Anda di halaman 1dari 10

Mata kuliah Dosen pengampu

Psikologi sosial Lailatul izzah,S.Psi.,M.Psi

REVIEW JURNAL

NAMA KELOMPOK 5:

M.Arief Nasri (12040411549)

Muhammad Taufik Arevadi (1200415230)

Wafiq azizah (12040423913)

Wahdan Maulana (12040414992)

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

2021
Judul HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS DENGAN INTEN
SIPERILAKU AGRESI PADA
SUPORTER SEPAK BOLA
Tanggal 15 Desember
Halaman 11-13
Tahun 2015
Penerbit Afna Safitri & Sonny Andrianto
Reviewer M.arief Nasri, Muhammad Taufik Arevadi, Wafiq azizah,
Wahdan maulana
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidak nya
hubungan antara kohesivitas dengan intensi perilaku agresi pada
suporter sepak bola. Dugaan awal yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kohesivitas
dengan intensi perilaku agresi. Subjek dalam penelitian ini adalah
50 Suporter sepak bola Slemania, semuanya terdiri dari laki-
laki.Skala yang digunakan adalah skala intensi perilaku agresi
disusun peneliti berdasarkan aspek intensi perilaku menurut
Fishbein danAjzen (1975)dan klasifikasi umum perilaku agresi
menurut Buss dan Perry (Nashori & Diana, 2007),sedangkan
untuk mengukur kohesivitas menggunakan aspek dari forsyth
(1999).Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan analisis statistikdengan menggunakan teknik
korelasi spearmantmenunjukkan korelasi antara variabel
Kohesivitas dengan intensi perilaku Agresi r = 0,265 dengan p =
0, 014 (p < 0,05). Hasil analisis korelasi tersebut dapat diartikan
bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
Kohesifitas dengan intensi perilaku agresi pada suporter sepak
bola. Artinya semakin tinggi tingkat Kohesivitas yang dimiliki
suporter maka akan semakin Tinggi intensi perilaku Agresi.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat kohesivitas yang dimiliki
suporter maka akan semakin rendah juga intensi perilaku agresi.
Latar belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling banyak digemari
masyarakat Indonesia,hampir di setiap daerah di Indonesia
sudah memiliki tim sepak bola, hingga memberikan antusias
yang berlebih pada masyarakat unrtuk menjadi suporter tim
kebangaan daerahnya masing-masing. Kehadiran supporter
merupakan pilar penting yang ada dalam suatu pertandingan
sepakbola karena tanpa adanya supporter bisa menyebabkan
pertandingan sepakbola menjadi kurang menarik, hambar dan
tanpa makna. Supporter juga memiliki peran dalam
menunjang kesuksesan sebuah tim sepakbola, baik untuk
pendapatan klub dari tiket ataupun sebagai motivasi tim yang
bertanding.
Supporter memiliki kecenderungan tinggi untuk memasuki
sebuah komunitas kelompok, mereka mengimplementasikannya
dengan cara bergabung ke dalam salah satu komunitas
suporter sepak bola dengan tujuan untuk memberikan
dukungan kepada tim sepak bola yang diidolakannya tersebut.
Para suporter menciptakan komunitas-komunitas yang
memiliki perilaku unik dengan menciptakan pola interaksi
sosial yang khas untuk memberikan dukungan secara penuh
kepada tim nya agar tim yang didukung memenangkan
pertandingan, hingga biasanya dilakukan secara berlebihan
maka tidak jarang juga timbul hal-hal negatif terjadi, seperti
kerusuhan dalam sebuah pertandingan sepakbola. Perilaku agresi
(aggression) merupakan siksaan yang diarahkan secara
sengaja dari berbagai bentuk kekerasan terhadap orang
lain menurut Baron dan Richardson (Baron & Byrne, 2005).
Perilaku-perilaku agresif yang timbul dapat secara fisik,
verbal ataupun psikologis, dan ada kalanya disertai
pengrusakan barang menurut Danielson (Santoso & Satiadarma,
2005).Sebab-sebab timbulnya perilaku agresi oleh suporter itu
sendiri terjadi pada saat pertandingan. Dalam suasana
pertandingan suporter mendukung tim yang dibelanya secara
berlebihan sehingga terkadang menyebabkan kekacauan dalam
pertandingan. Perilaku agresi tersebut dilakukan dengan
merusak dan bentrokan antar suporter yang ditimbulkan dari
