penonton Sepakbola. Naskah
Mruk, C. J. 2006. Self-Esteem Research, Theory, and Publikasi Tesis Psikologi Sosial. Yogyakarta:
Practice: Toward a Possitive Psychology of Self- Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Esteem 3rd Edition. New York: Springer Mada.
Publishing Company.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. 2009. Social
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Psychology 12th Edition. (Alih Bahasa Tri
Organisasi. Jakarta: UI Press. Wibowo B.S.). Jakarta: Prenada Media Group.
Onengisme, A. 2011. Menuntut Janji Loyalitas Tubbs, S., Moss, S. 2008. Human Communication:
Pasoepati. Artikel pasoepati.net Digital Magazine Principles and Contexts 11th Edition. New York:
Edisi Kedua: April, hal. 40-43. McGraw Hill Companies, Inc.
Pasoepati.net Digital Magazine. 2011. Suporter Solo Zanden, J.W.V., Crandell, T.L, & Crandell, C.H.
Memang Beda. Artikel pasoepati.net Digital 2007. Human Development 8th Edition. New
Magazine Edisi Keempat: Juni, hal. 62-68. York: McGraw Hill Companies, Inc.
Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS: Untuk
Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta:
MediaKom.
Rakhmat, J. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Robbins, S.P., Judge, T.A. 2008. Organizational
Behavior 12th Edition (Terjemahan Angelica, D.).
Jakarta: Salemba Empat.
Robins, R.W., Tracy, J.L., Trzesniewski, K., Potter, J.,
& Gosling, S.D. 2001. Personallity Correlates of
Self-Esteem. Journal of Research in Personality
35, 463–482.
Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. 1999.
Social Psychology 5th Edition (Alih Bahasa

13

Anda mungkin juga menyukai