Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL JURNAL REVIEW

(ISSUE OLAHRAGA)

DISUSUN OLEH:

NAMA : ANASTASIA ITONARO BR TAMBUNAN

NIM : 6203321011

DOSEN PENGAMPU : Dr. ALBADI SINULINGGA,M.Pd.

MATA KULIAH : ISSUE OLAHRAGA

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
I. KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review (CJR) dengan mata
kuliah issue olahraga ini. Saya berterima kasih kepada bapak dosen yaitu bapak Dr. Albadi
Sinulingga yang sudah memberikan bimbingannya kepada kami.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya meminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih buat bapak dan juga teman teman saya. Semoga
tugas Critical Jurnal Review (CJR) yang saya buat dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

MEDAN, 24 SEPTEMBER 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)

Mengkritik Jurnal (critical journal review) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang
bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu tugas
individu mata kuliah issue olahraga di Universitas Negeri Medan.

C. Manfaat Penulisan Critical Journal Review (CJR)

1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dan sebuah jurnal atau hasil
karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.

2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.

3. Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.

4. Mengetahui kualitas jumal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau
penulis lainnya.
II. RINGKASAN ARTIKEL/ HASIL PENELITIAN

A. Identitas Jurnal pertama

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN


PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER
Judul
SEPAKBOLA PANSER BIRU
BANYUMANIK SEMARANG
Jurnal Jurnal Empati

Download file:///C:/Users/Asus/Downloads/21843-44271-
1-SM.pdf
Volume dan Halaman Volume 07 (Nomor 3)

Tahun 2018

Penulis Meydian Effendy, Endang Sri Indrawati

Reviewer Anastasia Itonaro Br Tambunan

Tanggal 24 September 2021

REVIEW JURNAL PERTAMA

1. Untuk memperoleh pengetahuan atau penemuan


baru
Tujuan Penelitian 2. Sebagai pembuktian atau pengujian tentang
kebenaran dari pengetahuan yang sudah ada.
3. Sebagai pengembangan pengetahuan suatu
bidang keilmuan yang sudah

Subjek pada penilitian ini ialah para suporter sepak bola,


Subjek Penelitian
masyarakat.

Ringkasan Jurnal Kelompok suporter Indonesia yang berasal dari


Semarang, salah satunya yaitu Panser Biru (Pasukan
Suporter Semarang Biru). Panser Biru merupakan
kelompok suporter pendukung tim PSIS Semarang.
Kelompok suporter ini telah berdiri sejak Tahun 2001.
Hingga kini telah banyak koordinator wilayah yang
didirikan dan bertujuan untuk mengoordinir anggota
Panser Biru pada wilayah yang lebih sempit di Kota
Semarang. Terdapat bermacam pola perilaku yang
ditunjukkan oleh para supporter sepakbola untuk
membela tim kesayangannya, seperti bernyanyi
sepanjang pertandingan PSIS Semarang bermain,
mengikuti setiap pertandingan PSIS hingga ke luar kota
dan menunjukkan beragam aksi nekat hingga para
suporter terlibat perilaku agresif massal seperti
bentrokan. Salah satu contohnya yaitu Derby Jateng yang
mempertemukan dua klub papan atas, Persip Pekalongan
dan PSIS Semarang, dinodai kerusuhan suporter. Pada
pertandingan yang berakhir imbang 1-1 itu, suporter PSIS
Panser Biru dan Snex, terlibat saling lempar batu dengan
suporter Persip Kalong Mania. Kerusuhan bermula ketika
pada paro waktu babak pertama, entah siapa yang
memulai, tiba-tiba suporter Persip Kalong Mania dan
suporter PSIS Snex yang berada di Tribun Utara, saling
lempar botol air mineral, dan batu serta kayu. Kerusuhan
pun meluas, suporter Panser Biru dan Kalong Mania yang
berada di Tribun Selatan juga terlibat saling lempar batu
.

Perilaku suporter sepakbola merupakan perilaku


sosial, dimana tingkah laku suporter yang berlangsung
dalam lingkungan, menimbulkan akibat atau perubahan
terhadap tingkah laku berikutnya. Geroge Homans
(Sosiolog) juga menjelaskan bahwa perilaku sosial adalah
dimana aktivitas yang dilakukan sekurang-kurangnya dua
orang bisa saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku
suporter baik itu perilaku yang bersifat negatif maupun
positif tentunya berpengaruh terhadap lingkungannya dan
perilaku suporter selanjutnya. Salah satu perilaku negatif
suporter yang dampaknya benar-benar dirasakan oleh
masyarakat adalah perilaku agresif seperti tindak
kekerasan/tawuran antar suporter, pengrusakan fasilitas
umum dan melakukan tindakan yang mengarah ke tindak
kriminal seperti penjarahan. Perilaku suporter sepakbola
ini tidak hanya merugikan para suporter sendiri dan klub,
namun juga berdampak pada masyarakat .