rasa kecewa, frustasi, senang.
Pembahasan Pengertian Intensi Perilaku AgresiFishbein dan Ajzen (1975)
mendefinisikan intensi sebagai niat seseorang untuk melakukan
perilaku didasari oleh sikap dan norma subjektif terhadap
perilaku tersebut. Norma subjektif muncul dari keyakinan
normatif akan akibat perilaku, dan keyakinan normatif akibat
perilaku tersebut terbentuk dari umpan balik yang diberikan
oleh perilaku itu sendiri.Fishbein dan Ajzen menambahkan
bahwa intensi perilaku merupakan determinan terdekat dengan
perilaku yang dimaksud dan merupakan prediktor tunggal
terbaik bagi perilaku yang akan dilakukan seseorang. Sepaham
dengan diatas menurut Khairul Anwar, Dkk(2005) berpendapat
bahwa intensi merupakan probabilitas atau kemungkinan yang
bersifat subjektif, yaitu merupakan perkiraan seseorang mengenai
seberapa besar kemungkinanya untuk melakukan suatu tindakan
tertentu, artinya mengukur intense adalah mengukur
kemungkinan seseorang dalam melakukan perilaku
tertentuBerdasarkan uraian mengenai definisi intensi, dapat
disimpulkan bahwa intensi adalah niat atau keinginan
seseorang untuk melakukan suatu perilaku demi mencapai
tujuan tertentu yang didasarkan pada sikap dan keyakinan
orang tersebut maupun keyakinan dan sikap orang yang
mempengaruhinya untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Berdasarkan definsi intensi dan definisi perilaku agresiyang
diuraikan di atas, maka intensi perilaku agresi didefiniskan
sebagai niat atau keinginan seseorang untuk melakukan
tindakan kekerasan baik secara fisik dan psikis sebagai
manifestasi atau proyeksi kekecewaan dan kegagalan yang
dialami berdasar padasikap dan keyakinan orang.
Pengertian Kohesifitas
Istilah Kohesifitas diambil dari istilah dari ilmu fisika yaitu
kekuatan atau daya molekul-molekul suatu benda
sebagaimana yang dikembangkan oleh Kellerman 1981,
Raven, Rubin 1983 ( Oktaviansyah, 2008) dengan
menggunakan metafora ilmu fisika dan biologi yang
menjelaskan model proses sosial. Model ini menganggap
bahwa kelompok sebagai molekul dimana atom-atom
pembentukanya adalah individu-individu anggota kelompok
sedangkan kekuatan yang mengikat atom-atom terletak pada
daya tarik interpersonal yang ada dikelompok tersebut,
sehingga bisa dikatakan bahwa daya tarik interpersonal
yang menarik anggota untuk tetap berada dalam kelompok.
Dengan demikian dapat disimpulkan kohesifitas adalah
ketertarikan anggota-anggota dalam kelompok untuk melekat
satu dengan yang lain agar menjadi sebuah kesatuan.
Kohesifitas kelompok mengacu `pada sejauh mana anggota
kelompok saling tertarik satu terhadap yang lain dan merasa
menjadi bagian dari kelompok tersebut. Dalam kelompok
yang kohesifitasnya setiap anggota kelompok akan mempunyai
komitmen bersama yang tinggi.
Aspek-aspek kohesifitas
A. Kekuatan sosial Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan
oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam
kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota kelompok
selalu berhubungan dan kumpulan dari dorongan tersebut
membuat mereka bersatu. Kekuatan sosial pada kelompok
suporter terbentuk melalui interaksi individu ketika
nonton bareng, berkumpul setiap hari, berangkat dan pulang
dari stadion bersama-sama, patungan untuk menyewa
kendaraan untuk berangkat ke stadion,, dan sebagainya.
B. Kesatuan dalam kelompok Perasaan saling memiliki terhadap
kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang saling
berhubungan dengan keanggotaanya dalam kelompok. Setiap
individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah
keluarga, tim dan komunitasnya sehingga memiliki
kebersamaan bersama. Kesatuan dalam kelompok didapat
melalui kesamaan identitas pada suporter yang terbentuk
dari identitas kelompok seperti warna baju , logo, slogan, dsb.
C. Daya tarik Individu akanlebih tertarik melihat dari segi
kelompok kerjanya sendiri dari pada melihat dari anggotanya
secara spesifik. Dalam kelompok suporter. Daya tarik
suporter didapat melalui aktifitas yang dilakukan suporter
saat mendukung seperti mengecat rambut , menyanyikan
yel-yel, merayakan kemenangan, diskusi membahas
pertandingan, dan sebagainya.
D.Kerja sama kelompok Individu memiliki keinginan yang lebih
besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok
bersama. Pada kelompok suporter setiap individu pasti
ingin menunjukan loyalitasnya pada tim, hal ini
diwujudkan melalui rajin menonton ke stadion, sering ikut
gathering, dan lain-lain.
Hasil penelitan kategorisasi intensi perilaku agresi pada suporter Slemania untuk
kategori sangat tinggi tidak ada (0 %), untuk kategori tinggi
sebanyak 20 orang ( 40 % ), kategori sedang sebanyak 13
orang (26 %), kategori rendah sebanyak 16 orang ( 32 % )
sedangkan untuk kategori sangat rendah sebanyak 1 orang
(2 %). Dengan demikian dari hasil kategorisasi diatas, dapat
disimpulkan bahwa tingkat intensi perilaku agresi pada
suporter slemania berada pada tingkat tinggi ( 40 % ).
Rentang skor pada kategori tinggi adalah 78,12 –106,76. Jumlah
subjek pada kategori tinggi ini paling banyak apabila
dibandingkan dengan subjek pada rentang skor kategori yang
lain.
kategorisasi Kohesifitas pada suporter Slemania untuk
kategori sangat tinggi tidak ada (0%), untuk kategori tinggi
sebanyak 13 orang (26 %), kategori sedang sebanyak 27
orang (54 % ), kategori rendah sebanyak 7 orang (14%)
sedangkan untuk kategori sangat rendah sebanyak 3
orang (6%). Dengan demikian dari hasil kategorisasi diatas,
dapat disimpulkan bahwa tingkat Kohesifitas pada suporter
slemania berada pada tingkat sedang (54%). Rentang skor
pada kategori sedang adalah 35,39 –46,52. Jumlah subjek pada
kategori sedang ini paling banyak apabila dibandingkan
dengan subjek pada rentang skor kategori yang lain.
Judul IDENTIFIKASI PERILAKU PROSOSIAL DAN
ALTRUISME PADA ANGGOTA KOMUNITAS
VESPA “PROMPAK” DI DESA CILONGOK
KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN
BANYUMAS
Halaman 75 halaman
Tahun 2020
Penulis AWALINDA SUSANTI
Reviewer M. Arief Nasri, M. Taufik Arevadi, Wafiq
Azizah, Wahdan Maulana
Tanggal Review 15 Desember 2021
Abstrack Komunitas vespa ekstrim atau biasa disebut
vespa gembel
Ini adalah komunitas Vespa dengan
semangat bebas dan hubungan darah yang
mulia, kesatuan yang sangat erat dan
semangat bebas. Di sisi lain, masyarakat
Memiliki pandangan negatif terhadap
komunitas vespa ini, kurang
mempertimbangkan bekerja, berpakaian
tidak sopan, dan citra negatif lainnya
berikan kepada komunitas vespa. Namun,
komunitas vespa "prompak" yang ada
Yang membedakan Cilongok dengan
komunitas vespa lainnya adalah memiliki
Perilaku positif yang tidak terlalu
memperhatikan lingkungan sekitar
Hanya kepada anggotanya.
Menyelenggarakan acara bersama
Dirancang untuk memberikan bantuan dan
bantuan kepada lingkungan sekitar.. Adapun
metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Data diperoleh
melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Data yang sudah diperoleh
kemudian dianalisis dengan teknis analisis
deskriptif dan kategorisasi. Dalam
penelitian ini menggunakan 3 subyek
penelitian. Hasil penelitian bahwa perilaku
prososial pada anggota komunitas vespa
prompak merupakan tindakan yang
dilakukan secara sukarela untuk menolong
dan memiliki tujuan didalamnya, neliputi
kekeluargaan yang terjalin antar
anggota, kerjasama dan saling membantu
sesama. Sedangkan perilaku altruisme
merupakan tindakan membantu,
menyelamatkan orang lain dengan
dilakukan secara ikhlas, meliputi memberi,
bekerja sama dan menolong.
keyword Perilaku Prososial dan Altruisme
Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial adalah
makhluk yang tidak bisa lepas dari
pengaruh orang lain dalam kehidupannya.
karena manusia memiliki dorongan untuk
berinteraksi dengan orang lain dan
kebutuhan untuk hidup bersama mereka.
Biasanya didasarkan pada kesamaan dan
tujuan hidup bersama.