Menurut Suyatna (2007), di Indonesia, suporter divonis


memperburuk citra sepak bola dan dianggap menjadi
problem bangsa. Tindak kekerasan, kerusuhan, dan
jatuhnya korban sampai prasarana baik luka, tewas, rusak
dan terganggunya ketertiban merupakan pranata sosial
sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang
melekat pada suporter sepak bola Indonesia. Kerusuhan
suporter yang terjadi di Indonesia sebenarnya bukan isu
baru karena sejak lama sebenarnya sudah sering terjadi.

perilaku agresif oleh kedua suporter sebenarnya tidak


hanya dilakukan di dalam stadion, namun juga dilakukan
di luar stadion, yang justru ditujukan kepada tim
sepakbola kesayangannya sendiri. Puluhan ribu suporter
menggerutu dan berteriak-teriak memaki kesebelasan
yang dicintainya, kecewa karena tidak adanya gol yang
tercipta dan berujung pada teriakan seperti: klub
sepakbola ompong, Ayam kinantan di goreng saja, dan
ejekan lain pada timnya sendiri. Suporter sepakbola
karena sangat kecewanya, tidak hanya cemoohan, bahkan
menyerbu dan melempari rombongan bus timnya sendiri,
ketika kelompok tim akan meninggalkan Stadion.

Perilaku agresif memiliki unsur kesengajaan dan


mengarah mencederai fisik maupun psikis seseorang.
Perilaku agresif pada suporter klub sepakbola merupakan
perilaku agresif berbentuk kekerasan, karena ditunjukkan
dengan menjadikan suporter lawan sebagai sasaran.
Tawuran yang terjadi antar suporter disebabkan rasa
fanatisme yang menjadi landasan untuk melakukan
perilaku agresif. Panser Biru merupakan suporter fanatik
dari PSIS Semarang yang selalu memberikan dukungan
kepada tim kesayangannya karena rasa fanatisme. Panser
Biru juga sering terlibat kerusuhan antar suporter dan
melakukan perilaku agresif di dalam maupun di luar
lapangan.
Perilaku agresif suporter sepakbola menyisakan rasa
takut/cemas bagi masyarakat, hingga masyarakatpun
memunculkan stigma negatif terhadap para suporter.
Selain itu kerugian materil akibat kerusuhan atau tawuran
antar suporter dan juga pengrusakan fasilitas umum
tentunya menjadi hal yang sangat disayangkan. Pada
akhirnya maka tidak heran jika perilaku suporter
sepakbola ini dianggap sebagai wujud masalah sosial
karena dampak yang ditimbulkannya baik itu yang berupa
fisik seperti merusak fasilitas umum dan kerugian non
fisik yakni rasa takut/cemas masyarakat ketika bertemu
suporter sepakbola (produta.com, 2012). Sebagai
perilaku sosial maka tak heran bila yang dilakukan oleh
suporter sepakbola berdampak pada masyarakat dan
masyarakat beranggapan bahwa perilaku suporter
sepakbola merupakan perilaku menyimpang yang susah
dihilangkan.

Empati membuat individu mampu untuk menempatkan


diri sendiri pada kedudukan orang lain serta memberi
tanggapan terhadap situasi yang dihadapi orang lain
(Hoffman dalam Taufik, 2012). Suporter sepak bola yang
memiliki rasa empati akan terhindar dari perilaku agresif,
karena empati akan membuat supporter sepak bola
merasakan kasihan terhadap orang lain dan penderitaan
yang dialami orang lain. Empati dapat membuat
supporter sepak bola berusaha untuk melihat seperti apa
yang orang lain melihat dan merasakan seperti apa yang
orang lain merasakan. Empati adalah salah satu cara yang
paling efektif dalam usaha memahami, mengenali dan
mengevaluasi orang lain. Melalui empati supporter sepak
bola akan lebih mampu merasakan kebutuhan, aspirasi,
keluhan, kebahagiaan, kecemasan, sakit hati yang
dirasakan orang lain atau supporter lain, sehingga tidak
mudah berperilaku agresif.

Populasi dalam penelitian ini adalah Suporter Sepakbola


Metode Penelitian Panser Biru Banyumanik Semarang yang berjumlah 297
orang dan sampel penelitian berjumlah 166 orang dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
Convenience sampling. Penentuan jumlah sampel
penelitian berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel
dari populasi tertemtu yang dikembangkan Isaac dan
Michael (dalam Sugiyono, 2008) untuk tingkat
keasalahan 5% dengan

Hasil penelitian ini menjawab hipotesis yang diajukan


bahwa ada hubungan negatif signifikan antara empati
dengan perilaku agresif. Semakin tinggi empati maka
semakin rendah perilaku agresif, demikian pula
sebaliknya semakin rendah empati maka semakin tinggi
pula perilaku agresif pada suporter Panser Biru
Banyumanik Semarang. Sumbangan efektif empati
terhadap perilaku agresif sebesar 26,1%. Jadi perilaku
agresif pada suporter sepakbola Panser Biru Banyumanik
Semarang dapat dijelaskan oleh empati sebesar 26,1%
dan sisanya sebesar 73,9% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain seperti: frustasi, pembelajaran agresi, lingkungan,
sistem syaraf otak, keturunan, dan zat kimia dalam darah.
Empati yang tinggi memberi arti bahwa kemampuan
suporter sepakbola tinggi dalam merasakan apa yang
dialami suporter lain. Pada penelitian ini sebagian besar
empati suporter sepakbola rendah. Empati rendah
memberi arti bahwa kemampuan supoter sepakbola
Hasil Penelitian minim dalam merasakan apa yang dialami oleh suporter
lain, sehingga meningkatkan perilaku agresif para
suporter Penser Biru Semarang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Andayani (2012), bahwa empati
dapat menurunkan bullying. Perilaku agresif secara
langsung, termasuk bullying terjadi bila intimidasi
tersebut tampak nyata dilakukan oleh pelaku pada
korban. Situasi ini tentu saja berbeda dengan perilaku
agresif yang terjadi secara tidak langsung. Bullying tidak
langsung berlangsung secara terselubung karena pelaku
tidak berhadapan langsung dengan korbannya. Keadaan
inilah yang memengaruhi bagaimana peran empati untuk
menurunkan perilaku bullying. Semakin tinggi
kemampuan untuk berempati maka semakin rendah
perilaku bullyingnya, sebaliknya semakin rendah empati
akan meningkatkan bullying. Individu yang memiliki
empati tinggi tidak akan membiarkan orang lain dalam
kesulitan, sehingga tidak akan terlibat dalam perilaku
bullying yang akan melukai atau membuat orang lain
menderita.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara empati dengan perilaku agresif
pada suporter sepakbola Panser Biru Banyumanik
Semarang. Koefisien hubungan antara empati dengan
perilaku agresif pada penelitian ini didapatkan sebesar -
0,520 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 (p < 0,05).
Hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat hubungan
negatif dan signifikan antara empati dengan perilaku
agresif pada supporter sepakbola Panser Biru
Kesimpulan Banyumanik Semarang terbukti. Hubungan yang negatif
tersebut memberi arti, semakin rendah empati maka
semakin tinggi perilaku agresif. Sumbangan efektif
empati terhadap perilaku agresif sebesar 26,1%. Jadi
perilaku agresif suporter sepakbola Panser Biru
Banyumanik Semarang dapat dijelaskan oleh empati
sebesar 26,1% dan sisanya sebesar 73,9% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain antara lain: frustasi, pembelajaran
agresi, lingkungan, sistem syaraf otak, keturunan, dan zat
kimia dalam darah.

B. IDENTITAS JURNAL KEDUA

HUBUNGAN SABAR DAN HARGA DIRI DENGAN


Judul
AGRESIVITAS PADA SUPPORTER BOLA

Jurnal Jurnal Psikoislamedia

Download jurnal 2 issue.pdf

Volume dan Halaman Volume 2 (Nomor 1)

Tahun 2017

Eka Sari Oktaviani , Rizka Dara Vonna ,


Penulis
Yuanita Caroline.

Reviewer Anastasia Itonaro Br Tambunan

Tanggal 24 September 2021


REVIEW JURNAL KEDUA

4. Untuk memperoleh pengetahuan atau penemuan


baru
Tujuan Penelitian 5. Sebagai pembuktian atau pengujian tentang
kebenaran dari pengetahuan yang sudah ada.
6. Sebagai pengembangan pengetahuan suatu
bidang keilmuan yang sudah

Subyek penelitian ini adalah supporter bola di Indonesia.