Sebagai manusia sosial, ada banyak hal yang


harus dilakukan setiap orang, terutama
dalam masyarakat. Perilaku prososial itu
sendiri dapat terbentuk dari perilaku
altruistik yang tidak mementingkan diri
sendiri menjadi perilaku yang
mementingkan diri sendiri.

Perilaku menolong orang lain merupakan


tindakan sukarela membantu orang lain
tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk
apapun, bisa juga disebut perilaku tidak
mementingkan diri sendiri. Altruisme juga
didefinisikan sebagai keinginan untuk
membantu orang lain tanpa mendahulukan
kepentingan diri sendiri. Sedangkan
altruisme adalah perilaku atau tindakan
yang memberikan manfaat atau
meningkatkan kesejahteraan orang lain
tanpa mempertimbangkan diri sendiri.
Masih ada sebagian orang yang masih mau
membantu orang lain meskipun keadaan
menghalangi upaya mereka untuk
memberikan bantuan semacam ini,
sementara yang lain tidak berusaha
membantu sama sekali meskipun situasinya
baik. berdasarkan rasa kesetaraan, yaitu
mereka yang memiliki merek tertentu
pengguna Sepeda Motor. Selain itu,
masyarakat memiliki keinginan yang kuat
untuk berinteraksi dengan rasa memiliki
dan kebanggaan terhadap sepeda
motor.Komunitas ini dibentuk oleh
kehidupan bersama.Dalam komunitas ini,
para anggotanya terikat oleh hubungan
yang kuat dan selera yang sama terhadap
kendaraan.

Pembahasan
Untuk memperjelas istilah dan menghindari
kekeliruan dalam mengartikan istilah dalam
penelitian ini, maka akan dijelaskan
beberapa kata kunci dalam penelitian ini.

Perilaku prososial merupakan segala


tindakan apa pun yang menguntungkan
orang lain. Dalam artian kegiatan membantu
orang lain yang membutuhkan dan tindakan
ini tidak menyediakan keuntungan langsung
pada orang yang melakukan tindakan, dan
bahkan mungkin bisa mengandung resiko
tertentu.10
Kenrick mengungkapkan bahwa perilaku
prososial merupakan suatu tindakan yang
menguntungkan orang lain yang mana hal
ini juga berlaku ketika si penolong memiliki
tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.11
Kartono menyatakan perilaku prososial
adalah suatu perilaku sosial yang
menguntungkan dan didalamnya terdapat
unsur-unsur kebersamaan, kerjasama,
koopratif dan altruisme.12 Perilaku
prososial mempunyai cakupan yang lebih
luas dari altruisme, beberapa jenis perilaku
sosial termasuk tindakan alturistik, dan ada
perilaku yang tidak altruistik.

Secara Operasional, Prososial dalam


Anggota Komunitas Vespa Prompak ini
adalah setiap tindakan yang dilakukan dari
setiap perjalanan maupun kegiatan dengan
tujuan untuk membantu orang lain seperti
dalam bentuk kerjasama, menolong,
berbagi, bertindak jujur, dermawan antar
anggota komunitas dan lingkungan sekitar.

Sikap yang ada pada manusia, yang bisa


bersifat naluri berupa dorongan untuk
berbuat jasa kepada manusia lainnya.
Menurut Myers altruisme didefinisikan
sebagai suatu hasrat untuk menolong orang
lain tanpa memikirkan kepentingan diri
sendiri. Dalam pendapat lain Sears
menjelaskan bahwa altruisme adalah
tindakan sukarela yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang untuk menolong
orang lain tanpa mengharapkan imbalan
apapun, kecuali telah memberikan sesuatu
kebaikan.16

Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan

Menentukan perilaku pro-sosial (aspek dan


faktor) dalam
Anggota komunitas prompak vespa di Desa
Cilongok, Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas.
Menentukan perilaku altruistik anggota
(aspek dan faktor)
Komunitas Prompak Vespa Kecamatan di
Desa Cilongok Kecamatan Cilongok
Banyumas.

Manfaat

Keuntungan teoritis
Penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan teoritis dan
Tambahkan wawasan untuk mencari ide
orang anggota komunitas vespa, terutama
pengetahuan vespa yang jelek
Perilaku yang dilakukan oleh masyarakat
bersifat prososial dan sosial
Perilaku altruistik.Untuk peneliti
Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi
peneliti memahami perilaku prososial dan
altruistik anggotakomunitas vespa gembel.
Untuk yang diwawancarai kajian ini
diharapkan dapat memberikan informasi
dan Menambah wawasan teori dan
pengetahuanFakta tentang anggota
komunitas geek vespa dapat mengubah
pemikiran negatif orang tentang perilaku
negative komunitas vespa.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
data penelitian selanjutnya dan menambah
referensi penelitian tentang komunitas
vespa terutama vespa omong kosong.

Anda mungkin juga menyukai