Peneliti menggunakan snowball, yaitu pengambilan
sampel yang mula-mulanya kecil tapi semakin lama
Subjek Penelitian semakin besar atau semakin banyak, atau sampel memilih
teman-temannya untuk dijadikan sampel selanjutnya
(Sugiyono, 2001). Subjek pada penelitian ini adalah 102
supporter bola yang tersebar diseluruh Indonesia.

Perkembangan zaman yang terus berkembang tidak


menjadikan olah raga sepak bola terlupakan. Sepakbola
tetap menjadi olahraga yang paling digemari diseluruh
dunia. Penggemar sepakbola berasal dari berbagai
kalangan, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak
sampai dewasa, juga dari kalangan atas maupun kalangan
bawah. Tidak mustahil apabila setiap pertandingan
sepakbola, stadion selalu penuh sesak oleh penonton.
Bahkan tidak jarang ribuan bahkan ratusan ribu penonton
rela berduyun-duyun datang ke stadion untuk
menyaksikan tim kesayangannya. Euforia yang
Ringkasan Jurnal dimunculkan oleh olahraga yang sudah berusia 3 abad ini
ini sangatlah luar biasa. Dukungan yang diberikan oleh
suporter terhadap tim kesayangannya seringkali
melahirkan sikap yang berlebihan. Hal ini menumbuhkan
harapan yang berlebihan pada diri para suporter. Mereka
berharap tim yang didukungnya selalu memenangkan
pertandingan. Harapan-harapan ini seringkali
menimbulkan sikap-sikap yang tidak logis lagi, berbagai
cara dilakukan untuk melihat timnya memenangkan
pertandingan. Fanatisme para suporter akan melahirkan
gesekan-gesekan antar supoter yang berbeda. Gesekan-
gesekan ini membawa konsekuensi lahirnya kekerasan
(tawuran) antar supoter. “Indonesia merupakan negara
dengan jumlah suporter sepak bola di dunia”, begitulah
kata beberapa portal berita tanah air. Data menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan negara dengan: 54%
penduduknya sangat gemar dengan sepak bola.
201.690.000 penduduknya serempak melihat World Cup
2010. 168.000.000 fans liga lokal, mulai dari liga utama
hingga liga yang tidak pernah“masuk televisi”.
(PanditFootball.com. 2016). ISSN: 2548-4044 Jurnal
Psikoislamedia Volume 2, Nomor 1, April 2017 57 |
Copyright @2016 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Berdasarkan fakta tersebut, media online dan cetak
Indonesia malah cenderung memuat kabar buruk tentang
pendukung sepak bola. Banyak terjadi kerusuhan setelah
pertandingan berlangsung seperti tawuran antar
supporter. Suporter yang tawuran akibat perilaku
agresifitasnya seringkali menimbulkan banyak korban
keprihatinan tersendiri dikalangan orang-orang yang
berkecimpung dalam sepakbola. Suporter sepakbola
boleh dikatakan hanya memiliki dua pilihan mutlak yaitu
menjadi suporter yang baik dengan memberikan
dukungan moril saja seperti tepuk tangan dan yel-yel khas
mereka atau menjadi suporter yang fanatik, yang hanya
memikirkan kemenangan tanpa peduli terhadap
keamanan dan ketertiban umum bila tim kesayangan
mereka mengalami kekalahan. Suporter yang saling
tawur dalam suatu pertandingan sepakbola sudah sering
kita lihat dan seakanakan sudah menjadi satu
pemandangan yang biasa. Bahkan sepanjang kompetisi,
kerusuhan antar supporter yang jika dirata-ratakan
hampir setiap tiga pertandingan terjadi satu kerusuhan.
Hal tersebut masih saja terjadi hingga saat ini.
Kemunculan agresi secara tipikal didefinisikan oleh para
psikolog sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan
untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang
bertentangan dengan kemauan orang tersebut. Ketika
pihak yang dirugikan menghendaki hal tersebut terjadi,
agresi melibatkan setiap bentuk penyiksaan termasuk
penyiksaan psikologis atau emosional seperti menakut-
nakuti, serta mempermalukan atau mengancam seseorang
merupakan tindakan agresi. Agresivitas adalah bentuk
tingkah laku kekerasan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang yang bertujuan untuk menyakiti
orang lain atau kelompok lain baik secara psikologis atau
emosional oleh karena itu supporter sepakbola cenderung
memiliki agresivitas yang tinggi jika dilihat dari
fenomena yang sering terjadi karena supporter merasa
harga dirinya rendah ketika mengalami kekalah saat
bertanding dan memicu timbulnya perilaku agresif
dikarenakan kurangnya kesabaran dalam mengahadapi
situasi kekalahan atau tidak bisa menerima hasil yang
tidak diinginkan saat pertandingan

Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan


pendekatan kuantitatif. Data yang akan dikumpulkan
berupa data kuantitatif atau data yang dapat
Metode Penelitian dikuantikasikan, dan dapat diolah melalui teknik statistik
(Yusuf, 2005). Desain penelitian ini adalah kuantitatif
korelasional, yaitu upaya untung menerangkan atau
meramalkan suatu kejadian (Yusuf, 2005). Pada
penelitian ini ingin melihat hubungan sabar dan self-
esteem dengan agresivitas pada para supporter bola.

Uji asumsi pertama yang dilakukan adalah uji normalitas.


Model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal. Hasil yang diperoleh dari
variabel sabar menunjukkan nilai signifikansi p 0,185 >
0,05, variabel self-esteem dengan signifikansi p 0,214 >
0,05 dan variabel agresifitas dengan nilai signifikansi p,
0,269 > 0,05 yang berarti bahwa data terdistibusi normal.
Kedua yaitu uji multikolinearitas diperoleh nilai tolerance
pada sabar sebesar 0,999 > 0,1 dan nilai VIF sebesar
Hasil Penelitian 1,001 < 10 dan variabel self-esteem dengan nilai
tolerance pada variabel insentif ISSN: 2548-4044 Jurnal
Psikoislamedia Volume 2, Nomor 1, April 2017
Copyright @2016 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
| 60 sebesar 0,999 dan nilai VIF sebesar 1,001 < 10 yang
berarti bahwa data tersebut tidak mengalami multi
kolinearitas karena model regresi yang baik seharusnya
tidak terjai korelasi diantara variabel independen.
Kemudian uji heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas
dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Hasil yang
diperoleh signifikasi dengan nilai sebesar 0.000 atau p <
0,05 yang artinya tidak mengalami heteroskedastisitas.
Yang terakhir adalah uji hipotesis. Dari pengolahan data
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 atau p < 0,05
dapat disimpulkan bahwa sabar dan harga diri memiliki
hubungan yang signifikan dengan agresivitas seseorang.
Dapat dilihat juga bahwa nilai signifikan (P value)
sebesar 0.002 yang lebih kecil dari 0.05 yang
menandakan bahwa adanya hubungan yang signifikan
sabar dengan agresivitas seseorang. Kemudian pada
variabel self-esteem diperoleh sig sebesar 0.000 yang
berarti bahwa adanya juga hubungan yang signifikan
dengan agresivitas seseorang.

Agresivitas adalah bentuk tingkah laku kekerasan yang


dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang
bertujuan untuk menyakiti orang lain atau kelompok lain
baik secara psikologis atau emosional oleh karena itu
supporter sepakbola cenderung memiliki agresivitas yang
Kesimpulan tinggi jika dilihat dari fenomena yang sering terjadi
karena supporter merasa harga dirinya rendah ketika
mengalami kekalah saat bertanding dan memicu
timbulnya perilaku agresif dikarenakan kurangnya
kesabaran dalam mengahadapi situasi kekalahan atau
tidak bisa menerima hasil yang tidak diinginkan saat
pertandingan.

C. IDENTITAS JURNAL KETIGA

FANATISME SUPORTER SEPAKBOLA


Judul
PERSIJA JAKARTA

Jurnal Jurnal Empati

Download file:///C:/Users/Asus/Downloads/7353-13986-1-
SM.pdf
Volume dan Halaman Volume 2 (Nomor 3)

Tahun 2013
Bayu Agung Prakoso, Achmad Mujab
Penulis
Masykur*

Reviewer Anastasia Itonaro Br Tambunan

Tanggal 24 September 2021

REVIEW JURNAL KETIGA

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan dan


Tujuan Penelitian memahami perilaku fanatisme suporter sepakbola.
Fanatisme adalah sikap penuh semangat yang berlebihan
terhadap satu segi pandangan atau satu sebab.

Suporter sepak bola, masyarakat dan pemain sepak bola


Subjek Penelitian
itu sendiri.

Kata suporter ini sebenarnya berdasarkan pada kata


support yang berarti dukungan. Menurut Chaplin (2008,
h. 495), “ada dua arti yang penting pertama support
adalah mengatakan atau menyediakan sesuatu untuk
memahami kebutuhan orang lain. Yang kedua support
adalah memberikan dorongan atau pengorbanan
semangat dan nasehat kepada orang lain dalam satu
situasi pembuatan keputusan”. Dalam berbagai hal,
Ringkasan Jurnal suporter dimaknai sebagai sekelompok orang yang
memiliki sikap brutal, anarkis, berhubungan dengan
kerusuhan, dan sebagainya. Penelitian mengenai perilaku
supporter telah dilakukan oleh University of Caardiff
menunjukan jumlah korban berbanding lurus dengan
prestasi klub. Semakin baik prestasi klub maka semakin
banyak korban yang jatuh. Perayaan kemenangan, pesta
alkohol, ataupun ejekan terhadap pendukung tim lawan
adalah penyebab terjadinya kerusuhan yang membuat
jatuhnya korban. Perilaku mereka menjadi tidak
terkontrol. Potensi kerusuhan semakin besar ketika tim
yang didukungnya menang (Fikret, 2005, h. 283).

Metode penelitian fenomenologi ini, Peneliti


menggunakan 3 subjek utama. Data yang sudah
Metode Penelitian terkumpul kemudian dianalisis menggunakan model
analisis eksplikasi data yang menghasilkan temuan-
temuan fanatisme suporter The Jakmania di lapangan.
Temuan fanatisme suporter The Jakmania di lapangan
banyak berbentuk positif.

Dari hasil penelitian diperoleh perilaku fanatik dari ketiga


subjek yang bentuknya: Subjek pertama, membentuk
band “traficool” dan berperan sebagai gitaris. Subjek
kedua, juga tergabung dalam band “traficool” dan
berperan sebagai drummer. Sedangkan subjek
ketiga, menghasilkan jersey dari desain sendiri. Motif
dari ketiga subjek semata-mata karena kecintaan subjek
Hasil Penelitian terhadap klub Persija Jakarta. Selain itu, peneliti berhasil
mengetahui bentuk perilaku fanatik yang terbagi menjadi
dua yaitu fanatik individu dan kolektif beserta proses
pembentukan perilakunya. The Jak Mania memiliki
kesadaran dalam segala perilakunya, sehingga saat ini
adanya pembenahan secara bertahap dalam diri The Jak
Mania untuk menjadikan perilaku fanatiknya memiliki
dampak positif bagi dirinya, klub Persija dan masyarakat
sekitar.

Kecintaan dan dukungan subjek terhadap Persija


memunculkan fanatisme subjek yang luar biasa.
Fanatisme subjek ditunjukan dengan hal yang positif
tanpa merugikan orang yang berada disekitar subjek.
Interaksi subjek dengan kelompok suporter The Jakmania
membuat keduanya saling pengaruh satu sama lain. Hal
itu ditunjukan subjek dengan cara bergabung menjadi
Kesimpulan anggota The Jakmania dan selalu aktif dalam
perkumpulan suporter The Jakmania. Motif kecintaan
subjek terhadap Persija banyak dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Misalnya, pengaruh dari orang
terdekat seperti keluarga dan teman sebaya. Kecintaan
subjek terhadap Persija membuat subjek bergabung
kedalam suporter The Jakmania yaitu kelompok suporter
pendukung tim Persija Jakarta. Subjek sebisa mungkin
menjadi suporter The Jakmania yang baik agar tidak
merugikan kelompok juga tim Persija Jakarta. Loyalitas
dan fanatisme subjek mengalami perubahan semakin
meningkat. Subjek berusaha untuk dapat menyaksikan
pertandingan secara langsung dan rela melakukan apa
saja untuk mendukung tim kesayangan. Walaupun tim
kesayangan tidak berada pada posisi puncak subjek selalu
mendukung tim kesayangan secara positif. Subjek juga
merasa bangga dapat menjadi bagian dari kelompok
suporter The Jakmania yang merupakan suporter fanatik
pendukung tim Persija Jakarta. Fanatisme subjek muncul
dengan sendirinya ketika subjek mendukung tim Persija
kesayangannya. Fanatisme yang dihasilkan subjek
selama mendukung Persija sangat positif. Salah satu
bentuk fanatik subjek adalah dengan menghasilkan
sebuah album yang mengusung penyemangat Persija dan
album tersebut sudah diperjual belikan. Selain
menghasilkan album, subjek juga membuat sofenir
maupun jersey Persija yang sangat berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai